Anda di halaman 1dari 13

Faktor Resiko Delirium Insidental pada Geriatri di Rumah Sakit :

Sistematik Review dan Meta Analisis


Abstrak
Latar belakang : delirium terjadi pada 40% geriatri yang dirawat di rumah sakit,
namun belum ada review sistematik yang fokus meneliti delirium insidental pada
geriatri yang dirawat di rumah sakit. Kami bertujuan mensintesis data faktor
resiko untuk delirium insidental dan lokasi yang memungkinkan untuk menyusun
penelitian meta analisis ini
Metode : Penelusuran Pubmed dan database Web of Science (Januari 1987Agustus 2013). Penelitian digolongkan dengan menggunakan skala NewcastleOttawa. Kami menggunakan Mantel-Haenzel dan membalikkan variasi metode
untuk mengestimasi rasio odds gabungan (OR) dan rata rata perbedaan untuk
setiap faktor resiko perseorangan.
Hasil : 11 artikel memenuhi kriteria inklusi dan dimasukan dalam review. Jumlah
populasi penelitian mencapai 2338 (411 pasien dengan delirium dan 1927 pasien
kontrol). Faktor yang paling sering berhubungan secara signifikan dengan
delirium adalah demensia, usia tua, penyakit komorbid, tingkat keparahan
penyakit, infeksi, penggunaan obat resiko tinggi, hilangnya kegiatan sehari-hari,
imobilitas, gangguan saraf, kateterisasi urin, ketidakseimbangan urea dan
elektrolis serta malnutrisi. Pada analisis gabungan, demensia (OR 6.62; 95% CI
(condence interval) 4.30, 10.19), tingkat keparahan (APACHE II) (MD (mean
difference) 3.91; 95% CI 2.22, 5.59), gangguan visual (OR 1.89; 95% CI 1.03,
3.47), kateterisasi urin (OR 3.16; 95% CI 1.26, 7.92), rendahnya tingkat albumin
(MD-3.14; 95% CI -5.99, -0.29) dan lama rawat inap (OR 4.85; 95% CI 2.20,
7.50) secara statistik signifikan berhubungan dengan delirium.
Kesimpulan : kami mengidentifikasi faktor resiko yang secara konsisten
berhubungan dengan delirium insidental. Faktor-faktor ini membantu menjelaskan
resiko geriatri yang sedang dirawat inap yang mengalami delirium.
Kata kunci : delirium, factor resiko, usia tua, rawat inap, medical unit

LATAR BELAKANG
Delirium merupakan sindrom neuropsikiatrik yang rumit dengan ciri
gangguan kesadaran yang onsetnya akut dan disertai adanya perubahan kognisi,
atensi, dan persepsi yang berfluktuasi. Delirium merupakan penyebab tersering
disfungsi kognitif akut pada geriatri yang dirawat di rumah sakit. Prevalensi
delirium yang sudah

muncul sebelumnya berkisar antara 10-31%, insiden

delirium baru saat di pendaftaran rawat inap 3-29% dan kejadian akut selama
perawatan bervariasi antara 11-42%. Delirium dapat dicegah pada sepertiga
geriatri. Oleh karena itu deteksi dini sangatlah penting
The UK National Institute for Health and Care Excellence (NICE)
menyarankan skrining delirium berdasarkan 4 faktor resiko: usia di atas 65 tahun,
demensia, adanya fraktur pinggang, dan tingkat keparahan penyakit. Rekomendasi
ini dikembangkan dari penelitian di berbagai jenis populasi dari unit bedah, ICU
dan perawatan umum. Penting untuk mengenali faktor resiko delirium agar dapat
dibedakan antara pasien dalam prosedur medis dimana pasien terpapar faktor
iatrogenik seperti anastesi dan prosedur operasi. Lebih lanjut, panduan NICE
melibatkan

