Anda di halaman 1dari 37

TUGAS EAS GEODESI LINGKUNGAN

TRANSLATE :
Fundamental Surveying
Height Jekeli

Oleh :
ARIF KURNIAWAN [3512100061]

JURUSAN TEKNIK GEOMATIKA


FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
SURABAYA
2016

TRANSLATE FUNDAMENTAL SURVEYING

Dasar-dasar Survei Teori dan contoh latihan


Pengertian Survei
Survei harus dilakukan dengan penentuan relatif lokasi spasial poin pada atau dekat
dengan permukaan bumi.
Ini adalah seni mengukur jarak horizontal dan vertikal antara objek , mengukur sudut
antara garis , menentukan arah antara garis , dan membangun titik dengan sudut yang
telah ditentukan dan garis pengukuran.
Seiring dengan pengukuran survei yang sebenarnya adalah perhitungan matematis.
Jarak , sudut , arah , lokasi , ketinggian , daerah , dan volume yang demikian
ditentukan dari data survey.
Data survei digambarkan secara grafis dengan pembuatan peta , profil , penampang ,
dan diagram.
Hal penting dalam Survei
Pengukuran tanah pada dasarnya adalah seni dan ilmu pemetaan dan pengukuran tanah .
lingkup profesi seluruhnya sangat lebar, itu benar-benar bertujuan untuk menghitung dimana
letak batas-batas tanah/persil. Hal ini sangat penting karena tanpa layanan ini , tidak akan ada
rel kereta api , gedung pencakar langit tidak bisa didirikan dan setiap individu tidak bisa
memiliki pagar untuk diletakkan disekitar pekarangan mereka untuk tidak mengganggu tanah
orang lain.
Jenis-Jenis Pengukuran:
1.Geodesi Surveying merupakan pengukuran yang memperhitungkan bentuk sebenarnya dari
bumi. Survei ini memiliki presisi tinggi dan perluasan cakupan area pengukuran.
2.Planned Surveying merupakan pengukuran di mana permukaan rata-rata bumi dianggap
sebagai bidang datar, sedangkan bentuk spheroid bumi diabaikan, dan berkaitan erat dengan
jarak horisontal dan arah.
Beberapa perbedaan metode dalam pengukuran :
1.Control Survey: untuk penetapan posisi horisontal dan vertikal dari titik acuan.
2.Boundary Survey: untuk penentuan panjang dan arah garis permukaan tanah dan posisi
garis-garis tersebut di tanah.
3.Survei Topografi: pengumpulan data untuk menghasilkan peta topografi yang menunjukkan
kontur tanah, dan lokasi obyek alam maupun buatan manusia di sutau wilayah.

4.Survei Hidrografi: pengukuran badan air untuk perencanaan navigasi, penentuan pasokan
air, atau konstruksi wilayah laut.
5.Survei Pertambangan: pengukuran untuk mengontrol, mencari dan memetakan bawah tanah
dan permukaan yang berhubungan dengan kegiatan pertambangan.
6.Survei Konstruksi: pengukuran untuk layout, mencari dan memonitor rekayasa baik
pekerjaan publik maupun swasta.
7.Route Survey: mengacu pada kontrol pengukuran, topografi wilayah, dan survei konstruksi
yang diperlukan untuk lokasi dan pembangunan jalan raya, rel kereta api, kanal, jalur
transmisi, dan pipa.
8.Survei Fotogrametri: pemanfaatan prinsip-prinsip foto udara, di mana pengukuran yang
dilakukan pada foto-foto tersebut digunakan untuk penetuan posisi objek yang ada.
9.Survei astronomi: umumnya melibatkan pencitraan atau "pemetaan" dari daerah langit
menggunakan teleskop.
Dasar Fungsi Trigonometri untuk Pengukuran Jarak dan Sudut
Teori Pitagoras
Pada segitiga yang siku-siku, kuadrat sisi miring sama dengan jumlah kuadrat dua sisi
lainnya.

C2=A2+B2, dimana C adalah sisi miring, A dan B sisi tegak lainnya.


Satuan Pengukuran Sudut
Satuan sudut yang paling umum digunakan di Amerika adalah sexagesimal. System ini
menggunakan notasi sudut dalam kelipatan 60. Dengan membagi satu lingkaran menjadi 360
derajat, satu derajat menjadi 60 menit, dan satu menit menjadi 60 detik. Oleh karena itu :

1 lingkaran = 360 = 21600 = 1296000


1 = 60 = 3600
1 = 60
Fungsi Trigonometri yang sering digunakan
Semua fungsi trigonometri adalah perbandingan sederhana antara satu sisi segitiga dengan
sisi lainnya pada segitiga yang sama. Perbedaan pada fungsi ini adalah dua sisi dibandingkan
dalam rasio.
Pada gambar ini digambarkan sisi yang berlawanan dari dan sisi yang berdekatan dengan
sudut A, dan sisi miring (sisi yang berlawanan dengan sudur siku-siku). Fungsi trigonometri
dari sudut manapun didefinisikan sebagai berikut:

Sin A =

Cos A =

Tan A =

Sisi yang berlawanan


Sisi miring
Sisi yang berdekatan
Sisi miring
Sisi yang berlawanan
Sisi yang berdekatan

Dan kebalikan masing-masing rasio, didapat:


Cosec =

Sec =

Sisi miring
Sisi yang berlawanan
Sisi miring
Sisi yang berdekatan

1
sin A

1
cos A

Simbol-simbol Aljabar pada Fungsi Trogonometri di Setiap Kuadran


Menggunakan definisi pada halaman sebelumnya, kita dapat menentukan nilai dari fungsi
untuk setiap sudut di bawah ini.
Daftar Sine, Cosine, dan Tangent setiap sudut baik dalam bentuk pecahan dan desimal :

Quadrat 1
Tan = 3/4 = 0.7500
Quadrat 2
Sin 180- = 3/5 = 0.6000
Cos 180- = -4/5 = -0.8000
Tan 180- = 3/-4 = -0.7500

Quadrat 3
Sin 180+ = -3/5 = -0.6000
Cos 180+ = -4/5 = -0.8000
Tan 180+ = -3/-4 = 0.7500

Quadrat 4
Sin 360- = -3/5 = -0.6000
Cos 360- = 4/5 = 0.8000
Tan 360- = -3/4 = -0.7500
Sudut menjadi "sudut referensi" untuk masing-masing tiga sudut lainnya, dan
besarnya nilai fungsi sama untuk setiap sudut, hanya simbol aljabarnya yang
berbeda.

Distance Measuring (Chaining surveying)


Matematikawan Inggris Edmund Gunter (1581-1626) menemukan tidak hanya mengenai
cosinus dan kotangens, serta penemuan variasi magnetik, tetapi juga alat ukur yang disebut
rantai Gunter yang ditunjukkan pada gambar di bawah ini.

Rantai Gunter memiliki panjang 1/80 mil atau 66 kaki. Hal ini terdiri dari 100 sambungan,
dengan panjang tiap sambungan 0,66 kaki atau 7.92 inci. Setiap sambungan berbentuk batang

baja yang melengkung ke lingkaran pada setiap ujung dan terhubung ke sambungan
berikutnya menggunakan cincin baja kecil.
Dimulai pada awal 1900-an, surveyor mulai menggunakan pita baja untuk mengukur jarak.
Perangkat ini masih disebut "rantai" sampai hari ini.

