Oleh
ARUM ANGGRAINI
F34103057
2007
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
Oleh
ARUM ANGGRAINI
F34103057
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN
Pada Departemen Teknologi Industri Pertanian
Fakultas Teknologi Pertanian
Institut Pertanian Bogor
2007
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN
Pada Departemen Teknologi Industri Pertanian
Fakultas Teknologi Pertanian
Institut Pertanian Bogor
Oleh
ARUM ANGGRAINI
F34103057
September 2007
RINGKASAN
Biodiesel merupakan senyawa alkil ester dari asam lemak yang diolah
dari sumber trigliserida alami terbarukan dan digunakan sebagai bahan bakar
mesin diesel, biasanya dibuat melalui proses esterifikasi-transesterifikasi. Dalam
aplikasi maupun penyimpanannya, biodiesel berpotensi mengalami kerusakan
oksidasi, karena adanya faktor internal (kandungan asam lemak tidak jenuh yang
tinggi) dan faktor eksternal (udara, panas, atau logam) yang mengakibatkan
terjadinya peningkatan bilangan asam. Kondisi keasaman biodiesel yang tinggi
jika digunakan dalam mesin dapat berakibat korosi terhadap mesin. Oleh karena
itu untuk menjaga ketahanan oksidatif dan menghambat peningkatan bilangan
asam pada biodiesel, perlu ditambahkan antioksidan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh penambahan berbagai
jenis antioksidan dalam beberapa konsentrasi dalam rangka menjaga ketahanan
oksidasi biodiesel dan menguji potensi Formula X sebagai antioksidan. Parameter
ketahanan oksidasi yang diamati adalah perubahan bilangan asam, bilangan
peroksida, dan viskositas pada biodiesel dengan penambahan antioksidan maupun
tanpa penambahan antioksidan (kontrol) selama penyimpanan. Pada penelitian ini,
digunakan Rancangan Percobaan Acak Lengkap dengan tiga faktor yaitu jenis
antioksidan (TBHQ atau tert-Butilhidrokuinon, BHT atau butylated
hydroxytoluene dan Formula X), faktor konsentrasi antioksidan ( 0,03% ; 0,05% ;
0,07% ; 0,1 %), dan faktor lama penyimpanan (minggu ke-1, ke-2, ke-3, ke-4).
Hasil karakterisasi biodiesel hasil penelitian, sebagian besar sudah
memenuhi standar yang ditetapkan (SNI Biodiesel, 2006) yaitu memiliki bilangan
asam (0,2 mg KOH/g sampel), densitas (0.867g/ml), viskositas kinematik 40oC
(2.33 cSt), bilangan Iod (84.85 g I2/100 gram), bilangan penyabunan (200.61 mg
KOH/g) namun untuk kadar air (0.12%) belum memenuhi standar.
Secara umum, penambahan antioksidan pada berbagai konsentrasi selama
penyimpanan dapat menghambat reaksi oksidasi, namun tergantung dari
keefektifitasan masing-masing jenis antioksidan. Dalam penelitian ini, kombinasi
perlakuan yang memiliki efektifitas paling baik dalam menghambat reaksi
oksidasi selama penyimpanan 4 minggu adalah biodiesel dengan penambahan
antioksidan TBHQ pada konsentrasi 0,1% (A2B4), yaitu memiliki bilangan
peroksida 17,10 mg O2/100 g, bilangan asam 0,26 mg KOH/g sampel, dan
viskositas kinematik (25oC) 4,72 cSt. Pada kontrol, bilangan peroksidanya sebesar
68,82 mg O2/100 g, bilangan asam 0.36 mg KOH/g sampel, dan viskositas
kinematik (25oC) 5.14 cSt. Dari hasil penelitian ini, urutan keefektifitasan
antioksidan dalam menghambat oksidasi biodiesel adalah TBHQ> BHT> Formula
X. Formula X memiliki potensi sebagai antioksidan, karena mampu menghambat
reaksi oksidasi.
RIWAYAT HIDUP
Penulis yang memiliki nama lengkap Arum
Anggraini, dilahirkan di Wonosobo, Jawa Tengah
pada tanggal 2 April 1985. Penulis merupakan anak
pertama dari dua bersaudara dari pasangan Istanto
dan Sri Wati. Penulis menempuh pendidikan di TK
Aisyah Bustanul Athfal, Wonosobo (1990-1991),
SDN
Wonosobo
(1991-1997),
SLTPN
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT
karena berkat limpahan rahmatnya, penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang
berjudul Pengaruh Jenis dan Konsentrasi Antioksidan Terhadap Ketahanan
Oksidasi Biodiesel Jarak Pagar (Jatropha curcas L), yang merupakan proyek
kerja sama dengan Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan-Bogor.
Skripsi ini disusun berdasarkan penelitian yang penulis laksanakan pada
bulan April sampai Juli 2007, bertempat di Laboratorium Kimia dan Energi Hasil
Hutan, dan Laboratorium Teknologi Industri Pertanian, FATETA, IPB. Rasa
terima kasih dan penghormatan yang tinggi, penulis ingin sampaikan kepada :
1. Ir. Ade Iskandar, MSi selaku dosen pembimbing I yang telah banyak
memberikan bimbingan, bantuan, dan saran selama penelitian dan
penyelesaian skripsi ini,
2. Prof. Dr. R Sudradjat, MSc. selaku Pembimbing II yang telah banyak
memberikan masukan maupun saran kepada penulis selama penelitian ini,
3. Ir. Muslich, MSi selaku dosen penguji yang telah memberi masukan dan
saran-saran yang berguna bagi penulis,
4. Pimpinan Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan Bogor yang telah
memberikan izin pada penulis untuk melakukan penelitian di Laboratorium
Kimia dan Energi.
5. Bapak Dadang, Bapak Djeni dan Bapak Udin yang telah banyak membantu
kelancaran penelitian yang penulis laksanakan.
6. Teman-teman seperjuangan di Litbang (Nuni, Ari, Erick, Firman), Sutin,
Umam, Galuh, Marxue, Dudi (terima kasih atas bantuan dan kerja samanya)
7. Keluarga tercinta : Bapak, Ibu, juga Dhany yang selalu memberikan perhatian,
keceriaan, dukungan, doa dan semangat yang tak terhingga kepada penulis,
8. Teman-teman tercinta TIN 40,
9. Teman-teman Amanah C (Yuyu, Rian, Nurul, MbUci,dll), Ilumz, Ika, Liez,
Lucia, Ainy, Atih, Dhidi, Achie terima kasih atas persahabatan yang indah ini.
10. Sahabat-sahabatku Desi, Yana, Sulis, Puji, Tuchah yang selalu mensuport
dan memberi dukungan yang tulus pada penulis.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna,
karena keterbatasan penulis dalam menyerap semua pengetahuan selama
melaksanakan penelitian. Oleh karena itu penulis sangat menghargai saran dan
kritik yang membengun untuk menyempurnakan skripsi ini. Harapan penulis
semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis maupun pihak yang
memerlukannya.
Bogor, September 2007
Penulis
Arum Anggraini
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ....................................................................................
ii
iv
vi
I. PENDAHULUAN ...........................................................................
B. TUJUAN ....................................................................................
C. BIODIESEL ...............................................................................
12
E. ANTIOKSIDAN ........................................................................
15
15
16
18
21
21
21
21
22
22
23
26
28
28
30
31
36
36
41
46
50
A. KESIMPULAN ..........................................................................
50
B. SARAN ......................................................................................
51
52
LAMPIRAN ....................................................................................................
55
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Komposisi Biji Jarak .........................................................................
10
28
34
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Tanaman Jarak Pagar ...................................................................
11
12
13
13
14
14
16
16
17
17
19
19
25
32
32
33
36
38
39
41
43
43
44
45
47
48
49
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Gambar Bahan-Bahan yang Digunakan Dalam Pembuatan
Biodiesel ...................................................................................
55
56
Lampiran 3. Nomenklatur...............................................................................
63
64
65
66
Lampiran 7. Rekapitulasi Data Uji Sidik Ragam dan Uji Lanjut Duncan
Terhadap Bilangan Peroksida Biodiesel Minggu ke-1..............
67
Lampiran 8. Rekapitulasi Data Uji Sidik Ragam dan Uji Lanjut Duncan
Terhadap Bilangan Peroksida Biodiesel Minggu ke-2..............
61
Lampiran 9. Rekapitulasi Data Uji Sidik Ragam dan Uji Lanjut Duncan
Terhadap Bilangan Peroksida Biodiesel Minggu ke-3..............
62
Lampiran 10. Rekapitulasi Data Uji Sidik Ragam dan Uji Lanjut Duncan
Terhadap Bilangan Peroksida Biodiesel Minggu ke-4..............
62
Lampiran 11. Rekapitulasi Data Uji Sidik Ragam dan Uji Lanjut Duncan
Terhadap Bilangan Asam Biodiesel Minggu ke-1 ....................
70
Lampiran 12. Rekapitulasi Data Uji Sidik Ragam dan Uji Lanjut Duncan
Terhadap Bilangan Asam Biodiesel Minggu ke-2 ....................
70
Lampiran 13. Rekapitulasi Data Uji Sidik Ragam dan Uji Lanjut Duncan
Terhadap Bilangan Asam Biodiesel Minggu ke-3 ....................
70
Lampiran 14. Rekapitulasi Data Uji Sidik Ragam dan Uji Lanjut Duncan
Terhadap Bilangan Asam Biodiesel Minggu ke-4 ....................
71
Lampiran 15. Rekapitulasi Data Uji Sidik Ragam dan Uji Lanjut Duncan
Terhadap Viskositas Biodiesel Minggu ke-1 ............................
72
Lampiran 16. Rekapitulasi Data Uji Sidik Ragam dan Uji Lanjut Duncan
Terhadap Viskositas Biodiesel Minggu ke-2 ............................
72
Lampiran 17. Rekapitulasi Data Uji Sidik Ragam dan Uji Lanjut Duncan
Terhadap Viskositas Biodiesel Minggu ke-3 ............................
73
Lampiran 18. Rekapitulasi Data Uji Sidik Ragam dan Uji Lanjut Duncan
Terhadap Viskositas Biodiesel Minggu ke-4 ............................
74
I. PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Sejak dahulu pemenuhan kebutuhan manusia akan sumber energi
khususnya untuk bahan bakar (transportasi, industri, dan rumah tangga),
hampir seluruhnya berasal dari minyak bumi (bahan bakar fosil). Bahan bakar
fosil berasal dari sisa kehidupan jutaan tahun yang lalu. Oleh karena itu, bahan
bakar ini digolongkan sebagai bahan bakar yang tidak terbarukan
(unrenewable) dan ketersediaannya di bumi semakin berkurang.
Kebutuhan energi yang semakin meningkat dan produksi minyak bumi
yang semakin menurun serta timbulnya pencemaran udara yang semakin
membahayakan, mendorong adanya usaha diversifikasi energi. Beberapa
usaha pengembangan energi alternatif dari sumberdaya yang terbarukan
(bioenergi) antara lain dapat berupa biodiesel, bioetanol, dan biogas.
