TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengetian
1. Ketidak efektifan perfusi jaringan perifer merupakan penurunan sirkulasi darah keperifer yang
dapat mengganggu kesehatan (Nanda 2012-2014)
2. Ketidakefektifan perfus perifer merupakan suatu penurunan jumlah oksigen yang mengakibatkan
kegagalan untuk memelihara jaringan pada tingkat kapiler (Judith M,Wilkinson).
B. Etiologi
1. Perubahan afinitas hemoglobin terhadap oksigen
2. Penurunan konsentrasi hemoglobin dalam darah
3. Keracunan enzim
4. Gangguan pertukaran
5. Hipovolemia
6. Hipoventilasi
7. Gangguan transport oksigen melalui alveolar dan membrane kapiler
8. Gangguan aliran arteri
9. Gangguan aliran vena
10. Penurunan mekanis dari aliran darah arteri dan vena
11. Ketidaksesuaian antara ventilasi dan aliran darah
C. Batasan Karakterisitik
Dari data obyektif dapat diketahui :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
bilirubin yang sedang terbentuk dalam fagosit akan masuk dalam aliran darah. Setiap kenaikan
destruksi sel darah merah (hemolisis) segera direpleksikan dengan meningkatkan bilirubin
plasma (konsentrasi normalnya 1 mg/dl atau kurang ; kadar 1,5 mg/dl mengakibatkan ikterik
pada sclera.
Anemia merupakan penyakit kurang darah yang ditandai rendahnya kadar hemoglobin
(Hb) dan sel darah merah (eritrosit). Fungsi darah adalah membawa makanan dan oksigen ke
seluruh organ tubuh. Jika suplai ini kurang, maka asupan oksigen pun akan kurang. Akibatnya
dapat menghambat kerja organ-organ penting, Salah satunya otak. Otak terdiri dari 2,5 miliar sel
bioneuron. Jika kapasitasnya kurang, maka otak akan seperti komputer yang memorinya lemah,
Lambat menangkap. Dan kalau sudah rusak, tidak bisa diperbaiki (Sjaifoellah, 1998).
Pathways
Penyebab:
agen neoplastik/sitoplastik; terapi radiasi; antibiotic tertentu, obat antu konvulsan, tyroid,
senyawa emas, fenilbutason; benzene; infeksi virus (khususnya hepatitis)
Pansitopenia
Anemia aplastik
-
Gejala-gejala:
Gejala anemia secara umum (pucat, lemah, dll)
Defisiensi trombosit: ekimosis, petekia, epitaksis, perdarahan saluran cerna, perdarahan saluran
kemih, perdarahan susunan saraf pusat.
Morfologis: anemia normositik normokromik
1. Intervensi Keperawatan
Diagnosa
Keperawata
n/ Masalah
Kolaborasi
Rencana keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil
Intervensi
Ketidak
efektifan
perfusi
jaringan
perifer
PERAWATAN SIRKULASI
Kaji secara komprehensif sirkukasi perifer
(nadi perifer, edema, kapillary refill, warna
dan temperatur ekstremitas)
Evaluasi nadi perifer dan edema
Inpseksi kulit adanya luka
Kaji tingkat nyeri
Elevasi anggota badan 20 derajat atau
lebih tinggi dari jantung untuk
meningkatkan venous return
Ubah posisi klien minimal setiap 2 jam
sekali
Monitor status cairan masuk dan keluar
Gunakan therapeutic bed
Dorong latihan ROM selama bedrest
Dorong pasien latihan sesuai kemanpuan
Jaga keadekuatan hidrasi untuk
mencegah peningkatan viskositas darah
Kolaborasi pemberian antiplatelet atau
antikoagulan
Monitor laboratorium Hb, Hmt
MONITOR TANDA VITAL
Monitor tekanan darah, nadi, suhu dan
RR
Monitor jumlah dan irama jantung
Monitor bunyi jantung
Monitor suhu, warna dan
kelembaban kulit
MANAJEMEN CAIRAN
Catat intake dan output cairan
Monitor status hidrasi
Monitor tanda-tanda vital
Monitor status nutrisi
BAB II
TINJAUAN KASUS
: Siti Isrohkiyah
: 10 Januari 2014
: 13.30 WIB
Pengkaji
Tanggal pengkajian
Jam
1. Data biografi
a. Identitas pasien
Nama
:Tn. N
Umur
:71 tahun
Jenis kelamin :laki-laki
Suku/bangsa :jawa
Pekerjaan
:wiraswasta
Alamat
:Karanggayam, Kebumen
Status
:menikah
No RM
:2506316
b. Identitas penanggungjawab
Nama
:Ny. S
Umur
:35 tahun
Hubungan
:keluarga
Jenis kelamin :perempuan
Alamat
:Karanggayam, Kebumen
2. Riwayat penyakit
a.