Harus diingat dalam survei, bahwa dalam sebagian besar diasumsikan semua jarak
yang dianggap menjadi jarak horizontal dan bukan berarti merupakan jarak
permukaan

Ini menyatakan bahwa setiap pengukuran di lapangan yang diambil baik diukur secara
horizontal atau (jika tidak) berkurang untuk jarak horisontal secara matematis .

Dalam banyak kasus , itu adalah yang paling mudah untuk mengukur jarak horizontal
dengan menjaga kedua ujung rantai di ketinggian yang sama . Hal ini tidak sulit jika
ada kurang dari lima kaki atau lebih dari elevasi yang berubah diantara titik tersebut.
Hand level atau "pea gun" sangat membantu untuk menjaga horisontal pada posisi
rantai ketika "level chaining". Sebuah titik berat di ujung garis disebut "Plumb bob"
digunakan untuk membawa lokasi dari titik yang berada di tanah hingga rantai
ditinggikan dengan menangguhkan bandulan dari rantai sehingga titik plumb bob
hang langsung di atas titik di tanah

Ketika perbedaan ketinggian sepanjang pengukuran menjadi terlalu besar untuk


tingkat chaining , metode lainnya yang dapat digunakan. Salah satu pilihan, "break
chaining", dengan memecah pengukuran menjadi dua atau lebih pengukuran yang
dapat dirantai.

Mengukur Jarak (Pengukur Jarak Elektronik)


Pada awal 1950-an Electronic Distance Measuring ( EDM ) peralatan pertama dikembangkan
. Ini terdiri dari elektro - optik (gelombang cahaya) dan elektromagnetik ( microwave )

instrumen . Mereka besar , berat dan mahal . sekarang EDM menggunakan prinsip elektro
optik. Mereka kecil , cukup ringan , sangat akurat , tapi masih mahal .
Prinsip Chaining

Untuk mengukur jarak apapun, Anda hanya membandingkannya dengan jarak yang
terkalibrasi; misalnya dengan menggunakan skala atau pita ukur untuk mengukur
panjang suatu benda. Pada prinsipnya perbandingan yang sama EDM ini digunakan.
Jarak dikalibrasi, dalam hal ini, adalah panjang gelombang modulasi pada gelombang
pembawa

Penggunaan modern EDM ini menggunakan ketepatan Quartz Crystal Oscillator dan
pengukuran fase shift untuk menentukan jarak .

EDM diatur di salah satu ujung jarak yang akan diukur dan reflektor di ujung lain .

EDM menghasilkan sinar pembawa kontinyu - gelombang inframerah, yang


dimodulasi oleh elektronik rana ( Quartz kristal osilator ).

Balok ini kemudian ditransmisikan melalui optik bertujuan untuk menjadi reflektor .

Reflektor mengembalikan berkas ke optik menerima, di mana cahaya yang masuk


dikonversi ke sinyal listrik, yang memungkinkan perbandingan fase antara sinyal
dikirim dan diterima

Jumlah dimana panjang gelombang yang ditransmisikan dan diterima keluar dari fase,
dapat diukur elektronik dan terdaftar pada meter ke dalam satu atau dua milimeter

Pengukuran Sudut
Pengukuran jarak pada surveing tidak menentuan lokasi dari suatu objek.ita perlu
menentuan lokasinya pada dimensi.Untu mendapatkannya kita perlu :
1 Panjang horizontal (jarak)
2 Beda tinggi (elevasi)
3 Arah sudut

Sudut didefinisikan sebagai perbedaan arah antara dua garis konvergen. Sudut horizontal
dibentuk oleh arah ke dua objek dalam bidang horizontal. Sudut vertikal dibentuk oleh dua
garis berpotongan pada bidang vertikal, salah satu garisnya horisontal. Sudut zenith adalah
sudut melengkapi sudut vertikal dan dibentuk oleh dua garis berpotongan pada bidang
vertikal, salah satu garis ini diarahkan pada zenith.

Tipe Pengukuran Sudut


1

sudut interior diukur searah jarum jam atau berlawanan arah jarum jam antara dua

garis yang berdekatan di dalam poligon tertutup.


sudut eksterior diukur searah jarum jam atau berlawanan arah jarum jam antara

dua garis yang berdekatan di luar poligon tertutup.


sudut defleksi, kanan atau kiri, diukur dari perpanjangan dari garis sebelumnya
dan garis setelahnya. Harus dicatat ketika defleksi yang kanan (R) atau kiri (L)

Theodolite adalah peralatan survey yang presisi. Terdiri atas alidade


(sebuah alat yang digunakan untuk mengukur dan pemetaan topografi
sederhana) dengan teropong dan lingkaran ukuran yang presisi; dan
peralatan dengan tingkat kebutuhan dan lingkaran pembacaan optis.
kaca horizontal dan lingkaran vertical, system pembacaan optis, dan
seluruh bagian mekanis yang dimasukkan dalam sepanjang bagian
alidade dengan 3 skrup untuk mengatur ketinggian yang terpasang pada
tribach.

Theodolit adalah alat ukur yang memiliki sebuah lingkaran horizontal yang
terdiri atas derajat, menit, dan detik. Theodolite memiliki lingkaran vertical
atau garis lengkung. Theodolit (transit) biasanya digunakan untuk
mengukur sudut vertical dan horizontal. Piringan yang berada pada luar
alat dan sudut harus dibaca dengan menggunakan sebuah Vernier (sorong).

Bearing dan Azimuth


Arah relatif dari garis-garis yang menghubungkan titik-titik pengamatan dapat didapatkan
dengan arah yang bervariasi. Pada gambar sebelah kiri menunjukkan garis yang memotong
pada sebuah titik. Arah dari banyak garis yang berhubung dengan garis sebelahnya
didapatkan dari sudut horizontal antara 2 garis dan arah perputarannya. Pada gambar sebelah
kanan menuntukkan system yang sama dari garis-garis tersebut tetapi seluruh sudut di hitung
dari garis yang dijadikan referensi (O-M). Arah dari garis-garis yang berhubungan dengan
garis yang dijadikan referensi didapatkan dari sudut antara garis dan arah dari perputarannya.

Garis Referensi (Meridian)


Berikut ini adalah beberapa tipe meridian: Astronomis atau Asli, Magnetis, Grid, dan
Khayal
Astronomis atau Meridian Asli
Sebuah bidang melalui sebuah titik di permukaan bumi dan mengandung sumbu rotasi
bumi mendefinisikan secara astronomis atau meridian asli pada poin itu. Meridian astronomis
ditentukan oleh observasi pada posisi mata hari atau sebuah bintang. Pada titik di bumi,
arahnya selalu sama dan oleh karena itu arah yang bereferensi pada meridian astronomis atau
asli tetap tidak berubah. Hal tersebut membuat meridian Astronomis atau Asli merupakan
garis referensi yang baik.

Meredian Astronomis atau meridian asli pada permukaan bumi berupa garis bujur
geografis dan berpusat pada kutub bumi. Jumlah pemusatan antara meridian tergantung pada
jarak dari katulistiwa dan bujur antara meridian.
Meridian Magnetis
Garis meridian magnetis terletak parallel dengan garis gaya magnetic bumi. Bumi
berperilaku persis seperti batang magnet dengan kutub utara magnet terletak sedikit ke arah
selatan dari kutub utara digambarkan oleh sumbu rotasi bumi. Kutub magnetis tidak berada
pada posisi yang tetap, tetapi berpindah-pindah secara halus secara terus menerus.