Indonesia sangat berpotensi mengembangkan energi-bio seperti biodiesel,
mengingat Indonesia dikenal sebagai produsen minyak kelapa sawit mentah
(CPO/crude palm oil) terbesar kedua di dunia. Selain itu Indonesia juga
memiliki banyak sumber nabati lain yang dapat menghasilkan minyak, seperti
tanaman jarak pagar (Jatropha curcas, L). Selain memiliki kandungan minyak
yang tinggi, tanaman jarak pagar juga dapat tumbuh di lahan kritis yang
kekurangan air. Menurut Gubitz (1999), minyak jarak pagar tidak dapat
langsung dikonsumsi sebelum melalui proses detoksifikasi, mengingat
kandungan phorbol ester yang beracun oleh karena itu minyak jarak kurang
cocok dimanfaatkan sebagai minyak makan. Alasan inilah yang menjadikan
minyak jarak pagar berpotensial untuk diolah menjadi bahan bakar.
Biodiesel sangat berpotensi mengalami kerusakan oksidasi karena
terbuat dari minyak nabati yang memiliki asam lemak tidak jenuh yang tinggi.
Salah satu indikasi kerusakan oksidasi pada biodiesel adalah terjadinya
peningkatan bilangan asam, yang disebabkan karena adanya dekomposisi
senyawa peroksida dari hasil reaksi oksidasi. Kondisi keasaman yang tinggi
pada biodiesel, dikhawatirkan dapat menyebabkan kerusakan pada mesin
B. TUJUAN
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh jenis dan
konsentrasi beberapa jenis antioksidan (BHT, TBHQ, dan Formula X) dalam
menghambat reaksi oksidasi biodiesel selama penyimpanan. Selain itu untuk
mengetahui tingkat keefektifitasan masing-masing jenis antioksidan. Tujuan
lain adalah untuk mengetahui potensi Formula X sebagai antioksidan.
: Spermatophyta
Subdivisi
: Angiospermae
Kelas
: Dicotyledonae
Ordo
: Euphorbiales
Famili
: Euphorbiaceae
Genus
: Jatropha
Spesies
Biji
Kulit
Daging
Basis kering
(%)
94.2 96.9
89.8 90.4
Protein kasar
(%)
22.2 27.2
4.3 - 4.5
56.4 -63.8
Lemak
(%)
56.8 58.4
0.5 1.4
1 1.5
Abu
(%)
3.6 4.3
2.8 6.1
9.6 10.4
3.5 3.8
83.9 - 89.4
8.1 9.1
2.4 3
74.6 78.3
5.7 7.0
0.0 - 0.2
45.1- 47.5
0.1 0.4
30.5 31.1
19.3 19.5
18 18.3
(%)
100
Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa kandungan terbesar dalam biji
jarak adalah minyak, oleh karena itu biji jarak berpotensi dimanfaatkan
sebagai sumber bahan baku untuk pembuatan biodiesel. Selain diambil
minyaknya, bungkil biji jarak juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku
biogas, pupuk kompos, dan herbisida.
atom C &
(%)
ikatan rangkap
Asam miristat
14:0
0-0.1
Asam palmitat
16:0
14.1-15.3
Asam stearat
18:0
3.7-9.8
Asam arakidat
20:0
0-0.3
Asam behenat
22:0
0-0.2
Asam palmitoleat
16:1
0-1.3
Asam oleat
18:1
34.3-45.8
Asam linoleat
18:2
29.0-44.2
Asam linolenat
18:3
0-0.3
Satuan
mm2/s (cSt)
3
Nilai
49.15
g/cm
0.917 0.963
Bilangan Asam
mg KOH/g sampel
4.75
Bilangan Iod
g iod/100 g minyak
96.5
Warna
Bening
Bilangan Sulfur
ppm
<1
Titik nyala
236
Suhu pembakaran
499
Titik api
322
7.5 9.0
Titik tuang
% (m/m)
0.007
Kadar air
ppm
935
-2.5
C. BIODIESEL
Biodiesel didefinisikan sebagai alkil ester dari asam lemak yang diolah
dari sumber trigliserida alami terbarukan melalui proses esterifikasi
transesterifikasi dan digunakan sebagai bahan bakar mesin diesel. Secara
kimiawi biodiesel merupakan turunan lipid dari golongan monoalkil ester
dengan panjang rantai karbon 12-20 (Darnoko et al., 2001). Biodiesel dapat
berupa minyak kasar atau monoalkil ester asam lemaknya, umumnya
merupakan metil ester. Metil ester atau etil ester adalah senyawa yang relatif
stabil, cair pada suhu ruang (titik leleh antara 4-18C), non-korosif, dan titik
didihnya rendah.
Keuntungan penggunaan biodiesel diantaranya adalah bahan baku
dapat diperbarui (renewable), penggunaan energi lebih efisien, dapat
menggantikan bahan bakar diesel dan turunannya dari petroleum, dapat
digunakan kebanyakan peralatan diesel dengan tidak perlu modifikasi atau
hanya modifikasi kecil, dapat mengurangi emisi/pancaran gas yang
menyebabkan pemanasan global, dapat mengurangi emisi udara beracun
karena kandungan sulfurnya sangat kecil, memiliki titik nyala yang cukup
tinggi sehingga aman dalam penyimpanannya, bersifat biodegradable, cocok
untuk lingkungan sensitif, dan mudah digunakan (Knothe, 2006).
Sifat fisika kimia biodiesel hampir mirip dengan bahan bakar diesel,
tetapi dalam beberapa hal biodiesel lebih unggul. Bahan bakar fosil memiliki
kandungan sulfur, nitrogen, dan metal yang tinggi yang dapat menyebabkan
hujan asam dan efek rumah kaca. Biodiesel tidak mengandung sulfur dan
senyawa benzene sehingga lebih ramah lingkungan. Kandungan energi,
viskositas dan perubahan fase relatif sama dengan bahan bakar diesel
(petroleum). Sebagai suatu bahan bakar yang berpotensi menggantikan
petrodiesel, penggunaan biodiesel dapat dilakukan secara murni atau
dicampurkan dengan petrodiesel dalam nisbah tertentu, seperti B10, B20, atau
B30 yang artinya kadar percampuran metil ester dengan petrodiesel dengan
kadar 10%, 20%, dan 30%. Perbandingan sifat fisik antara biodiesel dengan
solar (diesel) menurut Hambali et al. (2006), dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Perbandingan sifat fisik biodiesel dan solar
Nilai
No.
1.
2.
Parameter
Densitas, g/ml (15oC)
o
Biodiesel
Biodiesel
Solar
sawit
Jarak pagar
(Diesel)
0.868
0.879
0.83
5.3
4.84
5.2
3.
Cloud point ( C)
16
18
4.
174
191
70
5.
37-38
37-38
41
6.
< 50
< 50
Max 500
7.
Bilangan setana
62
51
42
8.
Bilangan penyabunan
209.7
198
NA
45-62
95-107
NA
(mg KOH/g)
9.
akumulasi bahan bakar dalam minyak pelumas, namun dappat diatasi dengan
proses transesterfikasi (Foglia, et al., 1996).
Kemurnian biodiesel ditentukan oleh kandungan metil esternya.
Senyawa-senyawa selain metil ester seperti mono-, di-, trigliserida, dan
gliserol dapat menyebabkan penyumbatan pada mesin, sedangkan asam lemak
bebas dapat menyebabkan korosi pada mesin. Adanya kandungan mono-, di-,
atau trigliserida disebabkan karena proses transesterifikasi tidak berjalan
sempurna sehingga produk metil esternya juga belum terbentuk sempurna.
Kualitas pembakaran biodiesel ditentukan oleh bilangan setana dan carbon
residue. Bilangan setana yang rendah dapat menyebabkan keterlambatan
proses pembakaran, sedangkan carbon residue menyatakan kecenderungan
pembentukan deposit karbon setelah pembakaran. Deposit karbon ini dapat
menyebabkan kerak pada ruang pembakaran (Knothe, 2006).
Menurut Sudradjat (2006), teknologi kimia pembuatan biodiesel
adalah rangkaian proses kimia untuk mengubah minyak menjadi biodiesel
yang memenuhi standar kualitas. Standar mutu biodiesel Indonesia dapat
dilihat pada Tabel 5. Hal yang kritikal dan perlu dicermati dari aspek
teknologi ini adalah menjaga jangan sampai terbentuk keasaman biodiesel
yang tinggi, apalagi biodiesel dari minyak jarak yang memiliki rantai karbon
dengan ikatan tidak jenuh sehingga mudah teroksidasi dan terbentuk asam
lemak bebas. Salah satu cara untuk mengatasinya adalah menggunakan proses
dua tahap yaitu esterifikasi transesterifikasi (estrans).
Menurut Gubitz (1999), jenis minyak yang memiliki tingkat keasaman
tinggi seperti minyak jarak, kapuk, dan canola, kurang sesuai jika langsung
diproses secara transesterifikasi karena akan terjadi penyabunan. Menurut
Canakci & Gerpen (2001), minyak yang akan diproses secara transesterifikasi
menggunakan katalis basa, hendaknya memiliki kadar asam lemak bebas (%
FFA) sekitar 1-2 %. Keasaman minyak yang tinggi, hendaknya diatasi dengan
melakukan proses esterifikasi terlebih dahulu untuk mengkonversi asam
lemak bebasnya, agar pada proses transesterifikasi tidak terjadi proses
saponifikasi.
Batas Nilai
Metode Uji
850-890
ASTM D 1298
2,3-6,0
ASTM D 445
Angka setana
Min. 51
ASTM D 613
Min. 100
ASTM D 93
Maks. 18
ASTM D 2500
Maks. No. 3
ASTM D 130
Maks. 0,05
ASTM D 4530
Maks. 0,05
ASTM D 2709
Maks. 360
ASTM D 1160
Maks. 0,02
ASTM D 874
Belerang (mg/kg)
Maks. 100
ASTM D 5453
Fosfor (mg/kg)
Maks. 10
AOCS Ca 12-55
Maks. 0,8
AOCS Ca 3-63
Maks. 0,02
AOCS Ca 14-56
Maks. 0,24
AOCS Ca 14-56
Min. 96,5
Dihitung
Maks. 115
AOCS Cd 1-25
Negatif
AOCS Cb 1-25
Uji Halphen
Sumber: SNI Biodiesel 04-7182-2006
menggunakan katalis asam seperti H2SO4 dan HCl. Reaksi esterifikasi selain
mengeseterifikasi asam lemak bebas, juga mengkonversi trigliserida menjadi
metil esternya. Meskipun demikian, kecepatannya lebih rendah dibandingkan
dengan transesterifikasi yang menggunakan katalis basa (Haas et al., 2000).
Menurut Ozgul & Turkay (2002), faktor-faktor yang mempengaruhi reaksi
esterifikasi antara lain adalah jumlah pereaksi, metanol dan asam lemak bebas,
waktu reaksi, suhu, konsentrasi katalis, dan kandungan air pada minyak.