pasien

delirium

prevalen

sebagai

subjek

utamanya,

tidak

menggunakan meta analisis untuk mengidentifikasi faktor resiko utama dan


berfokus pada faktor resiko yang tidak dapat diubah. Model prediksi lain untuk
delirium pada geriatri yang dirawat di rumah sakit termasuk faktor malnutrisi,
penggunaan kateter urin, dan hambatan aktifitas fisik.
Terdapat 1 review sistematik mengenai faktor resiko delirium, namun
dianggap terlalu luas karena diambil dari pengobatan umum maupun operasi dan
tidak membedakan delirium prevalen (sudah ada sebelumnya) dan delirium
insidental (muncul akut selama proses perawatan)
Belum ada sistematik review yang menjelaskan secara spesifik
mengevaluasi faktor resiko delirium insidental pada geriatri yang dirawat di
rumah sakit.

Walaupun delirium berhubungan dengan prognosis yang buruk

termasuk panjangnya waktu rawat inap, hilangnya kognitif dan fungsi fisik,
peningkatan intuisi dan tingginya resiko kematian, identifikasi faktor resiko
delirium terutama pada kasus insidensial (yang dapat dicegah), pada geriatri yang

dirawat di rumah sakit dapat meningkatkan tingkat deteksi delirium dan


meningkatkan target intervensi.
Tujuan
Tujuan utama

sistematik review

dan meta analisis ini adalah

mengidentifikasi faktor resiko delirium insidental pada geriatri yang dirawat di


rumah sakit dan mengestimasikan rasio odds gabungan (OR) atau rata-rata
perbedaan atau mean difference (MD) dari faktor resiko tersebut. Tujuan sekunder
adalah untuk meneliti cakupan, metodologi, dan kualitas literatur.
METODE
Strategi pencarian
Kami menggunakan istilah 'Confusion' dan 'Causality' pada pencarian di
PubMed. Thesaurus MeSH mendefinisikan 'Confusion' termasuk delirium, kondisi
bingung, disorientasi, dan kebingungan post iktal (setelah kejang). Istilah
'Causality' termasuk faktor resiko, faktor predisposisi, faktor presipitat,
peringatan, dan faktor pemaksa. Kami juga mencari dengan menggunakan kata
kunci delirium dan faktor resiko.
Pencarian di atas diulangi pada ISI Web of Science. Istilah pencarian dibuat
tetap luas untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin publikasi. Kami mencari
database dari tanggal 1 Januari 1987 hingga 31 Agustus 2013 karena sesuai
dengan waktu validasi perangkat penilaian seperti DSM III, DRS, NEECHAM,
dan CAM. Kami mencari secara manual referensi dari artikel sebelumnya
mengenai faktor resiko delirium dan sitasi pada seluruh penelitian yang
diikutsertakan. 2 penulis mereview judul paper dan mengidentifikasi abstrak
untuk penelitian lebih lanjut. Jika terdapat perbedaan maka adjudikator
independen yang akan memutuskan.
Kriteria Inklusi

Populasi berusia 55 tahun atau lebih


Dipublikasikan di Inggris
Tujuan utama penelitian untuk mengevaluasi faktor resiko delirium saja
Perangkat yang tervalidasi digunakan untuk mengidentifikasi delirium

Penelitian kohort, case control dan cross sectional


Didaftarkan pada rumah sakit atau pelayanan kesehatan akut

Kriteria ekslusi

Penelitian delirium tremen tidak termasuk karena patofisiologinya berbeda


Penelitian di ICU tidak termasuk karena pasien dapat terpengaruh berbagai
jenis pengobatan dan resiko lingkungan.

