Anda di halaman 1dari 6

23.

Seorang pasien terdiagnosa anemis, tanda gejalanya adalah adanya


kuku sendo;, stomatitis, terjadi peradangan pada mokusa mulut
sehingga pasien tersebut susah menelan. Hal tersebut merupakan
tanda gejala anemia.?
a. Aplastik
b. Megaloblastik
c. Defisiensi besi
d. Hemolitik
e. Perdarahan hati
Jawaban C
Pada anemia defisiensi besi biasanya penurunan hemoglobinnya
terjadi perlahan-lahan dengan demikian memungkinkan terjadinya
proses kompensasi dari tubuh, sehingga gejala aneminya tidak
terlalu tampak atau dirasa oleh penderita. Gejala klinis dari anemia
defisiensi besi ini dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu :( Bakta IM,
2007, hal 26-39; Cielsa B, 2007, p.65-70: Metha A, Hoffbrand AV,
2000, p. 32-33; Tierney LM, et al, 2001, hal 64-68) 1]. Gejala umum
dari anemia itu sendiri, yang sering disebut sebagai sindroma
anemia yaitu merupakan kumpulan gejala dari anemia, dimana hal
ini akan tampak jelas jika hemoglobin dibawah 7 8 g/dl dengan
tanda-tanda adanya kelemahan tubuh, lesu, mudah lelah, pucat,
pusing, palpitasi, penurunan daya konsentrasi, sulit nafas (khususnya
saat latihan fisik), mata berkunang-kunang, telinga mendenging,
letargi, menurunnya daya tahan tubuh, dan keringat dingin. 2]
Gejala dari anemia defisiensi besi: gejala ini merupakan khas pada
anemia defisiensi besi dan tidak dijumpai pada anemia jenis lainnya,
yaitu:
1. koilonychia/ spoon nail/ kuku sendok dimana kuku berubah jadi
rapuh, bergaris-garis vertikal dan jadi cekung sehingga mirip sendok.
[lihat gambar 1] 2. Atropi papil lidah. Permukaan lidah tampak licin
dan mengkilap disebabkan karena hilangnya papil lidah. 3. Stomatitis
angularis/ inflamasi sekitar sudut mulut. 4. Glositis 5. Pica/ keinginan
makan yang tidak biasa 6. Disfagia merupakan nyeri telan yang
disebabkan `pharyngeal web` 7. Atrofi mukosa gaster. 8. Sindroma
Plummer Vinson/ Paterson kelly ini merupakan kumpulan gejala dari
anemia hipokromik mikrositik, atrofi papil lidah dan disfagia.
Anemia defisiensi besi yang terjadi pada anak sangat bermakna,
karena dapat menimbulkan irritabilitas, fungsi cognitif yang buruk

dan perkembangan psikomotornya akan menurun. Prestasi belajar


menurun pada anak usia sekolah yang disebabkan kurangnya
konsentrasi, mudah lelah, rasa mengantuk. (Permono B, Ugrasena
IDG, 2004, hal 34-37). Selain itu pada pria atau wanita dewasa
menyebabkan penurunan produktivitas kerja yang disebabkan oleh
kelemahan tubuh, mudah lelah dalam melakukan pekerjaan fisik/
bekerja.
3]. Gejala yang ditimbulkan dari penyakit yang mendasari terjadinya
anemia defisiensi besi tersebut, misalkan yang disebabkan oleh
infeksi cacing tambang maka akan
dijumpai gejala dispepsia,
kelenjar parotis membengkak, kulit telapak tangan warna kuning
seperti jerami. Jika disebabkan oleh perdarahan kronis akibat dari
suatu karsinoma maka gejala yang ditimbulkan tergantung pada
lokasi dari karsinoma tersebut beserta metastasenya. (Metha A,
Hoffbrand AV, 2000, p.33)

24. Seorang ibu muda 19 tahun dalam kehamilan 28 minggu mengalami


kelainan kutub jantung sejak lahir. Saat kehamilan mulai menginjak
28 minggu, ibu tersebut mudah kepayahan, saat aktifitas ringan,
pucat dan sesak nafas. Gejala tersebut termasuk klasifikasi penyakit
jantung..?
a. Grade 1
b. Grade 2
C. Grade 3
d. Grade 4
e. Grade 5
Jawaban C
Klasifikasi penyakit jantung dalam kehamilan
a.

Kelas I

Tanpa pembatasan kegiatan fisik


Tanpa gejala penyakit jantung pada kegiatan biasa
b.

Kelas II

Sedikit pembatasan kegiatan fisik


Saat istirahat tidak ada keluhan
Pada kegiatan fisik biasa timbul gejala isufisiensi jantung seperti: kelelahan, jantung
berdebar (palpitasi cordis), sesak nafas atau angina pectoris
c.

