Anda di halaman 1dari 99

PENGARUH JENIS DAN KONSENTRASI ANTIOKSIDAN

TERHADAP KETAHANAN OKSIDASI


BIODIESEL DARI JARAK PAGAR (Jatropha Curcas, L.)

Oleh

ARUM ANGGRAINI
F34103057

2007
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR

PENGARUH JENIS DAN KONSENTRASI ANTIOKSIDAN


TERHADAP KETAHANAN OKSIDASI
BIODIESEL DARI JARAK PAGAR (Jatropha Curcas, L.)

Oleh

ARUM ANGGRAINI
F34103057

SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN
Pada Departemen Teknologi Industri Pertanian
Fakultas Teknologi Pertanian
Institut Pertanian Bogor

2007
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR

INSTITUT PERTANIAN BOGOR


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

PENGARUH JENIS DAN KONSENTRASI ANTIOKSIDAN


TERHADAP KETAHANAN OKSIDASI
BIODIESEL DARI JARAK PAGAR (Jatropha Curcas, L.)

SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN
Pada Departemen Teknologi Industri Pertanian
Fakultas Teknologi Pertanian
Institut Pertanian Bogor

Oleh
ARUM ANGGRAINI
F34103057

Dilahirkan pada tanggal 2 April 1985 di Wonosobo


Tanggal lulus : 21 September 2007
Menyetujui,
Bogor,

Ir. Ade Iskandar, Msi


Pembimbing I

September 2007

Prof. Dr. R. Sudradjat, MSc


Pembimbing II

Arum Anggraini. F34103057. Pengaruh Jenis dan Konsentrasi Antioksidan


Terhadap Ketahanan Oksidasi Biodiesel dari Jarak Pagar (Jatropha curcas L.).
Di bawah bimbingan Ade Iskandar dan R. Sudradjat. 2007.

RINGKASAN
Biodiesel merupakan senyawa alkil ester dari asam lemak yang diolah
dari sumber trigliserida alami terbarukan dan digunakan sebagai bahan bakar
mesin diesel, biasanya dibuat melalui proses esterifikasi-transesterifikasi. Dalam
aplikasi maupun penyimpanannya, biodiesel berpotensi mengalami kerusakan
oksidasi, karena adanya faktor internal (kandungan asam lemak tidak jenuh yang
tinggi) dan faktor eksternal (udara, panas, atau logam) yang mengakibatkan
terjadinya peningkatan bilangan asam. Kondisi keasaman biodiesel yang tinggi
jika digunakan dalam mesin dapat berakibat korosi terhadap mesin. Oleh karena
itu untuk menjaga ketahanan oksidatif dan menghambat peningkatan bilangan
asam pada biodiesel, perlu ditambahkan antioksidan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh penambahan berbagai
jenis antioksidan dalam beberapa konsentrasi dalam rangka menjaga ketahanan
oksidasi biodiesel dan menguji potensi Formula X sebagai antioksidan. Parameter
ketahanan oksidasi yang diamati adalah perubahan bilangan asam, bilangan
peroksida, dan viskositas pada biodiesel dengan penambahan antioksidan maupun
tanpa penambahan antioksidan (kontrol) selama penyimpanan. Pada penelitian ini,
digunakan Rancangan Percobaan Acak Lengkap dengan tiga faktor yaitu jenis
antioksidan (TBHQ atau tert-Butilhidrokuinon, BHT atau butylated
hydroxytoluene dan Formula X), faktor konsentrasi antioksidan ( 0,03% ; 0,05% ;
0,07% ; 0,1 %), dan faktor lama penyimpanan (minggu ke-1, ke-2, ke-3, ke-4).
Hasil karakterisasi biodiesel hasil penelitian, sebagian besar sudah
memenuhi standar yang ditetapkan (SNI Biodiesel, 2006) yaitu memiliki bilangan
asam (0,2 mg KOH/g sampel), densitas (0.867g/ml), viskositas kinematik 40oC
(2.33 cSt), bilangan Iod (84.85 g I2/100 gram), bilangan penyabunan (200.61 mg
KOH/g) namun untuk kadar air (0.12%) belum memenuhi standar.
Secara umum, penambahan antioksidan pada berbagai konsentrasi selama
penyimpanan dapat menghambat reaksi oksidasi, namun tergantung dari
keefektifitasan masing-masing jenis antioksidan. Dalam penelitian ini, kombinasi
perlakuan yang memiliki efektifitas paling baik dalam menghambat reaksi
oksidasi selama penyimpanan 4 minggu adalah biodiesel dengan penambahan
antioksidan TBHQ pada konsentrasi 0,1% (A2B4), yaitu memiliki bilangan
peroksida 17,10 mg O2/100 g, bilangan asam 0,26 mg KOH/g sampel, dan
viskositas kinematik (25oC) 4,72 cSt. Pada kontrol, bilangan peroksidanya sebesar
68,82 mg O2/100 g, bilangan asam 0.36 mg KOH/g sampel, dan viskositas
kinematik (25oC) 5.14 cSt. Dari hasil penelitian ini, urutan keefektifitasan
antioksidan dalam menghambat oksidasi biodiesel adalah TBHQ> BHT> Formula
X. Formula X memiliki potensi sebagai antioksidan, karena mampu menghambat
reaksi oksidasi.

RIWAYAT HIDUP
Penulis yang memiliki nama lengkap Arum
Anggraini, dilahirkan di Wonosobo, Jawa Tengah
pada tanggal 2 April 1985. Penulis merupakan anak
pertama dari dua bersaudara dari pasangan Istanto
dan Sri Wati. Penulis menempuh pendidikan di TK
Aisyah Bustanul Athfal, Wonosobo (1990-1991),
SDN

Wonosobo

(1991-1997),

SLTPN

Wonosobo (1997-2000), dan SMU N 1 Wonosobo


(2000-2003).
Pada akhir pendidikan SLTA penulis mendapatkan kesempatan untuk
mengikuti Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan pada tahun 2003 penulis
diterima menjadi mahasiswa di Departemen Teknologi Industri Pertanian,
Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor (IPB).
Selama masa kuliah, penulis bergabung dalam organisasi kemahasiswaan
Himpunan Mahasiswa Teknologi Industri (HIMALOGIN), Unit Kegiatan
Mahasiswa Agrifarma, dan Ikatan Mahasiswa Wonosobo (Ikamanos). Pada tahun
2006, penulis melaksanakan kegiatan Praktek Lapang di PT. Perkebunan Tambi
Wonosobo dengan judul Mempelajari Aspek Teknologi Proses dan
Pengawasan Mutu Teh Hitam di PT. Perkebunan Tambi Unit Perkebunan
Bedakah-Wonosobo. Penulis menyelesaikan skripsi dengan judul Pengaruh
Jenis dan Konsentrasi Antioksidan terhadap Ketahanan Oksidasi Biodiesel
dari Jarak Pagar (Jatropha curcas L) yang merupakan proyek kerjasama
dengan Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan, Departemen Kehutanan,
Bogor.

KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT
karena berkat limpahan rahmatnya, penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang
berjudul Pengaruh Jenis dan Konsentrasi Antioksidan Terhadap Ketahanan
Oksidasi Biodiesel Jarak Pagar (Jatropha curcas L), yang merupakan proyek
kerja sama dengan Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan-Bogor.
Skripsi ini disusun berdasarkan penelitian yang penulis laksanakan pada
bulan April sampai Juli 2007, bertempat di Laboratorium Kimia dan Energi Hasil
Hutan, dan Laboratorium Teknologi Industri Pertanian, FATETA, IPB. Rasa
terima kasih dan penghormatan yang tinggi, penulis ingin sampaikan kepada :
1. Ir. Ade Iskandar, MSi selaku dosen pembimbing I yang telah banyak
memberikan bimbingan, bantuan, dan saran selama penelitian dan
penyelesaian skripsi ini,
2. Prof. Dr. R Sudradjat, MSc. selaku Pembimbing II yang telah banyak
memberikan masukan maupun saran kepada penulis selama penelitian ini,
3. Ir. Muslich, MSi selaku dosen penguji yang telah memberi masukan dan
saran-saran yang berguna bagi penulis,
4. Pimpinan Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan Bogor yang telah
memberikan izin pada penulis untuk melakukan penelitian di Laboratorium
Kimia dan Energi.
5. Bapak Dadang, Bapak Djeni dan Bapak Udin yang telah banyak membantu
kelancaran penelitian yang penulis laksanakan.
6. Teman-teman seperjuangan di Litbang (Nuni, Ari, Erick, Firman), Sutin,
Umam, Galuh, Marxue, Dudi (terima kasih atas bantuan dan kerja samanya)
7. Keluarga tercinta : Bapak, Ibu, juga Dhany yang selalu memberikan perhatian,
keceriaan, dukungan, doa dan semangat yang tak terhingga kepada penulis,
8. Teman-teman tercinta TIN 40,
9. Teman-teman Amanah C (Yuyu, Rian, Nurul, MbUci,dll), Ilumz, Ika, Liez,
Lucia, Ainy, Atih, Dhidi, Achie terima kasih atas persahabatan yang indah ini.
10. Sahabat-sahabatku Desi, Yana, Sulis, Puji, Tuchah yang selalu mensuport
dan memberi dukungan yang tulus pada penulis.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna,
karena keterbatasan penulis dalam menyerap semua pengetahuan selama
melaksanakan penelitian. Oleh karena itu penulis sangat menghargai saran dan
kritik yang membengun untuk menyempurnakan skripsi ini. Harapan penulis
semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis maupun pihak yang
memerlukannya.
Bogor, September 2007
Penulis

Arum Anggraini

DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ....................................................................................

DAFTAR ISI ...................................................................................................

ii

DAFTAR TABEL ..........................................................................................

iv

DAFTAR GAMBAR .....................................................................................

DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................

vi

I. PENDAHULUAN ...........................................................................

A. LATAR BELAKANG ...............................................................

B. TUJUAN ....................................................................................

II. TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................

A. BOTANI JARAK PAGAR (Jatropha Curcas L.) ....................

B. MINYAK JARAK PAGAR .......................................................

C. BIODIESEL ...............................................................................

D. MEKANISME OKSIDASI ........................................................

12

E. ANTIOKSIDAN ........................................................................

15

1. Butylated hydroxytoluene ( BHT ) ........................................

15

2. tert-Butilhidrokuinon (TBHQ) ...............................................

16

F. MEKANISME KERJA ANTIOKSIDAN .................................

18

III. METODOLOGI PENELITIAN .......................................................

21

A. ALAT DAN BAHAN ................................................................

21

B. METODE PENELITIAN ...........................................................

21

1. Penelitian Pendahuluan ........................................................

21

2. Penelitian Utama ..................................................................

22

2.1. Pembuatan Biodiesel ...................................................

22

2.2. Penambahan Antioksidan ............................................

23

C. RANCANGAN PERCOBAAN .................................................

26

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................

28

A. PENELITIAN PENDAHULUAN .............................................

28

B. PENELITIAN UTAMA .............................................................

30

1. Pembuatan dan Karakterisasi Biodiesel ................................

31

2. Pengaruh Jenis dan Konsentrasi Antioksidan .......................

36

2.1. Bilangan Peroksida ......................................................

36

2.2. Bilangan Asam .............................................................

41

2.3. Viskositas .....................................................................

46

V. KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................

50

A. KESIMPULAN ..........................................................................

50

B. SARAN ......................................................................................

51

DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................

52

LAMPIRAN ....................................................................................................

55

DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Komposisi Biji Jarak .........................................................................

Tabel 2. Komponen Asam Lemak Dalam Minyak Jarak ................................

Tabel 3. Sifat Fisik Minyak Jarak Pagar .........................................................

Tabel 4. Perbandingan Sifat Fisik Biodiesel dan Solar ...................................

Tabel 5. Standar Mutu Biodiesel Indonesia ....................................................

10

Tabel 6. Karakteristik Minyak Jarak Pagar Hasil Penelitian ..........................

28

Tabel 7. Karakteristik Biodiesel Jarak Pagar dan Perbandingannya dengan


Standar ..............................................................................................

34

DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Tanaman Jarak Pagar ...................................................................

Gambar 2. Biji Jarak Pagar ...........................................................................

Gambar 3. Reaksi Esterifikasi .......................................................................

11

Gambar 4. Reaksi Transesterifikasi ..............................................................

12

Gambar 5. Mekanisme Reaksi Oksidasi .......................................................

13

Gambar 6. Tahapan Proses Oksidasi............................................................

13

Gambar 7. Reaksi Polimerisasi Oksidasi ......................................................

14

Gambar 8. Reaksi Penguraian Hidroperoksida .............................................

14

Gambar 9. Struktur Butylated hydroxytoluene (BHT) ..................................

16

Gambar 10. Mekanisme Kerja Antioksidan BHT ...........................................

16

Gambar 11. Struktur tert-Butilhidrokuinon (TBHQ) .....................................

17

Gambar 12. Mekanisme Kerja Antioksidan TBHQ ........................................

17

Gambar 13. Reaksi Penghambatan Antioksidan Primer Terhadap


Radikal Lipida .............................................................................

19

Gambar 14. Antioksidan bertindak sebagai prooksidan pada konsentrasi


tinggi ...........................................................................................

19

Gambar 15. Diagram Alir Proses Pembuatan Biodiesel .................................

25

Gambar 16. Mekanisme Protonasi Karbonil dalam Pembentukan


Metil Ester ...................................................................................

32

Gambar 17. Penurunan Bilangan Asam Selama Pembuatan Biodiesel ..........

32

Gambar 18. Biodiesel Hasil Penelitian ...........................................................

33

Gambar 19. Grafik Pengaruh Jenis Antioksidan terhadap Peningkatan


Bilangan Peroksida Biodiesel Selama Penyimpanan ..................

36

Gambar 20. Grafik Hubungan Antara Jenis dengan Konsentrasi Antioksidan


Terhadap Bilangan Peroksida Pada Minggu Ke-empat .............

38

Gambar 21. Histogram Perubahan Bilangan Peroksida Biodiesel Pada Tiap


Kombinasi Perlakuan Selama Penyimpanan...............................

39

Gambar 22. Grafik Pengaruh Jenis Antioksidan terhadap Peningkatan


Bilangan Asam Biodiesel Selama Penyimpanan ........................

41

Gambar 23. Grafik Pengaruh Konsentrasi Antioksidan terhadap Kenaikan


Bilangan Asam Biodiesel + TBHQ ............................................

43

Gambar 24. Grafik Pengaruh Konsentrasi Antioksidan terhadap Kenaikan


Bilangan Asam Biodiesel + BHT................................................

43

Gambar 25. Grafik Pengaruh Konsentrasi Antioksidan terhadap Kenaikan


Bilangan Asam Biodiesel + Formula X ......................................

44

Gambar 26. Histogram Perubahan Bilangan Asam Biodiesel Pada Tiap


Kombinasi Perlakuan Selama Penyimpanan...............................

45

Gambar 27. Grafik Pengaruh Waktu terhadap Kenaikan Viskositas


Biodiesel Pada Berbagai Jenis Antioksidan ................................

47

Gambar 28. Histogram Perubahan Viskositas Biodiesel Pada Tiap


Kombinasi Perlakuan Selama Penyimpanan...............................

48

Gambar 29. Grafik Hubungan Antara Jenis dengan Konsentrasi Antioksidan


Terhadap Viskositas Biodiesel Pada Minggu Ke-empat............

49

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Gambar Bahan-Bahan yang Digunakan Dalam Pembuatan
Biodiesel ...................................................................................

55

Lampiran 2. Prosedur Analisis Sifat Fisiko Kimia Minyak Jarak


dan Biodiesel ..............................................................................

56

Lampiran 3. Nomenklatur...............................................................................

63

Lampiran 4. Rekapitulasi Analisis Bilangan Peroksida Biodiesel Dengan


Penggunaan Berbagai Jenis dan Konsentrasi Antioksidan
Selama Penyimpanan .................................................................