Arah jarum magnetis menunjukkan meridian magnetis pada sebuah titik pada saat
penggunaan jarum magnetis tersebut. Karena meridian magnetis tersebut berubah sesuai
perubahan kutub magnetis utara, meridian magnetis merupakan garis referensi yang buruk.
Meridian Grid
Pada bidang survey sangat baik sekali untuk menampilkan pekerjaan tersebut pada
sistem koordinat XY dimana satu meridian sentral berimpit dengan meridian asli. Semua
meridian yang tersisa parallel pada pusat meridian asli ini.

Hal tersebut meniadakan kebutuhan untuk menghitung pertampalan meridian dari bidang
survey, dengan asumsi bahwa semua pengukuran diproyeksikan ke bidang horizontal dan
bahwa semua meridian merupakan garis lurus yang paralel. Hal tersebut dikenal sebagai
meridian grid. Sistem koordinat Oregon adalah sistem grid.
Meridian Khayal
Pada tipe tertentu pada survei dengan referensi lokal, mungkin tidak memerlukan
untuk menentukan arah asli, magnetis maupun grid. Bagaimanapun biasanya survei tersebut
tetap membutuhkan basis untuk menentukan arah relatif dari survey yang dilaksanakan. Hal
tersebut bisa dilakukan dengan menentukan meridian khayal.
Meridian khayal adalah arah khayal yang diberikan pada bebrapa garis pada survei
dan semua garis lain bereferensi pada beberapa garis tersebut. Hal tersebut bisa merupakan
garis antara dua monument property, garis tengah dari bagian tangent dari jalanan, atau
bahkan garis antada dua titik yang diperuntukkan untuk tujuan tersebut.
Hal penting yang harus diingat tentang meridian khayal adalah bahwa hal tersebut
memiliki hubungan kepada meridian lain dan oleh karena itu survei tersebut tidak siap jika
digabungkan pada hasil survei lain.
Azimuth
Azimuth pada garis di tanah adalah sudut horizontalnya yang diukur dari meridian ke
garis tersebut. Azimuth memberikan arah dari garis yang berkebalikan dengan meridian.
Azimuth biasanya diukur searah jarum jam yang berlawanan pada meridian utara juga
meridian selatan. Bada bidang survei, azimuth secara umum diukur dari utara.
Ketika menggunakan azimuth, butuh dijelaskan bahwa azimuth tersebut diukur dari
utara atau selatan. Azimuth disebut azimuth asli (secara astronomis), azimuth magnetis,
aimuth grid, atau azimuth khayal tergaantung pada tipe meridian referensinya. Azimuth
memiliki nilai antara 0 sampai 360 derajat.
Contoh Perhitungan Azimuth dan Bearing
Dengan menggunakan sudut (searah jarum jam) hitung azimuth dan bearing tiap tiap garis :

Koordinat
Salah satu fungsi utama dalam survey adalah untuk menggambarkan atau menetapkan posisi
titik-titik di permukaan bumi. Salah satu dari banyak cara untuk mencapai hal ini adalah
dengan menggunakan koordinat untuk memberikan posisi suatu titik. Teknik survei modern
sangat bergantung pada 3-dimensi koordinat.
Sistem Koordinat Persegi Panjang (Koordinat Kartesian)
Pada gambar dibawah sisi sebelah kanan, adalah apa yang digambarkan sebagai sistem
koordinat persegi panjang. Garis vertikal (sumbu y) berpotongan dengan garis horizontal
(sumbu-x) di titik asal. Sistem ini menggunakan sepasang koordinat untuk menemukan posisi
suatu titik. Koordinat yang digunakan selalu dinyatakan sebagai (x, y).
X dan y sumbu membagi bidang/area menjadi empat bagian (kuadran), penomoran area
dilakukan dengan urutan arah berlawanan arah jarum jam seperti yang ditunjukkan di gambar
sebelah kiri 33. Tanda-tanda koordinat poin di masing-masing kuadran juga ditunjukkan
dalam gambar ini. Catatan: Dalam pengukuran tanah, kuadran diberi nomor mulai searah
jarum jam dengan kuadran pertama (I) adalah kuadran kanan atas dan cara penulisan yang
normal untuk menunjukkan Koordinat (di Amerika Serikat) adalah dibalik (y, x) atau lebih
tepat Utara, Timur.

Cara lain untuk menjelaskan posisi titik P adalah oleh jarak r dari titik tetap O dan sudut
yang dibuat dengan garis tetap tak terbatas oa (yang baris awal). Pasangan ini
memerintahkan angka (r, ) adalah disebut koordinat polar dari P. r adalah jari-jari vector P
dan sudut vectorialnya.
Catatan : (r, ), (r, +360), (-r, +180) mewakili titik yang sama.
Transformasi dari Polar Rectangular Koordinat.
1

X = r cos

r=

x2 + y 2

Y = r sin

= Arc Tan ( y

(jika r dan diketahui)


(jika x dan y diketahui)

Mengukur jarak antara koordinat


Saat menentukan jarak antara dua poin dalam segi empat koordinat sistem, Teorema
Pythagoras dapat digunakan. Dalam gambar bawah, jarak antara A dan B dapat dihitung
dengan cara berikut :

Mengukur Area oleh Koordinat


Daerah trapesium: satu-setengah jumlah dari basis kali ketinggian.
Luas segitiga: satu-setengah produk dasar dan ketinggian.

Daerah tertutup dalam angka dapat


dihitung dengan koordinat. Hal ini
dilakukan dengan membentuk trapesium
dan

menentukan

daerah

mereka.

Trapesium dibentuk oleh absis dari


sudut. koordinat di sudut menyediakan
ketinggian

dari

trapesium. Sebuah

sketsa Angka akan membantu dalam


perhitungan.
1

Cari

garis

lintang

dan

keberangkatan antara titik.


Cari Luas area bidang gambar

Jawab :

Traverse
Traverse adalah suksesi garis lurus sepanjang atau melalui daerah yang akan disurvei. Arah
dan panjang garis-garis ini ditentukan oleh pengukuran yang dilakukan di lapangan. Sebuah
melintasi saat ini yang paling umum dari beberapa kemungkinan metode untuk menetapkan
serangkaian atau jaringan titik dengan posisi yang dikenal di tanah. Patok tersebut disebut
titik kontrol horizontal dan kolektif, mereka terdiri kontrol horisontal untuk proyek tersebut.
Di masa lalu, jaringan triangulasi telah digunakan sebagai kontrol horisontal untuk wilayah
yang lebih luas, kadang-kadang mencakup beberapa negara. Mereka telah diganti baru-baru
ini di banyak tempat oleh jaringan GPS. (GPS akan dibahas secara lebih rinci nanti.) GPS dan
metode lain memanfaatkan teknologi baru akhirnya dapat menggantikan traverse sebagai
sarana utama membangun kontrol horisontal. Sementara itu, sebagian besar survei meliputi
daerah yang relatif kecil akan terus bergantung pada traverse.
Apapun metode yang digunakan untuk membangun kontrol horisontal, hasilnya adalah untuk
menetapkan koordinat persegi untuk setiap titik kontrol dalam survei. Hal ini memungkinkan

setiap titik berhubungan dengan setiap titik lain sehubungan dengan jarak dan arah, serta
untuk mengizinkan wilayah yang akan dihitung bila diperlukan.
Jenis traverse
Ada beberapa jenis atau desain dari traverse yang dapat dimanfaatkan pada setiap survei yang
diberikan. Istilah terbuka dan tertutup yang digunakan untuk menggambarkan karakteristik
tertentu dari sebuah traverse. Jika tidak ditentukan, mereka diasumsikan merujuk pada
matematika daripada sifat geometris melintasi. geometris Tertutup Traverse menciptakan
tertutup bentuk geometris, seperti dua contoh pertama dalam Gambar A.