Penilaian Kualitas
2 peneliti (SA dan ELS) secara terpisah menilai kekuatan metode
penelitian

yang

diikutsertakan

untuk

menginterpretasi

validitas

dengan

menggunakan Newcastle Ottawa Scale (NOS). NOS dikembangkan untuk menilai


kualitas desain penelitian tidak acak dan terdiri dari 8 poin penilaian, terbagi
menjadi 3 kriteria: seleksi, pembandingan dan luaran (penelitian kohort) atau
paparan (penelitian case control). Setiap poin diberi bintang 1 kecuali poin yang
berhubungan dengan pembandingan yang dapat bernilai 2 bintang. Nilai berkisar
antara 0-9 bintang (nilai tertinggi)
Analisis Faktor Resiko
Artikel

yang

terpilih

dievaluasi

dengan

ceklis

standar

untuk

mengidentifikasi semua faktor resiko. Ceklis dikembangkan sesuai faktor-faktor


yang terdaftar pada panduan delirium NICE dan artikel yang telah direview
sebelumnya. Kami berharap dapat menggunakan faktor resiko sebanyak mungkin
sehingga kami dapat mengadaptasi ceklis ketika kami mereview paper; jika kami
menemukan sebuah faktor resiko baru yang belum masuk dalam list maka akan
kami tambahkan. Kami meneliti laporan statistik (OR, hazard ratio, relative risk,
P-values and tingkat kepercayaan (CI) 95%) yang dijelaskan pada analisis
univariat untuk menentukan arah asosiasi sebuah faktor resiko dan apakah faktor
resiko itu signifikan secara statistik. Faktor resiko diberi tanda plus(+), nol (0)
atau minus (-), tanda plus menandakan faktor tersebut meningkatkan resiko
delirium, tanda minus menandakan faktor protektif, dan nol menandakan tidak
terdapat hubungan yang signifikan dengan resiko delirium. Faktor resiko
independen diidentifikasi dari penelitian multivariat.

Metode Statistik
Jika terdapat 2 atau lebih penelitian yang meneliti faktor resiko dengan
menggunakan cara yang konsisten dan data yang disajikan berupa numerik atau
kategorikal atau rata rata/SD (data kontinu) dan terdapat informasi yang adekuat
mengenai jumlah kasus dan subjek kontrol kami akan melakukan meta analisis.
Jumlah dan tipe medikasi dibagi dan dilaporkan. Tidak mungkin menggabungkan
data pada sebuah kelas medikasi seperti neuroleptik atau opioid. Kami kemudian
menyajikan

hasil

sebagai

penelitian

individual

dan

satu

kelas

saja,

mempertimbangkan obat-obat berbahaya yang masuk panduan delirium NICE;


sedatif, benzodiazepim, opiat, receptor antagonis H2, neuroleptik, antifiletik,
antidepresan dan obat anti kolinergik. Beberapa penelitian menghitung rata-rata
jumlah medikasi dan menyebut hal ini sebagai polifarmasi. Usia, skor APACHE
II, polifarmasi, kadar albumin, dan lama rawat inap digolongkan sebagai variabel
kontinu. Jenis kelamin, demensia, gangguan penglihatan dan menggunakan
kateter urin digolongkan variabel kategorik.
Kami mengestimasikan gabungan OR untuk data kategorik dengan
menggunakan estimasi Mantel Haenzel dan gabungan mean difference untuk data
kontinu dengan menggunakan berbagai variasi metode terbalik di Review
Manajer (versi 5.1) Kami menggunakan model efek acak ketika terdapat
heterogenitas statistik (I2>=50%) dan model efek tetap jika tidak terdapat
heterogenitas statistik yang signifikan.
HASIL
Setelah menghilangkan duplikasi, total 1632 artikel tersisa. Setelah
skrining abstrak dan judul, 53 artikel direview penuh dan 11 masuk dalam kriteria
inklusi (9 kohort dan 2 case control mengenai delirium insidental). Total 2338
subjek dipelajari, 9411 delirium dan 1927 kontrol non delirium (gambar 1).
Rata-rata umur subjek berkisar antara 72.3 hingga 84.5 tahun (tabel 1).
Semua penelitan melaporkan jenis kelamin (2338 partisipan); 1177 (50,34%) lakilaki dan 1161 (49,66%) perempuan. Perangkat yang digunakan untuk
mengidentifikasi delirium DSM II, CAM, DRS, DAS NEECHAM, MMSE dan

