TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
umum yang digunakan bersama oleh beberapa keluarga untuk keperluan mandi,
mencuci, dan buang air di lokasi permukiman tertentu yang dinilai berpenduduk
cukup padat dan tingkat kemampuan ekonomi rendah (Pengembangan Prasarana
Perdesaan (P2D), 2002). MCK komunal/umum adalah sarana umum yang digunakan
bersama oleh beberapa keluarga untuk mandi, mencuci dan buang air di lokasi
pemukiman yang berpenduduk dengan kepadatan sedang sampai tinggi (300-500
orang/Ha) (Pusat Penelitian dan Pengembangan Permukiman, 2001).
2.1.1. Jenis MCK Komunal/Umum
Jenis MCK Komunal dibagi menjadi 2 (dua) terkait dengan fungsinya
pelayanannya yaitu: (Proyek REKOMPAK JRF, 2008)
1.
2.
dalam melakukan kebutuhan mandi, cuci dan buang airnya. Lokasi MCK jenis
ini idealnya harus ditengah para penggunanya/ pemanfaatnya dengan radius
50 100m dari rumah penduduk dan luas daerah pelayanan maksimum untuk
1 MCK adalah 3 ha.
Disain MCK sangat tekait dengan kebiasaan atau budaya masyarakat setempat
sehingga disain tersebut perlu dimusyawarahkan dengan masyarakat pengguna
dengan tetap menjaga kaidah kaidah MCK yang sehat.
Tujuan dibangun MCK dengan sistem komunal di pemukiman padat adalah,
sebagai berikut : (Soenarto, 1992)
1.
2.
3.
4.
Mandi
2
2
2
2
4
4
4
Jumlah Bilik/Ruangan
Cuci
1
2
3
4
5
5
6
Kakus
2
2
4
4
4
6
6
Sumber: Tata Cara Perencanaan Bangunan MCK komunal/umum -SNI 03 - 2399 2002
Catatan :
Jumlah bilik untuk mandi dan kakus bisa digabungkan menjadi satu dan didiskusikan
dengan warga pemakai. Tempat cuci dalam kondisi lahan terbatas, dapat ditempatkan
di dekat sumur dengan memperhitungkan rembesan air limbah cucian tidak kembali
masuk ke
1.
Kamar Mandi
Meliputi lantai luasnya minimal 1,2 m2 (1,0 m x 1,2 m) dan dibuat tidak licin
Kakus/Jamban
a. Pengertian Jamban
Jamban keluarga didefinisikan suatu bangunan yang dipergunakan untuk
Jamban cubluk (pit privy) adalah jamban yang tempat penampungan tinjanya
dibangun dibawah tempat pijakan atau dibawah bangunan jamban. Jenis
jamban ini, kotoran langsung masuk ke jamban dan tidak terlalu dalam karena
akan mengotori air tanah, kedalamannya sekitar 1,5-3 meter (Mashuri, 1994).
2.
3.
Jamban kimia (chemical toilet) adalah model jamban yang dibangun ditempattempat rekreasi, pada transportasi seperti kereta api dan pesawat terbang dan
lain-lain. Pada model ini, tinja disenfeksi dengan zat-zat kimia seperti caustic
soda dan pembersihnya dipakai kertas tisue (toilet paper). Jamban kimia ada
dua macam, yaitu :
Jamban leher angsa (angsa trine) adalah jamban leher lubang closet berbentuk
lengkungan, dengan demikian air akan terisi gunanya sebagai sumbat
sehingga dapat mencegah bau busuk serta masuknya binatang-binatang kecil.
Jamban model ini adalah model terbaik yang dianjurkan dalam kesehatan
lingkungan (Warsito, 1996).
b.
Syarat-Syarat Jamban
Jamban keluarga sehat adalah jamban yang memenuhi syarat-syarat sebagai
Tidak mencemari sumber air minum, letak lubang penampung berjarak 10-15
meter dari sumber air bersih,
2.
Tidak berbau dan tinja tidak dapat dijamah oleh serangga maupun tikus,
3.
4.
5.
Dilengkapi dinding dan atap pelindungm dinding kedap air dan berwarna,
6.
Cukup penerangan,
7.
8.
9.
Jarak aman antara lubang kakus dengan sumber air minum dipengaruhi oleh
berbagai faktor antara lain : (Chandra, 2007)
1.
2.
3.
Faktor Meteorologi : di daerah yang curah hujannya tinggi, jarak sumur harus
lebih jauh dari kakus.
4.
5.
6.
c.
1.
2.