Figure A

melintasi berakhir pada salah satu dari dua titik, baik pada titik yang sama dari mana ia
dimulai atau pada backsight awal. Dua yang pertama traverse pada Gambar A adalah
geometris tertutup.
Prosedur untuk memulai Traverse
Untuk mulai traverse apapun, titik dikenal harus diduduki. (Untuk menempati titik berarti
untuk mengatur dan tingkat transit atau theodolite, langsung di atas sebuah Patok di tanah
yang mewakili titik itu.) Selanjutnya, arah harus dibentuk. Hal ini dapat dilakukan dengan
penampakan dengan instrumen titik kedua dikenal, atau objek tertentu, yang dalam arah yang
dikenal dari titik yang diduduki. Objek yang instrumen yang menunjuk dalam rangka
membangun arah dikenal sebagai backsight a. Mungkin contoh akan monumen lain di tanah,
menara radio atau tangki air di bukit yang jauh, atau apa pun dengan arah diketahui dari titik
yang diduduki. A benda angkasa seperti Polaris atau matahari juga dapat digunakan untuk
membangun arah awal. Setelah instrumen yang menempati titik yang dikenal, misalnya poin
nomor 2, dan teleskop telah menunjuk ke arah backsight, mungkin menuju titik nomor 1,
maka sudut dan jarak diukur ke titik yang tidak diketahui pertama. Sebuah titik yang tidak
diketahui yang diukur untuk disebut kejelian a. Dengan data ini, posisi titik ini
(memungkinkan menyebutnya poin nomor 100) dapat ditentukan.
Langkah berikutnya adalah untuk memindahkan instrumen untuk foresight sampai pekerjaan
tersebut selesai
Bagaimana jarak satelit diukur

GPS adalah sistem navigasi yang dikembangkan oleh Departemen Pertahanan Amerika.
Didesain sebagai sistem posisi 24 jam dalam sehari, tiga dimensi meliputi seluruh dunia.
Sistem ini didasarkan pada sebuah 21 rasi aktif dan 3 orbit satelit sejauh 10900 mil dari bumi.
Satelit GPS (NAVSTAR) memiliki sebuah periode orbit sebesar 12 jam dan bukan termasu
kedalam orbit geosinkronus. Satelit ini menjaga setiap presisi orbit dan posisi mereka dalam
setiap waktu. Sistem ini memungkinkan pengguna untuk mengakses hingga maksimum 8
satelit dibelahan dunia manapun. GPS menyediakan posisi titik (Latitude / Longitude) dan
posisi relatif (Vektor). GPS dapat membedakan antara setiap meter persegi di permukaan
bumi sehingga ini dapat menjadi standar internasional untuk menentukan lokasi dan arah.
Prinsip GPS
Dalam beberapa abad, manusia telah menggunakan bintang untuk menentukan posisinya.
Jarak yang ekstrim dari bintang membuat mereka melihat terdapat persamaan dari perbedaan
lokasi dan instrumen yang paling canggih tidak dapat menghasilkan sebuah posisi tepat
sampai 1-2 mil. Sistem GPS adalah buah
karya manusia di bidang perbintangan pada
sebuah orbit hingga cukup untuk sebuah
pandangan lapangan dari beberapa satelit.

Dalam survey konvensional, seseorang dapat menentukan sebuah lokasi dengan cara
mengukur dari titik yang telah diketahui koordinatnya. Namun ini berbanding terbalik dengan
sistem GPS. Dalam GPS, titik yang belum diketahui koordinatnya dan di ukur untuk
diketahui, hal tersebut sama dengan proses melakukan reseksi pada survey konvensional.
Bagaimana Jarak Satelit di ukur
Setiap satelit GPS mengirimkan sinyal radio secara berkelanjutnya. Perjalanan gelombang
radio secepat cahaya (186000 mil/detik) dan jika diukur seberapa panjangnya untuk sinyal
untuk mencapai bumidihitung jarak dengan
mengalihkan waktu dalam detik dengan
186000 mil/detik. Untuk mengukur perjlanan
waktu oleh sinyal radio, pancaran satelit
memiliki kode digital yang sangat rumit.
Penerima di bumi menyederhanakan kesamaan
kode pada waktu yang tepat dan ketika sinyal
diterima oleh satelit, penerima membandingkan
antara dua hal tersebut dan mengukur
perubahan fase untuk menentukan perbedaan waktu.
GPS Diferensial

Untuk mencapai akurasi posisi hingga sub-sentimeter, dibutuhkan sebuah tingkat receiver
survey dan sebuah teknik yang disebut GPS Differensial. Dengan menempatkan sebuah
receiver pada sebuah titik yang telah diketahui, faktor kesalahan yang dapat terjadi pada
seluruh sitem dapat dihitung. Hal tersebut dapat diaplikasikan untuk data posisi receiver lain
pada tempat yang sama. Satelit sangatlah tinggi akan kesalahan pengukuran apabila
menggunakan satu receiver, sehingga dapat mempertimbangkan untuk secara tepat sama
untuk lainnya pada jarak yang dekat.

Differential-Levelling
Differential Levelling adalah proses yang digunakan untuk menentukan perbedaan
elevasi/ketinggian antara dua titik. Sipat datar merupakan instrumen dengan teleskop yang
bisa diratakan dengan nivo. Garis optik membentuk bidang horizontal, yang pada ketinggian
yang sama dengan teleskop crosshair. Dengan membaca bidang vertikal diadakan secara
vertikal pada titik elevasi dikenal denga Bench Mark perbedaan elevasi dapat diukur dan
ketinggian instrumen (H.I.) dihitung dengan menambahkan pembacaan rambu ukur dengan
ketinggian benchmark. Instrumen didirikan, pembacaan rambu ukur dapat diambil pada poin
berikutnya dan ketinggian titik dihitung hanya dengan mengurangkan bacaan dari ketinggian
terhadap instrumen.

Pada contoh berikut, ketinggian di BM-A diketahui, dan kita perlu mengetahui ketinggian di
BM-K. Levelling diatur pada titik dekat BM-A, dan dilakukan bacaan pada rambu ukur.
Ketinggian instrumen (HI) dihitung dan rambu ukur membaca untuk balik sebuah Titik (TP1)
diambil. Pembacaan pandangan ke depan yang dikurangi dari ketinggian instrumen untuk
mendapatkan elevasi di TP1. Rambu ukur tetap pada titik di TP1, kemudian rambu ukur
bergerak ke depan dan titik TP1 menjadi backsight tersebut. Prosedur ini diulang sampai
akhir untuk mengetahui elevasi di titik BM-K

Digital Terrain Models


Digital Terrain Model (DTM) adalah representasi dari konfigurasi kontur yang diolah dari
kumpulan titik yang diketahui koordinat X, Y, Z. Pemetaan modern dan fotogrametri
adanya akuisisi data tiga dimensi. Pada komputer dilakukan proses data ke dalam bentuk
yang dapat diinterpolasi ke dalam bentuk tiga dimensi yang terbentuk pada sebuah model.