CAC. Penelitian dilakukan di Amerika (4 penelitian), Inggris (2 penelitian), Itali


(2 penelitian) dan 1 dari Kolombia, Meksiko dan Australia.
Kualitas Penelitian
Skor kualitas berkisar antara 6-9 (rata-rata 8 bintang) (tabel 1). Sebagian
besar penelitian (9 dari 11) bernilai maksimal (4 bintang) pada kriteria seleksi.
Pada kriteria pembanding dan kontrol 7 dari 11 penelitian memiliki nilai
maksimal (2 bintang). Pada kriteria luaran, hanya 5 penelitian mendapatkan nilai
3 bintang.
Insiden Delirium pada Penelitian yang Diikutsertakan
Delirium insidental berkisar antara 5-38%. Pada 7 penelitian, penilaian
delirium diambil dalam 24 jam setelah pendaftaran.
Faktor resiko
Kami mengidentifikasi 49 faktor resiko yang telah diteliti dengan analisis
univariat. Dari faktor-faktor tersebut ada 29 faktor yang diteliti di 2 penelitian
atau lebih. 20 faktor lainnya hanya diteliti pada 1 penelitian saja. 7 penelitian
melaporkan 20 faktor resiko independen pada analisis multivariat (tabel 2).
Kami dapat mengestimasi gabungan OR dan MD pada 9 faktor resiko
(tabel 3). Kami mengobservasi perbedaan yang lebih besar pada beberapa faktor
resiko; usia tua, keparahan penyakit (APACHE II), lama perawatan, kadar
albumin yang rendah, gangguan penglihatan, dan kateterisasi urin. Juga perbedaan
yang rendah pada jenis kelamin laki laki, demensia, dan polifarmasi.

Faktor demografik
Umur merupakan faktor resiko yang paling sering dipelajari (9 penelitian).
4 penelitian melaporkan usia tua berhubungan erat dengan peningkatan resiko
delirium pada analisis; perbedaan rata-rata 2.74 (95% CI 0.11, 5.38, P=0.04).
Jenis kelamin laki-laki tidak berhubungan erat dengan resiko delirium.
Status Mental
Terdapat perbedaan dalam mendefinisikan demensia. Sebagian besar
penelitian (6 dari 7) menggunakan MMSE, dan 1 penelitian menggunakan
IQCODE dan MMSE. Demensia berhubungan erat dengan delirium pada 6
penelitian. Hubungan ini memiliki nilai signifikan pada analisis multivariat dan
secara statistik signifikan pada analisis gabungan (OR 6.62, 95% CI 4.30, 10.19, P
< 0.001). Depresi secara statistik signifikan meningkatkan resiko delirium pada 2
penelitian univariat dan 1 penelitian multivariat.
Gangguan Penyakit Fisik
Tingkat keparahan penyakit dinilai dengan APACHE II pada sebagian
besar penelitian (4 dari 5). Sebagian besar penelitian melaporkan tingkat
keparahan dan komorbid sebagai faktor resiko yang signifikan pada analisis
univariat dan multivariat. Analisis gabungan dinyatakan signifikan pada rata-rata
nilai APACHE II (MD 3.91, 95% CI 2.22, 5.59), P < 0.001). 2 penelitian
melaporkan infeksi atau khususnya infeksi saluran kencing sebagai faktor resiko
yang signifikan pada analisis univariat.
Aktivitas Sehari hari, Penglihatan dan Pendengaran
Hilangnya kemampuan ADL, imobilitas, dan pemasangan kateter urin
dianggap sebagai faktor resiko yang signifikan terhadap munculnya delirium.
Sebuah penelitian melaporkan hilangnya kemampuan ADL sebagai sebuah faktor
resiko yang signifikan. Kateterisasi urin dianggap signifikan pada 2 penelitian dan
analisis gabungan (OR 3.16, 95% CI 3.16, 1.26, 7.92, P = 0.01). Bukti gangguan
penglihatan dan pendengaran tidak meyakinkan pada analisis univariat, namun