64

Lampiran 5. Rekapitulasi Analisis Bilangan Asam Biodiesel Dengan


Penggunaan Berbagai Jenis dan Konsentrasi Antioksidan
Selama Penyimpanan .................................................................

65

Lampiran 6. Rekapitulasi Analisis Viskositas Biodiesel Dengan


Penggunaan Berbagai Jenis dan Konsentrasi Antioksidan
Selama Penyimpanan ................................................................

66

Lampiran 7. Rekapitulasi Data Uji Sidik Ragam dan Uji Lanjut Duncan
Terhadap Bilangan Peroksida Biodiesel Minggu ke-1..............

67

Lampiran 8. Rekapitulasi Data Uji Sidik Ragam dan Uji Lanjut Duncan
Terhadap Bilangan Peroksida Biodiesel Minggu ke-2..............

61

Lampiran 9. Rekapitulasi Data Uji Sidik Ragam dan Uji Lanjut Duncan
Terhadap Bilangan Peroksida Biodiesel Minggu ke-3..............

62

Lampiran 10. Rekapitulasi Data Uji Sidik Ragam dan Uji Lanjut Duncan
Terhadap Bilangan Peroksida Biodiesel Minggu ke-4..............

62

Lampiran 11. Rekapitulasi Data Uji Sidik Ragam dan Uji Lanjut Duncan
Terhadap Bilangan Asam Biodiesel Minggu ke-1 ....................

70

Lampiran 12. Rekapitulasi Data Uji Sidik Ragam dan Uji Lanjut Duncan
Terhadap Bilangan Asam Biodiesel Minggu ke-2 ....................

70

Lampiran 13. Rekapitulasi Data Uji Sidik Ragam dan Uji Lanjut Duncan
Terhadap Bilangan Asam Biodiesel Minggu ke-3 ....................

70

Lampiran 14. Rekapitulasi Data Uji Sidik Ragam dan Uji Lanjut Duncan
Terhadap Bilangan Asam Biodiesel Minggu ke-4 ....................

71

Lampiran 15. Rekapitulasi Data Uji Sidik Ragam dan Uji Lanjut Duncan
Terhadap Viskositas Biodiesel Minggu ke-1 ............................

72

Lampiran 16. Rekapitulasi Data Uji Sidik Ragam dan Uji Lanjut Duncan
Terhadap Viskositas Biodiesel Minggu ke-2 ............................

72

Lampiran 17. Rekapitulasi Data Uji Sidik Ragam dan Uji Lanjut Duncan
Terhadap Viskositas Biodiesel Minggu ke-3 ............................

73

Lampiran 18. Rekapitulasi Data Uji Sidik Ragam dan Uji Lanjut Duncan
Terhadap Viskositas Biodiesel Minggu ke-4 ............................

74

I. PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Sejak dahulu pemenuhan kebutuhan manusia akan sumber energi
khususnya untuk bahan bakar (transportasi, industri, dan rumah tangga),
hampir seluruhnya berasal dari minyak bumi (bahan bakar fosil). Bahan bakar
fosil berasal dari sisa kehidupan jutaan tahun yang lalu. Oleh karena itu, bahan
bakar ini digolongkan sebagai bahan bakar yang tidak terbarukan
(unrenewable) dan ketersediaannya di bumi semakin berkurang.
Kebutuhan energi yang semakin meningkat dan produksi minyak bumi
yang semakin menurun serta timbulnya pencemaran udara yang semakin
membahayakan, mendorong adanya usaha diversifikasi energi. Beberapa
usaha pengembangan energi alternatif dari sumberdaya yang terbarukan
(bioenergi) antara lain dapat berupa biodiesel, bioetanol, dan biogas.
Indonesia sangat berpotensi mengembangkan energi-bio seperti biodiesel,
mengingat Indonesia dikenal sebagai produsen minyak kelapa sawit mentah
(CPO/crude palm oil) terbesar kedua di dunia. Selain itu Indonesia juga
memiliki banyak sumber nabati lain yang dapat menghasilkan minyak, seperti
tanaman jarak pagar (Jatropha curcas, L). Selain memiliki kandungan minyak
yang tinggi, tanaman jarak pagar juga dapat tumbuh di lahan kritis yang
kekurangan air. Menurut Gubitz (1999), minyak jarak pagar tidak dapat
langsung dikonsumsi sebelum melalui proses detoksifikasi, mengingat
kandungan phorbol ester yang beracun oleh karena itu minyak jarak kurang
cocok dimanfaatkan sebagai minyak makan. Alasan inilah yang menjadikan
minyak jarak pagar berpotensial untuk diolah menjadi bahan bakar.
Biodiesel sangat berpotensi mengalami kerusakan oksidasi karena
terbuat dari minyak nabati yang memiliki asam lemak tidak jenuh yang tinggi.
Salah satu indikasi kerusakan oksidasi pada biodiesel adalah terjadinya
peningkatan bilangan asam, yang disebabkan karena adanya dekomposisi
senyawa peroksida dari hasil reaksi oksidasi. Kondisi keasaman yang tinggi
pada biodiesel, dikhawatirkan dapat menyebabkan kerusakan pada mesin

kendaraan. Oleh karena itu biodiesel memerlukan aditif berupa antioksidan


untuk menghambat terjadinya peristiwa oksidasi selama proses penyimpanan
ataupun dalam penggunaannya.
Kajian pengaruh antioksidan terhadap biodiesel dilakukan dengan
menggunakan tiga jenis antioksidan yaitu TBHQ, BHT, dan Formula X pada
berbagai tingkat konsentrasi. Parameter yang diamati adalah bilangan asam,
bilangan peroksida, dan viskositas biodiesel. Pengamatan akan dilakukan
setiap minggu selama 30 hari penyimpanan pada kondisi ruang. Antioksidan
yang dianggap paling efektif adalah yang dapat menahan kenaikan bilangan
asam, bilangan peroksida dan viskositas dengan nilai yang paling kecil.

B. TUJUAN
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh jenis dan
konsentrasi beberapa jenis antioksidan (BHT, TBHQ, dan Formula X) dalam
menghambat reaksi oksidasi biodiesel selama penyimpanan. Selain itu untuk
mengetahui tingkat keefektifitasan masing-masing jenis antioksidan. Tujuan
lain adalah untuk mengetahui potensi Formula X sebagai antioksidan.

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. BOTANI JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.)


Tanaman jarak pagar berasal dari Mexico dan Amerika Tengah,
namun kini tanaman ini sudah banyak ditemui di Amerika Tengah dan
Selatan, Asia Tenggara, India, dan Afrika. Menurut Heyne (1987), klasifikasi
tanaman jarak pagar adalah sebagai berikut:
Divisi

: Spermatophyta

Subdivisi

: Angiospermae

Kelas

: Dicotyledonae

Ordo

: Euphorbiales

Famili

: Euphorbiaceae

Genus

: Jatropha

Spesies

: Jatropha curcas Linn.

Gambar 1. Tanaman jarak pagar (www.indobiofuel.com)

Gambar 2. Biji jarak pagar (www.indobiofuel.com)

Menurut Padua et al. (1999), tanaman jarak pagar merupakan tanaman


perdu dengan tinggi sekitar 2 m, memiliki tekstur daun yang kasar dan
bertajuk majemuk, bijinya yang masih muda berwarna hijau muda, namun
setelah tua akan berubah menjadi kuning dan akan mencapai kadar minyak
optimum ketika bijinya berubah warna menjadi kehitaman. Menurut Syah
(2006), tanaman ini tahan kekeringan dan dapat tumbuh di daerah dengan
curah hujan 200-1500 mm/tahun. Buahnya berbentuk elips dengan pajang satu
inchi, memiliki dua hingga tiga biji dengan kadar minyak dalam inti biji
54,2% atau sekitar 31,5% dari berat total biji. Umur lima bulan sudah mulai
berbuah dan produktivitas tertinggi dicapai ketika tanaman berumur lima
tahun. Umur produktif jarak pagar mencapai 50 tahun. Produktivitas per
pohon jarak mencapai 2 - 2,5 kg biji kering. Dalam 1 ha lahan dengan 2.000
batang pohon, akan menghasilkan 4-5 ton biji kering dalam setahun. Satu ton
biji kering akan menghasilkan 200-300 liter minyak jarak. Sehingga, 1 ha
lahan akan menghasilkan 1.000 liter - 1.500 liter minyak jarak. Rendemen
minyak yang dapat diperoleh dari biji kering bervariasi dari 30 50 %
tergantung dari cara mengekstrak atau jenis alat pengepresnya.
Biji jarak merupakan bagian dari tanaman jarak yang memiliki arti
penting karena mengandung minyak jarak yang cukup tinggi. Jarak pagar
terdiri dari 75 % kernel dan 25% kulit. Kira-kira dua per tiga dari berat kernel
terdiri dari minyak. Komposisi biji jarak menurut Gubitz (1999), dapat dilihat
pada Tabel 1.
Tabel 1. Komposisi bagian buah jarak pagar
Unsur

Biji

Kulit

Daging

Basis kering

(%)

94.2 96.9

89.8 90.4

Protein kasar

(%)

22.2 27.2

4.3 - 4.5

56.4 -63.8

Lemak

(%)

56.8 58.4

0.5 1.4

1 1.5

Abu

(%)

3.6 4.3

2.8 6.1

9.6 10.4

Neutral detergent fiber (%)

3.5 3.8

83.9 - 89.4

8.1 9.1

Acid detergent fiber

2.4 3

74.6 78.3

5.7 7.0

0.0 - 0.2

45.1- 47.5

0.1 0.4

30.5 31.1

19.3 19.5

18 18.3

(%)

Acid detergent lignin (%)


Gross energi (MJ/kg)

100

Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa kandungan terbesar dalam biji
jarak adalah minyak, oleh karena itu biji jarak berpotensi dimanfaatkan
sebagai sumber bahan baku untuk pembuatan biodiesel. Selain diambil
minyaknya, bungkil biji jarak juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku
biogas, pupuk kompos, dan herbisida.

B. MINYAK JARAK PAGAR


Menurut Gubitz (1999), minyak jarak dapat dimanfaatkan untuk
berbagai keperluan. seperti untuk pembuatan sabun, untuk insektisida, sebagai
bahan bakar penerangan dan kompor jarak pagar atau dapat dimanfaatkan
sebagai obat-obatan tradisional. Selain itu, jika diolah melalui proses
eseterifikasi transesterisikasi akan menghasilkan produk berupa biodiesel yang
dapat digunakan untuk pembangkit genset, kendaraan diesel, dan burner.
Minyak jarak pagar juga digunakan untuk pemakaian langsung, namun hal ini
tidak direkomendasikan untuk bahan bakar mesin diesel konvensional.
Minyak jarak pagar memiliki kandungan asam lemak tidak jenuh yang tinggi,
khususnya asam oleat yang memiliki bobot molekul tinggi (282). Menurut
Gubitz (1999), komponen asam lemak dalam minyak jarak pagar dapat dilihat
pada Tabel 2.
Tabel 2. Komponen asam lemak dalam minyak jarak pagar
Asam lemak

atom C &

(%)

ikatan rangkap

Asam miristat

14:0

0-0.1

Asam palmitat

16:0

14.1-15.3

Asam stearat

18:0

3.7-9.8

Asam arakidat

20:0

0-0.3

Asam behenat

22:0

0-0.2

Asam palmitoleat

16:1

0-1.3

Asam oleat

18:1

34.3-45.8

Asam linoleat

18:2

29.0-44.2

Asam linolenat

18:3

0-0.3

Minyak jarak pagar mengandung racun berupa phorbol ester dengan


jumlah sekitar 0.03-3.4 %, sehingga kurang cocok digunakan sebagai minyak
makan. Oleh karena itu, jika akan digunakan sebagai minyak makan, maka
phorbol esternya harus dihilangkan terlebih dahulu. Minyak jarak pagar
memiliki sifat sangat mudah larut dalam etil alkohol dan asam asetat glasial,
namun kurang larut dalam petroleum karena adanya gugus hidroksil dalam
asam oleat. Menurut Hambali et al. (2006), sifat fisik minyak jarak pagar
dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Sifat fisik minyak jarak pagar
Sifat - sifat
Viskositas pada 30oC
o

Satuan
mm2/s (cSt)
3

Nilai
49.15

Bobot Jenis pada 15 C

g/cm

0.917 0.963

Bilangan Asam

mg KOH/g sampel

4.75

Bilangan Iod

g iod/100 g minyak

96.5

Warna

Bening

Bilangan Sulfur

ppm

<1

Titik nyala

236

Suhu pembakaran

499

Titik api

322

Putaran optik, 200 mm

7.5 9.0

Titik tuang

Kadar abu sulfat

% (m/m)

0.007

Kadar air

ppm

935

-2.5

Menurut Sudradjat (2006), minyak jarak sebagai bahan baku


pembuatan biodiesel, umumnya masih memiliki tingkat keasaman yang tinggi
khususnya untuk minyak jarak pagar yang berasal dari masyarakat,
keasamannya diatas 10 (10-50) mg KOH/g sampel. Bila biodiesel jarak pagar
dengan kondisi keasaman tinggi diaplikasikan ke mesin kendaraan dapat
merusak mesin. Dengan demikian, dalam pengolahannya menjadi biodiesel

perlu menggunakan teknologi tertentu sehingga keasaman minyak jarak bisa


menurun.
Menurut Jaya (2005), penyebab utama terjadinya keasaman minyak
jarak pagar adalah faktor internal yaitu kandungan asam lemak tidak jenuh
dengan rantai rangkap, keberadaan enzim pemecah lemak (seperti lipase,
lipoksidase, atau lipolitik), serta keberadaan mikroba alami dari jenis bakteri,
jamur dan yeast. Ketika faktor internal bertemu dengan faktor eksternal seperti
udara, aerasi, pemanasan, air, kation logam, atau bahan kimia, maka akan
terjadi proses oksidasi yang akan menghasilkan gugus aldehida, keton, dan
hidrokarbon sehingga menyebabkan ketengikan dan kenaikan bilangan asam.

C. BIODIESEL
Biodiesel didefinisikan sebagai alkil ester dari asam lemak yang diolah
dari sumber trigliserida alami terbarukan melalui proses esterifikasi
transesterifikasi dan digunakan sebagai bahan bakar mesin diesel. Secara
kimiawi biodiesel merupakan turunan lipid dari golongan monoalkil ester
dengan panjang rantai karbon 12-20 (Darnoko et al., 2001). Biodiesel dapat
berupa minyak kasar atau monoalkil ester asam lemaknya, umumnya
merupakan metil ester. Metil ester atau etil ester adalah senyawa yang relatif
stabil, cair pada suhu ruang (titik leleh antara 4-18C), non-korosif, dan titik
didihnya rendah.
Keuntungan penggunaan biodiesel diantaranya adalah bahan baku
dapat diperbarui (renewable), penggunaan energi lebih efisien, dapat
menggantikan bahan bakar diesel dan turunannya dari petroleum, dapat
digunakan kebanyakan peralatan diesel dengan tidak perlu modifikasi atau
hanya modifikasi kecil, dapat mengurangi emisi/pancaran gas yang
menyebabkan pemanasan global, dapat mengurangi emisi udara beracun
karena kandungan sulfurnya sangat kecil, memiliki titik nyala yang cukup
tinggi sehingga aman dalam penyimpanannya, bersifat biodegradable, cocok
untuk lingkungan sensitif, dan mudah digunakan (Knothe, 2006).
Sifat fisika kimia biodiesel hampir mirip dengan bahan bakar diesel,
tetapi dalam beberapa hal biodiesel lebih unggul. Bahan bakar fosil memiliki

kandungan sulfur, nitrogen, dan metal yang tinggi yang dapat menyebabkan
hujan asam dan efek rumah kaca. Biodiesel tidak mengandung sulfur dan
senyawa benzene sehingga lebih ramah lingkungan. Kandungan energi,
viskositas dan perubahan fase relatif sama dengan bahan bakar diesel
(petroleum). Sebagai suatu bahan bakar yang berpotensi menggantikan
petrodiesel, penggunaan biodiesel dapat dilakukan secara murni atau
dicampurkan dengan petrodiesel dalam nisbah tertentu, seperti B10, B20, atau
B30 yang artinya kadar percampuran metil ester dengan petrodiesel dengan
kadar 10%, 20%, dan 30%. Perbandingan sifat fisik antara biodiesel dengan
solar (diesel) menurut Hambali et al. (2006), dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Perbandingan sifat fisik biodiesel dan solar
Nilai
No.
1.
2.