DTM sebagai suatu benjolan elektronik tanah liat berbentuk menjadi model yang mewakili
medan. Jika alignment terbungkus pada model dan potongan vertikal dibuat sepanjang garis ,
pandangan sisi garis potong akan menghasilkan profil tanah asli keselarasan ini . Jika vertikal
pemotongan dilakukan pada sudut kanan keselarasan di interval yang ditentukan tertentu ,
pandangan sisi pemotongan akan mewakili penampang. Jika potongan horisontal yang dibuat
pada interval ketinggian tertentu , garis potong saat dilihat dari atas akan mewakili kontur.
DTM berfungsi untuk pembuatan lokasi jalan raya. Hal ini digunakan secara luas untuk
mengekstrak profil dan lintas bagian, menganalisis desain, pekerjaan tanah menghitung, dll.

Potongan Melintang (Cross


Section)
Potongan melintang (cross
section) merupakan garis 90
derajat tegak lurus arah garis (PLine, L-Line, centreline of
stream, dll), bentuk tanah
ditentukan dengan mendapatkan
titik ketinggian (elevasi) yang
diketahui jarak dari arah garis.
Potongan melintang digunakan
untuk menentukan kedataran
permukaan tanah yang melewati
lorong arah garis. Kedataran
permukaan tanah membantu
desainer memilih profil vertikal
dan horizontal nya. Arah garis
dipilih sekali, maka jumlah
tebing dapat diperhitungkan.
Jumlah tebing nanti akan
membantu menghitung pilihan
arah garis.

Selain itu perhitungan tebing, potongan melintang digunakan untuk medesain banyak
selokan, perluasan gorong-gorong dan ukurannya serta lokasi dari gorong-gorong baru.

Example of alluvial terraces in a geologic cross section


across the Neosho River Valley
Taken from OConnor, 1953

Referensi
- Fundamentals of Surveying: Sample Examination,George M. Cole PE PLS (Author)
- Basic Surveying,Raymond E Paul (Author), Walter Whyte (Author)
- Electronic vs. Conventional Surveys,R. Dixon(Author)
- http://squidstation.net/Surveying.html
- www.ordnancesurvey.co.uk/gps/
- Ninth Annual SeminarPresented by theOregon Department of TransportationGeometronics,
Oregon

TRANSLATE HEIGHT JEKELI


1. Pendahuluan
Dengan Global Positioning System (GPS) sekarang dapat memudahkan pengukuran tinggi,
jarring control vertical maupun datum hingga akurasi sentimeter.
2. Tinggi
Geomatika adalah

ilmu yang memberikan pendekatan terpadu dalam hal pengukuran,

analisis, pengelolaan, dan penyajian lokasi serta deskripsi dari data yang berbasis di muka
bumi. Penyajian atau pendeskripsian data di permukaan bumi diwakilkan dalam suatu
koordinat tiga dimensi, yaitu dalam bentuk lintang, bujur, serta tinggi. Pada umumnya
penentuan tinggi dari suatu titik ditentukan berdasarkan acuan tinggi permukaan air laut ratarata (geoid), tinggi dari geoid tersebut selanjutnya dikenal dengan tinggi orthometrik. Bentuk
dari geoid sangatlah dinamis untuk itu diperlukan suatu bentuk pendekatan matematis dengan
geometris yang sama (ellipsoid) dalam hal penentuan tinggi titik. Berikut ini akan
ditampilkan perbedaan antara tinggi geoid (Hp) dengan ellipsoid (hp) berdasarkan acuan
vertikal datum.

Gambar 1. Perbedaan tinggi antara tinggi ellipsoid dengan tinggi geoid mengacu terhadap
vertikal datum

2.1.

Geopotensial dan Geoid

Koefisien konstan untuk derajat n dan orde m, mn adalah normalisasi-penuh, fungsi


permukaan bola harmonis:
(2)
Dan nm adalah fungsi Legendre normalisasipenuh yang pertama. Ekspresi (1) menunjukkan solusi pada masalah nilai-batasan untuk
potensi dan dapat digunakan hanya jika titik dengan koordinat (r,,) berada di ruang bebas
(tanpa massa). Ini hanya sebuah kondisi yang diperlukan; sementara itu, konvergensi pada
seri untuk potensial gravitasi terjamin hanya pada titik-titik di luar bola yang melampirkan
semua massa (dimana hal ini menunjukkan sebuah kondisi yang cukup). Dalam prakteknya,
kita dapat menggunakan potongan versi dari seri-seri (n n max) di atas dimana digunakan
untuk memperkirakan potensial pada titik manapun diatas permukaan bumi; ruang eksterior
pada bumi, lebih-lebih, diperkirakan sebagai ruang bebas. Efek pada atmosfer pada
potensial adalah, pada kenyataannya, substansial, kira-kira 54 m 2/s2 dekat dengan permukaan,
namun hal ini adalah kompensasi dari orde pertama (Sjoberg, 1999) secara matematis
menggerakkan atmosfer secara radial ke dalam bumi.
Karena rotasi bumi, gravimeter statis pada bumi mengakibatkan akselerasi sentrifugal (karena
Hukum Ekuivalen Einstein) dimana tidak dapat dipisahkan dari efek gravitasi. Dalam ilmu
Geodesi, kita memahami kombinasi dari sentrifugal dan akselerasi gravitasi (kedua vektor)
sebagai gravitasi (hasil resultan kedua vector). Sejalan dengan itu, sebuah hal yang
menyenangkan dalam menentukan sebuah potensi sentrifugal yang menghasilkan akselerasi
sentrifugal.
(3)
Dimana e adalah laju rotasi Bumi. Maka Potensial Gravitasi sebagai berikut:
(4)
Sebuah permukaan dimana sebuah fungsi potensial mempunyai nilai konstan yang disebut
sebuah permukaan ekuipotensial; dan permukaan ekuipotensial W, W(r,,) = konstan =W0 ,
dimana mendekati mean sea level yang diketahui sebagai geoid (pertama kali diperkenalkan
oleh C.F.Gauss pada tahun 1828 untuk membantu menentukan bentuk Bumi, yang
selanjutnya pada tahun 1873 diperjelas oleh J.B. Listing yang secara spesifik
mengasosiasikannya dengan lautan, dan pada pandangan modern dimengerti sebagai variasi

waktu karena deformasi massa dan redistribusi; lihat juga Grafarend, 1994). Jarak antara
ellipsoid dan geoid disebut sebagai undulasi geoid, atau tinggi geoid.
Secara singkat, kita dapat mengetahui bahwa persamaan (1), secara prinsip, tidak dapat
digunakan untuk menghitung potensial dari geoid, W0 , pada area tanah, karena geoid secara
umum terletak antara kerak benua dan model 1 hanya berlaku di ruang bebas. Di samping itu,
kita tahu bahwa permukaan laut rata-rata dan permukaan tanah (dan dasar laut) terkena
pengaruh dari tarikan gravitasi dari matahari dan bulan dan regangan elastis dari planet-planet
lain), dimana harus kita ketahui dalam mendefinisikan geoid. Kedua hal ini mempengaruhi
definisi kita pada permukaan datum vertical (Bursa et al. (1997) yang menunjukkan bahwa
nilai potensial dari geoid tidak terpengaruh).
Hubungan antara vector gravitasi dan potensialnya adalah sebagai berikut:
G = VW ,
(5)
Dimana V menandakan operator gradient. Secara umum, kita ketahui bahwa dari kalkulus
dimana gradien menunjukkan vector pada arah dari kecuraman lereng dari sebuah fungsi,
yang tegak lurus pada garis isometric-sebagai contoh, pada kasus potensial, vector tegak lurus
pada permukaan ekuipotensialnya. Komponen dari gravitasi yang tegak lurus pada
permukaan ekuipotensial dengan demikian, menunjukkan besar nilainya dan kita dapat
menuliskan:

|g|=g=

dW
dn
(6)

Dimana dn adalah sebuah jalan differensial sepanjang garis tegak lurus dan tanda minus
adalah masalah sebuah konvensi (potensial yang menurun pada ketinggian, panjang jalan
adalah positif ke atas, dan besar gravitasi adalah positif).
2.2.

