BAB I........................................................................................................ 2
I.
II.
III.
IV.
BAB I
I.
produksi dan biaya usaha yang diperlukan dalam menjalankan kegiatannya. Dengan
demikian pengertian break even adalah suatu keadaan dimana penghasilan dan
penjualan hanya cukup untuk menutup biaya, baik bersifat variabel maupun yang
bersifat tetap. dengan kata lain keadaan break even menunjukkan jumlah laba sama
dengan nol atau bahwa penghasilan total sama dengan biaya total.
Analisa ini juga mampu menujukkan bagaimana jumlah keuntungan yang
diperoleh akan berubah bilamana terjadi perubahan pada salah satu atau lebih dari
faktor-faktor berikut ini.:
a. Harga jual produk: naik atau turunnya harga jual akan berpengaruh terhadap
penghasilan dari penjualan.
b. Jumlah unit yang terjual: juga perubahan dari jumlah unit terjual akan secara
langsung mempengaruhi penghasilan penjualan
c. Biaya produksi dan/atau biaya usaha: yang terakhir ini akan mempengaruhi
biaya keseluruhan yang harus diperhitungkan terhadap hasil penjualan.
Oleh karena laba adalah selisih abtara penghasilan atau biaya dengan keseluruhan
biaya, maka perubahan dari penghasilan atau biaya dengan sendirinya akan
mempengaruhi laba yang diperoleh. Oleh karena itu analisa break even sering juga
disebut sebagai analisa Cost Profit- Volume (Analisa C.P.V).
II.
TFC
(1 TVC/TR)
TFL
Harga Jual/unit Biaya
Variabel/unit
100.000
2.500
1.300
1.800
3.100
125.000
3.125
1.625
1.800
3.425
150.000
3.750
1.950
1.800
3.750
200.000
5.000
2.600
1.800
4.400
Laba anggaran
(600)
(300)
600
Pada tingkat penjualan terendah (100.000 unit atau rp 2.500.000) perusahaan akan
menderita kerugian rp 600.000 dan pada tingkat penjualan tertinggi (200.000 unit
atau rp 5.000.000) akan memperoleh keuntungan rp 600.000. Volume bep akan
dicapai pada tingkat penjualan sebesar 150.000 unit atau penghasilan penjualan
sebesar rp 3.750.000 pada tingkat mana penghasilan keseluruhan (tr) sama dengan
biaya keseluruhan (tc). Sehingga pada tingkat tersebut laba perusahaan sama dengan
nol. Dengan demikian volume Break Even dicapai pada tingkat penjualan 75% dari
volume penjualan yang dianggarkan, yaitu berasal dari perhitungan:
150.000 unit/200.000 unit atau Rp 3.750.00/ Rp 5.000.000.
dengan kata lain angka 25% ini menunjukkan batas maksimal turunnya penjualan
yang dapat ditolelir untuk dapat mencegah terjadinya kerugian atau disebut juga
Margin Of safety atau margin pengaman.
Safety Margin = 1 Unit Break Even
Unit Yang Dianggarkan
Dimana:
Sumbu x merupakan unit yang diproduksi
Sumbu y merupakan total penerimaan.
Cara penggambaran di sebelah kanan lebih tepat karena menunjukkan bahwa biaya
variabel-lah yang lebih relevan untuk ditutp terlebih dahulu sebelum penghasilan
penjualan itu digunakan untuk menutup biaya tetap. Hal tersebut karena biaya tetap
merupakan biaya yang sudah terlanjur (sunk cost)
3. Pendekatan secara arithmatik
Break even dapat diketahui dengan memasukkan data anggaran sebagai berikut:
a. Atas dasar keseluruhan:
BE =
1.800.000
1 2.600.000
5.000.000
atau Rp 3.750.000 atau 150.000 unit