Kelas III

Banyak pembatasan dalam kegiatan fisik


Saat istirahat tidak ada keluhan
Pada aktifitas fisik ringan sudah menimbulkan gejala insufisiensi jantung
d. Kelas IV
- Tidak mampu melakukan aktivitas fisik apapun
Penanggulangan
Bagi penderita yang penyakitnya tidak berat dan tidak mempunyai riwayat obstetric buruk
cukup dikuasai dengan diet saja dan diharapkan dapat lahir aterm. Lebih dari itu, sebaiknya

dilakukan induksi persalinan karena prognosis jadi lebih buruk. Jika diabetes lebih berat
dan memerlukan pengobatan insulin, sebaiknya kehamilan diakhiri lebih dini sekitar pada
umur kehamilan 36 38 minggu. Dan jika disertai komplikasi maka diakhiri lebih dini lagi
dengan induksi maupun sectio Caesarea.
Secara garis besar penatalaksanaan mencakup mengurangi beban kerja jantung dengan tirah
baring, (9)
Penatalaksanaan dilakukan berdasarkan klasifikasinya yaitu :
Kelas I
Tidak memerlukan pengobatan tambahan
Kelas II
Umumnya tidak memerlukan pengobatan tambahan, hanya harus menghindari aktifitas
yang berlebihan, terutama pada UK 28-32 minggu. Pasien dirawat bila keadaan memburuk.
Kedua kelas ini dapat meneruskan kehamilan sampai cukup bulan dan melahirkan
pervaginam, namun harus diawasi dengan ketat. Pasien harus tidur malam cukup 8-10 jam,
istirahat baring minimal setengah jam setelah makan, membatasi masuknya cairan (75
mll/jam) diet tinggi protein, rendah garam dan membatasi kegiatan. Lakukan ANC dua
minggu sekali dan seminggu sekali setelah 36 minggu. Rawat pasien di RS sejak 1
minggun sebelum waktu kelahiran. Lakukan persalinan pervaginam kecuali terdapat kontra
indikasi obstetric. Metode anastesi terpilih adalah epidural
Kala persalinan biasanya tidak berbahaya. Lakukan pengawasan dengan ketat. Pengawasan
kala I setiap 10-15 menit dan kala II setiap 10 menit.
Pada kala II dapat spontan bila tidak ada gagal jantung. Bila berlangsung 20 menit dan ibu
tidak dapat dilarang meneran akhiri dengan ekstraksi cunam atau vacum dengan segera
Tidak diperbolehkan memakai ergometrin karena kontraksi uterus yang bersifat tonik akan
menyebabkan pengembalian darah ke sirkulasi sistemik dala jumlah besar
Kelas III
Dirawat di RS selam hamil terutama pada UK 28 minggu dapat diberikan diuretic
Kelas IV
Harus dirawat di RS

Kedua kelas ini tidak boleh hamil karena resiko terlalu berat. Pertimbangkan abortus
terapeutik pada kehamilan kurang dari 12 minggu. Jika kehamilan dipertahankan pasien
harus terus berbaring selama hamil dan nifas. Bila terjadi gagal jantung mutlak harus
dirawat dan berbaring terus sampai anak lahir. Dengan tirah baring, digitalis dan diuretic
biasanya gejala gagal jantung akan cepat hilang.
Pemberian oksitosin cukup aman. Umumnya persalinan pervaginam lebih aman namun
kala II harus diakhiri dengan cunam atau vacuum. Setelah kala III selesai, awasi dengan
ketat, untuk menilai terjadinya decompensasi atau edema paru. Laktasi dilarang bagi pasien
kelas III dan IV.
Operasi pada jantung untuk memperbaiki fungsi sebaiknya dilakukan sebelum hamil. Pada
wanita hamil saat yang paling baik adalah trimester II namun berbahaya bagi bayinya
karena setelah operasi harus diberikan obat anti pembekuan terus menerus dan akan
menyebabkan bahaya perdarahan pada persalinannya. Obat terpilih adalah heparin secara
SC, hati-hati memberikan obat tokolitik pada pasien dengan penyakit jantung karena dapat
menyebabkan edema paru atau iskemia miocard terutama pada kasus stenosis aorta atau
mitral.
Komplikasi
Pada ibu dapat terjadi : gagal jantung kongestif, edema paru, kematian, abortus.
Pada janin dapat terjadi : prematuritas, BBLR, hipoksia, gawat janin, APGAR score rendah,
pertumbuhan janin terhambat. (7)

DAFTAR PUSTAKA
Gray, Huon H [et.al..]. 2009. Kardiologi. Jakarta : Penerbit Erlangga
Wiknjosastro, Hanifa. 2007. Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal. Jakarta : YBPSP
Norwitz, Errol dan John O Schorge. 2008. At A Glance Obstetri & Ginekologi. Jakarta :
Penerbit Erlangga

Sumber: : http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/ibu-hamil-dengan-penyakitjantung.html#ixzz42Th8soMg

Anda mungkin juga menyukai