Tinggi Dinamis

Tinggi dari sebuah titik di atas permukaan laut rata-rata sekarang didefinisikan lebih akurat
sebagai tinggi yang sehubungan juga dengan geoid, dimana dengan baik mendefinisikan
permukaan, dalam prinsipnya, walaupun aksesibilitasnya masih belum terbentuk sempurna.
Faktanya, kita pertama kali akan mendefinisikan sebuah geoid local (datum vertical lokal)
dengan sebuah titik, P0(j) , diasumsikan di atasnya dan dapat diakses (contohnya stasiun
pengukuran pasang-surut), dan dimana potensial gravitasi adalah W0(j) (bukan suatu nilai yang
diketahui).

Ada tiga tipe dalam referensi tinggi geoid; setiap tipenya didasarkan pada perbedaan
potensial gravitasi antara geoid local dan titik di dalam persamaan. Perbedaan potensial ini
diketahui sebagai nomor geopotensial.
(7)
Dimana Wp adalah potensial gravitasi pada titik P. Tiap titik memiliki nomor geopotensial
yang unik, terskala, dan dapat digunakan sebagai koordinat tinggi dari titik. Secara spesifik,
untuk adopsi konstan, 0 , kita memiliki
2.3.

Tinggi Ortometrik

Untuk mencari definisi tinggi secara geometric, dalam hal jarak vertical yang sebenarnya bisa
dilakukan proses perhitungan menggunakan hubungan antara gravitasi dan nilai potensialnya
(6), seperti persmaan berikut :

(9)
Dimana integrasi dari geiod local ke nilai P adalah acak ( pengamatan medan gravitasi) ,
contohnya dalam pengukuran permukaan bumi. Dengan catatan jika titik awal bisa bernilai
acak selama datum geoid yang digunakan merupakan datum local pada bidang permukaan
equipotensial. Dengan kondisi seperti itu didapatkan hasil perhitungan sebagai berikut :

(10)
Jumlah geopotensial dapat dihitung menggunakan perhitungan gravitasi dan vertical dari
sebagian bidang equipotensial di sepanjang area pengukuran. Selain itu ada juga cara khusus
perhitungannya melalui nilai plumb line, seperti formula berikut :

(11)
Dimana dH adalah elemen diferensial sepajang plumb line dan P(j) adalah base dari
plumb line pada geoid local. Selanjutnya dilakukan pembagian dan perkalian panjang total
dari plumb line sehingga mendapatkan hasil seperti berikut :

(12)
dimana

(13)
Hasil rata rata dari nilai gravitasi sepanjang plumb line kemudian disebut tinggi
orthometrik dengan ketelitian intepretasi nilai di atas dan permukaan geoid local yang cukup
baik.
Namun dalam beberapa teori, tinggi orthometrik tidak bisa ditentukan secara presisi
dan harus memperhitungkan hipotesis atau model kepadatan dari kerak bumi. Dari teori
tersebut akhirnya muncul berbagai proses perhitungan seperti rata-rata perhitungan nilai
gravitasi sepanjang plumb line

, P dan P(j) didapat dari perhitungan Prey Reduction.

Perhitungan prey reduction didapat menggunakan formula berikut :

(14)

(15)
Menggunakan rumus (15) dalam (12)

menghasilkan tinggi helmert:

(16)
Yang mana, dalam prinsipnya, butuhkan iterasi pada
hanyalah sebuah kuadrat

: atau sejak (12) dengan (15)

, dan dapat ditulis seperti berikut:

(17)
Di mana orde tertinggi kurang dari O(10-10).

2.4. Tinggi Normal


Hal ini dimungkinkan untuk menentukan ketinggian yang sama secara geometris dan dapat
ditafsirkan menghindari hipotesis densitas kerak. Hal ini dilakukan dengan memperkenalkan
sebuah pendekatan untuk bidang gravitasi yang dapat dihitung dengan tepat pada titik
manapun. Medan gravitasi yang normal sesuai dengan tujuan ini. Hal ini didefinisikan
sebagai medan gravitasi yang dihasilkan oleh ellipsoid bumi yang berisi total massa Bumi
(termasuk atmosfer), yang berputar dengan Bumi pada sekitar sumbu minor, dan hal itu
merupakan permukaan ekipotensial dari gravitasi bidang yang dihasilkannya. Bagian
gravitasi, Vellip, dari bidang normal dinyatakan sebagai (1), tetapi karena garis ellipsoid
simetri yang bersinggungan dengan nilai batas, rentetan hanya mengandung harmonik secara
zona (tidak ada ketergantungan pada bujur). Bagian sentrifugal disebut sebagai (3), dan total
potensial gravitasi normal adalah
(18)
Pada ellipsoid, U adalah konstan, U0, menurut definisi. U dapat dihitung di mana saja pada
ruang di atas ellipsoid menggunakan empat konstanta yang menggambarkan ukuran dan
bentuk ellipsoid, massa, dan rotasi. Saat ini biasanya menggunakan:
a= sumbu semi mayor ellipsoid;
J2= penggepengan dinamis (koefisien harmonic zonal tingkat dua);
kM= Gravitasi Newton kali massa Bumi konstan (termasuk atmosfer);
e= tingkatan rotasi bumi.
Nilai potensial, U0, sepenuhnya ditentukan oleh konstanta yang diambil pada (19); itu
diberikan oleh rumus Pizzetti (Heiskanen dan Moritz, 1967):
(20)
di mana b adalah sumbu semi-minor dari ellipsoid normal, dan E jika eksentrisitas linier.
Vektor gravitasi normal, dianalogikan dengan (5):
(21)
dan dapat dihitung dengan tepat di mana saja pada atau di atas ellipsoid dari konstanta yang
diberikan (NIMA, 1997).
Pertimbangkan garis tegak lurus normal yang melalui P; hal ini merupakan garis yang selalu
tegak lurus terhadap permukaan ekipotensial dari medan gravitasi normal. Pada gari itu
adalah titik Q, dimana potensi gravitasi yang normal sama dengan potensial gravitasi yang
sebenarnya di P:
UQ= WP.