Parameter
Densitas, g/ml (15oC)
o

Viskositas kinematik (Cst) (40 C)


o

Biodiesel

Biodiesel

Solar

sawit

Jarak pagar

(Diesel)

0.868

0.879

0.83

5.3

4.84

5.2

3.

Cloud point ( C)

16

18

4.

Titik nyala (oC)

174

191

70

5.

Nilai kalori, LVH (MJ/kg)

37-38

37-38

41

6.

Kandungan sulfur (ppm)

< 50

< 50

Max 500

7.

Bilangan setana

62

51

42

8.

Bilangan penyabunan

209.7

198

NA

45-62

95-107

NA

(mg KOH/g)
9.

Bilangan Iod (mg I2/g)

Salah satu hambatan dalam komersialisasi penggunaan biodiesel


adalah biaya operasi yang tinggi. Hal yang memungkinkan pengembangan
biodiesel ini adalah aspek ramah lingkungan dan ketersediaan petrodiesel
yang makin menipis. Kendala lain dalam penggunaan minyak nabati sebagai
biodiesel adalah viskositasnya yang tinggi yakni bisa mencapai 10 kali
viskositas minyak diesel. Tingginya viskositas akan mengakibatkan rendahnya
atomisasi bahan bakar, pembakaran dari fuel injector, ring carbonization, dan

akumulasi bahan bakar dalam minyak pelumas, namun dappat diatasi dengan
proses transesterfikasi (Foglia, et al., 1996).
Kemurnian biodiesel ditentukan oleh kandungan metil esternya.
Senyawa-senyawa selain metil ester seperti mono-, di-, trigliserida, dan
gliserol dapat menyebabkan penyumbatan pada mesin, sedangkan asam lemak
bebas dapat menyebabkan korosi pada mesin. Adanya kandungan mono-, di-,
atau trigliserida disebabkan karena proses transesterifikasi tidak berjalan
sempurna sehingga produk metil esternya juga belum terbentuk sempurna.
Kualitas pembakaran biodiesel ditentukan oleh bilangan setana dan carbon
residue. Bilangan setana yang rendah dapat menyebabkan keterlambatan
proses pembakaran, sedangkan carbon residue menyatakan kecenderungan
pembentukan deposit karbon setelah pembakaran. Deposit karbon ini dapat
menyebabkan kerak pada ruang pembakaran (Knothe, 2006).
Menurut Sudradjat (2006), teknologi kimia pembuatan biodiesel
adalah rangkaian proses kimia untuk mengubah minyak menjadi biodiesel
yang memenuhi standar kualitas. Standar mutu biodiesel Indonesia dapat
dilihat pada Tabel 5. Hal yang kritikal dan perlu dicermati dari aspek
teknologi ini adalah menjaga jangan sampai terbentuk keasaman biodiesel
yang tinggi, apalagi biodiesel dari minyak jarak yang memiliki rantai karbon
dengan ikatan tidak jenuh sehingga mudah teroksidasi dan terbentuk asam
lemak bebas. Salah satu cara untuk mengatasinya adalah menggunakan proses
dua tahap yaitu esterifikasi transesterifikasi (estrans).
Menurut Gubitz (1999), jenis minyak yang memiliki tingkat keasaman
tinggi seperti minyak jarak, kapuk, dan canola, kurang sesuai jika langsung
diproses secara transesterifikasi karena akan terjadi penyabunan. Menurut
Canakci & Gerpen (2001), minyak yang akan diproses secara transesterifikasi
menggunakan katalis basa, hendaknya memiliki kadar asam lemak bebas (%
FFA) sekitar 1-2 %. Keasaman minyak yang tinggi, hendaknya diatasi dengan
melakukan proses esterifikasi terlebih dahulu untuk mengkonversi asam
lemak bebasnya, agar pada proses transesterifikasi tidak terjadi proses
saponifikasi.

Tabel 5. Standar mutu biodiesel Indonesia


Parameter dan Satuannya

Batas Nilai

Metode Uji

Massa jenis (kg/m3, 40C)

850-890

ASTM D 1298

Viskositas kinematik (40C, cSt)

2,3-6,0

ASTM D 445

Angka setana

Min. 51

ASTM D 613

Titik nyala (C)

Min. 100

ASTM D 93

Titik kabut (C)

Maks. 18

ASTM D 2500

Maks. No. 3

ASTM D 130

Residu karbon (%-b)

Maks. 0,05

ASTM D 4530

Air dan sedimen (%-vol.)

Maks. 0,05

ASTM D 2709

Temperatur distilasi 90% (C)

Maks. 360

ASTM D 1160

Abu tersulfatkan (%-b)

Maks. 0,02

ASTM D 874

Belerang (mg/kg)

Maks. 100

ASTM D 5453

Fosfor (mg/kg)

Maks. 10

AOCS Ca 12-55

Angka asam (mg KOH/g)

Maks. 0,8

AOCS Ca 3-63

Gliserol bebas (%-b)

Maks. 0,02

AOCS Ca 14-56

Gliserol total (%-b)

Maks. 0,24

AOCS Ca 14-56

Kadar ester alkil (%-b)

Min. 96,5

Dihitung

Angka iodium (g I2/100 g)

Maks. 115

AOCS Cd 1-25

Negatif

AOCS Cb 1-25

Korosi bilah tembaga (3 jam,


50C)

Uji Halphen
Sumber: SNI Biodiesel 04-7182-2006

Proses pengolahan minyak menjadi metil ester dilakukan baik dengan


satu atau dua tahap proses, bergantung pada mutu awal minyak. Minyak yang
mengandung asam lemak bebas tinggi dapat dengan efisien dikonversi
menjadi esternya melalui beberapa tahap reaksi yang melibatkan katalis asam
untuk mengesterifikasi asam lemak bebas menjadi ester dan dilanjutkan
dengan reaksi transesterifikasi berkatalis basa yang mengkonversi sisa
trigliserida (Canakci & Gerpen, 2001). Jika minyak mempunyai kandungan
asam lemak bebas yang rendah, transesterifikasi dapat langsung dilakukan
dengan satu tahap (Ambarita, 2002).

Proses esterifikasi pada dasarnya merupakan reaksi antara asam


karboksilat (asam lemak bebas) dengan alkohol untuk membentuk ester dan
molekul air, dan

bersifat reversibel. Proses esterifikasi pada umumnya

menggunakan katalis asam seperti H2SO4 dan HCl. Reaksi esterifikasi selain
mengeseterifikasi asam lemak bebas, juga mengkonversi trigliserida menjadi
metil esternya. Meskipun demikian, kecepatannya lebih rendah dibandingkan
dengan transesterifikasi yang menggunakan katalis basa (Haas et al., 2000).
Menurut Ozgul & Turkay (2002), faktor-faktor yang mempengaruhi reaksi
esterifikasi antara lain adalah jumlah pereaksi, metanol dan asam lemak bebas,
waktu reaksi, suhu, konsentrasi katalis, dan kandungan air pada minyak.
Reaksi esterifikasi antara asam lemak bebas dengan metanol dapat dilihat
pada Gambar 3.
O

O
HCl

OH

Asam lemak

+ CH3

R1

OH

metanol

katalis

C
Ester

OCH3 + H2O
air

Gambar 3. Reaksi esterifikasi


Reaksi transesterifikasi merupakan reaksi yang bertujuan untuk
mengkonversi trigliserida menjadi metil ester sehingga menurunkan viskositas
minyak jarak dan meningkatkan daya pembakaran sehingga dapat digunakan
sesuai

standar

minyak

diesel

untuk

kendaraan

bermotor.

Proses

transesterifikasi mengalami penukaran posisi asam lemak untuk menghasilkan


ester baru. Proses transesterifikasi biasanya menggunakan katalis basa seperti
KOH atau NaOH, karena reaksinya sangat cepat, sempurna, dan dapat
dilakukan pada temperatur yang rendah yaitu 55-60oC (Sonntag, 1982).
Proses transesterifikasi terdiri dari sejumlah reaksi reversibel, dimana
trigliserida dikonversi secara bertahap menjadi digliserida, monogliserida, dan
akhirnya gliserol. Masing-masing tahap menghasilkan metil ester. Dari proses
transesterifikasi, dihasilkan produk berupa campuran metil ester, gliserol, sisa
metanol, katalis, sabun, mono-, di-, dan trigliserida. Oleh karena itu perlu

dilakukan aging untuk memisahkan komponen yang tidak diinginkan


(Sonntag, 1982).
Trigliserida + ROH

Digliserida + RCOOR1

Digliserida + ROH

Monogliserida + RCOOR2

Monogliserida ROH

Gliserol + RCOOR3

O
H2C

O
R1

O
HC

C H3

+ 3CH3OH

C H3

O
H2C

Trigliserida

H2C

OH

NaOH

R2

R1
R2

+ HC

OH

O
R3

metanol

C H3

Katalis

Metil Ester

R3

H2C

OH

Gliserol

Gambar 4. Reaksi transesterifikasi

D. MEKANISME OKSIDASI
Mekanisme oksidasi lipida tidak jenuh diawali dengan tahap inisiasi,
yaitu bila lipida kontak dengan panas, cahaya, ion metal atau oksigen maka
akan terbentuk radikal bebas (R*). Reaksi ini terjadi pada group metilen yang
berdekatan dengan ikatan rangkap C=C- (Buck, 1991). Tahap selanjutnya
adalah tahap propagasi dimana autooksidasi berawal ketika radikal bebas
(R*) hasil tahap inisiasi bertemu dengan oksigen, membentuk radikal
peroksida (ROO*). Reaksi oksigenasi ini terjadi sangat cepat dengan energi
aktivitas hampir nol, sehingga konsentrasi ROO* yang terbentuk jauh lebih
besar dari konsentrasi R* (Gordon, 1990). Radikal peroksida yang terbentuk
akan mengekstrak ion hidrogen dari lipida lain (R1H) membentuk
hidroperoksida (ROOH) dan molekul radikal lipida baru (R1*). Selanjutnya
reaksi autooksidasi ini akan berulang sehingga merupakan reaksi berantai.
Hidroperoksida yang terbentuk merupakan senyawa yang tidak stabil dan
mudah terpecah sehingga akan terdekomposisi menjadi senyawa organik
berantai pendek seperti aldehida, keton, alkohol dan asam lemak bebas.

Tahap terakhir oksidasi lipida adalah tahap terminasi, dimana


komponen radikal bebas akan kontak dengan sesama komponen radikal
bebas dan membentuk produk yang tidak aktif. Mekanisme dan tahapan
proses oksidasi dapat dilihat pada Gambar 5 dan 6.
Inisiasi :
RH + O2
RH + O2 + RH

R. + H2O
R. + H2O + R.

Propagasi :
R. + O2
ROO. + RH

ROO.
ROOH + R.

Dekomposisi peroksida :
ROOH
2 ROOH
Terminasi :

RO. + .OH
RO. + ROO. + H2O

ROO. + ROO.
ROO. + IH
Keterangan :

Produk tidak aktif


ROOH + I

RH

: zat organik atau hidrokarbon

ROO.

: radikal peroksida

ROOH

: Hidroperoksida

: Radikal stabil / tidak aktif

IH

: panghambat radikal bebas

Gambar 5. Mekanisme reaksi oksidasi (Ingold, 1962)

Gambar 6. Tahapan proses oksidasi (Perkins, 1967)

Selain reaksi oksidasi, minyak juga mengalami raksi polimerisasi


selama penyimpanan. Reaksi polimerisasi ini disebut dengan reaksi
polimerisasi oksidasi, yang dapat dilihat pada Gambar 7.
CH=CH + HOO-R

CH=CH-O+ - OR
H
CH-CH (OH)
OR

Gambar 7. Reaksi polimerisasi oksidasi (Schultz, 1962)


Senyawa hidroperoksida yang terbentuk selama reaksi oksidasi
bersifat tidak stabil dan mudah terdekomposisi. Penguraian senyawa
hidroperoksida dapat dilihat pada Gambar 8.

Gambar 8. Reaksi penguraian hidroperoksida (Rizvi, 1992)

E. ANTIOKSIDAN
Antioksidan merupakan senyawa yang dalam konsentrasi kecilpun
dapat menahan terjadinya ketengikan dan menghambat reaksi oksidasi pada
bahan yang mengandung lemak atau minyak (Matz, 1984). Sherwin (1990)
membagi antioksidan menjadi dua kategori yaitu antioksidan primer dan
antioksidan sekunder. Antioksidan primer merupakan substansi yang dapat
berperan sebagai akseptor radikal bebas sehingga dapat menghambat
mekanisme pembentukan radikal bebas pada proses oksidasi. Antioksidan ini
dimiliki karena adanya konfigurasi struktur fenol dalam molekulnya. Contoh
antioksidan primer ini adalah lesitin, tokoferol, BHA, BHT, propylgallate
(PG), dan TBHQ. Antioksidan sekunder berfungsi untuk mendekomposisi
hidroperoksida menjadi bentuk-bentuk non radikal.
Antioksidan juga digolongkan kedalam antioksidan alami dan
antioksidan sintetik. Antioksidan alami merupakan antioksidan yang
diekstrak dari bahan-bahan alami, contohnya adalah vitamin A, karotenoid,
vitamin E, senyawa-senyawa fenol, dan tetrapirolik. Antioksidan sintetik
adalah antioksidan yang dihasilkan dari reaksi kimia, contohnya adalah BHA,
BHT, propil galat, TBHQ dan tokoferol. (Buck, 1991).
1. Butylated hydroxytoluene ( BHT )
Butylated hydroxytoluene (BHT) merupakan senyawa fenol yang
terintangi dan bersifat relatif tidak polar, antioksidan sintetik ini memiliki
karakteristik yang hampir serupa dengan BHA, walaupun stabilitasnya pada
suhu tinggi dan sifat carry-through dalam lemak dan minyak kurang efektif
dibandingkan dengan BHA. BHT memiliki sifat tidak larut dalam air dan
propilen glikol, tetap sangat larut dalam lemak dan etanol (Sherwin, 1990).
BHT memiliki nama lain seperti 2,6-Di-tert-butyl-4-methylphenol dan 2,6Di-tert-butyl-p-cresol. Rumus molekul dari BHT adalah C15H24O atau
C6H2(OH)(CH3)(C(CH3)3)2 (www. chemistry.about.com) .
Menurut Buck (1991), BHT (Gambar 9) memiliki karakteristik
sebagai berikut, berbentuk kristal padat putih dan digunakan secara luas
karena relatif murah, memiliki berat molekul = 220, memiliki titik didih
(760 mmHg) = 265oC, titik leleh = 69.7oC, dan sedikit berbau.

Gambar 9. Struktur Butylated hydroxytoluene (BHT)


Senyawa BHA dan BHT bila digunakan secara bersama, bersifat
lebih efektif dalam memperpanjang daya simpan lemak atau minyak
dibanding bila digunakan secara sendiri-sendiri (bersifat sinergis) (Sherwin,
1990). Mekanisme kerja antioksidan BHT dalam menghambat reaksi
oksidasi dengan menyumbangkan atom H dapat dilihat pada Gambar 10.