Reaksi esterifikasi antara asam lemak bebas dengan metanol dapat dilihat
pada Gambar 3.
O
O
HCl
OH
Asam lemak
+ CH3
R1
OH
metanol
katalis
C
Ester
OCH3 + H2O
air
standar
minyak
diesel
untuk
kendaraan
bermotor.
Proses
Digliserida + RCOOR1
Digliserida + ROH
Monogliserida + RCOOR2
Monogliserida ROH
Gliserol + RCOOR3
O
H2C
O
R1
O
HC
C H3
+ 3CH3OH
C H3
O
H2C
Trigliserida
H2C
OH
NaOH
R2
R1
R2
+ HC
OH
O
R3
metanol
C H3
Katalis
Metil Ester
R3
H2C
OH
Gliserol
D. MEKANISME OKSIDASI
Mekanisme oksidasi lipida tidak jenuh diawali dengan tahap inisiasi,
yaitu bila lipida kontak dengan panas, cahaya, ion metal atau oksigen maka
akan terbentuk radikal bebas (R*). Reaksi ini terjadi pada group metilen yang
berdekatan dengan ikatan rangkap C=C- (Buck, 1991). Tahap selanjutnya
adalah tahap propagasi dimana autooksidasi berawal ketika radikal bebas
(R*) hasil tahap inisiasi bertemu dengan oksigen, membentuk radikal
peroksida (ROO*). Reaksi oksigenasi ini terjadi sangat cepat dengan energi
aktivitas hampir nol, sehingga konsentrasi ROO* yang terbentuk jauh lebih
besar dari konsentrasi R* (Gordon, 1990). Radikal peroksida yang terbentuk
akan mengekstrak ion hidrogen dari lipida lain (R1H) membentuk
hidroperoksida (ROOH) dan molekul radikal lipida baru (R1*). Selanjutnya
reaksi autooksidasi ini akan berulang sehingga merupakan reaksi berantai.
Hidroperoksida yang terbentuk merupakan senyawa yang tidak stabil dan
mudah terpecah sehingga akan terdekomposisi menjadi senyawa organik
berantai pendek seperti aldehida, keton, alkohol dan asam lemak bebas.
R. + H2O
R. + H2O + R.
Propagasi :
R. + O2
ROO. + RH
ROO.
ROOH + R.
Dekomposisi peroksida :
ROOH
2 ROOH
Terminasi :
RO. + .OH
RO. + ROO. + H2O
ROO. + ROO.
ROO. + IH
Keterangan :
RH
ROO.
: radikal peroksida
ROOH
: Hidroperoksida
IH
CH=CH-O+ - OR
H
CH-CH (OH)
OR
E. ANTIOKSIDAN
Antioksidan merupakan senyawa yang dalam konsentrasi kecilpun
dapat menahan terjadinya ketengikan dan menghambat reaksi oksidasi pada
bahan yang mengandung lemak atau minyak (Matz, 1984). Sherwin (1990)
membagi antioksidan menjadi dua kategori yaitu antioksidan primer dan
antioksidan sekunder. Antioksidan primer merupakan substansi yang dapat
berperan sebagai akseptor radikal bebas sehingga dapat menghambat
mekanisme pembentukan radikal bebas pada proses oksidasi. Antioksidan ini
dimiliki karena adanya konfigurasi struktur fenol dalam molekulnya. Contoh
antioksidan primer ini adalah lesitin, tokoferol, BHA, BHT, propylgallate
(PG), dan TBHQ. Antioksidan sekunder berfungsi untuk mendekomposisi
hidroperoksida menjadi bentuk-bentuk non radikal.
Antioksidan juga digolongkan kedalam antioksidan alami dan
antioksidan sintetik. Antioksidan alami merupakan antioksidan yang
diekstrak dari bahan-bahan alami, contohnya adalah vitamin A, karotenoid,
vitamin E, senyawa-senyawa fenol, dan tetrapirolik. Antioksidan sintetik
adalah antioksidan yang dihasilkan dari reaksi kimia, contohnya adalah BHA,
BHT, propil galat, TBHQ dan tokoferol. (Buck, 1991).
1. Butylated hydroxytoluene ( BHT )
Butylated hydroxytoluene (BHT) merupakan senyawa fenol yang
terintangi dan bersifat relatif tidak polar, antioksidan sintetik ini memiliki
karakteristik yang hampir serupa dengan BHA, walaupun stabilitasnya pada
suhu tinggi dan sifat carry-through dalam lemak dan minyak kurang efektif
dibandingkan dengan BHA. BHT memiliki sifat tidak larut dalam air dan
propilen glikol, tetap sangat larut dalam lemak dan etanol (Sherwin, 1990).
BHT memiliki nama lain seperti 2,6-Di-tert-butyl-4-methylphenol dan 2,6Di-tert-butyl-p-cresol. Rumus molekul dari BHT adalah C15H24O atau
C6H2(OH)(CH3)(C(CH3)3)2 (www. chemistry.about.com) .
Menurut Buck (1991), BHT (Gambar 9) memiliki karakteristik
sebagai berikut, berbentuk kristal padat putih dan digunakan secara luas
karena relatif murah, memiliki berat molekul = 220, memiliki titik didih
(760 mmHg) = 265oC, titik leleh = 69.7oC, dan sedikit berbau.
antioksidan
yang
baik
pada
pemanggangan
akan
adalah antioksidan yang bekerja dengan mengikat ion logam (Cu dan Fe).
yang dapat mengkatalis peningkatan laju oksidasi lipid, contohnya asam sitrat
Antioksidan memiliki keterbatasan yaitu antioksidan tidak dapat
memperbaiki lemak yang sudah tengik, mencegah kerusakan hidrogen, dan
kerusakan oleh mikroba pada lipid (Coppen, 1983). Penambahan antioksidan
(AH) primer dengan konsentrasi rendah pada lipida dapat menghambat atau
mencegah reaksi autooksidasi lemak dan minyak. Penambahan tersebut dapat
menghalangi reaksi oksidasi pada tahap inisiasi maupun propagasi (Gambar
13).
Radikal-radikal antioksidan (A*) yang terbentuk pada reaksi tersebut
relatif stabil dan tidak mempunyai cukup energi untuk dapat bereaksi dengan
molekul lipida lain membentuk radikal lipida baru (Gordon, 1990). Menurut
Hamilton
(1983),
radikal-radikal
antioksidan
dapat
saling
bereaksi
R*
AH --------------------------RH
A*
Radikal lipida
Propagasi :
ROO* +
AH
------------------------- ROOH +
A*
AH +
O2
AH
ROOH -----------------------------
RO* +
HOO*
H 2O
A*
B. METODE PENELITIAN
Metode yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi penelitian
pendahuluan melalui analisis terhadap sifat fisiko kimia minyak jarak pagar
awal untuk mengetahui karakteristiknya, serta penelitian utama untuk
memproduksi biodiesel melalui proses estrans dan melakukan studi pengaruh
jenis dan konsentrasi antioksidan terhadap biodiesel yang dihasilkan.
Pengamatan yang dilakukan adalah perubahan bilangan asam, bilangan
peroksida, dan viskositas biodiesel selama penyimpanan 4 minggu.
1. Penelitian Pendahuluan
Penelitian pendahuluan diawali dengan menganalisis sifat fisik dan
kimia minyak jarak pagar. Analisa tersebut meliputi pengukuran densitas,
viskositas, bilangan asam, kadar air, bilangan penyabunan, bilangan Iod,
dan kadar FFA (free fatty acid) minyak jarak pagar. Analisis ini dilakukan
untuk mengetahui sifat awal minyak jarak pagar sebelum diproses menjadi
biodiesel. Prosedur analisis sifat fisiko kimia minyak jarak dan biodiesel
dapat dilihat pada Lampiran 2.
2. Penelitian Utama
Penelitian utama meliputi proses pembuatan biodiesel secara
(estrans), karakterisasi biodiesel yang dihasilkan, dan pengamatan
pengaruh penambahan berbagai jenis antioksidan (TBHQ, BHT, dan
Formula X) pada berbagai tingkat konsentrasi terhadap biodiesel yang
meliputi pengukuran bilangan asam, bilangan peroksida, dan viskositas,
sehingga dapat diketahui antioksidan yang paling efektif.
Esterifikasi
Proses pembuatan biodiesel diawali dengan menyaring minyak
jarak pagar dengan kertas saring, kemudian mengukur kadar asam
lemak bebas (FFA), lalu dilakukan proses esterifikasi dengan
memanaskan minyak jarak terlebih dahulu hingga suhu 60oC. Setelah
mencapai suhu 60oC, minyak jarak ditambah dengan campuran
metanol dan katalis HCl. Jumlah metanol yang ditambahkan
berdasarkan rasio molar 20:1 terhadap kadar asam lemak bebas,
sedangkan jumlah katalis HCl yang ditambahkan adalah 1 % dari berat
minyak jarak (w/w).
Proses esterifikasi bertujuan untuk mengkonversi asam lemak
bebas menjadi metil ester. Reaksi antara minyak dan metanol
dikondisikan pada suhu 60oC, untuk menjaga fase cair metanol agar
tetap bereaksi dengan trigliserida. Reaksi berlangsung selama 2 jam
dengan bantuan pemanasan di atas hot plate stirrer. Proses ini
dilanjutkan dengan pemisahan gliserolnya dengan cara aging selama
kurang lebih 3-5 jam.
Transesterifikasi
Minyak jarak yang telah melalui proses esterifikasi, dilanjutkan
dengan proses transesterifikasi, yaitu dengan terlebih dahulu
memanaskan minyak hasil esterifikasi yang telah dipisahkan
gliserolnya hingga suhu 60oC. Setelah mencapai suhu 60oC, minyak
yang telah dipanaskan, ditambah dengan campuran metanol dan katalis
NaOH 0.5 %, dan reaksi dikondisikan pada suhu tetap 60oC selama 1 jam. Dalam proses transesterifikasi, penambahan jumlah metanol
dilakukan berdasarkan rasio molar 6:1, yaitu antara metanol dengan
trigliserida.