Keluhan utama
Pasien mengeluh pusing sejak seminggu yang lalu
b. Riwayat penyakit sekarang
Pasien datang ke IGD PKU Gombong tanggal 08 januari 2014 jam 08.00 wib dengan keluhan
sakit kepala sejak 1 minggu yang lalu, mual mutah dari kemarin sore, lemes dan sesak jika
berjalan. KU sedang kesadaran CM.Tensi 160/90 mmHg, nadi 88 x/mnt,RR 20 x/mnt suhu 36,5
o
c.Pasien pindah ke ruang barokah pada tanggal 10 januari 2014 jam 08.15 wib .Saat dikaji pada
tanggal 4 januari 2014 jam 14.00 wib tensi 150/90 mmHg, nadi 80x/mnt, RR 20x/mnt dan suhu
36,0o C. Keluhan pusing, mual dan lemes.
c. Riwayat penyakit dahulu
Pasien memilik riwayat hipertensi
d. Riwayat penyakit keluarga
Riwayat kesehatan keluarga yang lain tidak ada yang menderita penyakit seperti yang diderita
klien saat ini.
3. Primery survey
a.
1)
2)
3)
Breath
RR : 20x/mnt
Suara nafas : ronkhi ( -),wezing (-)
Jalan nafas tidak terdapat secret dan adekuat
4)
5)
6)
b.
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
c.
1)
2)
3)
4)
d.
1)
2)
3)
e.
1)
2)
3)
4)
5)
6)
f.
1)
Pernafasan
Sebelum sakit : klien bernafas spontan tanpa alat bantu pernafasan , pola nafas vesikuler
Saat dikaji : tidak ada keluhan sesak nafas, pasien mendapatkan terapi oksigen 2-3 LPM
Nutrisi
1) Sebelum sakit : kien biasa makan secara mandiri tanpa bantuan orang lain dengan frekuensi 3X
sehari dengan menu nasi, sayur, dan lauk-pauk. klien biasa minum air putih.
2) Saat dikaji : Makan 3x sehari, dengan diet bubur halus, hanya habis porsi karena mual. Pasien
makan dari tempat yang disediakan oleh rumah sakit. Minum 4 - 6 gelas sehari.
c. Eliminasi
1) Sebelum sakit : klien biasa BAB 1 kali dalam sehari, konsistensi lembek, warna kuning, dan
BAK : 7-8 kali sehari, urine kuning jernih.
2) Saat dikaji: tidak mengalami diare, riwayat melenea sejak 2 hari yang lalu mampu mengontrol
saat berkemih, BAK 2 kali selama di RS.
d. Aktivitas
1) Sebelum sakit : klien mampu melakukan aktifitas secara mandiri
2) Saat dikaji : saat ini klien hanya beristirahat di tempat tidur , tampak lemes dan aktifitas dibantu
e.
1)
2)
f.
1)
2)
g.
1)
2)
h.
1)
oleh keluarga.
Tidur dan istirahat
Sebelum sakit : klien biasa tidur 7-8 jam sehari dan tidur dengan nyenyak.