Gambar 10. Mekanisme kerja antioksidan BHT (Kikugawa, 1990)


2. tert-Butilhidrokuinon (TBHQ)
Berdasarkan penelitian dari beberapa pakar, TBHQ dikenal
sebagai antioksidan paling efektif dalam menghambat reaksi oksidasi
yang terjadi pada minyak-minyakan yang berasal dari tanaman (minyak
nabati). Bila TBHQ direkomendasikan dengan BHA yang memiliki
kemampuan

antioksidan

yang

baik

pada

pemanggangan

akan

memberikan kegunaan yang lebih luas. (Sherwin, 1990) .


TBHQ (Gambar 11) dikenal berbentuk bubuk putih sampai coklat
terang, mempunyai kelarutan cukup pada lemak dan minyak, tidak
membentuk kompleks warna dengan Fe dan Cu tetapi dapat berubah pink
dengan adanya basa. TBHQ memiliki rumus molekul (CH3)3CC6H3(OH)2,
dan memiliki nama lain seperti tert-butyl-1,4-benzenediol atau 2-tert-

butylhydroquinone. Sedangkan sifat fisik yang dimilikinya antara lain


memiliki berat molekul = 166.22, titik didih (760 mmHg) = 300oC, titik
leleh = 126.5 128.6oC, dan intensitas baunya sangat rendah (Buck,1991).
Mekanisme kerja antioksidan TBHQ dalam menghambat reaksi oksidasi
dengan menyumbangkan atom H dapat dilihat pada Gambar 12.

Gambar 11. Struktur tert-Butilhidrokuinon (TBHQ)

Gambar 12. Mekanisme kerja antioksidan TBHQ (Kikugawa, 1990)

Menurut Schultz (1962) antioksidan dapat digolongkan menjadi


golongan fenol, amina, dan amino-fenol. Antioksidan fenol merupakan
senyawa yang memiliki cincin aromatik dengan substitusi satu atau lebih
gugus hidroksil. Kereaktifan senyawa fenol terhadap radikal bebas disebabkan
karena adanya substitusi grup alkil pada posisi 2, 4 atau 6 yang dapat
meningkatkan densitas elekron pada grup hidroksil, sehingga energi ikatan OH menjadi lemah dan dapat dengan mudah dilepas untuk didonorkan ke
radikal bebas. Radikal fenol yang terbentuk setelah fenol bereaksi dengan
radikal lipid distabilkan oleh delokalisasi elektron yang tidak berpasangan ke
cincin aromatik (Gordon, 1990).
Antioksidan golongan amino-fenol biasanya mengandung gugus
phenolat dan amino yang merupakan gugus fungsionil penyebab aktivitas
antioksidan. Golongan persenyawaan ini sering digunakan dalam industri
petroleum untuk mencegah terbentuknya gum dalam gasoline. Contoh
antioksidan ini adalah N-butil-p-amino-phenol, N-sikloheksil-p-amino phenol.

E. MEKANISME KERJA ANTIOKSIDAN


Menurut Kochar dan Rossell (1990), berdasarkan mekanisme
kerjanya, antioksidan dapat digolongkan menjadi lima jenis yaitu: 1)
antioksidan primer, 2) antioksidan sekunder, 3) penangkap oksigen, 4)
antioksidan enzimatik, 5) pengkelat logam. Antioksidan primer (umumnya
senyawa fenolik) bekerja sebagai pemberi atom hidrogen pada radikal lipid
(R*, ROO*) dan mengubahnya menjadi bentuk yang lebih stabil, sementara
turunan radikal antioksidan (A*) tersebut memiliki keadaan lebih stabil
dibanding radikal lipida. Contoh antioksidan ini adalah BHT, BHA. Fungsi
kedua merupakan fungsi antioksidan sekunder, yaitu bekerja dengan
mendekomposisi hidroperoksida lemak menjadi produk akhir yang lebih
stabil, contohnya adalah dilauril tiopropionat. Penangkap oksigen adalah
senyawa yang dapat bereaksi dengan oksigen, contohnya adalah asam
askorbat. Untuk antioksidan enzim, bekerja dengan memindahkan oksigen di
dalam bahan pangan, contohnya adalah glukosa oksidase. Pengkelat logam

adalah antioksidan yang bekerja dengan mengikat ion logam (Cu dan Fe).
yang dapat mengkatalis peningkatan laju oksidasi lipid, contohnya asam sitrat
Antioksidan memiliki keterbatasan yaitu antioksidan tidak dapat
memperbaiki lemak yang sudah tengik, mencegah kerusakan hidrogen, dan
kerusakan oleh mikroba pada lipid (Coppen, 1983). Penambahan antioksidan
(AH) primer dengan konsentrasi rendah pada lipida dapat menghambat atau
mencegah reaksi autooksidasi lemak dan minyak. Penambahan tersebut dapat
menghalangi reaksi oksidasi pada tahap inisiasi maupun propagasi (Gambar
13).
Radikal-radikal antioksidan (A*) yang terbentuk pada reaksi tersebut
relatif stabil dan tidak mempunyai cukup energi untuk dapat bereaksi dengan
molekul lipida lain membentuk radikal lipida baru (Gordon, 1990). Menurut
Hamilton

(1983),

radikal-radikal

antioksidan

dapat

saling

bereaksi

membentuk produk non radikal.


Inisiasi

R*

AH --------------------------RH

A*

Radikal lipida

Propagasi :

ROO* +

AH

------------------------- ROOH +

A*

Gambar 13. Reaksi penghambatan antioksidan primer terhadap radikal lipida


(Gordon, 1990).
Besar konsentrasi antioksidan yang ditambahkan dapat berpengaruh
pada laju oksidasi. Pada konsentrasi tinggi, aktivitas antioksidan grup fenolik
sering lenyap bahkan antioksidan tersebut menjadi prooksidan (Gambar 14).
Pengaruh jumlah konsentrasi pada laju oksidasi tergantung pada struktur
antioksidan, kondisi dan sampel yang akan diuji.
----------------------------- A*

AH +

O2

AH

ROOH -----------------------------

RO* +

HOO*
H 2O

A*

Gambar 14. Antioksidan bertindak sebagai prooksidan pada konsentrasi


tinggi (Gordon 1990).

Stuckey (1972) berpendapat bahwa penghambatan oksidasi lipida


oleh antioksidan melalui lebih dari satu mekanisme tergantung pada kondisi
reaksi dan sistem makanan. Ada empat kemungkinan mekanisme
penghambatan tersebut yaitu (a) pemberian hidrogen, (b) pemberian elektron,
(c) penambahan lipida pada cincin aromatik antioksidan, (d) pembentukan
kompleks antara lipida dan cincin aromatik antioksidan. Studi lebih lanjut
mengamati bahwa ketika atom hidrogen labil pada suatu antioksidan tertentu
diganti dengan deuterium, antioksidan tersebut menjadi tidak efektif. Hal ini
menunjukkan bahwa mekanisme penghambatan dengan pemberian hidrogen
lebih baik dibanding pemberian elektron. Beberapa peneliti percaya bahwa
pemberian hidrogen atau elektron merupakan mekanisme utama, sementara
pembentukan kompleks antara antioksidan dengan rantai lipida adalah reaksi
sekunder.
Antioksidan sekunder, seperti asam sitrat, asam askorbat, dan
esternya, sering ditambahkan pada lemak dan minyak sebagai kombinasi
dengan antioksidan primer. Kombinasi tersebut dapat memberi efek sinergis
sehingga menambah keefektifan kerja antioksidan primer.
Antioksidan sebaiknya ditambahkan ke lipida seawal mungkin untuk
menghasilkan efek maksimum. Menurut Coppen (1983), antioksidan hanya
akan benar-benar efektif bila ditambahkan seawal mungkin selama periode
induksi, yaitu suasana periode awal oksidasi lipida terjadi dimana oksidasi
masih berjalan secara lambat dengan kecepatan seragam.

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. ALAT DAN BAHAN


Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah labu bulat
berleher dua, erlenmeyer, gelas piala, neraca analitik, buret, pipet volumetrik,
gelas ukur, hot plate stirrer, corong pisah, pendingin tegak, penangas air,
termometer, viscometer Oswald, piknometer, cawan porselen, oven, desikator,
dan kertas saring.
Bahan-bahan yang akan digunakan adalah minyak jarak pagar kasar
yang diperoleh dari SBRC, metanol, etanol, KOH, HCl, NaOH, asam oksalat,
kloroform, asam asetat glacial, reagen wijs, larutan KI 20%, larutan Na2S2O3
(Natriumtiosulfat) 0,1 N dan 0,02 N, HCl 4N, HCl 0,5 N, karbon
tetrakhlorida, kristal kalium iodida, KOH 0,5 N beralkohol, alkohol netral,
indikator fenolftalein (PP), indikator kanji, kertas pH dan air demineralisasi.
Bahan kimia yang digunakan untuk analisis, bersifat analytical grade.
Gambar bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan biodiesel, dapat
dilihat pada Lampiran 1.

B. METODE PENELITIAN
Metode yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi penelitian
pendahuluan melalui analisis terhadap sifat fisiko kimia minyak jarak pagar
awal untuk mengetahui karakteristiknya, serta penelitian utama untuk
memproduksi biodiesel melalui proses estrans dan melakukan studi pengaruh
jenis dan konsentrasi antioksidan terhadap biodiesel yang dihasilkan.
Pengamatan yang dilakukan adalah perubahan bilangan asam, bilangan
peroksida, dan viskositas biodiesel selama penyimpanan 4 minggu.

1. Penelitian Pendahuluan
Penelitian pendahuluan diawali dengan menganalisis sifat fisik dan
kimia minyak jarak pagar. Analisa tersebut meliputi pengukuran densitas,
viskositas, bilangan asam, kadar air, bilangan penyabunan, bilangan Iod,
dan kadar FFA (free fatty acid) minyak jarak pagar. Analisis ini dilakukan

untuk mengetahui sifat awal minyak jarak pagar sebelum diproses menjadi
biodiesel. Prosedur analisis sifat fisiko kimia minyak jarak dan biodiesel
dapat dilihat pada Lampiran 2.

2. Penelitian Utama
Penelitian utama meliputi proses pembuatan biodiesel secara
(estrans), karakterisasi biodiesel yang dihasilkan, dan pengamatan
pengaruh penambahan berbagai jenis antioksidan (TBHQ, BHT, dan
Formula X) pada berbagai tingkat konsentrasi terhadap biodiesel yang
meliputi pengukuran bilangan asam, bilangan peroksida, dan viskositas,
sehingga dapat diketahui antioksidan yang paling efektif.

2.1. Pembuatan Biodiesel

Esterifikasi
Proses pembuatan biodiesel diawali dengan menyaring minyak
jarak pagar dengan kertas saring, kemudian mengukur kadar asam
lemak bebas (FFA), lalu dilakukan proses esterifikasi dengan
memanaskan minyak jarak terlebih dahulu hingga suhu 60oC. Setelah
mencapai suhu 60oC, minyak jarak ditambah dengan campuran
metanol dan katalis HCl. Jumlah metanol yang ditambahkan
berdasarkan rasio molar 20:1 terhadap kadar asam lemak bebas,
sedangkan jumlah katalis HCl yang ditambahkan adalah 1 % dari berat
minyak jarak (w/w).
Proses esterifikasi bertujuan untuk mengkonversi asam lemak
bebas menjadi metil ester. Reaksi antara minyak dan metanol
dikondisikan pada suhu 60oC, untuk menjaga fase cair metanol agar
tetap bereaksi dengan trigliserida. Reaksi berlangsung selama 2 jam
dengan bantuan pemanasan di atas hot plate stirrer. Proses ini
dilanjutkan dengan pemisahan gliserolnya dengan cara aging selama
kurang lebih 3-5 jam.

Transesterifikasi
Minyak jarak yang telah melalui proses esterifikasi, dilanjutkan
dengan proses transesterifikasi, yaitu dengan terlebih dahulu
memanaskan minyak hasil esterifikasi yang telah dipisahkan
gliserolnya hingga suhu 60oC. Setelah mencapai suhu 60oC, minyak
yang telah dipanaskan, ditambah dengan campuran metanol dan katalis
NaOH 0.5 %, dan reaksi dikondisikan pada suhu tetap 60oC selama 1 jam. Dalam proses transesterifikasi, penambahan jumlah metanol
dilakukan berdasarkan rasio molar 6:1, yaitu antara metanol dengan
trigliserida.
Setelah metil ester (biodiesel) diperoleh, maka dilakukan
pemisahan gliserol dari metil ester yang terbentuk dengan cara aging
selama 3-5 jam, lalu dinetralisasi menggunakan larutan asam lemah
yaitu asam asetat 0.01% (CH3COOH). Penambahan asam asetat encer
dimaksudkan untuk mengikat sisa-sisa katalis yang masih ada pada
biodiesel, sehingga akan membentuk endapan putih dan mudah
dipisahkan. Selanjutnya dilakukan proses pencucian dengan air hangat
sampai pH air cuciannya netral.

2.2. Penambahan Antioksidan


Sebelum
karakterisasi

dilakukan

terhadap

penambahan

biodiesel

yang

antioksidan,

dilakukan

dihasilkan,

kemudian

dibandingkan dengan standar yang sudah ada. Analisa yang dilakukan


antara lain adalah bilangan asam, bilangan penyabunan, bilangan Iod,
kadar air, densitas, viskositas dan bilangan peroksida.
Biodiesel yang dihasilkan, ditambah dengan tiga jenis
antioksidan yang berbeda yaitu BHT, TBHQ, dan Formula X sesuai
dengan kombinasi perlakuan. Biodiesel yang telah ditambah
antioksidan, disimpan selama 4 minggu pada kondisi ruang, dan
dilakukan pengujian terhadap bilangan asam, bilangan peroksida dan
viskositas untuk tiap minggunya.

Biodiesel yang dihasilkan, disimpan dalam botol kaca bening


yang bertutup kain kasa, dan disimpan pada suhu ruang. Wadah yang
dipilih adalah botol bening, dimaksudkan supaya tembus cahaya, dan
tutup botol kaca dipilih kain kasa dimaksudkan supaya tidak kedap
udara sehingga oksigen dengan mudah kontak dengan biodiesel.
Dengan begitu, keberadaan cahaya dan oksigen yang merupakan faktor
yang mempercepat terjadinya oksidasi tidak dapat dihalangi, sehingga
aktifitas ketiga jenis antioksidan dapat diuji kemampuannya dalam
menghambat proses oksidasi. Diagram alir pembuatan biodiesel dan
prosedur penelitian secara umum dan dapat dilihat pada Gambar 15.