Setelah metil ester (biodiesel) diperoleh, maka dilakukan
pemisahan gliserol dari metil ester yang terbentuk dengan cara aging
selama 3-5 jam, lalu dinetralisasi menggunakan larutan asam lemah
yaitu asam asetat 0.01% (CH3COOH). Penambahan asam asetat encer
dimaksudkan untuk mengikat sisa-sisa katalis yang masih ada pada
biodiesel, sehingga akan membentuk endapan putih dan mudah
dipisahkan. Selanjutnya dilakukan proses pencucian dengan air hangat
sampai pH air cuciannya netral.
dilakukan
terhadap
penambahan
biodiesel
yang
antioksidan,
dilakukan
dihasilkan,
kemudian
Karakterisasi
Pemanasan dan pengadukan
hingga T= 60oC
ESTERIFIKASI
t : 2 jam, T : 60oC
Gliserol
TRANSESTERIFIKASI
t : - 1 jam, T : 60oC
Gliserol
Karakterisasi
BIODIESEL
--------------------------------------------------------------------------------------------------Penambahan antioksidan
BHT
TBHQ
Formula X
C. RANCANGAN PERCOBAAN
Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Rancangan Acak Lengkap Faktorial dengan dua faktor perlakuan, yaitu jenis
antioksidan dan konsentrasi antioksidan. Untuk faktor perlakuan jenis
antioksidan yang ditambahkan (A) terdiri dari tiga taraf yaitu BHT (A1),
TBHQ (A2), dan Formula X (A3), sedangkan konsentrasi antioksidan yang
ditambahkan (B), terdiri dari 4 taraf yaitu konsentrasi 0.03% (B1), 0.05%
(B2), 0.07% (B3), dan 0.1% (B4). Rancangan acak lengkap ini terdiri dari 12
unit perlakuan dengan 2 kali ulangan.
Setiap kombinasi perlakuan dilakukan ulangan sebanyak dua kali,
secara duplo. Dari masing-masing jenis dan konsentrasi antioksidan, dianalisis
nilai bilangan asam, bilangan peroksida, dan viskositasnya sebagai parameter
keefektifitasan antioksidan yang ditambahkan. Analisis varian dilakukan
sebanyak emapt kali pada masing-masing minggu pengamatan.
Uji lanjut yang digunakan untuk mengetahui kesignifikanan dari
variabel-variabel yang berpengaruh nyata adalah uji lanjut Duncan. Dalam
penelitian ini dilakukan analisis sidik ragam dan uji lanjut menggunakan
sistem paket program untuk analisis data yaitu program SAS (Statistical
Analysis System).
Model rancangan percobaan yang digunakan adalah sebagai berikut :
Yijk = + i + j + ()ij + ijk
Keterangan:
Yijk = nilai pengamatan
= rata-rata sebenarnya
()ij = pengaruh interaksi faktor taraf ke-i dengan faktor taraf ke-j
ijk
= error
= Jenis antioksidan
= Konsentrasi antioksidan
A. PENELITIAN PENDAHULUAN
Pada penelitian pendahuluan, dilakukan analisa terhadap sifat fisik dan
kimia minyak jarak pagar kasar yang diperoleh dari Surfactant and Bioenergy
Research Center (SBRC) IPB. Analisa tersebut meliputi pengukuran densitas,
viskositas, bilangan asam, kadar air, bilangan penyabunan, bilangan Iod, dan
kadar FFA (free fatty acid) minyak jarak pagar. Analisis ini dilakukan untuk
mengetahui sifat awal minyak jarak pagar sebelum diproses menjadi biodiesel.
Hasil analisa terhadap sifat dan karakteristik minyak jarak pagar dapat dilihat
pada Tabel 6.
Tabel 6. Sifat Fisiko Kimia Minyak Jarak Pagar Hasil Penelitian
Parameter
Densitas (15oC)
Viskositas kinematik
Satuan
Nilai
g / ml
0.9007
cSt
27,28
mg KOH / g sampel
11.58
g I2 / 100 g
95
mg KOH / g sampel
189.82
0.08
mg O2/ 100 g
4.75
(40oC)
Bilangan asam
Bilangan Iod
Bilangan Penyabunan
Kadar air
Bilangan Peroksida
Dari hasil analisis sifat fisiko kimia minyak jarak pagar mentah,
diperoleh densitas minyak jarak adalah 0.9007 g/ml. Densitas minyak
dipengaruhi oleh bobot molekul. Semakin tinggi bobot molekul asam lemak,
maka semakin tinggi densitasnya. Selain itu diperoleh nilai bilangan asam
minyak yang cukup tinggi yaitu 11,58 mg KOH/g sampel. Tingginya nilai
bilangan asam ini dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti kandungan asam
lemak tidak jenuh yang tinggi pada minyak jarak pagar, sehingga akan mudah
teroksidasi pada ikatan rangkapnya, dan menyebabkan kenaikan bilangan
asam yang cepat. Hal lain mungkin disebabkan penyimpanam biji jarak yang
kurang baik sehingga nilai asamnya sudah tinggi, selain itu asam lemak bebas
dapat terbentuk karena adanya proses hidrolisis antara trigliserida dengan air.
Bilangan asam yang tinggi inilah yang menjadi kendala dalam proses
pembuatan biodiesel, jika prosesnya dilakukan melalui transesterifikasi
(katalis basa), karena asam lemak bebas yang tinggi jika direaksikan dengan
basa kuat, akan membentuk sabun sehingga akan menghambat terbentuknya
metil ester. Oleh karena itu dalam penelitian ini, proses pembuatan biodiesel
dilakukan melalui proses Estrans.
Hasil analisis terhadap kadar air minyak jarak pagar mentah
menunjukkan nilai yang masih memenuhi standar yaitu 0,08%. Minyak jarak
memiliki kadar air yang cukup rendah. Nilai kadar air pada minyak jarak
dapat berpengaruh terhadap keberhasilan pembuatan biodiesel, karena adanya
air yang berlebih dapat mempengaruhi berhasil tidaknya reaksi esterifikasi
maupun transesterifikasi.
Nilai viskositas kinematik pada minyak jarak pagar yang dianalisis
pada suhu 40oC sebesar 27,28 cSt. Nilai viskositas ini cukup tinggi dan belum
memenuhi standar jika akan digunakan sebagai bahan bakar, oleh karena itu
perlu dilakukan proses transesterifikasi untuk menurunkan nilai viskositasnya,
agar dapat digunakan sebagai bahan bakar. Menurut Foglia, et al. (1996),
tingginya viskositas akan mengakibatkan rendahnya daya atomisasi bahan
bakar, pembakaran dari fuel injector, ring carbonization, dan akumulasi bahan
bakar dalam minyak pelumas.
Bilangan iod menyatakan tingkat ketidakjenuhan minyak. Bilangan
iod minyak jarak pagar yang dianalisis adalah 95 g I2/100 gr. Nilai bilangan
iod tersebut sudah cukup sesuai dengan standar bilangan iod untuk minyak
jarak pagar. Secara umum, nilai bilangan iod 95 g I2/100 gr, termasuk nilai
yang tinggi. Hal ini disebabkan karena minyak jarak mengandung asam lemak
tidak jenuh yang tinggi yaitu asam oleat (34-45%) dan linoleat (29 44%).
Bilangan penyabunan berfungsi untuk mengukur jumlah asam lemak
bebas yang terikat dalam trigliserida dan asam lemak bebas yang terurai dalam
molekul trigliserida. Disamping itu bilangan penyabunan merupakan
parameter penting untuk mengetahui jenis minyak, dimana setiap jenis minyak
memiliki bilangan penyabunan yang khas dan tidak akan berubah selama tidak
mengalami degradasi atau penambahan asam lemak secara sengaja. Dari hasil
analisis, minyak jarak pagar memiliki bilangan penyabunan sebesar 189.82
mg KOH / g sampel. Tingginya nilai bilangan penyabunan pada minyak jarak
pagar ini dipengaruhi oleh panjang rantai molekul asam lemak yang
menyusun trigliserida tersebut.
Bilangan peroksida minyak jarak mentah yang dianalisa adalah
sebesar 4.75 mg O2/ 100 g. Sifat minyak jarak pagar yang mengandung asam
lemak tidak jenuh yang tinggi, akan mudah mengalami oksidasi dan
menyebabkan kenaikan bilangan peroksida yang cukup cepat. Minyak jarak
pagar yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari SBRC,
kemungkinan minyak jarak yang digunakan sudah mengalami penyimpanan
dalam beberapa hari, sehingga sudah terjadi oksidasi. Sifat fisik minyak jarak
pagar mentah yang diamati sendiri oleh peneliti antara lain berwara kuning
agak kecoklatan, agak kental, dan berbau khas.
B. PENELITIAN UTAMA
Pada penelitian utama, dilakukan proses pembuatan biodiesel,
karakterisasi biodiesel yang dihasilkan dan kajian pengaruh jenis dan
konsentrasi
antioksidan
terhadap
biodiesel.
Jenis
antioksidan
yang
ditambahkan adalah TBHQ, BHT, dan Formula X dengan konsentrasi masingmasing 0.03 %, 0.05 %, 0.07 %, dan 0.1%. Dari masing-masing jenis
antioksidan yang dikombinasikan dengan berbagai konsentrasi tersebut, akan
dibandingkan dengan kontrol biodiesel yang tidak ditambahkan antioksidan.
Pemilihan jenis antioksidan TBHQ, didasarkan pada studi literatur
bahwa antioksidan ini sangat efektif dalam menghambat oksidasi terhadap
minyak-minyak nabati yang memiliki asam lemak tidak jenuh yang tinggi,
sehingga patut dicoba keefektifannya pada biodiesel. Pada BHT, juga sering
digunakan tidak hanya pada minyak saja, produk-produk pangan yang
berpotensi mengalami ketengikan juga menggunakan, sedangkan pada
Formula X, dimaksudkan untuk mengetahui apakah bahan tersebut berpotensi
sebagai antioksidan dalam menghambat oksidasi.
12
10
8
Bilangan Asam
6
1,125
0,2
2
0
Minyak Jarak
Hasil Esterifikasi
Hasil
Transesterifikasi
basa
untuk
dikonversi
menjadi
metil
ester.
Pada
reaksi
Satuan
Biodiesel
Jarak Pagar
Densitas (15oC)
g / ml
0.8676
cSt
2.33
1.9 6.0
mg KOH / g
0.20
maks 0.8
g I2 / 100 g
84.85
maks 115
mg KOH / g
200.61
Viskositaskinematik (40 C)
Bilangan asam
Bilangan Iod
Bilangan Penyabunan
Standar
(SNI Biodiesel 2006)
Kadar air
0.12
Bilangan Peroksida
mg O2/ 100 g
4.75
Kalor Pembakaran
kcal / kg
7352
0.024
mg KOH / g
200.41
Abu tersulfat
Bilangan Ester
0.85 0.89
maks 0.05
maks 0.02
biodiesel
hendaknya
dilakukan
penyaringan
biodiesel
80
70
60
TBHQ 0.1%
50
BHT 0.1%
40
FX 0.1%
30
Kontrol
20
10
0
0
Minggu
karena
itu
bilangan
peroksida
terus
meningkat
selama
penyimpanan.
Peningkatan bilangan peroksida biodiesel kontrol pada minggu
pertama tidak terlalu tajam, namun mulai minggu kedua hingga minggu
keempat bilangan peroksida naik dengan tajam. Dari hal tersebut
nampak bahwa pada minggu kedua dan ketiga, proses oksidasi
berlangsung pada tahap propagasi, dimana pembentukan peroksida
berlangsug secara cepat. Pada minggu ketiga menuju minggu keempat
bilangan peroksida masih terus naik namun peningkatan tidak setajam
minggu kedua dan ketiga. Hal ini disebabkan karena peroksida yang
terbentuk pada proses propagasi sudah mulai mengalami proses
dekomposisi peroksida, dimana peroksida akan mulai diubah menjadi
berbagai macam produk seperti aldehida, asam berantai pendek, keton,
dan radikal bebas. Senyawa-senyawa hasil dekomposisi peroksida ini
bersifat volatil sehingga akan mudah menguap. Senyawa inilah yang
menimbulkan bau tidak sedap dan tengik pada biodiesel.