Saat dikaji : pasien susah tidur karena kepala terasa pusing
Suhu
Sebelum sakit : klien jarang mengalami demam
Saat dikali: suhu pasien normal 36 C, akral hangat.
Berpakaian
Sebelum sakit : klien biasa memakai pakaian sendiri
Saat dikaji : selama dirumah sakit klien di bantu oleh keluarga
Personal hygiene
Sebelim sakit : dalam memenuhi kebutuhan personal hygiene, klien biasa melakukannya secara
mandiri tanpa bantuan orang lain, klien biasa mandi 2 kali sehari memeakai sabun mandi.
Menyikat gigi 2 kali sehari yaitu pagi hari saat bangun tidur dan malam hari sebelum tidur
2)
i.
1)
2)
j.
1)
2)
2)
m.
1)
2)
5.
a.
1)
a)
b)
c)
d)
e)
f)
2)
a)
3)
4)
Saat dikaji: pasien tidak dapat berekreasi, hanya tiduran di tempat tidur dan berkomunikasi
dengan keluarga
Pola belajar
Sebelum sakit
: pasien tidak mengetahui penyakit yang dideritanya
Saat dikaji : Klien bertanya-tanya tentang penyakitnya
Pemeriksaan fisik
Kesadaran
: compos mentis
GCS
: E4 M6 V5
Kepala
: Mesochepal
Kulit kepala : bersih
Mata
: reaksi cahaya (+), pupil ishokor, anemis, sclera anikterik
Hidung
: bersih
Mulut
: bersih
Telinga
: bersih
Leher
: tidak ada pembesaran tiroid maupun peningkatan JVP
Thorak
: simetris
Paru-paru
:
Inspeksi
: Bentuk simetris
Palpasi
: Vocal fremitus seimbang kanan-kiri
Perkusi
: Sonor
Auskultasi : ronki (-), wheezing (-).
Jantung
:
Inspeksi
: Simetris
Palpasi
: Tidak ada pembesaran
Perkusi
: Pekak
Auskultasi : Irama reguler
Abdomen
Inspeksi
: tidak terlihat adanya lesi
Auskultasi : peristaltik 12x/mnt
Palpasi
: tidak pembesaran hepar maupun spleen, terdapat nyeri tekan sekitar ulu
hati
Perkusi
: timpani
Ekstremitas
4
4
- Genetalia
: bersih, tidak ada lesi
- Kulit
: turgor kulit elastic, akral hangat
- Kuku
: kuku tangan dan kaki pendek, CRT > 2 dtk
- Vital sign
: Nadi 88/mnt, TD 150/90 mmHg, S 36 C, HR 20 kali/mnt
6. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium
Pemeriksaan
Hasil
Satuan
10 januari 2014
Leukosit
7,47
103 /uL
Nilai Normal
4,8 10,8
Eritrosit
Hb
Hematokrit
MCV
MCH
MCHC
trombosit
GDS
13 januari 2014
7.
a.
b.
c.
d.
8.
106 /uL
gr/dL
%
fl
%
%
10 3/ul
Mg/dl
gr/dl
3,25
4,9
20,2
62,2
15,1
24,3
400
121
10,7
4,7 6,10
14,0 18,0
42 52
79,0-99,0
27.0-31.0
33.0-37.0
150-450
70,0-105,0
14-18
Terapi:
Ranitidine 2 x 50mg
Lasix 1 amp pre tranfusi
Betahistin 3 x 1
Amlodipin 10 mg 1x1
Analisa Data
DATA FOKUS
Tanggal 10 januari 2014
PATHWAY
Penurunan
ETIOLOGI
Penurunan Hb
Ds :
- Klien mengeluh sakit kepala, pusing
- Klien mengeluh sesak bila berjalan
jaringan
jumlah
eritopoetin
HB
Do :
- Hb 4,9 mg/dl, eritrosit 3,25 10^6/ul, Ht 20,2
%, anemis dan CRT > 2 detik
PROBLEM
Gangguan perfusi
menurun
Pengangk
utan O2 dan
nutrisi
kejaringan
Anemia
menurun
Gangguan
DS:
ps mengeluh lemes
perfusi jaringan
Penurunan
Keletihan
DO:
jumlah
eritopoetin
HB
pucat
menurun
Pengangk
utan O2 dan
nutrisi
kejaringan
menurun
Gangguan
perfusi jaringan
9. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan kadar hb, kedikastabilan hemolitik
b. Keletihan berhubungan dengan anemia
10. Intervensi Keperawatan
DIAGNOSA
Gangguan
perfusi
jaringan
KRITERIA HASIL
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
INTERVENSI
Awasi tanda vital kaji pengisian kapiler,
selama 3x24 jam, masalah keperawatan warna kulit/membrane mukosa, dasar kuku.