(22)

Perhatikan bahwa U dan W mengacu pada dua bidang gravitasi yang berbeda, dan kesetaraan
di atas bukan merupakan hubungan fungsional, hanya penjelasan dari nilai-nilai. Kami
mendefinisikan jumlah geopotential normal Q (juga disebut nomor spheropotential) sebagai
berikut:
(23)
dimana (7) digunakan dan pada analogi (11):

(24)
a = sumbu panjang dari ellipsoid
J2 = pengepengan dinamis
kM = Konstanta gravitasi Newton dikali masa bumi (termasuk atmosfir)

= rotasi bumi

Nilai dari potensial, U0, dijabarkan dari konstanta yang diadaptasi pada persamaan (19);
diberikan dari persamaan Pizzetti :
U 0=

kM
E 1
tan 1 + 2e a2
E
b 3

Dimana b adalah sumbu pendek dari ellipsoid normal, dan E adalah eksentrisitas linear.
Vektor gravitasi normal dianalogikan pada persamaan 5 ( Heiskanen dan Moritz, 1967)
= U
Dan dapat dihitung dimanapun diatas ellipsoid dari konstanta yang diberikan (NIMA, 1997)
Berdasarkan normal plumb line (garis normal) yang melewati P; garis yang selalu tegak lurus
dengan bidang equipotensial dari normal gravity field. Pada garis itu terdapat titik Q dimana
potensial normal gravitasi sama dengan gravitasi potensial pada P
UQ = WP
Dimana U dan W mengacu pada dua gravity field (bidang gravitasi), dan persamaan diatas
tidak dalam hubungan fungsional, hanya menggambarkan nilai. Kami mendeskripsikan
normal geopotential number (Nilai geoptensial normal) dari Q dengan rumus:

Dimana (persamaan 7) digunakan dan dianalogikan dalam (persamaan 11)

Dan Q didasarkan titik pada bidang ellipsoid (bukan geoid) dari garis normal. dan juga dH*
digambarkan dengan elemen berbeda didalam garis normal.
Pembagian dan pengalian di sisi kanan dari persamaan 24 oleh total panjang, H Q , dari garis
normal ke ellipsoid ke Q kita dapatkan persamaan 23.

Dimana

Adalah nilai rata-rata dari gravitasi normal pada garis normal (plumb line). Sekarang titik Q
ada pada telluroid dan jarak antara telluroid dengan permukaan bumi diketahui sebagai
height anomaly pada P, P. secara konvensional jarak dari HQ dan P adalah keterbalikan dari
garis normal dan permukaa bumi didefinisikan sebagai pemecah P dari ellipsoid yang
diketahui sebagai quasi-geoid . bentuk dari quasi-geoid sama dengan geoid tapi quasi-geoid
bukan bidang eqipotensial pada normal gravity field . jika titik P berada pada geoid dan jika
nilai potensial gravitasi dari geoid adalah W0 = U0 , maka titik Q pada telluroid adalah
ellipsoid, dimana quasi geoid sama dengan geoid pada titik itu.
Kita mengasumsikan jika perbedaan U0 W0 pada persamaan 25 pada umumnya tidak
diketahui. Berdasar pada masalah P adalah titik awal P0 . dari datum vertical local maka
dan mengacu pada titik telluroid pada titik Q kita memiliki persamaan

adalah jarak dari ellipsoid ke titik Q dimana


titik P0 ke quasigeoid

atau dapat disebut jarak dari

Dan mengganti ke dalam rumus ( 28 ) lalu membalik, akan ditemukan rumus untuk
ketinggian normal :

Sebagai catatan kedepannya bahwa

Juga dapat menentukan ketinggian lokal anomali , mengidentifikasi pemisahan kuasi geoid
lokal dari ellipsoid (Gambar 2 ) :

2.5 Review Ketinggian


Penting untuk menyadari bahwa ketinggian normal tergantung di tempat pertama, seperti
ketinggian andcorthometric dinamis, pada jumlah geopotential di P, CP (j) (yang merupakan
nilai geopotensial yang sebenarnya sehubungan dengan potensi geoid lokal). Tidak seperti
ketinggian ortometrik, ketinggian normal dapat ditentukan secara pasti meskipun beberapa
prosedur iterasi diperlukan dalam perhitungan Q, karena juga tergantung pada ketinggian
normal. Dan tidak seperti ketinggian dinamis, ketinggian yang normal memiliki interpretasi
geometris yang pasti, sebagai jarak vertikal P di atas kuasi-geoid lokal. Akhirnya, kita akan
melihat bahwa model geopotensial, seperti (1), menghasilkan tinggi anomali lebih mudah
daripada undulasi geoid (pada kenyataannya, yang terakhir, dalam teori, tidak ditentukan
karena kita tidak tahu kepadatan massa kerak); dan, oleh karena itu, kuasi-geoid secara
teoritis lebih realisasi dari model geopotensial dari geoid. Salah satu kelemahan dari
ketinggian normal adalah definisi rahasia, menjadi ketinggian di atas kuasi-geoid, bukan
geoid (yang biasanya, meskipun dengan beberapa kesalahan, diidentifikasi sebagai
permukaan laut).
Kelemahan dari kedua ketinggian ortometrik dan normal adalah bahwa tidak menunjukkan
arah aliran air. Hanya ketinggian dinamis memiliki sifat ini. Artinya, dua titik dengan
ketinggian dinamis identik pada permukaan yang sama ekipotensial (dari medan gravitasi
yang sebenarnya) dan air tidak akan mengalir dari satu ke titik lainnya. Dua poin dengan
ketinggian ortometrik identik berbaring di permukaan ekipotensial yang berbeda (karena,
umumnya, g); dan, air akan mengalir dari satu titik ke titik yang lain, meskipun mereka
memiliki yang sama (ortometrik) ketinggian. Pernyataan yang sama berlaku untuk ketinggian
normal, meskipun, karena kelancaran bidang normal, efeknya tidak separah. P1 g P2 Tabel
1 memberikan ringkasan dari tiga jenis ketinggian, serta variasi ini didasarkan pada asumsi
yang berbeda dan pendekatan. pembaca memperingatkan bahwa nomenklatur bentuk
perkiraan dan perkiraan, sendiri, tidak universal dan dapat menyebabkan kebingungan. rumus
yang diberikan sesuai dengan definisi yang diberikan di NGS (1986).

Informasi gravitasi yang cukup, ketinggian dinamik, ortometrik, dan ketinggian normal dapat
berubah dari satu ke yang lain, karena mereka semua tergantung pada jumlah geopotential.
Dari (8), (12), dan (28), diberikan:
(33)
Perbedaan antara panjang sepanjang garis tegak lurus dan panjang yang sesuai sepanjang
tegak lurus (atau normal) ke ellipsoid adalah karena kelengkungan sebelumnya. Hasil
kelengkungan di defleksi dari garis tegak lurus dari ellipsoid normal (defleksi vertikal) yang
biasanya dari urutan 10 arcsec dan dalam kasus yang jarang bisa mencapai 1 arcmin. Dengan
mengacu pada Gambar 3, kita melihat bahwa perbedaan ketinggian yang sesuai adalah:
(34)

Ini adalah efek yang dapat diabaikan untuk semua ketinggian topografi bumi (bahkan untuk
kasus ekstrim dari = 1 arcmin dan h = 10000 m, kita memperoleh h < 1 mm). Dengan
demikian kita dapat memperlakukan semua ketinggian geometris ditafsirkan sebagai panjang
bersama ellipsoid normal, yang sangat menyederhanakan perbandingan dan konversi antara
ketinggian yang berbeda.