Penambahan antioksidan pada biodiesel mampu menekan
peningkatan bilangan peroksida sesuai dengan keefektifitasan masingmasing antioksidan maupun tingkat konsentrasi yang diberikan.
Antioksidan yang paling efektif merupakan antioksidan yang mampu
menahan oksidasi yang ditunjukkan dengan kenaikan bilangan
peroksida yang paling kecil. Dari grafik diatas, dapat dilihat bahwa
antioksidan TBHQ memberikan efektifitas yang paling baik.
Gambar 20. menunjukkan grafik hubungan antara penambahan
jenis antioksidan dengan konsentrasi yang diberikan. Berdasar grafik
tersebut, dapat dilihat bahwa ketiga jenis antioksidan tersebut
menunjukkan trend yang hampir sama, dimana semakin tinggi
konsentrasi
antioksidan
yang
diberikan,
maka
nilai
bilangan
45,00
40,00
35,00
30,00
TBHQ
25,00
BHT
20,00
Formula X
15,00
10,00
5,00
0,00
0,03%
0,05%
0,07%
0,10%
Konsentrasi
70
60
Minggu 0
50
Minggu 1
40
Minggu 2
30
Minggu 3
20
Minggu 4
10
Kontrol
A3B4
A3B3
A3B2
A3B1
A2B4
A2B3
A2B2
A2B1
A1B4
A1B3
A1B2
0
A1B1
80
Kombinasi Perlakuan
Keterangan : A1
A2
A3
: BHT
: TBHQ
: Formula X
B1
B2
B3
B4
: 0.03%
: 0.05%
: 0.07%
: 0.1%
aplikasinya,
penggunaan
antioksidan
TBHQ
memiliki
0,4
0,35
0,3
BHT 0.1%
0,25
TBHQ 0.1%
0,2
FX 0.1%
0,15
Kontrol
0,1
0,05
0
0
Minggu
Kontrol
0,25
0,03%
0,2
0,05%
0,15
0,07%
0,10%
0,1
0,05
0
0
Minggu
0,4
0,35
0,3
Kontrol
0,25
0,03%
0,2
0,05%
0,15
0,07%
0,10%
0,1
0,05
0
0
Minggu
Kontrol
0,25
0,03%
0,2
0,05%
0,15
0,07%
0,10%
0,1
0,05
0
0
Minggu
semakin
menurun,
namun
menurut
Gordon
(1990),
0,4
0,35
0,3
Minggu 0
0,25
Minggu 1
0,2
Minggu 2
0,15
Minggu 3
0,1
Minggu 4
0,05
0
A1
B1
A1
B2
A1
B3
A1
B4
A2
B1
A2
B2
A2
B3
A2
B4
A3
B1
A3
B2
A3
B3
A3
Ko B4
nt
ro
l
26.
Kombinasi Perlakuan
Keterangan : A1
A2
A3
: BHT
: TBHQ
: Formula X
B1
: 0.03%
B2
: 0.05%
B3
: 0.07%
B4
: 0.1%
Gambar 26. Histogram perubahan bilangan asam biodiesel pada
tiap kombinasi perlakuan selama penyimpanan
Dari hasil analisis keragaman pada tingkat kepercayaan 95%
tidak
jenuh.
Pengaruh
penambahan
antioksidan
dalam
pada
biodiesel
dengan
penambahan
antioksidan,
5,3
5,2
Viskositas (cSt)
5,1
5
BHT 0.1%
4,9
TBHQ 0.1%
4,8
FX 0.1%
4,7
Kontrol
4,6
4,5
4,4
4,3
0
Minggu
juga
belum
berlangsung
secara
sempurna,
sehingga
5,3
5,2
5,1
5
4,9
4,8
4,7
4,6
4,5
4,4
4,3
Minggu 0
Minggu 1
Minggu 2
Minggu 3
Kontrol
A3B4
A3B3
A3B2
A3B1
A2B4
A2B3
A2B2
A2B1
A1B4
A1B3
A1B2
Minggu 4
A1B1
Viskositas (cSt)
Gambar 28.
Kombinasi
Keterangan : A1
A2
A3
: BHT
: TBHQ
: Formula X
B1
B2
B3
B4
: 0.03%
: 0.05%
: 0.07%
: 0.1%
Viskositas (cSt)
4,95
4,90
4,85
TBHQ
4,80
BHT
4,75
Formula X
4,70
4,65
4,60
0,03%
0,05%
0,07%
0,10%
Konsentrasi
A. KESIMPULAN
Pembuatan biodiesel melalui proses esterifikasi-transesterifikasi dapat
menurunkan bilangan asam dari 12 mg KOH/g sampel hingga menjadi 0,2 mg
KOH/g sampel. Dari hasil uji karakteristik sifat fisiko kimia, sebagian besar
parameter biodiesel yang dihasilkan dalam penelitian ini memenuhi standar
(SNI Biodiesel-2006). Untuk bilangan asam (0,2 mg KOH/g sampel), densitas
(0.867g/ml), viskositas kinematik 25oC (4.63 cSt), bilangan iod (84.85 g
I2/100 gram), bilangan penyabunan (200.61 mg KOH/g) masih memenuhi
standar namun untuk kadar air (0.12%) belum memenuhi standar.
Dari hasil analisis keragaman, didapatkan bahwa jenis dan konsentrasi
antioksidan berpengaruh nyata terhadap bilangan peroksida dan bilangan
asam. namun tidak terhadap viskositas. Walaupun begitu, nilai viskositas
biodiesel dengan penambahan antioksidan lebih rendah jika dibandingkan
dengan kontrol. Biodiesel tanpa penambahan antioksidan mengalami kenaikan
bilangan peroksida, bilangan asam, dan viskositas yang paling tinggi bila
dibandingkan dengan biodiesel dengan penambahan antioksidan.
Kombinasi perlakuan yang memiliki efektifitas paling baik selama
penyimpanan adalah biodiesel dengan penambahan antioksidan TBHQ pada
konsentrasi 0,1% (A2B4). Biodiesel dengan perlakuan A2B4 memiliki
bilangan peroksida 17,10 mg O2/100 g, bilangan asam 0,26 mg KOH/g
sampel, dan viskositas 4,72 cSt. Pada kontrol, bilangan peroksidanya sebesar
68,82 mg O2/100 g, bilangan asam 0.36 mg KOH/g sampel, dan viskositas
kinematik sebesar 5.14 cSt. Dari hasil tersebut, menunjukkan bahwa reaksi
oksidasi pada biodiesel kontrol berlangsung lebih cepat daripada biodiesel
dengan penambahan antioksidan, dengan penambahan antioksidan, kenaikan
bilangan peroksida dan bilangan asam dapat dihambat.
Antioksidan TBHQ memiliki keefektifitasan yang paling baik
dibandingkan BHT atau Formula X, karena pada TBHQ memiliki kemampuan
mendonorkan 2 atom hidrogen pada radikal bebas dan memiliki kemampuan
B. SARAN
Pemberian konsentrasi antioksidan hendaknya diperhatikan jangan
sampai konsentrasinya terlalu tinggi, karena justru akan menjadi prooksidan.
Jika biodiesel akan disimpan pada wadah logam, dapat ditambahkan
antioksidan sinergis yaitu campuran antioksidan primer (BHT, TBHQ) dengan
pengkelat logam seperti asam sitrat untuk mengikat ion logam agar
menghambat laju oksidasi yang disebabkan adanya logam.
Perlu adanya penelitian lebih lanjut terhadap antioksidan Formula X,
karena memiliki potensi sebagai antioksidan, seperti komposisi aktif yang
berperan sebagai antioksidan, pemakaian konsentrasi yang tepat, dan
aplikasinya.
DAFTAR PUSTAKA
Ambarita, M. T. D. 2002. Transesterifikasi Minyak Goreng Bekas Untuk Produksi
Metil Ester. Tesis. Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor,
Bogor.
Anonim. 1998. Cara Uji Minyak dan Lemak. SNI 01-3555-1998. Badan
Standardisasi Nasional, Jakarta.
Anonim. 2006. Biodiesel. SNI 04-7182-2006. Badan Standarisasi Nasional,
Jakarta.
Buck, D.F. 1991. Antioxidants. Didalam: J. Smith, editor. Food Additive Users
Handbook. Blackie Academic & Professional, Glasgow- UK.
Canakci, M. dan J. V. Gerpen. 2001. Biodiesel production from oils and fats with
high free fatty acids. American Society of Agricultural Engineers
44(6):1429-1436.
Coppen, P.P. 1983. The Use of Antioxidants. Di dalam Allen, J. C. dan R. J.
Hamilton (eds.). Rancidity in Foods. Applied Science Publisher,
London.
Darnoko, D., T. Herawan dan P. Guritno. 2001. Teknologi produksi biodiesel dan
prospek pengembangannya di Indonesia. Warta PPKS 9 (1): 17-27.
Foglia, T.A, L.A. Nelson and W.N. Marmer, G.H. Knothe, R.O. Dunn and M.O.
Bagby. 1996.Improving the Properties of Vegetable Oils and Foods for
Use as Biodiesel. Illnols, USA.
Foild, N., G. Foild, M. Sanchez, M. Mittelbach dan S. Hackel. 1996. Jatropha
curcas L. as a source for the production of biofuel in Nicaragua.
Bioresource Technology 58: 77-82.
Gordon, M.H. 1990. The mechanism of antioxidants action in vitro. Di dalam
B.J.F. Hudson, editor. Food Antioxidants. Elsevier Applied Science,
London.
Gubitz, G.M., M. Mittelbach dan M. Trabi. 1999. Exploitation of the tropical oil
seed plant Jatropha curcas L. Bioresource Tech. 67: 73-82.
Haas, W. dan M. Mittelbach. 2000. Detoxification experiments with the seed oil
from Jatropha curcas L. Industrial Crops and Products 12: 111-118.
Hambali, E., A. Suryani, Dadang, Hariyadi, H. Hanafie, I. K. Reksowardojo, M.
Rivai, M. Ihsanur, P. Suryadarma, S. Tjitrosemito, T. H. Soerawidjaja,
Rizvi, S.Q.A. (ed). 1992. Lubricant Additives an Their Function. Di dalam ASM
Handbook Friction.Lubrication and Wear Technology. Jld.18. ASM
Internasional.
Schultz, H.W. 1962. Symposium on Food : Lipids and Their Oxidation. The AVI
Publ. Co. Inc., Westport, Connecticut.
Sherwin, E. R. 1990. Antioxidants for vegetables oils. J. Am. Oil Chem. Soc. 53 :
430.
