Anda di halaman 1dari 8

ANALISIS KEPEMIMPINAN PRESIDEN INDONESIA

“JOKO WIDODO”

OLEH

KELOMPOK 3 :

1. GHINA PUTRI UTAMI


2. HERFINDA OKTAVANI
3. JHONY FERNANDO SAHARI
4. MADE MERTHA ABDIUTAMA
5. MUHAMMAD TAUFIQ AJOYASA
6. QADHAR GALANG RAMADHAN
7. RIFKI MAULANA

PRODI PEMBANGUNAN EKONOMI DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT


FAKULTAS POLITIK PEMERINTAHAN
INSTITUT PEMERINTAHAN DALAM NEGERI
2022
Pada tahun 2014-2019 di periode pertamanya Jokowi berpasangkan Yusuf Kalla, di
periode pertamanya ini Jokowi berkampanye menggunakan metode pendekatan kepada rakyat
(Blusukan) , beliau melakukan pendekatan melalui mengunjungi satu persatu rumah warga,
pasar-pasar, guna mendengarkan aspirasi dan keluh kesah, memberikan solusi melalui program
kerjanya, permasalahan buruh-buruh, mempermudah pengurusan Administrasi kependudukan,
memperhatikan kesejahteraan masyarakat yang tinggal di sudut ibu kota yang mana jauh dari
kata layak tinggal, cukup cerdik mengingat hampir separuh penduduk Indonesia diisi oleh
penduduk bermata pencaharian buruh, dan salah satu upaya kampanyenya dalam mencuri hati
rakyat yaitu di kunjungan beliau ke Situs Lumpur Lapindo yang terletak di Sidoarjo, rakyat yang
awal mulanya merasakan haus akan perhatian langsung dari pemerintah bagaikan mendapat
angin segar oleh “Blusukan” yang dilakukan Bapak Joko Widodo.

Melalui metode tersebut pasangan Jokowi-JK berhasil memenangkan 70.997.850 suara (53,15
persen) unggul 8.421.389 suara dari pasangan Prabowo Subianto- Hatta Rajasa, yang meraih
62.576.444 suara (46,85 persen).

TIPE DAN GAYA KEPEMIMPINAN JOKOWI

Tak jauh berbeda dari gaya kampanyenya, Presiden RI ketujuh ini tetap menggunakan metode
Blusukan seolah-olah itulah Identitas dan Keunikan yang beliau miliki. Metode yang beliau
gunakan semasa masih menjadi Gubernur Solo hingga Gubernur DKI Jakarta tetap mampu
menarik simpati dan antusiasme masyarakat, “kehadiran” beliau di tengah-tengah gencatan
sulitnya mendapatkan fasilitas sarana dan prasarana mengurangi rasa takut rakyat.

Contohnya di tahun 2020 ketika kasus Covid di Indonesia tengah marak-maraknya yang
mengharuskan kita untuk melakukan Lockdown sehingga menghambat kegiatan ekonomi-sosial
masyarakat, dampak Lockdown terasa lebih berat untuk dipikul oleh rakyat-rakyat yang berasal
dari ekonomi menengah kebawah, buruh-buruh dan petani-petani kehilangan banyak, mereka
kehilang modal untuk menanam, belum lagi gagal panen. Muncullah Jokowi menawarkan
bantuan per setiap petani sejumlah 600.000 rupiah dibawah pengawasan menteri pertanian. Sifat
Pro-Rakyat dan Kepekaan serta rasa ‘ada’ akan kehadiran Jokowi di tengah masyarakat-
masyarakat kecil namun besar jumlahnya ini menjadikan posisi Jokowi melekat erat dihati
rakyat.

Berikut Program kerja beliau yang sudah direalisasikan lima tahun yang lalu :