Minyak jarak kasar

Karakterisasi
Pemanasan dan pengadukan
hingga T= 60oC

HCl (1% w/w) +


Metanol (rasio molar 20:1)

ESTERIFIKASI
t : 2 jam, T : 60oC

Aging dan separasi

NaOH (0.5% w/w) +


Metanol (rasio molar 6:1)

Gliserol

TRANSESTERIFIKASI
t : - 1 jam, T : 60oC

Aging dan separasi

Gliserol

Penambahan CH3COOH 0.1% dan


Pencucian dengan air suling

Karakterisasi

BIODIESEL

--------------------------------------------------------------------------------------------------Penambahan antioksidan

BHT

TBHQ

Formula X

Penyimpanan pada suhu ruang

Analisis bilangan asam, bilangan


peroksida, dan viskositas biodiesel
tiap minggu

Gambar 15. Diagram alir pembuatan biodiesel dan prosedur


penelitian

C. RANCANGAN PERCOBAAN
Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Rancangan Acak Lengkap Faktorial dengan dua faktor perlakuan, yaitu jenis
antioksidan dan konsentrasi antioksidan. Untuk faktor perlakuan jenis
antioksidan yang ditambahkan (A) terdiri dari tiga taraf yaitu BHT (A1),
TBHQ (A2), dan Formula X (A3), sedangkan konsentrasi antioksidan yang
ditambahkan (B), terdiri dari 4 taraf yaitu konsentrasi 0.03% (B1), 0.05%
(B2), 0.07% (B3), dan 0.1% (B4). Rancangan acak lengkap ini terdiri dari 12
unit perlakuan dengan 2 kali ulangan.
Setiap kombinasi perlakuan dilakukan ulangan sebanyak dua kali,
secara duplo. Dari masing-masing jenis dan konsentrasi antioksidan, dianalisis
nilai bilangan asam, bilangan peroksida, dan viskositasnya sebagai parameter
keefektifitasan antioksidan yang ditambahkan. Analisis varian dilakukan
sebanyak emapt kali pada masing-masing minggu pengamatan.
Uji lanjut yang digunakan untuk mengetahui kesignifikanan dari
variabel-variabel yang berpengaruh nyata adalah uji lanjut Duncan. Dalam
penelitian ini dilakukan analisis sidik ragam dan uji lanjut menggunakan
sistem paket program untuk analisis data yaitu program SAS (Statistical
Analysis System).
Model rancangan percobaan yang digunakan adalah sebagai berikut :
Yijk = + i + j + ()ij + ijk
Keterangan:
Yijk = nilai pengamatan

= rata-rata sebenarnya

= pengaruh faktor ke- pada taraf ke-i (i = 1, 2, 3)

= pengaruh faktor ke- pada taraf ke-j (j = 1, 2, 3)

()ij = pengaruh interaksi faktor taraf ke-i dengan faktor taraf ke-j
ijk

= error

= Jenis antioksidan

= Konsentrasi antioksidan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. PENELITIAN PENDAHULUAN
Pada penelitian pendahuluan, dilakukan analisa terhadap sifat fisik dan
kimia minyak jarak pagar kasar yang diperoleh dari Surfactant and Bioenergy
Research Center (SBRC) IPB. Analisa tersebut meliputi pengukuran densitas,
viskositas, bilangan asam, kadar air, bilangan penyabunan, bilangan Iod, dan
kadar FFA (free fatty acid) minyak jarak pagar. Analisis ini dilakukan untuk
mengetahui sifat awal minyak jarak pagar sebelum diproses menjadi biodiesel.
Hasil analisa terhadap sifat dan karakteristik minyak jarak pagar dapat dilihat
pada Tabel 6.
Tabel 6. Sifat Fisiko Kimia Minyak Jarak Pagar Hasil Penelitian
Parameter
Densitas (15oC)
Viskositas kinematik

Satuan

Nilai

g / ml

0.9007

cSt

27,28

mg KOH / g sampel

11.58

g I2 / 100 g

95

mg KOH / g sampel

189.82

0.08

mg O2/ 100 g

4.75

(40oC)
Bilangan asam
Bilangan Iod
Bilangan Penyabunan
Kadar air
Bilangan Peroksida

Dari hasil analisis sifat fisiko kimia minyak jarak pagar mentah,
diperoleh densitas minyak jarak adalah 0.9007 g/ml. Densitas minyak
dipengaruhi oleh bobot molekul. Semakin tinggi bobot molekul asam lemak,
maka semakin tinggi densitasnya. Selain itu diperoleh nilai bilangan asam
minyak yang cukup tinggi yaitu 11,58 mg KOH/g sampel. Tingginya nilai
bilangan asam ini dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti kandungan asam
lemak tidak jenuh yang tinggi pada minyak jarak pagar, sehingga akan mudah
teroksidasi pada ikatan rangkapnya, dan menyebabkan kenaikan bilangan
asam yang cepat. Hal lain mungkin disebabkan penyimpanam biji jarak yang

kurang baik sehingga nilai asamnya sudah tinggi, selain itu asam lemak bebas
dapat terbentuk karena adanya proses hidrolisis antara trigliserida dengan air.
Bilangan asam yang tinggi inilah yang menjadi kendala dalam proses
pembuatan biodiesel, jika prosesnya dilakukan melalui transesterifikasi
(katalis basa), karena asam lemak bebas yang tinggi jika direaksikan dengan
basa kuat, akan membentuk sabun sehingga akan menghambat terbentuknya
metil ester. Oleh karena itu dalam penelitian ini, proses pembuatan biodiesel
dilakukan melalui proses Estrans.
Hasil analisis terhadap kadar air minyak jarak pagar mentah
menunjukkan nilai yang masih memenuhi standar yaitu 0,08%. Minyak jarak
memiliki kadar air yang cukup rendah. Nilai kadar air pada minyak jarak
dapat berpengaruh terhadap keberhasilan pembuatan biodiesel, karena adanya
air yang berlebih dapat mempengaruhi berhasil tidaknya reaksi esterifikasi
maupun transesterifikasi.
Nilai viskositas kinematik pada minyak jarak pagar yang dianalisis
pada suhu 40oC sebesar 27,28 cSt. Nilai viskositas ini cukup tinggi dan belum
memenuhi standar jika akan digunakan sebagai bahan bakar, oleh karena itu
perlu dilakukan proses transesterifikasi untuk menurunkan nilai viskositasnya,
agar dapat digunakan sebagai bahan bakar. Menurut Foglia, et al. (1996),
tingginya viskositas akan mengakibatkan rendahnya daya atomisasi bahan
bakar, pembakaran dari fuel injector, ring carbonization, dan akumulasi bahan
bakar dalam minyak pelumas.
Bilangan iod menyatakan tingkat ketidakjenuhan minyak. Bilangan
iod minyak jarak pagar yang dianalisis adalah 95 g I2/100 gr. Nilai bilangan
iod tersebut sudah cukup sesuai dengan standar bilangan iod untuk minyak
jarak pagar. Secara umum, nilai bilangan iod 95 g I2/100 gr, termasuk nilai
yang tinggi. Hal ini disebabkan karena minyak jarak mengandung asam lemak
tidak jenuh yang tinggi yaitu asam oleat (34-45%) dan linoleat (29 44%).
Bilangan penyabunan berfungsi untuk mengukur jumlah asam lemak
bebas yang terikat dalam trigliserida dan asam lemak bebas yang terurai dalam
molekul trigliserida. Disamping itu bilangan penyabunan merupakan
parameter penting untuk mengetahui jenis minyak, dimana setiap jenis minyak

memiliki bilangan penyabunan yang khas dan tidak akan berubah selama tidak
mengalami degradasi atau penambahan asam lemak secara sengaja. Dari hasil
analisis, minyak jarak pagar memiliki bilangan penyabunan sebesar 189.82
mg KOH / g sampel. Tingginya nilai bilangan penyabunan pada minyak jarak
pagar ini dipengaruhi oleh panjang rantai molekul asam lemak yang
menyusun trigliserida tersebut.
Bilangan peroksida minyak jarak mentah yang dianalisa adalah
sebesar 4.75 mg O2/ 100 g. Sifat minyak jarak pagar yang mengandung asam
lemak tidak jenuh yang tinggi, akan mudah mengalami oksidasi dan
menyebabkan kenaikan bilangan peroksida yang cukup cepat. Minyak jarak
pagar yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari SBRC,
kemungkinan minyak jarak yang digunakan sudah mengalami penyimpanan
dalam beberapa hari, sehingga sudah terjadi oksidasi. Sifat fisik minyak jarak
pagar mentah yang diamati sendiri oleh peneliti antara lain berwara kuning
agak kecoklatan, agak kental, dan berbau khas.

B. PENELITIAN UTAMA
Pada penelitian utama, dilakukan proses pembuatan biodiesel,
karakterisasi biodiesel yang dihasilkan dan kajian pengaruh jenis dan
konsentrasi

antioksidan

terhadap

biodiesel.

Jenis

antioksidan

yang

ditambahkan adalah TBHQ, BHT, dan Formula X dengan konsentrasi masingmasing 0.03 %, 0.05 %, 0.07 %, dan 0.1%. Dari masing-masing jenis
antioksidan yang dikombinasikan dengan berbagai konsentrasi tersebut, akan
dibandingkan dengan kontrol biodiesel yang tidak ditambahkan antioksidan.
Pemilihan jenis antioksidan TBHQ, didasarkan pada studi literatur
bahwa antioksidan ini sangat efektif dalam menghambat oksidasi terhadap
minyak-minyak nabati yang memiliki asam lemak tidak jenuh yang tinggi,
sehingga patut dicoba keefektifannya pada biodiesel. Pada BHT, juga sering
digunakan tidak hanya pada minyak saja, produk-produk pangan yang
berpotensi mengalami ketengikan juga menggunakan, sedangkan pada
Formula X, dimaksudkan untuk mengetahui apakah bahan tersebut berpotensi
sebagai antioksidan dalam menghambat oksidasi.

1. Pembuatan dan Karakterisasi Biodiesel


Dalam proses pembuatan biodiesel, menerapkan proses estrans
karena minyak jarak memiliki tingkat keasaman yang cukup tinggi yaitu
mencapai 11.58 mg KOH /g sampel. Menurut Gubitz (2001), dalam
pembuatan biodiesel, minyak yang memiliki keasaman tinggi seperti
minyak jarak, kapuk, dan canola kurang efektif jika langsung diproses
secara transesterifikasi (katalis basa) karena asam lemak bebasnya akan
bereaksi dengan basa kuat dan terjadi reaksi penyabunan, sehingga akan
menghambat terbentuknya metil ester, selain itu juga dapat menyebabkan
terbentuknya gel yang akan menghambat proses pemisahan gliserol. Oleh
karena itu, asam lemak bebas yang tinggi dalam minyak harus dikonversi
dulu menjadi metil ester dengan proses esterifikasi menggunakan katalis
asam.
Pada reaksi esterifikasi biasanya ditambahkan katalis asam, karena
reaksi esterifikasi membutuhkan energi aktivasi yang tinggi sehingga perlu
katalis untuk mempercepat reaksi. Mekanisme reaksi esterifikasi yang
memakai katalis asam, melibatkan protonasi atom oksigen pada gugus
karbonil asam lemak. Kation H+ dari katalis asam akan memprotonasi
oksigen (1) sehingga membentuk ion oksonium dan atom C akan
kekurangan elektron sehingga akan menangkap molekul metanol pada
sepanjang dipol CO+ gugus karbonil (2), kemudian terjadi pelepasan kation
H+ pada senyawa alkohol (3) dan ditangkap oleh gugus hidroksil (4) untuk
menghasilkan molekul air (5), selanjutnya proton dilepaskan untuk
menghasilkan metil ester (6). Reaksi pertukaran antara molekul metanol
dengan asam lemak berlangsung dengan sangat lambat dan sangat
menentukan kesempurnaan proses reaksi keseluruhan. Mekanisme protonasi
pada reaksi esterifikasi dapat dilihat pada Gambar 16.

Gambar 16. Mekanisme protonasi karbonil dalam pembentukan metil ester


Menurut Canakci dan Gerpen (2001), reaksi esterifikasi yang
menggunakan rasio molar metanol : asam lemak bebas 20 : 1 cukup efektif
menurunkan bilangan asam hingga kurang dari 2 mgKOH/g sampel. Hal ini
terbukti pada penelitian ini, bilangan asam minyak jarak pagar setelah
mengalami proses esterifikasi turun dari 12 mgKOH/g sampel menjadi
1.125 mg/KOH/g sampel. Penurunan bilangan asam selama proses
pembuatan biodiesel dapat dilihat pada Gambar 17.

Penurunan Bilangan Asam Selama Pembuatan Biodiesel


12

12
10
8
Bilangan Asam

6
1,125

0,2

2
0
Minyak Jarak

Hasil Esterifikasi
Hasil
Transesterifikasi

Gambar 17. Penurunan bilangan asam selama proses pembuatan biodiesel

Pada proses transesterifikasi, trigliserida akan direaksikan dengan


katalis

basa

untuk

dikonversi

menjadi

metil

ester.

Pada

reaksi

transesterifikasi tidak melalui tahapan protonasi gugus karbonil pada asam


lemak dan tidak mengalami tahapan penukaran antara ion oksonium dengan
alkohol. Sebagai gantinya terjadi penukaran antara ion karboksilat dengan
ion metoksida. Ion metoksida merupakan suatu nukleofilik kuat yang
berasal dari reaksi metanol dengan katalis basa. Ion ini dapat dengan mudah
menukar gugus karbonil pada asam lemak, sehingga reaksi transesterifikasi
dapat berjalan dengan cepat. Selain itu reaksi ini bersifat eksoterm sehingga
panas yang dihasilkan dapat mempercepat reaksi.
Pada dasarnya proses transesterifikasi bertujuan untuk memecah
dan menghilangkan gliserida serta menurunkan viskositas minyak, karena
dalam reaksi transesterifikasi, trigliserida dikonversi secara bertahap
menjadi gliserida, monogliserida, dan akhirnya menjadi gliserol. Oleh
karena itu adanya pemecahan molekul trigliserida dapat menurunkan
viskositas biodiesel.
Biodiesel yang dihasilkan, dianalisa sifat fisik dan kimianya. Hasil
analisa terhadap sifat dan karakteristik biodiesel hasil penelitian beserta
perbandingannya dengan standar SNI Biodiesel 2006 dapat dilihat pada
Tabel 7, sedangkan gambar biodiesel hasil penelitian dapat dilihat pada
Gambar 18.

Gambar 18. Biodiesel Hasil Penelitian

Tabel 7. Karakteristik biodiesel jarak pagar dan perbandingannya


dengan standar
Parameter

Satuan

Biodiesel
Jarak Pagar

Densitas (15oC)

g / ml

0.8676

cSt

2.33

1.9 6.0

mg KOH / g

0.20

maks 0.8

g I2 / 100 g

84.85

maks 115

mg KOH / g

200.61

Viskositaskinematik (40 C)
Bilangan asam
Bilangan Iod
Bilangan Penyabunan

Standar
(SNI Biodiesel 2006)