kombinasi odds pada perkembangan delirium dengan gangguan penglihatan


bernilai signifikan.
Medikasi
Penggunaan obat berat seperti narkotik, penenang, neuropleptik dan
benzodiazepin tidak berhubungan dengan delirium pada analisis univariat.
Benzodiazepin dosis harian 5 mg atau lebih setiap hari dapat menyebabkan
peningkatan signifikan pada resiko delirium (OR 3.5, 95% CI 1.48.8) dan
penggunaan obat neuroleptik atau benzodiazepin sejak mulai perawatan inap
dihubungkan dengan delirium pada analisis univariat. 4 dari 6 penelitian
melaporkan polifarmasi sebagai faktor resiko delirium yang signifikan pada
analisis univariat, dan terdapat bukti terkonfirmasi pada 2 analisis multivariat dan
secara statistik signifikan pada analisis gabungan (MD 0.64 95% CI 0.17, 1.11, P
= 0.008).
Investigasi Laboratorium
Kadar albumin rendah, kadar natrium tinggi atau rendah, dan abnormal
ureum/kreatinin meningkatkan resiko delirium. Pada analisis data gabungan,
rendahnya kadar albumin signifikan berhubungan dengan delirium (MD -3.14,
95% CI -5.99, -0.29, P=0.03). Faktor pertumbuhan terkait insulin (IGF-1/insulin
like growth factor-1) berperan sebagai faktor pelindung terhadap delirium pada
suatu penelitian analisis multivariat. Nilai hematokrit rendah signifikan
berhubungan dengan delirium pada analisis univariat di 2 penelitian dan 1
penelitian multivariat. Kadar glukosa terlalu rendah dan tinggi menunjukan
hubungan yang tidak konsisten terhadap peningkatan resiko delirium.
Faktor faktor terkait rumah sakit
Peningkatan waktu rawat inap berhubungan kuat dengan delirium pada
penelitian univariat, 1 penelitian multivariate, dan analisis gabungan.
Faktor Lainnya

Sebuah penelitian univariat dan sebuah penelitian multivariat melaporkan


hubungan yang signifikan antara delirium dan penggunaan alkohol. Stres juga
dianggap faktor resiko independen delirium pada penelitian multivariat.
Ada total 20 faktor resiko yang dilaporkan pada 1 penelitian. Kondisi
stres, pelayanan geriatrik akut, efek iatrogenic obat, tekanan darah rendah, dan
kadar potasium terlalu tinggi atau rendah berhubungan secara signifikan dengan
delirium. Faktor lain namun tidak berhubungan signifikan dengan delirium adalah
status pernikahan dan pekerjaan, tinggal sendiri, ventilasi mekanis, rata rata
volume sel, suhu tubuh abnormal, dan prosedur medis terdahulu, pengobatan lain,
kadar urea terlalu tinggi atau rendah, BMI rendah, kadar kolestrol tinggi,
pengaruh etnis, dan masalah eliminasi urin. 2 penelitian melaporkan faktor
protektif dari delirium adalah level IGF-1 dan merokok
DISKUSI
Kami mengidentifikasi 11 penelitian yang meneliti faktor resiko delirium
insidental pada geriatri di rumah sakit. Dari semua faktor resiko yang diteliti, 10
faktor resiko menunjukkan hubungan yang signifikan dengan delirium baik dari
analisis univariat maupun multivariate, yaitu: demensia, penyakit komorbid,
keparahan penyakit (dihitung berdasarkan APACHE II), fungsi ADL yang rendah,
kateterisasi urin, polifarmasi, kadar albumin rendah, rasio ureum/kreatinin
abnormal, kadar natrium yang terlalu tinggi atau rendah, dan waktu rawat inap
yang terlalu lama. Analisis gabungan kami mengkonfirmasi hubungan signifikan
untuk demensia, tingkat keparahan penyakit, kateterisasi urin, polifarmasi, kadar
albumin, dan lama waktu rawat inap.
Meta analisis sebelumnya di rumah sakit menunjukkan jenis kelamin lakilaki, depresi, dan kadar natrium sebagai faktor resiko, namun analisis kami tidak
menemukan hal tersebut. Hal ini dapat terjadi karena kami berfokus pada insiden
kasus saja dan penelitian dilakukan pada geriatri yang dirawat di rumah sakit.
Kualitas Metodelogi Penelitian yang Diikutsertakan
Kami menggunakan alat-alat yang tervalidasi, NOS digunakan untuk
mengevaluasi kualitas penelitian. Persetujuan telah diterima dari 2 reviewer dan