Sonntag, N. 1982. Fat Splitting, Esterification, and Interesterification. Di dalam
Baileys Industrial Oil and Fat Products. 4th Ed. Vol. II. John Wiley
and Sons, New York.
Stuckey, B.N. 1972. Antioxidants as Foods Stabilizers. Di dalam Furia, T.E.,
editor. Handbook of Food Additives. Ed. ke-2. CRC Press, ClevelandOhio.
Sudradjat, H. R. 2006. Memproduksi Biodiesel Jarak Pagar. Penebar Swadaya,
Jakarta.
Swern, D. Editor. 1982. Baileys Industrial Oil and Fat Product. Ed ke-4. Volume
ke-2. New York : John Wiley & Sons.
Syah, A. N. A. 2006. Biodiesel Jarak Pagar: Bahan Bakar Alternatif yang Ramah
Lingkungan. AgroMedia Pustaka, Jakarta.
www. chemistry.about.com,23 April 2007
www.indobiofuel.com, 23 April 2007
LAMPIRAN
WPO-WP
=D
VW
Densitas (15C) = D + f(t-15)
WPO = bobot piknometer dan minyak (g)
WP = bobot piknometer kosong (g)
VW = volume air (= bobot air) pada 25C (ml)
f
R C O H + KOH/NaOH
R C O
K/Na + H2O
Prosedur:
Sampel yang akan diuji ditimbang sebanyak 2-5 gram di dalam
erlenmeyer 250 ml, kemudian ke dalam sampel ditambahkan etanol netral
95% sebanyak 50 ml. Larutan ditambahkan 3-5 tetes indikator PP,
kemudian dititrasi dengan larutan standar KOH 0,1 N hingga berwarna
merah muda konstan (tidak berubah selama 15 detik). Jumlah KOH yang
digunakan untuk titrasi dicatat untuk menghitung bilangan asam dan kadar
FFA.
Penghitungan:
AxNxB
Bilangan asam
=
G
MxAxN
Kadar FFA
%
10 G
Keterangan :
(m1-m2)
x 100%
m1
m1 = bobot sampel (g)
m2 = bobot sampel setelah pemanasan (g)
Prosedur :
Sebanyak 5 gram minyak ditimbang dalam labu erlenmeyer,
kemudian ditambahkan dengan 30 ml campuran asam asetat glasial dan
kloroform (3:2). Setelah minyak larut, ditambahkan dengan 0.5 ml KI
jenuh dan 30 ml air suling sambil dikocok. Campuran ditambahkan
dengan indikator kanji 1 % kemudian dititrasi dengan Na2S2O3 0,1 N.
Perlakuan yang sama juga dilakukan pada blanko.
Perhitungan :
(A-B) x N x 8 x 100
Bilangan Peroksida (mgO2/100 gr contoh) =
Keterangan :
A = jumlah ml Na2S2O3 untuk contoh
B = jumlah ml Na2S2O3 untuk blanko
G = bobot contoh (gram)
8 = setengah dari bobot atom oksigen
R C C (CH2)nC OH + I2
H H
R C C (CH2)n C OH
I I
Prosedur:
Sebanyak 0,25 gram sampel dimasukkan ke dalam erlenmeyer 300
ml, kemudian ditambahkan 15 ml kloroform dan 25 ml larutan wijs dengan
menggunakan pipet volumetrik. Erlenmeyer kemudian ditutup dan
disimpan di tempat gelap selama 2 jam. Ke dalam larutan kemudian
ditambahkan 10 ml larutan KI 20% dan 100 ml air suling, kemudian
12,69 x N x (Vo-V1)
M
Keterangan
Vo = volume Na2S2O3 0,1 N yang diperlukan untuk titrasi blanko (ml)
V1 = volume Na2S2O3 0,1 N yang diperlukan untuk titrasi sampel (ml)
N = normalitas larutan standar Na2S2O3 0,1 N
m = bobot contoh (g)
R1
O
OH
+ NaOH/KOH
b.
R1
ONa/K + H2O
O
H2C
R1
H2C
OH
O
HC
H2C
C
O
O
R2 + NaOH/KOH
R3
HC
OH + 3 R
H2C
ONa/K
OH
Prosedur:
Timbang 2 gram sampel dengan ketelitian 0,0001 gram, kemudian
dimasukkan ke dalam erlenmeyer 250 ml. Ke dalam sampel ditambahkan
25 ml KOH alkohol 0,5 N dan beberapa butir batu didih. Erlenmeyer
dihubungkan dengan pendingin tegak di atas penangas air selama 1 jam,
kemudian ke dalam larutan ditambahkan 0,5-1 ml indikator PP. Larutan
56,1 x N x (Vo-V1)
m
Lampiran 3. Nomenklatur
A1
= Antioksidan BHT
A2
= Antioksidan TBHQ
A3
= Antioksidan Formula X
B1
B2
B3
B4
C1
C2
C3
C4
Kombinasi
Perlakuan
A1B1
A1B2
A1B3
A1B4
A2B1
A2B2
A2B3
A2B4
A3B1
A3B2
A3B3
A3B4
Kontrol
Ulangan
1
2
Rata-rata
1
2
Rata-rata
1
2
Rata-rata
1
2
Rata-rata
1
2
Rata-rata
1
2
Rata-rata
1
2
Rata-rata
1
2
Rata-rata
1
2
Rata-rata
1
2
Rata-rata
1
2
Rata-rata
1
2
Rata-rata
1
2
Rata-rata
4,75
4,75
4,75
4,75
4,75
4,75
4,75
4,75
4,75
4,75
4,75
4,75
4,75
Minggu
1
2
8,55 15,20
8,07 14,24
8,31 14,72
8,07 14,25
8,08 13,30
8,07 13,78
7,13 13,29
7,60 13,30
7,36 13,30
7,12 12,83
7,13 12,35
7,12 12,59
8,07 14,73
8,07 14,25
8,07 14,49
7,60 13,29
7,60 13,30
7,60 13,30
7,60 11,87
7,13 12,82
7,36 12,34
6,65 11,88
6,18 12,35
6,41 12,11
10,92 21,85
9,98 20,89
10,45 21,37
9,97 20,90
9,97 21,85
9,97 21,38
8,55 20,41
8,08 20,89
8,31 20,65
7,60 19,95
7,60 18,99
7,60 19,47
14,25 25,65
14,73 26,13
14,49 25,89
3
21,14
20,24
20,69
20,25
19,79
20,02
18,00
18,90
18,45
18,00
18,00
18,00
17,10
18,00
17,55
16,18
17,09
16,64
16,20
15,74
15,97
15,30
15,75
15,53
32,83
32,38
32,61
31,50
30,58
31,04
29,70
29,70
29,70
26,99
28,79
27,89
49,93
50,82
50,37
4
26,54
25,64
26,09
24,74
24,29
24,51
23,84
24,73
24,28
23,85
22,94
23,39
19,79
18,86
19,33
19,79
17,99
18,89
17,99
18,90
18,45
16,65
17,55
17,10
37,66
38,25
38,25
37,35
36,00
36,68
35,08
35,98
35,53
31,50
32,38
31,94
70,16
67,47
68,82
Kombinasi
Perlakuan
A1B1
A1B2
A1B3
A1B4
A2B1
A2B2
A2B3
A2B4
A3B1
A3B2
A3B3
A3B4
Kontrol
Ulangan
1
2
Rata-rata
1
2
Rata-rata
1
2
Rata-rata
1
2
Rata-rata
1
2
Rata-rata
1
2
Rata-rata
1
2
Rata-rata
1
2
Rata-rata
1
2
Rata-rata
1
2
Rata-rata
1
2
Rata-rata
1
2
Rata-rata
1
2
Rata-rata
0.20
0.20
0.20
0.20
0.20
0.20
0.20
0.20
0.20
0.20
0.20
0.20
0.20
Minggu
1
2
0,23
0,26
0,23
0,22
0,23
0,24
0,19
0,22
0,19
0,26
0,19
0,24
0,19
0,26
0,23
0,22
0,21
0,24
0,19
0,22
0,19
0,22
0,19
0,22
0,23
0,22
0,19
0,26
0,21
0,24
0,19
0,22
0,23
0,22
0,21
0,22
0,23
0,22
0,19
0,26
0,21
0,24
0,19
0,22
0,19
0,22
0,19
0,22
0,23
0,22
0,23
0,26
0,23
0,24
0,23
0,26
0,23
0,26
0,23
0,26
0,19
0,26
0,23
0,22
0,21
0,24
0,23
0,26
0,19
0,26
0,21
0,26
0,23
0,26
0,26
0,26
0,24
0,26
3
0,27
0,23
0,28
0,31
0,27
0,32
0,23
0,23
0,26
0,23
0,19
0,23
0,23
0,23
0,26
0,19
0,23
0,23
0,23
0,19
0,23
0,23
0,19
0,23
0,27
0,27
0,30
0,27
0,23
0,28
0,23
0,23
0,26
0,23
0,23
0,26
0,27
0,27
0,30
4
0,30
0,26
0,28
0,26
0,30
0,28
0,30
0,26
0,28
0,26
0,26
0,26
0,30
0,30
0,30
0,30
0,34
0,32
0,26
0,30
0,28
0,26
0,26
0,26
0,34
0,30
0,32
0,30
0,34
0,32
0,30
0,30
0,30
0,30
0,26
0,28
0,34
0,38
0,36
Kombinasi
Perlakuan
A1B1
A1B2
A1B3
A1B4
A2B1
A2B2
A2B3
A2B4
A3B1
A3B2
A3B3
A3B4
Kontrol
Ulangan
1
2
Rata-rata
1
2
Rata-rata
1
2
Rata-rata
1
2
Rata-rata
1
2
Rata-rata
1
2
Rata-rata
1
2
Rata-rata
1
2
Rata-rata
1
2
Rata-rata
1
2
Rata-rata
1
2
Rata-rata
1
2
Rata-rata
1
2
Rata-rata
4,63
4,63
4,63
4,63
4,63
4,63
4,63
4,63
4,63
4,63
4,63
4,63
4,63
1
4,73
4,67
4,70
4,70
4,71
4,70
4,58
4,67
4,63
4,67
4,66
4,67
4,77
4,76
4,77
4,75
4,75
4,75
4,76
4,75
4,76
4,69
4,74
4,71
4,69
4,75
4,72
4,77
4,68
4,73
4,65
4,71
4,68
4,70
4,71
4,70
4,79
4,75
4,77
Minggu
2
4,85
4,85
4,85
4,83
4,83
4,83
4,85
4,89
4,87
4,82
4,87
4,85
4,82
4,89
4,85
4,88
4,85
4,87
4,87
4,89
4,88
4,77
4,85
4,81
4,87
4,91
4,89
4,91
4,89
4,90
4,82
4,91
4,86
4,79
4,85
4,82
4,92
4,93
4,93
3
4,99
4,95
4,97
4,94
5,01
4,97
4,84
4,87
4,86
4,81
4,85
4,83
4,89
4,87
4,88
4,90
4,86
4,88
4,95
4,89
4,92
4,72
4,81
4,76
4,99
5,04
5,02
4,95
4,94
4,95
5,04
5,04
5,04
4,90
4,90
4,90
5,24
5,13
5,18
4
4,97
4,87
4,92
4,90
4,83
4,87
4,79
4,79
4,79
4,79
4,75
4,77
4,76
4,76
4,76
4,87
4,75
4,81
4,74
4,70
4,72
4,71
4,74
4,72
4,93
4,97
4,95
4,81
4,90
4,85
4,90
4,75
4,82
4,77
4,74
4,76
5,03
5,24
5,14
Lampiran 7. Rekapitulasi Data Uji Sidik Ragam dan Uji Lanjut Duncan
terhadap Bilangan Peroksida Biodiesel Minggu I
db
JK
KT
F hitung
Pr>F
11
28,9145
2,6286
31,58 0.0001
13,2076
6,6038
79,33 0.0001
13,1318
4,3773
52,58 0.0001
5,16 0.0077
2,5752
0,4229
12
0,9989
0,0832
23
29,9134
Mean
90.838
8 A3
77.188
8 A1
73.625
8 A2
89.433
6 B1
85.483
6 B2
76.817
6 B3
70.467
6 B4
Lampiran 8. Rekapitulasi Data Uji Sidik Ragam dan Uji Lanjut Duncan
terhadap Bilangan Peroksida Biodiesel Minggu II
db
JK
KT
F hitung
Pr>F
11
308,8989
292,2570