Melindungi dari gangguan estetika, bau dan penggunaan sarana yang aman,
3.
4.
5.
Pemeliharaan Jamban
Jamban hendaknya selalu dijaga dan dipelihara dengan baik. Adapun cara
pemeliharaan yang baik menurut Depkes RI, 2004 adalah sebagai berikut :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Tabel 2.2.
Jumlah
Pengguna
(Jiwa)
Kapasitas
Tanki Septik
(m3)
10
15
20
25
30
35
40
45
50
55
60
65
70
75
80
85
90
95
100
110
120
130
140
150
160
170
180
190
200
1,0
1,5
2,0
2,4
2,9
3,4
3,9
4,4
4,8
5,3
5,8
6,3
6,8
7,2
7,7
8,2
8,7
9,1
9,6
10,5
11,5
12,4
13,4
14,3
15,3
16,2
17,1
18,1
19,0
Dalam+
tinggi
jagaan/ruang
kosong
(m)
1,8
Lebar (m)
Panjang (m)
0,60
0,70
0,80
0,90
1,00
1,00
1,20
1,20
1,30
1,30
1,40
1,50
1,50
1,60
1,60
1,70
1,70
1,80
1,80
1,90
2,00
2,00
2,10
2,20
2,30
2,30
2,40
2,50
2,50
1,20
1,40
1,60
1,80
2,00
2,10
2,30
2,40
2,60
2,70
2,80
2,90
3,00
3,00
3,20
3,30
3,40
3,50
3,60
3,75
3,90
4,00
4,20
4,40
4,50
2,70
4,80
4,90
5,00
Pemukiman Padat
Rumah adalah tempat untuk tumbuh dan berkembang, baik secara jasmani,
rohani dan sosial. Definisi ini membawa banyak konsekuensi yakni bahwa selain
kualitas rumah yang harus baik, diperlukan pula segala fasilitas yang dibutuhkan
untuk tumbuh dan berkembang. Fasilitas itu misalnya fasilitas pendidikan, pasar/toko,
tempat kerja, fasilitas air bersih dan sanitasi (Juli Soemirat, 1994).
Berdasarkan Undang-Undang No. 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan
Permukiman, disebutkan bahwa permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup
diluar kawasan hutan lindung, baik yang berupa kawasan perkotaan maupun pedesaan
yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat
kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan. Berdasarkan PP No. 80
tahun 1999 tentang kawasan siap bangun dan lingkungan siap bangun berdiri sendiri,
rumah layak huni adalah rumah yang memenuhi persyaratan kesehatan, keselamatan
dan kenyamanan. Pemukiman padat adalah pemukiman yang berpenduduk dengan
kepadatan tinggi yaitu 300-500 orang/Ha.
Menurut Silas (2008), rumah disebut layak bila memenuhi aspek sehat, aman,
terjamin, dapat dicapai dan mampu dibayar, termasuk kebutuhan dasar, bebas
dikriminasi dan kepastian kepemilikannya.
Pemukiman sering disebut perumahan dan atau sebaliknya. Pemukiman
berasal dari kata housing dalam bahasa inggris yang artinya adalah perumahan dan
kata human settlement yang artinya pemukiman. Perumahan memberikan kesan
tentang rumah atau kumpulan rumah beserta prasarana dan sarana lingkungannya.
Perumahan menitikberatkan pada fisik atau benda mati, yaitu houses dan land
settlement. Sedangkan pemukiman memberikan kesan tentang pemukiman atau
kumpulan pemukim beserta sikap dan perilakunya di dalam lingkungan, sehingga
pemukiman menitik beratkan pada sesuatu yang bukan bersifat fisik atau benda mati
yaitu manusia (human). Dengan demikian perumahan dan pemukiman merupakan
dua hal yang tidak dapat dipisahkan dan sangat erat hubungannya, pada hakekatnya
saling melengkapi.
Adapun masalah yang dihadapi oleh masyarakat berpenghasilan rendah di
pemukiman padat adalah (Depkimpraswil, 2003) :
1.
Kelangkaan air bersih dimana air dibeli dengan harga yang mahal untuk
mendapatkannya.
2.
3.
Tidak ada tempat pembuangan tinja manusia yang memadai walaupun ada
jumlah sangat terbatas tanpa memperdulikan pengaruh buruk terhadap
lingkungan.
2.3.
Keputusan
Menteri
Kelautan
dan
Perikanan
Nomor
Masyarakat Perairan, kesatuan sosial yang hidup dari sumber daya perairan,
cenderung terasing dari kontak dengan masyarakat-masyarakat lain, hidupnya
pun lebih banyak berada dilingkungan perairan daripada di darat, dan
berpindah-pindah tempat di suatu wilayah (teritorial) perairan tertentu.