1. Meningkatkan profesionalisme, menaikkan gaji, dan kesejahteraan PNS, TNI dan Polri
secara bertahap selama 5 tahun. Program remunerasi PNS akan dituntaskan di tingkat
pusat dan diperluas sampai ke level daerah.
2. Mensejahterakan desa dengan mengalokasikan dana desa di mana setiap desa rata-rata
1,4 miliar dalam bentuk program bantuan khusus dan menjadikan perangkat desa menjadi
PNS secara bertahap.
3. Meningkatkan anggaran penanggulangan kemiskinan, termasuk memberi subsidi Rp 1
juta setiap bulannya untuk keluarga pra-sejahtera, sepanjang pertumbuhan ekonomi
Indonesia di atas 7%.
4. Program kepemilikan tanah pertanian untuk 4,5 juta kepala keluarga.
Pembangunan/perbaikan irigasi di 3 juta hektare sawah. Pembangunan 25 bendungan, 1
juta hektar lahan pertanian baru di luar Jawa. Pendirian Bank Petani dan UMKM serta
penguatan Bulog.
5. Perbaikan 5.000 pasar tradisional di seluruh Indonesia dan membangun pusat pelelangan,
penyimpanan dan pengelolaan ikan.
6. Menurunkan tingkat pengangguran dengan menciptakan 10 juta lapangan kerja baru
selama lima tahun. Bantuan dana Rp 10 juta per tahun untuk UMKM/Koperasi.
Mendorong, memperkuat dan mempromosikan industri kreatif dan digital sebagai salah
satu upaya mempercepat laju pertumbuhan ekonomi.
7. Layanan kesehatan gratis rawat jalan/rawat inap dengan Kartu Indonesia Sehat, 6.000
puskesmas dengan fasilitas rawat inap, serta air bersih untuk seluruh rakyat.
8. Membantu meningkatkan mutu pendidikan pesantren untuk meningkatkan kualitas
pendidikan nasional. Meningkatkan kesejahteraan guru-guru pesantren sebagai bagian
dari komponen pendidik bangsa.
9. Mewujudkan pendidikan bagi seluruh warga negara termasuk petani, nelayan, buruh,
termasuk difabel dan elemen masyarakat lain melalui Kartu Indonesia Pintar.
Menyediakan fasilitas pendidikan yang baik dengan target partisipasi 100% untuk SD,
dan 95% untuk tingkat SLTP; mewujudkan kurikulum berkualitas; menjamin
kesejahteraan guru dan meningkatkan tunjangan bagi para guru. Meningkatkan kualitas
guru dengan melanjutkan program Sertifikasi guru.

Melalui program diatas dapat diprediksi bagaimana Pak Jokowi dapat dengan mudah mencuri
hati masyarakat, selanjutnya kita akan menganalisis program kerja dan kebijakan beliau di
periode keduanya yaitu di tahun 2019 hingga 2024 yang akan datang. Di periode keduanya
Jokowi kembali di viralkan dengan Prabowo Subianto namun diwakilkan bapak H. Kiai Ma’ruf
Amin.

Berikut program kerja pasang Jokowi-Ma’ruf di periode Ke 2 :

1. Pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM)


Program pembangunan sumber daya manusia ini sangat cocok untuk diimplementasikan
bagi negara-negara berkembang termasuk Indonesia, SDM bagaikan pilar dalam
menopang sebuah negara, SDM menyimpan ekonomi, keamanan, politik dan
pemerintahan. Tanpa SDM yang memadai sangat tidak mungkin sebuah negara mampu
mengelola sumber daya alamnya, mengontrol laju pemerintahan apalagi mengamankan
wilayah negara. Program ini dirasa tepat dan efektif untuk mencapai cita-cita Indonesia
sebagai negara yang maju.
Tidak ada yang sempurna dari seorang manusia, nyatanya Pembangunan SDM
diharapkan tak hanya meningkatkan kualitas namun juga kuantitas. Akan tetapi dari
tahun 2014-2019 jumlah angka pengangguran Indonesia berada di angka tujuh-jutaan dan
menduduki peringkat tertinggi di Agustus tahun 2015 yaitu 7,56 juta orang lalu menurun
di akhir-akhir masa pemerintahan Jokowi periode pertama. Sedangkan berdasarkan berita
yang beredar Pemerintah Indonesia memperbolehkan masuknya tenaga kerja asing
terutama dari China, masuknya TKA akan semakin menyulitkan tenaga kerja dalam
negeri untuk bersaing dalam mencari kerja bahkan sebelum bersaing posisi itu sudah
diberikan kepada orang lain. Seharusnya Jokowi tidak hanya melakukan pengembangan
namun juga membuka Peluang bagi rakyat untuk berkembang.
2. Mempercepat dan melanjutkan pembangunan Infrastruktur.
Program ini merupakan program lanjutan dari periode pertama beliau, menurut beliau
Infrastruktur merupakan pondasi penting dalam suatu negara. Dalam kurun waktu enam
tahun kebelakang Jokowi telah membangun 1.640 jalan tol, 4.600 kilometer jalan bukan
tol, 15 bandar udara baru dan 38 ekspansi serta perbaikan bandara lama dan
pembangunan 124 pelabuhan baru. Di tahun 2021 pemerintah telah membangun
tambahan 22 bendungan dan akan rampung menjadi 65 bendungan di 2024 mendatang.
Serta rencana pembangunan Ibukota baru yang terletak di Kalimantan Timur.
Sayangnya bukan hal ini yang diinginkan masyarakat, di tengah huru-hara Covid-19 yang
dibutuhkan masyarakat ialah kepastian untuk Indonesia menjadi kembali normal, akan
tetapi yang dihadapi masyarakat ialah Inflamasi BBM yang sedang panas-panasnya
diperbincangkan serta pembengkakan APBN pembangunan IKN. Pamor Jokowi di masa
akhir periodenya semakin menurun di mata rakyat.
3. Undang Investasi Seluas-luasnya Untuk Membuka Peluang Kerja.
Diharapkan program ini mampu menyelesaikan masalah tingginya angka pengangguran
di Indonesia serta diharapkan Undangan Investasi ini tidak Lepas kendali dari
pemantauan pemerintahan, apa yang ada di tanah Indonesia merupakan Hak rakyat dan
diperbolehkan untuk digunakan dalam upaya mensejahterakan rakyat, akan tetapi jika
berhektar-hektar hutan dialih fungsikan menjadi ladang sawit, terjadi pembakaran lahan
dan tidak adanya campur tangan rakyat dalam pengelolaannya menandakan Indonesia
tidak belajar dari kesalahan bagai keledai yang masuk kelubang yang sama.
Mari kembali mengenang kasus PLT. Arun yang kini hanya tinggal sisa bangunan, apa
yang didapatkan oleh masyarakat di sekitarnya selain tanah kosong tanpa kekayaan alam
atau kasus Lumpur Lapindo, kasus pembakaran hutan Riau di Kabupaten Bengkalis,
Rokan Hilir dan Dumai. Penyebab kebakarannya ialah pembukaan lahan perkebunan dan
pertanian.
4. Reformasi Birokrasi
Yang bertujuan untuk mempercepat pelayanan dan memberi izin, menghapus pola pikir
linier dan menghasilkan Pegawai Negeri Sipil yang Adaptif, Produktif dan Inovatif.
5. APBN Yang Fokus dan Tepat Sasaran
Tujuannya adalah agar APBN yang dipastikan harus memiliki manfaat ekonomi demi
kesejahteraan masyarakat. Jika membahas tentang APBN dari hasil praktek lapangan
sangat jauh dari kata sempurna, entah terjadi kendala dari bagian Manajemen
Pemerintahan atau kendala dalam penyalurannya sehingga tidak semua individu
merasakan imbas dari cairnya APBN negara. Belum lagi ditambah rencana pembangunan
IKN yang telah disusun dalam UU pembangunan IKN semakin memberatkan tanggungan
APBN, yang seharusnya bisa disalurkan untuk memajukan pendidikan di pelosok daerah,
subsidi bahan pokok dan kebutuhan lainnya malah teralih fokuskan atau dikurangi
porsinya.

Pendekatan Kepemimpinan ala Jokowi

Dalam rangka meningkatkan kualitas kehidupan rakyat dan memberantas masalah


kemiskinan, Jokowi melakukan berbagai strategi yang ada. Berdasarkan pendekatan
kepemimpinan, sosok Jokowi menggunakan the situasional approach yaitu mengambil kebijakan
sesuai dengan kondisi nyata yang ada pada lingkungan. Pada masa kepemimpinannya, masalah
tersebut dapat terselesaikan secara perlahan melalui kebijakan–kebijakan dan inovasi yang dibuat
seperti melakukan Program Indonesia Pintar melalui Kartu Indonesia Pintar (KIP). Selain itu,
pendekatan kepemimpinan juga tidak lepas dari pemimpin yang karismatik. Dalam hal ini,
Jokowi telah berhasil membuat masyarakatnya patuh dalam melakukan kebijakan yang ia dibuat.
Pernyataan tersebut dapat dibuktikan dari tingkat jumlah dan persentase penduduk miskin
Indonesia berdasarkan data BPS menurun sebesar 1,14%.