15,2220
1,4198
12
3,1923
0,2660
23
312,0911
Mean
207.163
8 A3
135.950
8 A1
130.613
8 A2
168.600
6 B1
161.483
6 B2
154.300
6 B3
147.250
6 B4
Lampiran 9. Rekapitulasi Data Uji Sidik Ragam dan Uji Lanjut Duncan
terhadap Bilangan Peroksida Biodiesel Minggu III
db
JK
KT
F hitung
Pr>F
11
898,5610
860,1256
33,9348
4,4005
12
4,0864
0,3405
23
902,6474
303.088
8 A3
192.900
8 A1
164.200
8 A2
236.150
6 B1
225.650
6 B2
213.733
6 B3
204.717
6 B4
Lampiran 10. Rekapitulasi Data Uji Sidik Ragam dan Uji Lanjut Duncan
terhadap Bilangan Peroksida Biodiesel Minggu IV
db
JK
KT
F hitung
Pr>F
11
1251,8701
225.16 0.0001
1198,5975
1185.68 0.0001
42,0320
27.72 0.0001
11,2392
3.71 0.0255
12
23
6,0654 0.50544583
1257,9354
355.250
8 A3
245.713
8 A1
184.400
8 A2
277.900
6 B1
266.933
6 B2
260.867
6 B3
241.450
6 B4
Lampiran 11. Rekapitulasi Data Uji Sidik Ragam dan Uji Lanjut Duncan
terhadap Bilangan Asam Biodiesel Minggu I
db
JK
KT
F hitung
Pr>F
Lampiran 12. Rekapitulasi Data Uji Sidik Ragam dan Uji Lanjut Duncan
terhadap Bilangan Asam Biodiesel Minggu II
Uji Sidik Ragam Bilangan Asam (II)
Sumber
keragaman
Perlakuan
A
K
A*K
Galat
Total
koreksi
db
JK
KT
F hitung
Pr>F
Lampiran 13. Rekapitulasi Data Uji Sidik Ragam dan Uji Lanjut Duncan
terhadap Bilangan Asam Biodiesel Minggu III
a. Uji Sidik Ragam Bilangan Asam (III)
Sumber
keragaman
Perlakuan
A
K
A*K
Galat
Total
koreksi
db
JK
KT
Pr>F
F hitung
0.24500
A
8 A3
0.24500
8 A1
0.21500
8 A2
0.25000
6 B1
0.25000
6 B2
AB
0.22333
6 B3
0.21667
6 B4
Lampiran 14. Rekapitulasi Data Uji Sidik Ragam dan Uji Lanjut Duncan
terhadap Bilangan Asam Biodiesel Minggu IV
db
JK
KT
F hitung
Pr>F
0.30500
8 A3
AB
0.29000
8 A2
0.27500
8 A1
0.30667
6 B2
0.30000
6 B1
AB
0.28667
6 B3
0.26667
6 B4
Lampiran 15. Rekapitulasi Data Uji Sidik Ragam dan Uji Lanjut Duncan
terhadap Viskositas Biodiesel Minggu I
Sumber
keragaman
Perlakuan
A
K
A*K
Galat
Total
koreksi
db
JK
KT
F hitung
Pr>F
4,7463
8 A2
4,7075
8 A3
4,6737
8 A1
Lampiran 16. Rekapitulasi Data Uji Sidik Ragam dan Uji Lanjut Duncan
terhadap Viskositas Biodiesel Minggu II
db
JK
KT
F hitung
Pr>F
Lampiran 17. Rekapitulasi Data Uji Sidik Ragam dan Uji Lanjut Duncan
terhadap Viskositas Biodiesel Minggu III
Sumber
keragaman
Perlakuan
A
K
A*K
Galat
Total koreksi
db
JK
KT
F hitung
Pr>F
4,9750
8 A3
4,9075
8 A1
4,8613
8 A2
4,9550
6 B2
4,9383
6 B1
4,9333
6 B3
4,8316
6 B4
Lampiran 18. Rekapitulasi Data Uji Sidik Ragam dan Uji Lanjut Duncan
terhadap Viskositas Biodiesel Minggu IV
db
JK
KT
F hitung
Pr>F
Perlakuan
A
K
A*K
Galat
Total koreksi
4,8463
8 A3
4,8363
8 A1
4,7538
8 A2
4,8767
6 B2
AB
4,8433
6 B1
BC
4,7783
6 B3
4,7500
6 B4
Oleh
ARUM ANGGRAINI
F34103057
2007
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
Oleh
ARUM ANGGRAINI
F34103057
JURNAL PENELITIAN
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN
pada DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
Fakultas Teknologi Pertanian
Institut Pertanian Bogor
2007
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
JURNAL PENELITIAN
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN
Pada Departemen Teknologi Industri Pertanian
Fakultas Teknologi Pertanian
Institut Pertanian Bogor
Oleh
ARUM ANGGRAINI
F34103057
September 2007
Biodiesel merupakan senyawa alkil ester dari asam lemak yang diolah dari sumber
trigliserida alami terbarukan dan digunakan sebagai bahan bakar mesin diesel, biasanya dibuat
melalui proses esterifikasi-transesterifikasi. Dalam aplikasi maupun penyimpanannya, biodiesel
berpotensi mengalami kerusakan oksidasi, karena adanya faktor internal (kandungan asam lemak
tidak jenuh yang tinggi) dan faktor eksternal (udara, panas, atau logam) yang mengakibatkan
terjadinya peningkatan bilangan asam. Kondisi keasaman biodiesel yang tinggi jika digunakan
dalam mesin dapat berakibat korosi terhadap mesin. Oleh karena itu untuk menjaga ketahanan
oksidatif dan menghambat peningkatan bilangan asam pada biodiesel, perlu ditambahkan
antioksidan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh penambahan berbagai jenis antioksidan
dalam beberapa konsentrasi dalam rangka menjaga ketahanan oksidasi biodiesel dan menguji
potensi Formula X sebagai antioksidan. Parameter ketahanan oksidasi yang diamati adalah
perubahan bilangan asam, bilangan peroksida, dan viskositas pada biodiesel dengan penambahan
antioksidan maupun tanpa penambahan antioksidan (kontrol) selama penyimpanan. Pada
penelitian ini, digunakan Rancangan Percobaan Faktorial dalam waktu (Factorial in time) dengan
dua faktor yaitu jenis antioksidan (TBHQ atau tert-Butilhidrokuinon, BHT atau butylated
hydroxytoluene dan Formula X), dan faktor konsentrasi antioksidan ( 0,03% ; 0,05% ; 0,07% ; 0,1
%), dimana kedua faktor tersebut dilihat pengaruhnya terhadap waktu atau lama penyimpanan.
Hasil karakterisasi biodiesel hasil penelitian, sebagian besar sudah memenuhi standar
yang ditetapkan (SNI Biodiesel, 2006) yaitu memiliki bilangan asam (0,2 mg KOH/g sampel),
densitas (0.867g/ml), viskositas kinematik 40oC (2.33 cSt), bilangan Iod (84.85 g I2/100 gram),
bilangan penyabunan (200.61 mg KOH/g) namun untuk kadar air (0.12%) belum memenuhi
standar.
Secara umum, penambahan antioksidan pada berbagai konsentrasi selama penyimpanan
dapat menghambat reaksi oksidasi, namun tergantung dari keefektifitasan masing-masing jenis
antioksidan. Dalam penelitian ini, kombinasi perlakuan yang memiliki efektifitas paling baik
dalam menghambat reaksi oksidasi selama penyimpanan adalah biodiesel dengan penambahan
antioksidan TBHQ pada konsentrasi 0,1% (A2B4), yaitu memiliki bilangan peroksida 17,10 mg
O2/100 g, bilangan asam 0,26 mg KOH/g sampel, dan viskositas kinematik (25oC) 4,72 cSt. Pada
kontrol, bilangan peroksidanya sebesar 68,82 mg O2/100 g, bilangan asam 0.36 mg KOH/g
sampel, dan viskositas kinematik (25oC) sebesar 5.14 cSt. Dari hasil penelitian ini, urutan
keefektifitasan antioksidan dalam menghambat oksiasi adalah TBHQ> BHT> Formula X. Dari
hasil penelitian, diketahui bahwa antioksidan Formula X memiliki potensi sebagai antioksidan,
karena memberikan pengaruh yang lebih baik jika dibandingkan dengan biodiesel kontrol, namun
masih lebih rendah dari TBHQ atau BHT.
PENDAHULUAN
Sejak dahulu pemenuhan kebutuhan
manusia akan sumber energi khususnya
untuk bahan bakar (transportasi, industri,
dan rumah tangga), hampir seluruhnya
berasal dari minyak bumi (bahan bakar
fosil). Bahan bakar fosil berasal dari sisa
kehidupan jutaan tahun yang lalu. Oleh
karena itu, bahan bakar ini digolongkan
sebagai bahan bakar yang tidak terbarukan
(unrenewable) dan ketersediaannya di bumi
semakin berkurang.
Kebutuhan energi yang semakin
meningkat dan produksi minyak bumi yang
semakin
menurun
serta
timbulnya
pencemaran
udara
yang
semakin
membahayakan, mendorong adanya usaha
diversifikasi energi. Beberapa usaha
pengembangan energi alternatif dari
sumberdaya yang terbarukan (bioenergi)
antara lain dapat berupa biodiesel, bioetanol,
dan biogas. Indonesia sangat berpotensi
mengembangkan
energi-bio
seperti
biodiesel, mengingat Indonesia dikenal
sebagai produsen minyak kelapa sawit
mentah (CPO/crude palm oil) terbesar kedua
di dunia. Selain itu Indonesia juga memiliki
banyak sumber nabati lain yang dapat
menghasilkan minyak, seperti tanaman jarak
pagar (Jatropha curcas). Selain memiliki
kandungan minyak yang tinggi, tanaman
jarak pagar juga dapat tumbuh di lahan kritis
yang kekurangan air. Menurut Gubitz et al.
