“JOKO WIDODO”
OLEH
KELOMPOK 3 :
Melalui metode tersebut pasangan Jokowi-JK berhasil memenangkan 70.997.850 suara (53,15
persen) unggul 8.421.389 suara dari pasangan Prabowo Subianto- Hatta Rajasa, yang meraih
62.576.444 suara (46,85 persen).
Tak jauh berbeda dari gaya kampanyenya, Presiden RI ketujuh ini tetap menggunakan metode
Blusukan seolah-olah itulah Identitas dan Keunikan yang beliau miliki. Metode yang beliau
gunakan semasa masih menjadi Gubernur Solo hingga Gubernur DKI Jakarta tetap mampu
menarik simpati dan antusiasme masyarakat, “kehadiran” beliau di tengah-tengah gencatan
sulitnya mendapatkan fasilitas sarana dan prasarana mengurangi rasa takut rakyat.
Contohnya di tahun 2020 ketika kasus Covid di Indonesia tengah marak-maraknya yang
mengharuskan kita untuk melakukan Lockdown sehingga menghambat kegiatan ekonomi-sosial
masyarakat, dampak Lockdown terasa lebih berat untuk dipikul oleh rakyat-rakyat yang berasal
dari ekonomi menengah kebawah, buruh-buruh dan petani-petani kehilangan banyak, mereka
kehilang modal untuk menanam, belum lagi gagal panen. Muncullah Jokowi menawarkan
bantuan per setiap petani sejumlah 600.000 rupiah dibawah pengawasan menteri pertanian. Sifat
Pro-Rakyat dan Kepekaan serta rasa ‘ada’ akan kehadiran Jokowi di tengah masyarakat-
masyarakat kecil namun besar jumlahnya ini menjadikan posisi Jokowi melekat erat dihati
rakyat.
Berikut Program kerja beliau yang sudah direalisasikan lima tahun yang lalu :
1. Meningkatkan profesionalisme, menaikkan gaji, dan kesejahteraan PNS, TNI dan Polri
secara bertahap selama 5 tahun. Program remunerasi PNS akan dituntaskan di tingkat
pusat dan diperluas sampai ke level daerah.
2. Mensejahterakan desa dengan mengalokasikan dana desa di mana setiap desa rata-rata
1,4 miliar dalam bentuk program bantuan khusus dan menjadikan perangkat desa menjadi
PNS secara bertahap.
3. Meningkatkan anggaran penanggulangan kemiskinan, termasuk memberi subsidi Rp 1
juta setiap bulannya untuk keluarga pra-sejahtera, sepanjang pertumbuhan ekonomi
Indonesia di atas 7%.
4. Program kepemilikan tanah pertanian untuk 4,5 juta kepala keluarga.
Pembangunan/perbaikan irigasi di 3 juta hektare sawah. Pembangunan 25 bendungan, 1
juta hektar lahan pertanian baru di luar Jawa. Pendirian Bank Petani dan UMKM serta
penguatan Bulog.
5. Perbaikan 5.000 pasar tradisional di seluruh Indonesia dan membangun pusat pelelangan,
penyimpanan dan pengelolaan ikan.
6. Menurunkan tingkat pengangguran dengan menciptakan 10 juta lapangan kerja baru
selama lima tahun. Bantuan dana Rp 10 juta per tahun untuk UMKM/Koperasi.
Mendorong, memperkuat dan mempromosikan industri kreatif dan digital sebagai salah
satu upaya mempercepat laju pertumbuhan ekonomi.
7. Layanan kesehatan gratis rawat jalan/rawat inap dengan Kartu Indonesia Sehat, 6.000
puskesmas dengan fasilitas rawat inap, serta air bersih untuk seluruh rakyat.
8. Membantu meningkatkan mutu pendidikan pesantren untuk meningkatkan kualitas
pendidikan nasional. Meningkatkan kesejahteraan guru-guru pesantren sebagai bagian
dari komponen pendidik bangsa.
9. Mewujudkan pendidikan bagi seluruh warga negara termasuk petani, nelayan, buruh,
termasuk difabel dan elemen masyarakat lain melalui Kartu Indonesia Pintar.
Menyediakan fasilitas pendidikan yang baik dengan target partisipasi 100% untuk SD,
dan 95% untuk tingkat SLTP; mewujudkan kurikulum berkualitas; menjamin
kesejahteraan guru dan meningkatkan tunjangan bagi para guru. Meningkatkan kualitas
guru dengan melanjutkan program Sertifikasi guru.
Melalui program diatas dapat diprediksi bagaimana Pak Jokowi dapat dengan mudah mencuri
hati masyarakat, selanjutnya kita akan menganalisis program kerja dan kebijakan beliau di
periode keduanya yaitu di tahun 2019 hingga 2024 yang akan datang. Di periode keduanya
Jokowi kembali di viralkan dengan Prabowo Subianto namun diwakilkan bapak H. Kiai Ma’ruf
Amin.
Berdasarkan 4 gaya kepemimpinan situasional yang dicanangkan oleh Hersey dan Blanchard,
Jokowi telah memenuhi keempatnya pada setiap langkah kebijakan yang ia ambil yaitu directing,
coaching, supporting, dan delegating.
Kemudian gaya kepemimpinan delegating (pendelegasian) juga merekat pada diri seorang
Jokowi dan terlihat pada Program Perhutanan Sosial yang dilaksanakan di daerah hutan Jambi
dengan memberikan tunjangan kepada 8,165 kepala keluarga yang tinggal di sekitar hutan di
Jambi untuk mengolah dan mengembangkan lahan hutan seluas 10 hektar setiap orangnya.
Terdapat tiga tipe kepemimpinan yang efektif dalam suatu organisasi termasuk lembaga
pemerintahan salah satunya yaitu tipe kepemimpinan partisipatif, karismatik dan
transformasional.
Sedangkan karismatik adalah ketika pemimpin mampu menyelesaikan suatu masalah dengan
cara yang dapat menarik perhatian orang di sekelilingnya. Kebiasaan blusukan yang dimiliki
Jokowi telah membuktikan ia dapat lebih dekat dengan masyarakat dan kesederhanaan yang
dimilikinya inilah yang menjadi sumber karisma dan dianggap sebagai modal yang baik dalam
pembentukan tata pemerintahan yang bersih juga transparan.
Kepemimpinan transformasional juga mengukur sejauh mana hubungan dan dampak dari
pemimpin terhadap anggotanya. Berkaitan dengan hal ini, Jokowi menyatakan bahwa koordinasi
merupakan kunci dari semua kegiatan penyelenggaraan pemerintahan. Sehingga, ia memberi
perintah kepada setiap kementerian/lembaga untuk menghilangkan ego sektoral, ego
kementerian, maupun ego lembaga. Sebab, dibutuhkan koordinasi yang baik antar
kementerian/lembaga dalam membentuk kebijakan yang solid dan berguna bagi bangsa dan
negara.