Tinggikan kepala tempat tidur sesuai
gangguan perfusi jaringan diharapkan
toleransi.
teratasi dengan indicator :
Awasi upaya pernapasan ; auskultasi bunyi
Indikator
A
T
napas perhatikan bunyi adventisius.
- TTV dalam batas
4
3 Selidiki keluhan nyeri dada/palpitasi.
-
normal
Perfusi jaringan
perifer
- Nadi perifer teraba
kuat
Keterangan :
1 : ekstrim
2 : berat
3 : sedang
4 : ringan
Keletihan
5 : tidak ada
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
pasien
istirahat
bila
terjadi
Implementasi
Respon
januari
2014
13.00
13.05
14.00
14.05
14.10
2
Jumat, 10
januari
2014
13.00
13.05
mengkaji
kemampuan
klien
dalam
gangguan
14.05
17.00
otot.
duduk, TTV stabil
mengobservasi tanda-tanda vital sebelum dan
Lingkungan ramai banyak pengunjung
sesudah aktivitas.
menjenguk
memberikan lingkungan tenang, batasi
Pasien susah istirahat, sering terbangun
pengunjung, dan kurangi suara bising,
ketika istirahat, kualitas tidur tidak nyenyak.
pertahankan tirah baring bila di indikasikan.
BB pasien sebelum masuk RS : 45 Kg, saat
menggunakan teknik menghemat energi,
dirumah sakit: 42 Kg, mual (+)
anjurkan pasien istirahat bila terjadi kelelahan
dan kelemahan, anjurkan pasien melakukan
aktivitas semampunya (tanpa memaksakan
diri).
Memonitor status nutrisi pasien
1
Sabtu, 11
januari
2014
13.05
13.10
13.30
14.00
17.00
17.05
17.06
17.10
2
Sabtu, 11
januari
2014
13.10
13.30
14.00
14.05
17.00
1
Minggu,
12 januari
2014
13.05
13.10
13.30
14.00
14.05
17.00
17.00
2
Minggu,
12 januari
2014
13.10
13.30
14.00
14.05
16.00
12. Evaluasi
No Dx
1
Jumat, 10
januari
2014
SOAP
S: pasien masih mengeluhsakit kepala dan pusing
O: Hb 4,9 mg/dl, eritrosit 3,25 10^6/ul, Ht 20,2 %, anemis dan CRT > 2 detik
A: masalah keperawatan gangguan perfusi jaringan belum teratasi dengan indicator
Indikator
- TTV dalam batas normal
- Perfusi jaringan perifer
- Nadi perifer teraba kuat
Awal
4
4
4
Akhir
4
4
4
P: lanjutkan intervensi
Jumat, 10 O: kesadaran compos mentis, GCSE4M6V5, pasien tampak lemas, Hb 4,9 mg/dl, wajah pucat
januari
2014
Indikator
TTV dalam batas normal
EKg dalam batas normal
Laporan ADL
Awal
2
Akhir
2
2
2
2
2
Awal
2
2
2
Akhir
4
4
4
P: lanjutkan intervensi
2
Sabtu, 11
januari
2014
Awal
2
Akhir
3
2
2
3
3
1
Minggu,
12 januari anemis
2014
Awal
2
2
2
Akhir
4
4
4
P: lanjutkan intervensi
Minggu,1
O: kesadaran compos mentis, GCSE4M6V5, pasien tampak lemas, Hb 10,7 mg/dl, kekuatan
2 januari
otot 4
2014
Awal
2
Akhir
4
2
2
4
4
BAB IV
PEMBAHASAN JURNAL
A. Judul
Pengaruh minum the Terhadap kejadian anemia pada usila Di kota bandung oleh Besral1, Lia
Meilianingsih2, Junaiti Sahar3, Departemen Biostatistika dan Kependudukan, FKMUI, Depok
16424, Indonesia, Akademi Perawat Depkes, Bandung, Indonesia, Fakultas Ilmu Keperawatan,
Universitas Indonesia, Depok 16424, Indonesia
B. Pendahuluan