Kadar air

0.12

Bilangan Peroksida

mg O2/ 100 g

4.75

Kalor Pembakaran

kcal / kg

7352

0.024

mg KOH / g

200.41

Abu tersulfat
Bilangan Ester

0.85 0.89

maks 0.05

maks 0.02

Berdasarkan tabel di atas, densitas biodiesel yang dianalisa masih


masuk dalam standar yang ditetapkan, yaitu 0,8676 g/ml. Densitas biodiesel
biasanya lebih tinggi daripada petrodiesel yang hanya berkisar sekitar 0, 83
g/ml, hal ini disebabkan karena bobot molekul metil ester lebih tinggi
daripada petrodisel (Jaya, 2005). Densitas biodiesel dipengaruhi oleh
komposisi asam lemak dan tingkat kemurnian esternya, sedangkan densitas
petrodiesel dipengaruhi oleh proses pemurniannya.
Viskositas kinematik biodiesel pada suhu 40oC, diperoleh 2.33 cSt,
sedang pada suhu ruang, viskositasnya adalah 4.63 cSt. Viskositas minyak
jarak mengalami penurunan setelah diproses menjadi biodiesel, hal ini
disebabkan adanya proses transesterifikasi yang dapat memecah gliserida
dan menurunkan viskositas.
Viskositas kinematik biodiesel dipengaruhi oleh panjang rantai asam
lemak, komposisi asam lemak, posisi dan jumlah ikatan rangkap dan jenis
alkohol yang digunakan. Semakin panjang rantai asam lemak dan alkohol
dalam ester atau hidrokarbon alifatik, maka viskositasnya makin tinggi pula.
Bilangan asam biodiesel hasil penelitian diperoleh sekitar 0.2 mg
KOH/g sampel. Berdasarkan standar SNI Biodiesel 2006, nilai tersebut

memenuhi standar yang ditetapkan yaitu 0.8 mg KOH/g sampel. Selama


pemrosesan minyak jarak pagar menjadi biodiesel, penurunan bilangan
asam sangat tampak setelah proses esterifikasi yaitu dari 12 mg KOH/g
sampel hingga 1.125 mg KOH/g sampel. Pada proses transesterifikasi,
bilangan asam biodiesel juga masih mengalami penurunan dari 1.125 mg
KOH/g sampel hingga 0.2 mg KOH/g sampel.
Bilangan iod merupakan bilangan yang menunjukkan derajat
ketidakjenuhan suatu bahan. Pada umumnya angka iod pada minyak jarak
maupun biodiesel relatif cukup tinggi. Bilangan iod yang terlalu tinggi pada
biodiesel sebenarnya tidak baik karena jika terjadi pemanasan, dapat
menyebabkan asam lemak tidak jenuhnya dapat menghasilkan polimerisasi
gliserida yang dapat menghasilkan deposit sehingga menghambat kerja
mesin, oleh karena itu nilai bilangan iod dibatasi hingga 115 g I2 / 100 g.
Dari hasil penelitian, diperoleh biodiesel dengan bilangan iod
sebesar 84.85 g I2 / 100 g. Penurunan bilangan iod pada minyak jarak (95 g
I2 / 100 g) hingga menjadi 84.85 g I2/100 g ketika sudah diproses menjadi
biodiesel, disebabkan karena adanya pelakuan pemanasan dalam proses
pembuatan biodiesel yaitu esterifikasi maupun transesterifikasi. Adanya
pemanasan tersebut kemungkinan menyebabkan ikatan-ikatan tak jenuh
dalam asam lemak penyusun minyak jarak pagar mengalami degradasi oleh
suhu, sehingga bilangan iod pada biodiesel lebih rendah daripada minyak
jarak pagar.
Hasil analisis kadar air pada biodiesel menunjukkan nilai 0.1 %, nilai
tersebut melebihi batas yang ditetapkan oleh SNI Biodiesel yaitu 0.05 %.
Kadar air pada biodiesel menjadi lebih tinggi daripada minyak jarak. Hal ini
disebabkan karena adanya proses esterifikasi yang menghasilkan air dan
adanya sisa-sisa air bekas pencucian, sehingga kadar airnya menjadi naik.
Kadar air yang tinggi dapat mengakibatkan kalor pembakaran menjadi
rendah dan terjadinya reaksi hidrolisis selama penyimpanan. Bahkan jika
terdapat sisa air garam dalam bahan bakar, akan menyebabkan mesin diesel
aus yang akhirnya akan berakibat korosi mesin. Oleh karena itu setelah
pencucian

biodiesel

hendaknya

dilakukan

penyaringan

biodiesel

menggunakan Na2SO4 untuk mengikat sisa air yang tertinggal pada


biodiesel.
2. Pengaruh Jenis dan Konsentrasi Antioksidan
2.1. Bilangan Peroksida
Bilangan peroksida dapat digunakan sebagai indikator kerusakan
oksidatif yang terjadi pada minyak, lemak, atau bahan-bahan yang
mengandung minyak. Semakin tinggi bilangan peroksida, menunjukkan
bahwa minyak atau bahan yang mengandung minyak dan lemak
memiliki ketahanan oksidatif yang semakin rendah, dan akan
menyebabkan ketengikan maupun kenaikan bilangan asam.
Gambar 19 menunjukkan adanya pengaruh jenis antioksidan
pada konsentrasi 0.1% terhadap kenaikan bilangan peroksida. Pada awal
sebelum penyimpanan, nilai bilangan peroksida biodiesel adalah 4.75,
dan selama penyimpanan, bilangan peroksida terus mengalami
kenaikan. Tingkat kenaikan bilangan peroksida pada biodiesel berbeda-

Bilangan Asam (mg KOH/g sampel)

beda tergantung dari keefektifitasan masing-masing jenis antioksidan.

80
70
60
TBHQ 0.1%

50

BHT 0.1%

40

FX 0.1%

30

Kontrol

20
10
0
0

Minggu

Gambar 19. Grafik pengaruh jenis antioksidan terhadap peningkatan


bilangan peroksida biodiesel selama penyimpanan

Berdasar Gambar 19, dapat dilihat bahwa biodiesel tanpa


penambahan antioksidan (kontrol) mengalami kenaikan bilangan
peroksida paling tinggi dibandingkan biodiesel dengan penambahan
antioksidan secara umum. Hal ini menunjukkan bahwa proses oksidasi
pada biodiesel tanpa penambahan antioksidan berlangsung dengan cepat
dan tanpa hambatan, yaitu mulai terbentuknya radikal lipid akibat reaksi
antara lipid dengan oksigen pada ikatan rangkapnya secara terusmenerus. Radikal lipid inilah yang akan membentuk radikal peroksida
bila bereaksi dengan oksigen. Radikal peroksida yang terbentuk dapat
menulari lipid yang belum rusak sehingga menghasilkan senyawa
hidroperoksida serta dapat pula memecah diri membentuk radikal bebas.
Oleh

karena

itu

bilangan

peroksida

terus

meningkat

selama

penyimpanan.
Peningkatan bilangan peroksida biodiesel kontrol pada minggu
pertama tidak terlalu tajam, namun mulai minggu kedua hingga minggu
keempat bilangan peroksida naik dengan tajam. Dari hal tersebut
nampak bahwa pada minggu kedua dan ketiga, proses oksidasi
berlangsung pada tahap propagasi, dimana pembentukan peroksida
berlangsug secara cepat. Pada minggu ketiga menuju minggu keempat
bilangan peroksida masih terus naik namun peningkatan tidak setajam
minggu kedua dan ketiga. Hal ini disebabkan karena peroksida yang
terbentuk pada proses propagasi sudah mulai mengalami proses
dekomposisi peroksida, dimana peroksida akan mulai diubah menjadi
berbagai macam produk seperti aldehida, asam berantai pendek, keton,
dan radikal bebas. Senyawa-senyawa hasil dekomposisi peroksida ini
bersifat volatil sehingga akan mudah menguap. Senyawa inilah yang
menimbulkan bau tidak sedap dan tengik pada biodiesel.
Penambahan antioksidan pada biodiesel mampu menekan
peningkatan bilangan peroksida sesuai dengan keefektifitasan masingmasing antioksidan maupun tingkat konsentrasi yang diberikan.
Antioksidan yang paling efektif merupakan antioksidan yang mampu
menahan oksidasi yang ditunjukkan dengan kenaikan bilangan

peroksida yang paling kecil. Dari grafik diatas, dapat dilihat bahwa
antioksidan TBHQ memberikan efektifitas yang paling baik.
Gambar 20. menunjukkan grafik hubungan antara penambahan
jenis antioksidan dengan konsentrasi yang diberikan. Berdasar grafik
tersebut, dapat dilihat bahwa ketiga jenis antioksidan tersebut
menunjukkan trend yang hampir sama, dimana semakin tinggi
konsentrasi

antioksidan

yang

diberikan,

maka

nilai

bilangan

peroksidanya makin rendah. Selain itu diantara ketiga jenis antioksidan,


TBHQ memiliki pengaruh yang paling baik dalam menghambat

Bilangan Peroksida (mg O2/100 g)

kenaikan bilangan peroksida.

45,00
40,00
35,00
30,00
TBHQ

25,00

BHT

20,00

Formula X

15,00
10,00
5,00
0,00
0,03%

0,05%

0,07%

0,10%

Konsentrasi

Gambar 20. Grafik hubungan antara jenis dengan konsentrasi


antioksidan terhadap bilangan peroksida pada
minggu ke-empat

70
60

Minggu 0

50

Minggu 1

40

Minggu 2

30

Minggu 3

20

Minggu 4

10
Kontrol

A3B4

A3B3

A3B2

A3B1

A2B4

A2B3

A2B2

A2B1

A1B4

A1B3

A1B2

0
A1B1

Bilangan Peroksida (mg O2/100 g)

80

Kombinasi Perlakuan

Keterangan : A1
A2
A3

: BHT
: TBHQ
: Formula X

B1
B2
B3
B4

: 0.03%
: 0.05%
: 0.07%
: 0.1%

Gambar 21. Histogram perubahan bilangan peroksida biodiesel pada


tiap kombinasi perlakuan selama penyimpanan
Dari histogram perubahan bilangan peroksida diatas, dapat
dilihat bahwa kombinasi perlakuan A2B4 (penambahan antioksidan
TBHQ dengan konsentrasi 0.1%), memiliki bilangan peroksida yang
terendah dari mulai minggu pertama hingga minggu ke empat. Hal ini
berarti antioksidan TBHQ mampu menghambat oksidasi sehingga
bilangan peroksida dapat ditekan sekecil mungkin. Penambahan
antioksidan pada konsentrasi yang semakin meningkat, menunjukkan
nilai bilangan peroksida yang semakin kecil.
Reaksi penghambatan proses oksidasi oleh antioksidan TBHQ
(golongan fenolik) berlangsung dengan cara menyumbangkan atom H
pada radikal lipid. Kemampuan antioksidan dalam menghambat oksidasi
disebabkan adanya gugus alkil pada posisi orto, meta, atau para yang
dapat meningkatkan densitas elektron pada gugus hidroksil melelui efek
induktif, sehingga akan menurunkan energi ikatan O-H, dan atom H
akan mudah dilepaskan untuk didonorkan pada radikal lipid. Radikal
lipid yang mendapat donor atom H tidak akan mudah bereaksi dengan

oksigen karena sudah stabil sehingga dapat mencegah terbentuknya


peroksida.
Antioksidan BHT, TBHQ dan Formula X merupakan sesama
jenis antioksidan bergolongan fenolik, namun dalam penelitian ini
antioksidan TBHQ memberikan hasil yang lebih baik terhadap
biodiesel. Hal ini disebabkan karena masing-masing antioksidan
memiliki keefektifitasan yang berbeda-beda.
Keefektifitasan antioksidan dalam menghambat reaksi oksidasi
dipengaruhi oleh kemampuan antioksidan tersebut mendonorkan atom
hidrogen kepada radikal lipid, dimana kemampuan antioksidan dalam
mendonorkan atom hidrogen dipengaruhi oleh susunan molekul
antioksidan itu sendiri, baik dari jumlah dan posisi substituen
penyusunnya, atau jumlah gugus hidroksilnya. Pada TBHQ dan BHT,
sama-sama memiliki gugus t-butil sebagai substituen pada posisi
ortonya. Dalam penelitian ini, jenis antioksidan yang memiliki
kemampuan menghambat oksidasi paling baik adalah antioksidan
TBHQ. Hal ini disebabkan karena antioksidan TBHQ memiliki 2 gugus
hidroksil yang dapat disumbangkan kepada radikal bebas, sehingga
dalam

aplikasinya,

penggunaan

antioksidan

TBHQ

memiliki

keefektifitasan yang lebih baik daripada BHT atau formula X.


Antioksidan formula X juga merupakan antioksidan alami yang
termasuk dalam golongan fenolik, jadi secara umum mekanisme kerja
antioksidan formula X hampir sama dengan TBHQ atau BHT, yaitu
dengan menyumbangkan atom H kepada radikal bebas. Diantara ketiga
jenis antioksidan yang digunakan, antioksidan Formula X memiliki
keefektiftasan yang paling rendah. Hal ini tidak berarti antioksidan
Formula X tidak mampu menghambat reaksi oksidasi. Dibandingkan
dengan kontrol biodiesel tanpa penambahan antioksidan, biodiesel
dengan penambahan Formula X lebih baik, hanya saja kemungkinan
konsentrasi yang ditambahkan kurang maksimal.
Data analisis nilai bilangan peroksida pada biodiesel dengan
penggunaan berbagai jenis dan konsentrasi antioksidan selama

penyimpanan dapat dilihat pada Lampiran 4. Hasil analisis sidik ragam


pada taraf kepercayaan 95% yang dapat dilihat pada Lampiran 7 hingga
Lampiran 10. menunjukkan bahwa faktor A (jenis antioksidan), dan
faktor B (konsentrasi antioksidan), serta interaksi keduanya berpengaruh
nyata terhadap bilangan peroksida pada minggu pertama hingga minggu
keempat. Dari hasil uji lanjut Duncan, menunjukkan bahwa kombinasi
perlakuan A2B4 (Penambahan jenis antioksidan TBHQ dengan
konsentrasi 0,1%) merupakan jenis antioksidan yang paling efektif
menekan bilangan peroksida biodiesel.
2.2 Bilangan Asam
Analisis terhadap bilangan asam pada biodiesel penting
dilakukan karena walaupun pada awalnya bilangan asam pada biodiesel
sudah rendah, namun masih ada kemungkinan terbentuk asam-asam
rantai pendek akibat adanya proses oksidasi sebagai hasil dekomposisi
senyawa peroksida dan hidroperosida. Dalam aplikasinya, akumulasi
asam pada biodiesel dapat mengakibatkan suatu kondisi yang bisa
merusak mesin. Oleh karena itu penambahan antioksidan ini
dimaksudkan untuk mempertahankan kestabilan oksidasi dalam rangka
mencegah pembentukan peroksida maupun senyawa hasil dekomposisi
peroksida seperti asam rantai pendek, aldehida, dan keton.
Hasil analisis bilangan asam dengan penggunaan berbagai jenis
antioksidan pada konsentrasi yang berbeda-beda selama waktu
penyimpanan dapat dilihat pada Lampiran 5. Pada Gambar 22
menunjukkan perbandingan kenaikan bilangan asam pada biodiesel
kontrol dan biodiesel dengan penambahan berbagai jenis antioksidan
pada 0.1%.

Bilangan asam (mg KOH/g sampel)

0,4
0,35
0,3
BHT 0.1%

0,25

TBHQ 0.1%

0,2

FX 0.1%

0,15

Kontrol

0,1
0,05
0
0

Minggu

Gambar 22. Grafik pengaruh jenis antioksidan terhadap peningkatan


bilangan asam biodiesel selama penyimpanan
Biodiesel tanpa penambahan antioksidan (kontrol) mengalami
kenaikan bilangan asam yang paling tinggi selama penyimpanan yaitu
mencapai 3.6 mgKOH/g sampel. Hal ini menunjukkan bahwa proses
dekomposisi peroksida dari hasil oksidasi berlangsung tanpa hambatan
sehingga menghasilkan bilangan asam yang lebih tinggi dibandingkan
perlakuan lainnya. Dalam 4 minggu penyimpanan, diantara ketiga jenis
antioksidan yang digunakan, antioksidan TBHQ dan BHT pada
konsentrasi 0.1% memiliki nilai bilangan asam yang sama. Hal ini
mungkin disebabkan karena proses dekomposisi hidroperoksida yang
belum terjadi dengan sempurna pada biodiesel dengan penambahan
antioksidan BHT, sehingga pembentukan asam rantai pendek sebagai
hasil dekomposisi hidroperoksida belum sepenuhnya terbentuk.
Formula X memiliki kemampuan paling rendah dalam
menghambat kenaikan bilangan asam, namun jika dibandingkan dengan
kontrol, pemakaian antioksidan Formula X lebih baik. Hal ini
menunjukkan bahwa antioksidan Formula X memiliki potensi
menghambat oksidasi walaupun belum seefektif TBHQ atau BHT.
Pada Gambar 22 dapat dilihat bahwa secara keseluruhan,
kenaikan bilangan asam biodiesel dari minggu pertama hingga minggu

keempat selama penyimpanan berlangsung cukup lambat. Hal ini diduga


pada minggu-minggu tersebut proses oksidasi masih berlangsung dalam
tahap propagasi, dimana pada tahap ini pembentukan bilangan peroksida
berlangsung dengan cepat, hal ini ditunjukkan dari uji bilangan
peroksida yang meningkat tajam pada minggu-minggu tersebut.
Sedangkan tahapan dekomposisi peroksida dan terminasi belum
berlangsung secara sempurna, sehingga asam lemak bebas yang
dihasilkan masih kecil.
Tahap dekomposisi peroksida berlangsung ketika hampir semua
lipid telah diubah menjadi radikal lipid maupun peroksida, sehingga
peroksida yang terbentuk tersebut akan mulai terdekomposisi menjadi
berbagai macam produk seperti radikal bebas, aldehida, keton, dan
asam-asam rantai pendek. Asam-asam rantai pendek yang terbentuk
inilah jika terakumulasi akan menyebabkan peningkatan bilangan asam.
Selain jenis antioksidan yang berpengaruh terhadap tingkat
kenaikan bilangan asam, konsentrasi antioksidan juga berpengaruh
terhadap kenaikan bilangan asam. Gambar 23, 24, 25 merupakan grafik
yang menjelaskan kenaikan bilangan asam berdasarkan perbedaan
konsentrasi antioksidan yang ditambahkan pada biodiesel dengan

Bilangan asam (mg KOH/g sampel)

antioksidan TBHQ, BHT, dan Formula X.