secara keseluruhan kualitas penelitian dianggap baik. Secara garis besar,


kelompok kontrol diambil dari populasi yang sama dengan kelompok kasus, dan
kelompok kasus diidentifikasi dengan peralatan tervalidasi seperti CAM.
Penelitian dilakukan pada wilayah yang luas, yang menyediakan generalisasi
ketika data dikombinasikan. Angka partisipan penelitian berkisar antara 71 hingga
418 pasien. Penelitian yang lebih kecil memiliki kekuatan yang lebih lemah untuk
menentukan faktor resiko yang signifikan.
Sebagian besar penelitian menggunakan algoritma diagnostik CAM untuk
mendiagnosis delirium, kecuali 4 penelitian yang menggunakan DSM III, DSM
III R, DAS, skala NEECAM dan CAC.
Kekuatan dan Batasan Penelitian
Kami menggabungkan data dari 400 kasus delirium insidental dari pasien
geriatrik yang dirawat di rumah sakit. Review kami terbatas pada artikel yang
dipublikasi di Inggris, penelitian yang relevan jika berasal dari luar Inggris masuk
dalam kriteria ekslusi. Kami menilai kualitas metodologi dengan menggunakan
NOS yang mengungkapkan kualitas semua penelitian kehilangan 1 bintang pada
bagian pembandingan (comparability). Penggabungan hasil dirasa cukup sulit
karena terdapat perbedaan definisi, pengukuran dan analisis statistik beberapa
faktor resiko. Sebagai contoh, tidak terdapat definisi standar mengenai usia tua.
Heterogenitas ditemukan pada beberapa faktor resiko, contohnya usia tua,
penyakit komorbid, lama rawat inap, kadar sodium, dan albumin; oleh karena itu
kami menggunakan model efek acak dalam analisis gabungan. Beberapa
penelitian secara eksplisit menyebutkan variabel yang ditambahkan pada analisis
multivariat. Estimasi efek independen setiap faktor bergantung pada variabel yang
ditambahkan dan peringatan dibutuhkan ketika menginterpretasikan estimasi
tanpa adanya informasi yang dibutuhkan. Kami tidak memasukkan data dari
penelitian acak terkontrol mengenai intervensi delirium karena partisipannya
mungkin berbeda dengan populasi delirium secara umum.
Peran untuk penelitian