Kebiasaan minum teh sudah menjadi budaya bagi penduduk dunia. Selain air putih, teh
merupakan minuman yang paling banyak dikonsumsi oleh manusia. Rata-rata konsumsi teh
penduduk dunia adalah 120 mL/hari per kapita. Ada tiga jenis utama minuman teh yaitu 1) teh
hitam yang banyak dikonsumsi oleh bangsa Eropa, Amerika Utara, dan Afrika Utara (kecuali
Moroko), 2) teh hijau yang banyak dikonsumsi oleh bangsa Asia (termasuk Indonesia), dan 3)
the oolong yang banyak dikonsumsi oleh penduduk Cina dan Taiwan. Teh adalah minuman yang
kaya antioxidan. Cao et al, 1996 1 menemukan bahwa teh hijau dan teh hitam mempunyai kadar
antioksidan yang lebih tinggi dibandingkan sayuran seperti bawang putih, bayam, dan kale. Teh
diketahui mempunyai banyak manfaat kesehatan, antara lain menurunkan risiko terjadinya
penyakit kardiovaskuler (Hertog, 1997) 2 dan menghambat perkembangan kanker (Yang C et al.,
2000) 3, mempunyai efek untuk menjaga
kesehatan gigi dan mulut karena kandungan natural florida yang dimilikinya dapat mencegah
terjadinya karies pada gigi (Jones C et al., 1999) 4, mengurangi risiko terjadinya patah tulang
pada usila karena densitas tulang pada mereka yang minum teh lebih baik daripada mereka yang
tidak minum teh (Hegarty et al., 2000) 5. Hindmarch et al. 2000 6 melaporkan bahwa konsumsi
teh dapat meningkatkan kondisi kognitif dan psikomotor pada orang dewasa. Curhan et al, 1998
7 melaporkan bahwa adanya hubungan yang negatif antara konsumsi teh dengan kejadian batu
ginjal pada wanita usia 40-65 th. Setelah dikontrol oleh variabel pengganggu, konsumsi teh
sebanyak 240 ml per hari dapat menurunkan risiko terjadinya batu ginjal sebesar 8%. Walaupun
teh mempunyai banyak manfaat kesehatan, namun ternyata teh juga diketahui menghambat
penyerapan zat besi yang bersumber dari bukan hem (non-heme iron). Hurrell RF, Reddy M, dan
Cook JD, 1999 8 melaporkan bahwa
teh hitam dapat menghambat penyerapan zat besi non-heme sebesar 79-94% jika dikonsumsi
bersama-sama. Anemia kekurangan zat besi pada anak-anak di Arab Saudi dan di Inggris juga
dilaporkan berhubungan dengan kebiasaan minum teh (Gibson, 1999) 9. Dilaporkan juga bahwa
dampak dari interaksi teh dengan zat besi ini bergantung pada status konsumsi zat besi dan
karakteristik individu. Usia Lanjut (Usila) merupakan keadaan alamiah yang dialami oleh setiap
orang ketika telah mencapai umur tertentu. Menurut UU no. 13 tahun 1998 tentang
Kesejahteraan Usia Lanjut yang dimaksud dengan kelompok usia lanjut adalah
seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun atau lebih. Jumlah dan proporsi penduduk usila di
Indonesia semakin lama semakin meningkat, seiring dengan peningkatan kualitas hidup dan
pelayanan kesehatan, telah terjadi peningkatan umur harapan hidup penduduk Indonesia.