0,4
0,35
0,3

Kontrol

0,25

0,03%

0,2

0,05%

0,15

0,07%
0,10%

0,1
0,05
0
0

Minggu

Gambar 23. Grafik pengaruh konsentrasi antioksidan terhadap


kenaikan bilangan asam biodiesel + TBHQ

Bilangan asam (mgKOH/g sampel)

0,4
0,35
0,3

Kontrol

0,25

0,03%

0,2

0,05%

0,15

0,07%
0,10%

0,1
0,05
0
0

Minggu

Bilangan asam (mg KOH/g sampel)

Gambar 24. Grafik pengaruh konsentrasi antioksidan terhadap


kenaikan bilangan asam biodiesel + BHT
0,4
0,35
0,3

Kontrol

0,25

0,03%

0,2

0,05%

0,15

0,07%
0,10%

0,1
0,05
0
0

Minggu

Gambar 25. Grafik pengaruh konsentrasi antioksidan terhadap


kenaikan bilangan asam biodiesel + Formula X
Berdasarkan grafik tersebut, jenis konsentrasi antioksidan yang
ditambahkan memiliki pengaruh terhadap kenaikan bilangan asam.
Semakin tinggi konsentrasi yang ditambahkan, bilangan asam yang
dihasilkan

semakin

menurun,

namun

menurut

Gordon

(1990),

penambahan antioksidan dengan konsentrasi yang terlalu tinggi


khususnya untuk antioksidan golongan penolik justru mengakibatkan
terjadinya prooksidan atau lenyapnya kemampuan antioksidan. Pada
penelitian ini, penambahan antioksidan pada konsentrasi 0.1% mampu
menekan bilangan asam paling rendah, sedangkan penambahan

antioksidan pada konsentrasi 0.05 % dan 0.07 % menunjukkan hasil


yang tidak berbeda nyata dalam menghambat kenaikan bilangan asam.
Pada penambahan konsentrasi 0.03 %, biodiesel mengalami kenaikan
bilangan asam yang paling tinggi dibandingkan dengan penambahan
pada konsentrasi lainnya.
Nilai bilangan asam dari biodiesel yang dihasilkan dalam
penelitian ini adalah 0.2 mg KOH /g sampel. Pada awal penyimpanan,
nilai bilangan asam masih tetap yaitu 0.2 mg KOH/g sampel, dan selama
penyimpanan 4 minggu, nilai bilangan asam menunjukkan kenaikan,
walaupun berlangsung dengan lambat. Antioksidan yang dianggap
efektif, akan mampu menahan peningkatan bilangan asam. Peningkatan
bilangan asam pada tiap kombinasi perlakuan dapat dilihat pada Gambar

0,4
0,35
0,3

Minggu 0

0,25

Minggu 1

0,2

Minggu 2

0,15

Minggu 3

0,1

Minggu 4

0,05
0
A1
B1
A1
B2
A1
B3
A1
B4
A2
B1
A2
B2
A2
B3
A2
B4
A3
B1
A3
B2
A3
B3
A3
Ko B4
nt
ro
l

Bilangan Asam (mg KOH/g sampel)

26.

Kombinasi Perlakuan

Keterangan : A1
A2
A3

: BHT
: TBHQ
: Formula X

B1
: 0.03%
B2
: 0.05%
B3
: 0.07%
B4
: 0.1%
Gambar 26. Histogram perubahan bilangan asam biodiesel pada
tiap kombinasi perlakuan selama penyimpanan
Dari hasil analisis keragaman pada tingkat kepercayaan 95%

yang dapat dilihat pada Lampiran 13 dan14, menunjukkan bahwa faktor


jenis dan konsentrasi antioksidan berpengaruh nyata pada minggu ketiga
dan keempat. Pada awal-awal minggu pertama dan minggu kedua, jenis

dan konsentrasi antioksidan yang diberikan belum berpengaruh nyata


terhadap bilangan asam biodiesel.
Dari hasil uji lanjut Duncan, menunjukkan bahwa kombinasi
perlakuan A2B4 (penambahan antioksidan TBHQ dengan konsentrasi
0,1%) memberikan pengaruh yang sama dengan A1B4 yaitu
penambahan BHT pada 0.1% dalam menghambat kenaikan bilangan
asam selama penyimpanan.
Menurut Perkins (1967), peningkatan bilangan asam dalam
minyak juga disebabkan karena terbentuknya asam lemak bebas selama
oksidasi sebagai produk pecahan oksidasi ikatan rangkap dari asam
lemak

tidak

jenuh.

Pengaruh

penambahan

antioksidan

dalam

menghambat kenaikan bilangan asam, berawal dari penghambatan


pembentukan peroksida melalui donor atom H sehingga radikal lipid
yang terbentuk menjadi lebih stabil.
2.3. Viskositas
Viskositas kinematik merupakan pengukuran aliran fluida yang
dipengaruhi oleh gaya gravitasi. Viskositas dari minyak-minyakan
dinyatakan oleh jumlah detik dimana harga itu menyatakan suatu
volume tertentu dari minyak untuk mengalir melalui suatu lubang dari
suatu diameter kecil tertentu. Lebih kecil jumlah detik berarti lebih
rendah viskositasnya (Maleev, 1954).
Kecepatan alir bahan bakar melalui injektor akan berpengaruh
terhadap derajad atomisasi bahan bakar di dalam ruang bakar. Selain itu,
viskositas bahan bakar juga berpengaruh secara langsung terhadap
kemampuan bahan bakar tersebut bercampur dengan udara. Dengan
demikian, viskositas bahan bakar yang tinggi, seperti yang terdapat pada
SVO (minyak nabati), tidak diharapkan pada bahan bakar mesin diesel.
Viskositas awal dari biodiesel yang dihasilkan dari penelitian ini adalah
4,63 cSt. Nilai viskositas ini masih termasuk dalam standar yang
ditentukan (ASTM) yaitu 1.9 6 cSt.

Menurut Barger et al. (1963), bahan bakar diesel sebaiknya


memiliki viskositas yang tidak begitu rendah dan tidak begitu tinggi,
sebab jika viskositasnya terlalu rendah akan banyak terjadi perawatan
dan reparasi terhadap saluran injeksi, sedangkan jika viskositasnya
terlalu tinggi maka akan menyulitkan pompa bahan bakar dalam
mengalirkan bahan bakar ke ruang bakar. Aliran bahan bakar yang
rendah akan menyulitkan terjadinya atomisasi bahan bakar yang baik.
Buruknya atomisasi berkorelasi langsung dengan kualitas pembakaran,
daya mesin, dan emisi gas buang.
Hasil analisis viskositas pada biodiesel dengan penggunaan
berbagai jenis dan konsentrasi antioksidan selama penyimpanan dapat
dilihat pada Lampiran 6. Gambar 27 menunjukkan adanya pengaruh
waktu terhadap kenaikan viskositas biodiesel. Biodiesel kontrol
mengalami kenaikan viskositas paling besar yaitu mencapai 5.12 cSt,
sedangkan

pada

biodiesel

dengan

penambahan

antioksidan,

viskositasnya lebih rendah namun dari ketiga jenis antioksidan yang


ditambahkan, nilai viskositas yang dihasilkan tidak jauh berbeda.

5,3
5,2
Viskositas (cSt)

5,1
5

BHT 0.1%

4,9

TBHQ 0.1%

4,8

FX 0.1%

4,7

Kontrol

4,6
4,5
4,4
4,3
0

Minggu

Gambar 27. Grafik pengaruh waktu terhadap kenaikan viskositas


biodiesel pada berbagai jenis antioksidan

Selama penyimpanan, biodiesel tanpa penambahan antioksidan


menunjukkan peningkatan viskositas yang paling tinggi dibandingkan
dengan biodiesel yang ditambah dengan antioksidan. Peningkatan
viskositas ini menunjukkan adanya indikasi kerusakan biodiesel yang
disebabkan adanya oksidasi dan polimerisasi hasil degradasi senyawa
peroksida, walaupun kemungkinan polimerisasi hasil degradasi senyawa
peroksida

juga

belum

berlangsung

secara

sempurna,

sehingga

peningkatannya belum terlalu tajam. Adanya reaksi oksidasi, dapat


menyebabkan terjadinya degradasi pada senyawa metil ester. Oksidasi
yang terus-menerus dapat menyebabkan polimerisasi yang menghasilkan
senyawa berbobot molekul tinggi. Senyawa-senyawa polimer tersebut
selain akan meningkatkan bobot jenis, juga akan meningkatkan viskositas
biodiesel. Perubahan viskositas pada tiap kombinasi perlakuan selama
penyimpanan disajikan dalam bentuk histogram yang dapat dilihat pada

5,3
5,2
5,1
5
4,9
4,8
4,7
4,6
4,5
4,4
4,3

Minggu 0
Minggu 1
Minggu 2
Minggu 3

Kontrol

A3B4

A3B3

A3B2

A3B1

A2B4

A2B3

A2B2

A2B1

A1B4

A1B3

A1B2

Minggu 4

A1B1

Viskositas (cSt)

Gambar 28.

Kombinasi

Keterangan : A1
A2
A3

: BHT
: TBHQ
: Formula X

B1
B2
B3
B4

: 0.03%
: 0.05%
: 0.07%
: 0.1%

Gambar 28. Histogram perubahan viskositas biodiesel pada tiap


kombinasi perlakuan selama penyimpanan

Hasil analisis keragaman pada tingkat kepercayaan 95 % yang


dapat dilihat pada Lampiran 15 menunjukkan bahwa jenis dan konsentrasi
antioksidan pada minggu ketiga dan keempat berpengaruh nyata terhadap
viskositas, namun pada minggu pertama dan kedua, belum berpengaruh
nyata. Hal ini menunjukkan bahwa pada minggu ketiga dan keempat,
proses polimerisasi sudah mulai terjadi walaupun belum sempurna, dan
penambahan antioksidan cukup berperan dalam menghambat kenaikan
viskositas.
Secara umum, kenaikan viskositas biodiesel berlangsung cukup
lambat dari minggu ke minggu. Pada awal penyimpanan, viskositas
biodiesel adalah sekitar 4,6 cSt, namun setelah mengalami penyimpanan,
viskositas biodiesel terus bertambah walaupun peningkatannya tidak
terlalu tajam. Gambar 29 merupakan grafik yang menjelaskan hubungan
antara jenis dengan konsentrasi antioksidan terhadap viskositas biodiesel.
5,00

Viskositas (cSt)

4,95
4,90
4,85

TBHQ

4,80

BHT

4,75

Formula X

4,70
4,65
4,60
0,03%

0,05%

0,07%

0,10%

Konsentrasi

Gambar 29. Grafik hubungan antara jenis dengan konsentrasi antioksidan


terhadap viskositas biodiesel pada minggu ke-empat
Dari grafik tersebut dapat dilihat bahwa penambahan antioksidan
pada konsentrasi 0.1% dapat menghambat viskositas biodiesel pada nilai
paling rendah. Namun hal ini terjadi pada minggu ketiga dan keempat saja.
Penambahan konsentrasi yang semakin tinggi menunjukkan nilai
viskositas yang semakin rendah. Sedangkan dari ketiga jenis antioksidan
yang ditambahkan, antioksidan TBHQ memiliki efektivitas yang baik.

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN
Pembuatan biodiesel melalui proses esterifikasi-transesterifikasi dapat
menurunkan bilangan asam dari 12 mg KOH/g sampel hingga menjadi 0,2 mg
KOH/g sampel. Dari hasil uji karakteristik sifat fisiko kimia, sebagian besar
parameter biodiesel yang dihasilkan dalam penelitian ini memenuhi standar
(SNI Biodiesel-2006). Untuk bilangan asam (0,2 mg KOH/g sampel), densitas
(0.867g/ml), viskositas kinematik 25oC (4.63 cSt), bilangan iod (84.85 g
I2/100 gram), bilangan penyabunan (200.61 mg KOH/g) masih memenuhi
standar namun untuk kadar air (0.12%) belum memenuhi standar.
Dari hasil analisis keragaman, didapatkan bahwa jenis dan konsentrasi
antioksidan berpengaruh nyata terhadap bilangan peroksida dan bilangan
asam. namun tidak terhadap viskositas. Walaupun begitu, nilai viskositas
biodiesel dengan penambahan antioksidan lebih rendah jika dibandingkan
dengan kontrol. Biodiesel tanpa penambahan antioksidan mengalami kenaikan
bilangan peroksida, bilangan asam, dan viskositas yang paling tinggi bila
dibandingkan dengan biodiesel dengan penambahan antioksidan.
Kombinasi perlakuan yang memiliki efektifitas paling baik selama
penyimpanan adalah biodiesel dengan penambahan antioksidan TBHQ pada
konsentrasi 0,1% (A2B4). Biodiesel dengan perlakuan A2B4 memiliki
bilangan peroksida 17,10 mg O2/100 g, bilangan asam 0,26 mg KOH/g
sampel, dan viskositas 4,72 cSt. Pada kontrol, bilangan peroksidanya sebesar
68,82 mg O2/100 g, bilangan asam 0.36 mg KOH/g sampel, dan viskositas
kinematik sebesar 5.14 cSt. Dari hasil tersebut, menunjukkan bahwa reaksi
oksidasi pada biodiesel kontrol berlangsung lebih cepat daripada biodiesel
dengan penambahan antioksidan, dengan penambahan antioksidan, kenaikan
bilangan peroksida dan bilangan asam dapat dihambat.
Antioksidan TBHQ memiliki keefektifitasan yang paling baik
dibandingkan BHT atau Formula X, karena pada TBHQ memiliki kemampuan
mendonorkan 2 atom hidrogen pada radikal bebas dan memiliki kemampuan

beresonansi yang lebih baik daripada keduanya, sehingga TBHQ paling


efektif menghambat reaksi oksidasi pada biodiesel.
Antioksidan Formula X memiliki potensi sebagai antioksidan, karena
memberikan pengaruh yang lebih baik jika dibandingkan dengan biodiesel
tanpa penambahan antioksidan. Namun bila dibandingkan dengan antioksidan
sintesisis seperti BHT dan TBHQ, ternyata keefektifitasannya masih lebih
rendah.

B. SARAN
Pemberian konsentrasi antioksidan hendaknya diperhatikan jangan
sampai konsentrasinya terlalu tinggi, karena justru akan menjadi prooksidan.
Jika biodiesel akan disimpan pada wadah logam, dapat ditambahkan
antioksidan sinergis yaitu campuran antioksidan primer (BHT, TBHQ) dengan
pengkelat logam seperti asam sitrat untuk mengikat ion logam agar
menghambat laju oksidasi yang disebabkan adanya logam.
Perlu adanya penelitian lebih lanjut terhadap antioksidan Formula X,
karena memiliki potensi sebagai antioksidan, seperti komposisi aktif yang
berperan sebagai antioksidan, pemakaian konsentrasi yang tepat, dan
aplikasinya.