Resiko perkembangan delirium bermacam-macam dan bagaimana


interaksinya perlu ditelusuri lebih lanjut. Sebagai contoh, demensia merupakan
faktor penentu terjadinya delirium, secara konsisten disebutkan pada banyak
penelitian termasuk meta analisis kami, namun jalur patofisiologinya belum dapat
dipahami dengan baik. Penelitian dengan metode yang lebih luas diperlukan untuk
mendiagnosis demensia, dan di masa depan seharusnya hal ini distandarisasikan
agar dapat diterima pada kriteria klinis seperti DSM.
Sebagai tambahan, hanya sedikit kesimpulan yang dapat diambil mengenai
penyebab adanya hubungan factor resiko dengan kejadian delirium tersebut.
Sebagai contoh, hubungan waktu rawat inap dengan delirium dapat dijelaskan
dalam beberapa cara: lamanya waktu rawat inap itu sendiri dapat meningkatkan
waktu dan resiko terjadinya delirium, atau panjangnya waktu dapat diasosiasikan
dengan komorbiditas seperti demensia, yang merupakan predesposisi dari
delirium. Faktor lain seperti kerapuhan (frailty), merupakan penanda lain yang
dapat menyebabkan perburukan pada geriatri yang dirawat inap, tidak dieksplorasi
lebih lanjut dalam penelitian ini. Definisi frailty akan semakin jelas di masa depan
dan pada penelitian selanjutnya diharap dapat mempertimbangkan hal ini sebagai
salah satu faktor resiko delirium.
Penilaian keparahan gangguan akut sejak di meja pendaftaran rumah sakit
sangatlah penting, namun penelitian yang kami identifikasi menggunakan
APACHE II. Penelitian selanjutnya harus mempertimbangkan penggunaan sistem
yang digunakan sehari-hari pada praktek klinis seperti skor National Early
Warning. Skor ini dapat membantu interpretasi penelitian dan dan penerapannya
dalam dunia klinis. Jumlah dan kompleksitas merupakan faktor perancu terhadap
asosiasi faktor resiko dan delirium, kami terkejut ketika menemukan sedikit sekali
penelitian yang melakukan analisis terkontrol. Jarang sekali penelitian
menyebutkan variabel yang digunakan. Penelitian selanjutnya harus cukup kuat
dan meyakinkan bahwa setiap variabel dijelaskan dengan hati hati.
Meneliti delirium insidental sangatlah menantang dan hal ini mungkin
menjadi alasan mengapa sangat sedikit penelitian yang membahas faktor resiko
delirium. Definisi dan gejala delirium dapat bervariasi dari waktu ke waktu. Hal
ini menyebabkan pasien mebutuhkan pemeriksaan rutin dari waktu ke waktu

secara detil, idealnya sekali setiap 24 jam dan hal ini dapat mempengaruhi jumlah
staf penelitian dan biaya yang dikeluarkan.
Peran terhadap praktek klinis
Meskipun terdapat tantangan dalam penelitian, meta analisis kami
menemukan beberapa faktor resiko yang secara konstan berhubungan dengan
delirium insidental. Beberapa dapat diubah, contohnya faktor terkait penyakit
medis, abnormalitas hasil laboratorium, dan polifarmasi. Beberapa hal lain tidak
dapat dimodifikasi, seperti umur, jenis kelamin, dan demensia, namun secara
klinis berguna untuk memperkirakan pasien dengan resiko terbesar. Penemuan ini
juga memberikan kekuatan untuk membuat model prediksi delirium.
Faktor resiko seperti umur, demensia, dan keparahan penyakit dapat
diidentifikasi dengan panduan NICE, namun, sebagai tambahan penelitian kami
memperkirakan bahwa pada orang yang lebih tua yang sedang dirawat inap,
menerima polifarmasi, mengalami gangguan penglihatan, kadar albuminnya
rendah, dan menggunakan kateter urin, rentan mengalami delirium. Faktor-faktor
yang dapat dimodifikasi ini jika dikelola dengan baik dapat mempermudah
intervesi delirium pada geriatri.
Poin Poin

Delirium mudah ditemukan pada geriatri yang dirawat di rumah sakit karena

kondisi medis akut dengan insiden sejak saat pendaftaran mencapai 5-38%
Resiko signifikan pada meta analisis ini adalah umur, demensia, tingkat
keparahan penyakit, gangguan penglihatan, kateter urin, polifarmasi dan kadar

albumin yang rendah.


Faktor yang dapat diubah ini dapat dimasukan dalam komponen intervensi
delirium pada pasien.

Gambar 1 Seleksi penelitian untuk review

Anda mungkin juga menyukai