Gaya Kepemimpinan yang Melekat pada Jokowi

Berdasarkan 4 gaya kepemimpinan situasional yang dicanangkan oleh Hersey dan Blanchard,
Jokowi telah memenuhi keempatnya pada setiap langkah kebijakan yang ia ambil yaitu directing,
coaching, supporting, dan delegating.

Berdasarkan gaya kepemimpinan directing (mengarahkan), terlihat pada tradisi blusukan


Jokowi salah satunya ketika Jokowi melakukan blusukan ke desa di Jambi dan mendapatkan
banyak masukan mengenai tunjangan operasional dan kinerja yang diterima Babinsa dirasa tidak
cukup. Sehingga ia mengarahkan Kementerian Keuangan untuk menaikkan pemberian tunjangan
operasional dan tunjangan kinerja per bulannya kepada Babinsa di seluruh Indonesia.

Untuk gaya kepemimpinan coaching (pembinaan), tercermin dari pemberian pengarahan


kepada masyarakat oleh Jokowi di Kota Makassar, Sulawesi Selatan saat acara Evaluasi
Kebijakan Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa Tahun 2018. Dia
menginstruksikan kepala desa dan pendamping dana desa untuk menyalurkan dana desa sesuai
dengan fokus dan kebutuhan desa sehingga penggunaannya menjadi lebih efisien dan tepat
sasaran.

Gaya kepemimpinan supporting (dukungan), Jokowi direalisasikan dengan dukungan yang


diberikannya kepada Babinsa di seluruh Indonesia yang dilaksanakan melalui kebijakan
peningkatan tunjangan operasional hingga 1,2 juta dan tunjangan kinerja sebesar 1 juta setiap
bulannya pada Babinsa sehingga mampu meningkatkan kesejahteraannya.

Kemudian gaya kepemimpinan delegating (pendelegasian) juga merekat pada diri seorang
Jokowi dan terlihat pada Program Perhutanan Sosial yang dilaksanakan di daerah hutan Jambi
dengan memberikan tunjangan kepada 8,165 kepala keluarga yang tinggal di sekitar hutan di
Jambi untuk mengolah dan mengembangkan lahan hutan seluas 10 hektar setiap orangnya.

Tipe Kepemimpinan Efektif yang Direalisasikan Jokowi

Terdapat tiga tipe kepemimpinan yang efektif dalam suatu organisasi termasuk lembaga
pemerintahan salah satunya yaitu tipe kepemimpinan partisipatif, karismatik dan
transformasional.

Partisipatif merupakan tipe kepemimpinan yang menumbuhkan rasanya keterlibatan anggota


organisasi dalam proses pengambilan keputusan. Berkaitan dengan hal tersebut, Jokowi
memanfaatkan sistem blusukannya untuk lebih melibatkan partisipasi masyarakat dalam
melaksanakan pembangunan nasional sekaligus perwujudan dari demokrasi sejati yaitu
menghadirkan setiap rakyat dalam penyelenggaraan pemerintahan.

Sedangkan karismatik adalah ketika pemimpin mampu menyelesaikan suatu masalah dengan
cara yang dapat menarik perhatian orang di sekelilingnya. Kebiasaan blusukan yang dimiliki
Jokowi telah membuktikan ia dapat lebih dekat dengan masyarakat dan kesederhanaan yang
dimilikinya inilah yang menjadi sumber karisma dan dianggap sebagai modal yang baik dalam
pembentukan tata pemerintahan yang bersih juga transparan.
Kepemimpinan transformasional juga mengukur sejauh mana hubungan dan dampak dari
pemimpin terhadap anggotanya. Berkaitan dengan hal ini, Jokowi menyatakan bahwa koordinasi
merupakan kunci dari semua kegiatan penyelenggaraan pemerintahan. Sehingga, ia memberi
perintah kepada setiap kementerian/lembaga untuk menghilangkan ego sektoral, ego
kementerian, maupun ego lembaga. Sebab, dibutuhkan koordinasi yang baik antar
kementerian/lembaga dalam membentuk kebijakan yang solid dan berguna bagi bangsa dan
negara.

Anda mungkin juga menyukai