Gambar 3. Perbedaan antara panjang di sepanjang garis tegak lurus melengkung dan
sepanjang ellipsoid lurus tegak lurus.
3. Model untuk

Kita ingin menemukan cara untuk menentukan nilai potensial datum vertikal lokal, j.
Maka kita dapat menghubungkan datum yang berbeda di seluruh dunia dan juga
mendefinisikan datum vertikal. Jelas, jika kita memiliki perkiraan geopotensial (e.g, EGM96,
Lemoine et al., 1998) dan mengetahui koordinat (geosentris) dari titik pada permukaan datum
vertikal lokal (geoid lokal), maka itu hanya masalah untuk mencari nilai potensial gravitasi
pada titik ini untuk menemukan

. Masalahnya generalisasi pada titiknya

adalah tidak pada geoid lokal, tapi kita tahu tingginya sehubungan dengan datum, dengan
demikian harus diperlukan koordinat untuk mencari nilai potensial gravitasi. Dengan
demikian, secara keseluruhan, kita membutuhkan data sebagai berikut untuk membuat
estimasi

: perkiraan fungsi potensial gravitasi, W; koordinat geosentris dari

titik (misalnya, r, , ), dan tinggi titik ini sehubungan dengan datum.


Kita mulai dengan pengembangan potensial gravitasi normal dalam Deret Taylor dengan
ellipsoid normal:
(35)

Sekarang dengan
(36)

dan dengan (22), kita mendapatkan:


(37)

Sisi kiri adalah tinggi anomali, P. Istilah kedua di sisi kanan dapat diabaikan; sejak |hP hQ|
<110 m dan gradien vertikal gravitasi adalah 0,3086 mgal/m, itu berjumlah tidak lebih dari 2
mm. Mendefinisikan disturbing potential, Tp di point P:
(38)
kita kemudian memperoleh dari (37)
(39)
Dari (32), kita memperoleh ketinggian lokal anomali, juga dalam hal disturbing potential:
(40)

Itu hanya soal mengevaluasi potensi gravitasi pada titik ini untuk menemukan W0 (j).
Masalahnya generalisasi jika intinya adalah tidak pada geoid lokal, tapi kita tahu tingginya
sehubungan dengan datum dan dengan demikian, sekali lagi, harus diperlukan koordinat
untuk mengevaluasi potensi gravitasi. Dengan demikian, secara keseluruhan, kami
membutuhkan data sebagai berikut untuk membuat estimasi W0 (j): perkiraan fungsi
potensial gravitasi, W; koordinat geosentris dari titik (misalnya, r, q, l), dan tinggi titik ini
sehubungan
dengan
datum.
Kita mulai dengan perluasan potensi gravitasi normal dalam serangkaian Taylor bersama
normal ellipsoid:

Sekarang, dengan

Dan dengan rumus (22), kita mengamati

Sisi kiri adalah anomali tinggi, ZP. Istilah kedua (dan lebih tinggi-order istilah) di sisi kanan
dapat diabaikan; sejak h P - h Q <110 m dan gradien vertikal gravitasi adalah 0,3 086 mgal /
m, itu jumlah tidak lebih dari 2 m m. Mendefinisikan potensi mengganggu, TP, di titik P:

kita kemudian memperoleh dari (37) tinggi anomali di fisik daripada istilah geometris:

Dari (32), kita memperoleh ketinggian lokal anomali, juga dalam hal potensi mengganggu:

Jika titik, P, adalah pada geoid lokal (P = P (j)), maka kita mendapatkan sama seperti pada
(37):

dimana Q (j) adalah titik di mana UQ (j) = Wp (j). Undulasi geoid lokal yang didapat sebagai
berikut. Catatan pertama bahwa dengan kembali menerapkan (35) (P ke Q (j) dan Q ke Q), kita
memiliki

Dengan demikian, dengan undulasi geoid,

keta mengamati

Persamaan (39), (40), dan (43) adalah manifestasi dari (umum) rumus Bruns '.
Dari meratakan (dan data gravitasi) kita memperoleh ketinggian normal, HP norma (j),
sehubungan dengan kuasi-geoid lokal menurut (11), (26), dan (28). Dari GPS kita
memperoleh ketinggian ellipsoidal, h P; yang memungkinkan kita untuk menghitung di P
potensi yang sebenarnya dari model (misalnya, EGM96), diasumsikan errorless untuk saat
ini. Juga, potensi normal dapat dihitung pada P, maka TP dapat dihitung sesuai dengan (38).
Dari Gambar 2, kita memiliki :

Menggunakan ekspresi (40) untuk tinggi lokal anomali, kita dapat memecahkan potensi geoid
lokal:

Semua jumlah di sisi kanan yang baik diberikan atau diukur, dan sisi kiri adalah potensi
sebenarnya dari geoid lokal. Untuk memverifikasi persamaan ini, pilih titik, P, menjadi titik
asal, P0 (j), dari datum vertikal lokal; kemudian (45) mengurangi ke:
Penentuan undulasi geoid (atau fungsi potensial gravitasi) dapat dianggap benar pada dasar
yang terdapat tinggi orthometrik (atau tinggi normal) apabila ketinggian ellipsoid diberikan,.
Oleh sebab itu rumus (44) dan (49) merupakan dasar dari penentuan ini. Perlu dicacat,
undulasi geoid untuk geoid lokal, atau datum vertikal lokal telah ditentukan, di mana
mempengaruhi kondisi fungsi potensial gravitasi, W (atau T), nilai potensial dari lokal geoid
harus sudah diketahui. Di mana, mensubstitusi persamaan (43) ke persamaan (49).

Dengan hal yang sama untuk ktinggian normal dengan referensi datum vertikal lokal, kita
subtitusi persamaan (40) ke persamaan (44)

Selanjutnya, kita dapat mengetahui betapa pentingnya potensial geoid lokal, dalam penentuan
tinggi orthometrik (atau normal) pada sebuag datum vertikal lokal dengan GPS dan
perubahan fungsi potensial.

Referensi
Bursas, M.,K.Radej, Z. Sima, S.A. True dan V. Vartrt (1997): Determination of the
geopotenstial scale factor from TOPEX/Poseidon satellite altimetry. Studia geoph. et geod.,
41, 203-216
Grafarend, E.W.(1994): What is a geoid? In: Geoid and its Geophysical Interpretation, P.
Vanicek and N.T Christou (eds.), pp. 1-32, CRC Press, Boca Raton
Lemoine, F.G, et al.(1998): The development of the joint NASA GSFC and the National
Imagery Mapping Agency (NIMA) geopotential model EGM96. NASA Technical Report
NASA/TP-1998-206861, Goddard Space Flight Center, Greenbelt, Maryland
Heiskanen, W.A and H.Moritz (1967): Physical Geodesy, Freeman and Co., San Fransisco
Moritz, H. (1992): Geodetic Reference System 1980. Bulletin Geodesique, 66(2), 187-192
NGS (1986): Geodetic Glossary. Publication of the National Geodetic Survey, NOAA/NOS,
National Geodetic Information Center, Rockville, MD.
NIMA (1997): Department of Defense World Geodetic System 1984. Tech. Report TR8350.2.third edition, National Imagery and Mapping Agency, Bethesda, MD.
Sjuberg, L.E (1999): The IAG approach to the atmospheric geoid correction in Stokes
formula and a new strategy, Journal of Geodesy, 73(7), 362-366

Anda mungkin juga menyukai