Hasil Sensus Penduduk tahun 1971 menyebutkan bahwa terdapat 5,3 juta penududuk usila atau
4,5% dari total
penduduk Indonesia. Sensus Penduduk tahun 2000 menyebutkan jumlah penduduk usila
telah menjadi 14,5 juta atau 7,1% dari total penduduk Indonesia, maka dapat dikatakan bahwa
dalam kurun waktu 30 tahun (19712000) telah terjadi peningkatan jumlah penduduk usila 3
kali lipat. Depkes RI memperkirakan tahun 2010 jumlah usila akan menyamai jumlah balita yaitu
sekitar 8,5% dari total penduduk Indonesia atau sekitar 19 juta jiwa, yang akan membawa
Indonesia memasuki era penduduk berstruktur tua. Status kesehatan usila secara umum mulai
menurun, terutama pada kondisi fisik dan psikososial yang berpotensi menimbulkan masalah
kesehatan lainnya. Permasalahan yang dihadapi usila pada umumnya adalah penyakit
degenerative dan gizi. Kelompok usila pada umumnya memiliki gigi yang tidak sempurna lagi,
sehingga mempunyai keterbatasan dalam mengkonsumsi zat besi yang bersumber dari hewani
(heme iron), akibatnya usila sangat rentan terhadap kejadian anemia. Walaupun usila dapat
mengkonsumsi zat besi bersumber nabati, namun apabila dikonsumsi bersama-sama dengan teh
maka penyerapan zat besinya akan terhambat, sehingga usila tersebut tetap rentan terhadap
kejadian anemia. Anemia kurang zat besi merupakan penyakit nomor satu terbanyak yang
diderita oleh usila di Indonesia dengan angka kejadian sebesar 50%, kemudian diikuti oleh
penyakit jantung dan pembuluh darah 29,5%, infeksi saluran pernafasan 12,2%, TBC 11,5%, dan
kanker 2,2% (Depkes, 2003) 10.
C. Pembahasan dan kesimpulan
Berdasarkan hasil studi ini, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: Angka kejadian
anemia pada usila di Kota Bandung hampir sama dengan hasil penelitian lainnya di Indonesia,
yakni sekitar 50%. Lansia yang memiliki kebiasaan minum teh tiap hari punya risiko 92 kali
lebih tinggi untuk menderita anemia dibandingkan lansia yang tidak pernah minum teh. Untuk
menurunkan kejadian anemia pada usila, disarankan kepada usila untuk mengurangi kebiasaan
minum tehnya atau minum teh 23 jam sesudah makan atau meningkatkan asupan protein
terutama protein hewani. Namun, mengingat kondisi gigi serta keuangan usila, maka perubahan
kebiasaan minum teh merupakan pilihan yang paling bijak untuk menurunkan kejadian anemia.
Daftar pustaka
1. Nursing diagnoses: definitions and clasification 2012-2014, Jakarta : EGC, 2012
2. Nursing diagnosis nadbook with NIC interventions and NOC Outcomes, Jakarta : EGC, 2006
3. Doengoes Merillynn. (1999) (Rencana Asuhan Keperawatan). Nursing care plans. Guidelines for
planing and documenting patient care. Alih bahasa : I Made Kariasa, Ni Made Sumarwati. EGC.
Jakarta.
4. FKUI. (1985). Ilmu Kesehatan Anak. Volume 1. Jakarta, FKUI.
5. arlatt, Petit. (1997). Kapita Selekta Hematologi. Edisi 2. Jakarta, EGC.
6. Ngastiyah. (1997). Perawatan Anak Sakit. Cetakan I. Jakarta, EGC.
7. Nurhidayah, 2004. Hand Out Asuhan Keperawatn Hyperchromic Macrocytic