Kehidupan sosial mereka cenderung bersifat egaliter, dan hidup dalam
kelompok-kelompok kekerabatan setingkat klen kecil.
2.
3.
masyarakat nelayan adalah bagian dari masyarakat pesisir yang bermukim secara
menetap di lokasi yang dekat dengan laut dan banyak memanfaatkan hasil laut dan
potensi lingkungan perairan dan pesisir untuk kelangsungan hidupnya.
Ada beberapa ciri masyarakat nelayan menurut Hadi (2000:73) yaitu kondisi
sosial ekonomi yang rendah, pendidikan yang rendah, fasilitas sarana dan prasarana
yang masih kurang, hunian liar (squatters) dan kumuh (slum). Teori yang lain
diungkapkan oleh Darsef dalam Rafli (2004:25) yang mengatakan bahwa ada
beberapa faktor yang mempengaruhi lingkungan wilayah pesisir yaitu: Pertambahan
penduduk, kegiatan-kegiatan manusia, pencemaran, sedimentasi, ketersediaan air
bersih, dan exploitasi yang berlebihan terhadap sumber daya alam. Pendapat lain
diungkapkan lebih lanjut oleh Dahuri dalam Rafli (2004:25) mendefinisikan bahwa
gejala kerusakan lingkungan yang mengancam kelestarian sumber daya pesisir
meliputi: Pencemaran, Degradasi fisik habitat, exploitasi yang berlebihan terhadap
sumber daya alam, abrasi pantai, konversi kawasan lindung menjadi peruntukan
pembangunan lainnya, dan bencana alam.
Hal menarik diungkapkan oleh Wahyudin (2003) bahwa bagi masyarakat
pesisir, hidup di dekat pantai merupakan hal yang paling diinginkan dikarenakan
berbagai kemudahan aksesibilitas dari dan ke sumber mata pencaharian lebih
terjamin, mengingat sebagian besar masyarakat menggantungkan kehidupannya pada
pemanfaatan potensi perikanan dan hasil laut yang terdapat disekitarnya, disamping
itu mereka lebih mudah mendapatkan kebutuhan akan MCK dan membuang limbah
mereka langsung di laut.
Pendapat lain disampaikan oleh Departemen Pekerjaan Umum Bidang Cipta
karya tentang karakteristik permukiman nelayan adalah :
1.
2.
3.
60% dari jumlah penduduk merupakan nelayan, dan pekerjaan lainnya yang
terkait dengan pengolahan dan penjualan ikan.
4.
5.
Kontaminasi dan pencemaran pada air permukaan dan badan-badan air yang
digunakan oleh manusia.
2.
3.
4.
2.5.
penyakit yang disebabkan tidak tersedianya sanitasi dasar seperti penyediaan jamban.
Bakteri E.Coli dijadaikan sebagai indikator tercemarnya air, dan seperti kita ketahui
bahwa bakteri ini hidup dalam saluran pencernaan manusia sebagai flora normal.
Proses pemindahan kuman penyakit dari tinja yang dikeluarkan manusia
sebagai pusat infeksi sampai inang baru dapat melalui berbagai perantara, antara lain
air, tangan, serangga, tanah, makanan, susu serta sayuran. Menurut Anderson dan
Arnstein (dalam Wagner dan Lanoix, 1958) dalam buku M.Soeparman dan Suparmin,
2002, terjadi proses penularan penyakit diperlukan faktor sebagai berikut :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Air
Tangan
Mati
Tinja
(Sumber
Infeksi)
Makanan
, susu,
sayuran.
Inang
Sakit
Baru
Serangga/
Tikus
Cacat
Tanah
Sumber : (Soeparman dan Suparmin, 2002)
Gambar 1. Transmisi Penyakit Melalui Tinja
Selain itu bila dilihat berdasarkan pola teori simpul pada gambar berikut :
SIMPUL I
Sumber
Penyakit
SIMPUL
Media
Transmisi
SIMPUL III
SIMPUL
Biomarker
Sakit/sehat
Maka untuk penyakit akibat tinja, yang menjadi sumber penyakit adalah tinja
yang mengandung bakteri patogen E.coli yang dapat masuk melalui air, makanan
dan minuman yang mengandung bakteri tersebut. Kemudian pada simpul tiga yang
Air
Tinja
(Sumber
Infeksi)
Penghalang/
Pemutus
Rantai
Penularan :
Sanitasi
Tangan
Inang
Makanan
penyakit akibat air. Dalam hal ini untuk mencegah hubungan penyakit dengan air
antara lain, misalnya :
Lokasi sumur/sumber air yang memenuhi syarat kesehatan terutama dari
sumber penglontoran seperti kakus, kandang ternak, saluran air limbah rumah tangga,
dan lain-lain.