(1999), minyak jarak pagar tidak dapat
langsung dikonsumsi sebelum melalui
proses detoksifikasi, mengingat kandungan
ester forbol yang beracun. Sehingga minyak
dari tanaman ini berpotensial untuk
dijadikan bahan bakar.
Biodiesel didefinisikan sebagai alkil
ester dari asam lemak yang diolah dari
sumber trigliserida alami terbarukan melalui
proses seperti esterifikasi transesterifikasi
dan digunakan sebagai bahan bakar mesin
diesel.
Keuntungan penggunaan biodiesel
diantaranya adalah bahan baku dapat
diperbarui (renewable), penggunaan energi
lebih efisien, dapat menggantikan bahan
bakar diesel dan turunannya dari petroleum,
dapat digunakan kebanyakan peralatan
diesel dengan tidak perlu modifikasi atau
hanya modifikasi kecil, dapat mengurangi
emisi/pancaran gas yang menyebabkan
pemanasan global, dapat mengurangi emisi
udara beracun karena kandungan sulfurnya
sangat kecil, memiliki titik nyala yang cukup
tinggi
sehingga
aman
dalam
penyimpanannya, bersifat biodegradable,
cocok untuk lingkungan sensitif, dan mudah
digunakan (Knothe, 2006).
Dalam aplikasi dan penyimpanannya,
biodiesel sangat berpotensi mengalami
kerusakan oksidasi. Salah satu indikasi
terjadinya reaksi oksidasi pada biodiesel
adalah terjadinya peningkatan bilangan asam
yang disebabkan oleh dekomposisi senyawa
peroksida dari hasil reaksi oksidasi.
Kondisi keasaman yang tinggi pada
biodiesel,
dikhawatirkan
dapat
menyebabkan kerusakan atau korosi pada
mesin kendaraan. Oleh karena itu perlu
dilakukan
penambahan aditif berupa
antioksidan dalam menghambat peristiwa
oksidasi terhadap biodiesel.
Kajian
pengaruh
penambahan
antioksidan terhadap biodiesel dilakukan
dengan menggunakan tiga jenis antioksidan
yaitu TBHQ, BHT, dan Formula X pada
berbagai tingkat konsentrasi. Parameter yang
diamati adalah bilangan asam, bilangan
peroksida,
dan
viskositas
biodiesel.
Pengamatan akan dilakukan setiap minggu
selama 30 hari penyimpanan pada kondisi
ruang. Antioksidan yang dianggap paling
efektif adalah yang dapat menahan kenaikan
bilangan asam, bilangan peroksida dan
viskositas dengan nilai yang paling kecil.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
melakukan studi pengaruh jenis dan
konsentrasi beberapa jenis antioksidan
(BHT, TBHQ, dan Formula X) terhadap
ketahanan oksidasi biodiesel selama
penyimpanan. Tujuan lain adalah untuk
mengetahui potensi Formula X sebagai
antioksidan.
METODOLOGI
Bahan dan Alat
Bahan-bahan yang akan digunakan
dalam penelitian ini adalah minyak jarak
pagar murni, metanol, KOH, HCl, NaOH,
CH3COOH. Selain itu digunakan bahan
kimia untuk analisa, yaitu etanol, reagen
wijs, larutan KI 20%, larutan Na2S2O3 0,1 N
dan 0,02 N, HCl 4N, HCl 0,5 N, karbon
tetrakhlorida, kristal kalium iodida, KOH
0,5 N beralkohol, alkohol netral, indikator
fenolftalein (PP), indikator kanji, kertas pH
dan air demineralisasi.
Alat-alat yang digunakan dalam
penelitian ini adalah labu bulat berleher dua,
erlenmeyer, gelas piala, neraca analitik,
buret, pipet volumetrik, gelas ukur, hot plate
OH + CH3-OH
Asam lemak
Metanol
R
Katalis
850-890
2,3-6,0
Angka setana
Min. 51
Min. 100
C OCH3 + H2O
Maks. 18
Ester
Maks. No. 3
Maks. 0,05
Maks. 0,05
Maks. 360
Maks. 0,02
Belerang (mg/kg)
Maks. 100
Air
Digliserida + RCOOR1
Digliserida + ROH
Monogliserida + RCOOR2
Monogliserida + ROH
Batas nilai
Parameter satuan
HCl
1
Gliserol + RCOOR3
Fosfor (mg/kg)
Maks. 10
Maks. 0,8
Maks. 0,02
Maks. 0,24
Min. 96,5
Maks. 115
Uji Halphen
Negatif
2.
Karakteristik
penelitian
Satuan
Biodiesel
Biodiesel
Jarak Pagar
Densitas
g / ml
0.8676
Viskositas
o
kinematik (40 C) cSt
2.33
Bilangan asam
mg KOH / g
0.20
Bilangan Iod
g I2 / 100 g
84.85
Bilangan
Penyabunan
mg KOH /g
200.61
Kadar air
%
0.12
Bilangan
Peroksida
mg O2/ 100 g 4.75
Kalor
Pembakaran
kcal / kg
7352
Abu tersulfat
%
0.024
Bilangan Ester
mg KOH / g 200.41
hasil
SNI
Biodiesel
0.85 0.89
1.9 6.0
maks 0.8
maks 115
maks 0.05
maks 0.02
TBHQ 0.1%
50
BHT 0.1%
40
FX 0.1%
30
Kontrol
20
10
0
0
Minggu
80
70
60
Minggu 0
50
Minggu 1
40
Minggu 2
30
Minggu 3
20
Minggu 4
10
A3B4
Kontrol
A3B3
A3B2
A3B1
A2B4
A2B3
A2B2
A2B1
0
A1B4
60
A1B3
Konsentrasi
jenis
70
A1B2
masing-masing
80
A1B1
2.
keefektifitasan
antioksidan.
Kombinasi Perlakuan
Keterangan : A1
A2
A3
: BHT
: TBHQ
: Formula
B1
: 0.03%
B2
: 0.05%
B3
: 0.07%
B4
: 0.1%
Gambar 4 Histogram perubahan bilangan peroksida
biodiesel pada tiap kombinasi perlakuan
selama penyimpanan
0,4
0,35
0,3
Kontrol
0,25
0,03%
0,2
0,05%
0,15
0,07%
0,10%
0,1
0,05
0
0
BHT 0.1%
0,25
Minggu
TBHQ 0.1%
0,2
FX 0.1%
0,15
Kontrol
0,1
0,05
0
0
Minggu
2.1. Viskositas
Viskositas
kinematik
merupakan
pengukuran aliran fluida yang dipengaruhi
oleh gaya gravitasi. Viskositas dari minyakminyakan dinyatakan oleh jumlah detik
dimana harga itu menyatakan suatu volume
tertentu dari minyak untuk mengalir melalui
suatu lubang dari suatu diameter kecil
tertentu (Maleev, 1954).
Viskositas awal dari biodiesel yang
dihasilkan dari penelitian ini adalah 4,63
cSt. Nilai viskositas ini masih termasuk
dalam standar yang ditentukan (ASTM)
yaitu 1.9 6 cSt. Viskositas yang terlalu
tinggi pada bahan bakar dapat menyulitkan
pompa bahan bakar dalam mengalirkan
bahan bakar ke ruang bakar, sehingga daya
atomisasi bahan bakar menjadi buruk.
Gambar 7 menunjukkan adanya pengaruh
waktu
terhadap
kenaikan
viskositas
biodiesel.
5,3
5,2
Viskositas (cSt)
5,1
5
BHT 0.1%
4,9
TBHQ 0.1%
4,8
FX 0.1%
4,7
Kontrol
4,6
4,5
4,90
4,85
TBHQ
4,80
BHT
4,75
Formula X
4,70
4,65
4,60
0,03%
0,05%
0,07%
0,10%
Konsentrasi
4,4
4,3
0
Minggu
antioksidan
A. KESIMPULAN
Pembuatan biodiesel melalui proses
esterifikasi-transesterifikasi (Estrans) dapat
menurunkan bilangan asam dari 12 mg
KOH/g sampel hingga menjadi 0,2 mg
KOH/g sampel. Dari hasil uji karakteristik
sifat fisiko kimia, sebagian besar parameter
biodiesel yang dihasilkan dalam penelitian
ini memenuhi standar (SNI Biodiesel-2006).
Untuk bilangan asam (0,2 mg KOH/g
sampel), densitas (0.867g/ml), viskositas
kinematik 25oC (4.63 cSt), bilangan iod
(84.85 g I2/100 gram), bilangan penyabunan
B SARAN
Pemberian konsentrasi antioksidan
hendaknya diperhatikan jangan sampai
konsentrasinya terlalu tinggi, karena justru
akan menjadi prooksidan. Jika biodiesel
akan disimpan pada wadah logam, dapat
ditambahkan antioksidan sinergis yaitu
campuran antioksidan primer (BHT, TBHQ)
dengan pengkelat logam seperti asam sitrat
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2006. Biodiesel. SNI 04-71822006. Badan Standarisasi Nasional,
Jakarta.
Canakci, M. dan J. V. Gerpen. 2001.
Biodiesel production from oils and fats
with high free fatty acids. American
Society of Agricultural Engineers
44(6):1429-1436.
Gordon, M.H. 1990. The mechanism of
antioxidants action in vitro. Di dalam
B.J.F.
Hudson,
editor.
Food
Antioxidants. Elsevier Applied Science,
London.
Gubitz, G.M., M. Mittelbach dan M. Trabi.
1999. Exploitation of the tropical oil
seed plant Jatropha curcas L.
Bioresource Tech. 67: 73-82.
Haas, W. dan M. Mittelbach. 2000.
Detoxification experiments with the
seed oil from Jatropha curcas L.
Industrial Crops and Products 12: 111118.
Ketaren, S. 1986. Pengantar Teknologi
Minyak dan Lemak Pangan. Balai
Pustaka, Jakarta.
Knothe, G. 2006. Analyzing Biodiesel :
Standards and other methods. Journal
American Oil Chemical Society. 83 (10)
: 823-833.
Perkins, E.G. 1967. Formation and Non
Volatile Decomposition on Products in
Heated Fats an Oils. Food Technol. 21
(4) : 125.
Sonntag,
N.
1982.
Fat
Splitting,
Esterification, and Interesterification. Di
dalam Baileys Industrial Oil and Fat
Products. 4th Ed. Vol. II. John Wiley
and Sons, New York.
Sudradjat, H. R. 2006. Memproduksi
Biodiesel
Jarak
Pagar.
Penebar
Swadaya, Jakarta.