1.
2.
No Parameter
Satuan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
Derajat keasaman
C
Mg/L
Mg/L
Mg/L
Mg/L
Mg/L
Mg/L
Mg/L
Mg/L
Mg/L
Mg/L
MPN
pH
Temperatur
Amonium
Nitrat
Nitrit
Sulfat
Phospat
CO2
HCO3
BOD5
COD
Khlorida
Total Coli
Konsentrasi
6,5 7,0
37
25
0
0
20
30
0
120
220
610
45
3 X 105
2.
3.
Jumlah air yang tersedia tidak mencukupi, sehingga orang tidak dapat
membersihkan dirinya dengan baik.
4.
air adalah :
1.
minum tersebut mengandung kuman patogen dan terminum oleh manusia maka dapat
menimbulkan penyakit. Penyakit tersebut adalah penyakit kholera, Typoid, Hepatitis
infektiosa, dysentri, dan Gastro enteritis.
2.
hygiene perorangan dan kebersihan alat-alat terutama dapur dan alat makan. Dengan
terjaminnya kebersihan oleh tersediannya air yang cukup maka penularan penyakit
tertentu pada manusia dapat dikurangi. Penyakit ini banyak terdapat di daerah tropis.
Penyakit ini sangat dpengaruhi oleh cara penulran diantaranya, penyakit infeksi
saluran pencernaan.
3.
4.
pada air, misalnya malaria, Demam Berdarah Dengue (DBD), Filariasis, Yellow fever
dan sebagainya.
2.6.
Perilaku
2.6.1. Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indra
yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar
diperoleh dari mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang
sangat penting untuk terbentunya tindakan seseorang (overt behavior).
Ada enam tingkatan pengetahuan, yaitu :
1.
Tahu
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya.
2.
Memahami
Memahami siartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara
benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut
secara benar.
3.
Aplikasi
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
4.
Analisis
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau objek
Sintesis
Sintesis yaitu menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
Evaluasi
Evaluasi yaitu terkait dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau
2.
3.
4.
Bertanggungjawab,
diartikan
sebagai
tingkatan
tertinggi
karena
2.
3.
Adopsi, diartikan sebagai suatu tindakan atau praktik yang sudah berkembang
atau dengan kata lain suatu hal tersebut dilakukan tidak sekedar rutinitas atau
mekanisme saja, tetapi sudah dilakukan modifikasi, atau tindakan atau
perilaku yang berkualitas.
2.7.
generasi masa kini dan akan datang. Dalam hal ini pembangunan tidak hanya melihat
individu yang berdiri sendiri saja, tetapi juga memperhatikan dampak pembangunan
terhadap kedudukan manusia sebagai mahluk sosial (Sugandhy,2007).
Pembangunan fasilitas sanitasi dapat dikatakan berhasil apabila dalam
pemanfaatan dan pengelolaan fasilitas MCK tersebut tepat sasaran, baik dalam
pemanfaatannya
maupun
keberlanjutan
dari
pembangunan
MCK
tersebut
Masyarakat merasa puas dengan kualitas dan kuantitas dari MCK yang
dibangun.
2.
3.
4.
Adanya rasa memiliki dan tanggung jawab yang besar terhadap MCK terkait
dengan keberlanjutan dari bangunan tersebut.
5.
6.
Masyarakat yang selama ini menggunakan pantai dan ruang terbuka untuk
keperluan MCK, beralih menggunakan jamban umum yang disediakan.
7.
8.
2.
3.
4.
2.
Hipotesa Penelitian
Ada hubungan antara pengetahuan masyarakat dengan pemanfaatan MCK
(Mandi, Cuci, Kakus) komunal di pemukiman padat daerah pesisir Kelurahan
Belawan I Kecamatan Medan Belawan Tahun 2011.
2.
2.8.
Kerangka Konsep
Berdasarkan latar belakang dan tujuan dari penelitian pada BAB sebelumnya,
Pemanfaatan MCK
Komunal :
1. Dimanfaatkan
2. Tidak dimanfaatkan
Karakteristik Responden:
1. Pendidikan
2. Pekerjaan
3. Penghasilan
Gambar 4. Kerangka Konsep Penelitian