DAFTAR PUSTAKA
Ambarita, M. T. D. 2002. Transesterifikasi Minyak Goreng Bekas Untuk Produksi
Metil Ester. Tesis. Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor,
Bogor.
Anonim. 1998. Cara Uji Minyak dan Lemak. SNI 01-3555-1998. Badan
Standardisasi Nasional, Jakarta.
Anonim. 2006. Biodiesel. SNI 04-7182-2006. Badan Standarisasi Nasional,
Jakarta.
Buck, D.F. 1991. Antioxidants. Didalam: J. Smith, editor. Food Additive Users
Handbook. Blackie Academic & Professional, Glasgow- UK.
Canakci, M. dan J. V. Gerpen. 2001. Biodiesel production from oils and fats with
high free fatty acids. American Society of Agricultural Engineers
44(6):1429-1436.
Coppen, P.P. 1983. The Use of Antioxidants. Di dalam Allen, J. C. dan R. J.
Hamilton (eds.). Rancidity in Foods. Applied Science Publisher,
London.
Darnoko, D., T. Herawan dan P. Guritno. 2001. Teknologi produksi biodiesel dan
prospek pengembangannya di Indonesia. Warta PPKS 9 (1): 17-27.
Foglia, T.A, L.A. Nelson and W.N. Marmer, G.H. Knothe, R.O. Dunn and M.O.
Bagby. 1996.Improving the Properties of Vegetable Oils and Foods for
Use as Biodiesel. Illnols, USA.
Foild, N., G. Foild, M. Sanchez, M. Mittelbach dan S. Hackel. 1996. Jatropha
curcas L. as a source for the production of biofuel in Nicaragua.
Bioresource Technology 58: 77-82.
Gordon, M.H. 1990. The mechanism of antioxidants action in vitro. Di dalam
B.J.F. Hudson, editor. Food Antioxidants. Elsevier Applied Science,
London.
Gubitz, G.M., M. Mittelbach dan M. Trabi. 1999. Exploitation of the tropical oil
seed plant Jatropha curcas L. Bioresource Tech. 67: 73-82.
Haas, W. dan M. Mittelbach. 2000. Detoxification experiments with the seed oil
from Jatropha curcas L. Industrial Crops and Products 12: 111-118.
Hambali, E., A. Suryani, Dadang, Hariyadi, H. Hanafie, I. K. Reksowardojo, M.
Rivai, M. Ihsanur, P. Suryadarma, S. Tjitrosemito, T. H. Soerawidjaja,

T. Prawitasari, T. Prakoso, W. Purnomo. 2006. Jarak Pagar, Tanaman


Penghasil Biodiesel. Penebar Swadaya, Jakarta.
Hamilton, R. J. 1983. The Chemistry of Rancidity in Foods. Di dalam Allen, J. C.
dan R. J. Hamilton (eds.). Rancidity in Foods. Hal. 1-20. Applied
Science Publisher, London.
Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia. Jilid ke-2. Jakarta : Yayasan
Sana Wana Jaya.
Ingold, K.U. 1962. Metal Catalysis. Halaman 93 121. Di dalam H.W. Schultz,
E. A. Day dan R.O.Sinnhuber, ed. Symposium on Foods: Lipid and
Their Oxidation. The AVI Publishing Co, Inc, Wesport, Connecticut.
Jaya, I. 2005. Optimasi Sintesis Biodiesel dari Minyak Jarak Pagar (Jatropha
curcas L.) Melalui Proses Esterifikasi-Transesterifikasi. Skripsi.
FMIPA IPB, Bogor.
Ketaren, S. 1986. Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan. Balai
Pustaka, Jakarta.
Kikugawa, K. A. Kunugi, T. Kurechi.1990. Chemistry and implications of
degradation of phenolic antioxidants. Di dalam B.J.F. Hudson, editor.
Food Antioxidants. Elsevier Applied Science, London.
Knothe, G. 2006. Analyzing Biodiesel : Standards and other methods. Journal
American Oil Chemical Society. 83 (10) : 823-833.
Kochhar, S.P., A. Kunugi dan T. Kurechi. 1990. Detection, estimation and
evaluation of antioxidants in food systems. Di dalam B.J.F. Hudson,
editor. Food Antioxidants. Elsevier Applied Science, London.
Matz, S. A. 1984. Snack Food Technology. The AVI Publ. Co. Inc., Westport,
Connecticut.
Ozgul, S dan S. Turkay. 2002. Variables affacting the yields of methyl ester
derived from in situ esterification of rice bran oil. J Am oil Chem Soc
79 : 611-614.
Padua, L.S, Bunjaprahatsara N., Lemmens R.H.M.J., editor. 1999. Plant
Resources of South-East Asia. Medicinal and Poisonus Plants. Bogor ;
Prosea.
Perkins, E.G. 1967. Formation and Non Volatile Decomposition on Products in
Heated Fats an Oils. Food Technol. 21 (4) : 125.

Rizvi, S.Q.A. (ed). 1992. Lubricant Additives an Their Function. Di dalam ASM
Handbook Friction.Lubrication and Wear Technology. Jld.18. ASM
Internasional.
Schultz, H.W. 1962. Symposium on Food : Lipids and Their Oxidation. The AVI
Publ. Co. Inc., Westport, Connecticut.
Sherwin, E. R. 1990. Antioxidants for vegetables oils. J. Am. Oil Chem. Soc. 53 :
430.
Sonntag, N. 1982. Fat Splitting, Esterification, and Interesterification. Di dalam
Baileys Industrial Oil and Fat Products. 4th Ed. Vol. II. John Wiley
and Sons, New York.
Stuckey, B.N. 1972. Antioxidants as Foods Stabilizers. Di dalam Furia, T.E.,
editor. Handbook of Food Additives. Ed. ke-2. CRC Press, ClevelandOhio.
Sudradjat, H. R. 2006. Memproduksi Biodiesel Jarak Pagar. Penebar Swadaya,
Jakarta.
Swern, D. Editor. 1982. Baileys Industrial Oil and Fat Product. Ed ke-4. Volume
ke-2. New York : John Wiley & Sons.
Syah, A. N. A. 2006. Biodiesel Jarak Pagar: Bahan Bakar Alternatif yang Ramah
Lingkungan. AgroMedia Pustaka, Jakarta.
www. chemistry.about.com,23 April 2007
www.indobiofuel.com, 23 April 2007

LAMPIRAN

Lampiran 1. Gambar Bahan-Bahan yang Digunakan dalam Penelitian

Jenis Antioksidan yang ditambahkan

A. Minyak Jarak Pagar


B. Biodiesel
C. Gliserol (hasil samping)

Lampiran 2. Prosedur Analisa Sifat Fisiko Kimia Minyak Jarak dan


Biodiesel

1. Densitas (SNI 01-3555-1998)


Prinsip:
Bobot jenis pada suhu 25C adalah perbandingan antara bobot
sampel dan bobot air pada volume dan suhu yang sama.
Prosedur:
Bobot jenis ditentukan dengan menggunakan piknometer yang
terlebih dahulu dibersihkan dengan alkohol, kemudian dibilas dengan eter.
Piknometer kemudian ditimbang setelah kering dan diisi dengan aquades
sampai tanda tera, kemudian ditutup dan diusahakan agar tidak ada
gelembung udara di dalamnya. Piknometer didiamkan pada suhu kamar
selama 30 menit, kemudian dikeringkan dan ditimbang. Pengukuran
terhadap bobot jenis sampel dilakukan dengan cara yang sama.
Penghitungan:
Densitas (tC) =

WPO-WP

=D

VW
Densitas (15C) = D + f(t-15)
WPO = bobot piknometer dan minyak (g)
WP = bobot piknometer kosong (g)
VW = volume air (= bobot air) pada 25C (ml)
f

= faktor koreksi bobot jenis sampel

2. Viskositas Kinematik (ASTM D-445)


Viskosimeter dibersihkan terlebih dahulu dengan cairan pembersih,
kemudian ke dalam viskosimeter tersebut dimasukkan air sebanyak 20 ml,
kemudian diukur waktu (Tair) untuk melewati batas atas sampai batas
bawah yang tertera pada alat. Viskositas air pada suhu yang telah

ditentukan dapat dilihat pada tabel viskositas air. Sampel diukur


viskositasnya pada suhu dan volume yang sama dengan air, kemudian
dihitung waktu sampel untuk bergerak dari batas atas sampai batas bawah
yang terdapat pada alat (Tminyak)
Penghitungan:
Viskositas sampel = (Tminyak)
(Tair)

3. Bilangan Asam dan FFA (SNI 01-3555-1998)


Prinsip:
Bilangan asam didefinisikan sebagai jumlah miligram KOH yang
dibutuhkan untuk menetralkan asam-asam lemak bebas dari satu gram
minyak atau lemak (Ketaren, 1986). Bilangan asam dipergunakan untuk
mengukur jumlah asam lemak bebas yang terdapat dalam minyak atau
lemak.
O

R C O H + KOH/NaOH

R C O

K/Na + H2O

Prosedur:
Sampel yang akan diuji ditimbang sebanyak 2-5 gram di dalam
erlenmeyer 250 ml, kemudian ke dalam sampel ditambahkan etanol netral
95% sebanyak 50 ml. Larutan ditambahkan 3-5 tetes indikator PP,
kemudian dititrasi dengan larutan standar KOH 0,1 N hingga berwarna
merah muda konstan (tidak berubah selama 15 detik). Jumlah KOH yang
digunakan untuk titrasi dicatat untuk menghitung bilangan asam dan kadar
FFA.
Penghitungan:
AxNxB
Bilangan asam

=
G
MxAxN

Kadar FFA

%
10 G

Keterangan :

A = jumlah ml KOH untuk titrasi


N = normalitas larutan KOH
B = bobot molekul larutan KOH (yaitu sebesar 56,1)
G = gram contoh
M = bobot molekul asam lemak dominan, yaitu 282 untuk asam oleat

4. Kadar Air (Metode Oven, SNI 01-3555-1998)


Prinsip:
Penguapan air dengan pemanasan pada suhu 105C, selisih bobot
yang hilang merupakan kadar air yang terdapat dalam sampel.
Prosedur:
Cawan aluminium dipanaskan di dalam oven pada suhu 105C
selama 1 jam, kemudian didinginkan dalam desikator selama 30 menit.
Bobot cawan kemudian ditimbang. Masukkan 5 gram sampel dalam cawan
aluminium yang telah diketahui bobotnya, kemudian dipanaskan di dalam
oven suhu 105C selama 1-2 jam. Cawan berisi sampel dikeluarkan dan
didinginkan dalam desikator selama 30 menit, kemudian ditimbang.
Pemanasan dan penimbangan diulangi sampai diperoleh bobot tetap.
Penghitungan:
Kadar air (%)

(m1-m2)

x 100%

m1
m1 = bobot sampel (g)
m2 = bobot sampel setelah pemanasan (g)

5. Bilangan Peroksida (SNI 01-3555-1998)


Prinsip :
Asam lemak tidak jenuh dalam minyak dapat mengikat oksigen
pada ikatan rangkapnya sehingga membentuk peroksida. Peroksida ini
dapat ditentukan dengan metode iodometri.

Prosedur :
Sebanyak 5 gram minyak ditimbang dalam labu erlenmeyer,
kemudian ditambahkan dengan 30 ml campuran asam asetat glasial dan
kloroform (3:2). Setelah minyak larut, ditambahkan dengan 0.5 ml KI
jenuh dan 30 ml air suling sambil dikocok. Campuran ditambahkan
dengan indikator kanji 1 % kemudian dititrasi dengan Na2S2O3 0,1 N.
Perlakuan yang sama juga dilakukan pada blanko.
Perhitungan :
(A-B) x N x 8 x 100
Bilangan Peroksida (mgO2/100 gr contoh) =

Keterangan :
A = jumlah ml Na2S2O3 untuk contoh
B = jumlah ml Na2S2O3 untuk blanko
G = bobot contoh (gram)
8 = setengah dari bobot atom oksigen

6. Bilangan Iod (SNI 01-3555-1998)


Prinsip:
Ikatan rangkap yang terdapat pada asam lemak tidak jenuh akan
bereaksi dengan iod dan membentuk senyawa yang jenuh. Besarnya
jumlah iod yang diserap menunjukkan banyaknya ikatan rangkap atau
ikatan tidak jenuh yang terdapat dalam minyak.
H H

R C C (CH2)nC OH + I2

H H

R C C (CH2)n C OH
I I

Prosedur:
Sebanyak 0,25 gram sampel dimasukkan ke dalam erlenmeyer 300
ml, kemudian ditambahkan 15 ml kloroform dan 25 ml larutan wijs dengan
menggunakan pipet volumetrik. Erlenmeyer kemudian ditutup dan
disimpan di tempat gelap selama 2 jam. Ke dalam larutan kemudian
ditambahkan 10 ml larutan KI 20% dan 100 ml air suling, kemudian

erlenmeyer segera ditutup. Larutan dikocok dan dititer dengan larutan


Na2S2O3 0,1 N. Indikator yang digunakan adalah larutan kanji.
Penghitungan:
Bilangan iod =

12,69 x N x (Vo-V1)
M

Keterangan
Vo = volume Na2S2O3 0,1 N yang diperlukan untuk titrasi blanko (ml)
V1 = volume Na2S2O3 0,1 N yang diperlukan untuk titrasi sampel (ml)
N = normalitas larutan standar Na2S2O3 0,1 N
m = bobot contoh (g)

7. Bilangan Penyabunan (SNI 01-3555-1998)


Prinsip:
Asam lemak terikat (dalam trigliserida) dan asam lemak bebas
(FFA) bereaksi dengan basa (NaOH/KOH) pekat, membentuk garam
dengan reaksi sebagai berikut :
a.

R1

O
OH

+ NaOH/KOH

b.

R1

ONa/K + H2O

O
H2C

R1

H2C

OH

O
HC

H2C

C
O

O
R2 + NaOH/KOH

R3

HC

OH + 3 R
H2C

ONa/K

OH

Prosedur:
Timbang 2 gram sampel dengan ketelitian 0,0001 gram, kemudian
dimasukkan ke dalam erlenmeyer 250 ml. Ke dalam sampel ditambahkan
25 ml KOH alkohol 0,5 N dan beberapa butir batu didih. Erlenmeyer
dihubungkan dengan pendingin tegak di atas penangas air selama 1 jam,
kemudian ke dalam larutan ditambahkan 0,5-1 ml indikator PP. Larutan

kemudian dititrasi dengan HCl 0,5 N sampai warna indikator berubah


menjadi tidak berwarna.
Penghitungan:
Bilangan penyabunan =

56,1 x N x (Vo-V1)
m

Vo = volume HCl 0,5 N yang diperlukan untuk titrasi blanko (ml)


V1 = volume HCl 0,5 N yang diperlukan untuk titrasi sampel (ml)
N = normalitas HCl 0,5 N
m = bobot contoh (g)

Lampiran 3. Nomenklatur
A1

= Antioksidan BHT

A2

= Antioksidan TBHQ

A3

= Antioksidan Formula X

B1

= Konsentrasi antioksidan 0.03 %

B2

= Konsentrasi antioksidan 0.05 %

B3

= Konsentrasi antioksidan 0.07 %

B4

= Konsentrasi antioksidan 0.1 %

C1

= Lama penyimpanan 1 minggu

C2

= Lama penyimpanan 2 minggu

C3

= Lama penyimpanan 3 minggu

C4

= Lama penyimpanan 4 minggu

Lampiran 4. Rekapitulasi Analisis Bilangan Peroksida Biodiesel Selama


Penyimpanan

Kombinasi
Perlakuan
A1B1

A1B2

A1B3

A1B4

A2B1

A2B2

A2B3

A2B4

A3B1

A3B2

A3B3

A3B4

Kontrol

Ulangan
1
2
Rata-rata
1
2
Rata-rata
1
2
Rata-rata
1
2
Rata-rata
1
2
Rata-rata
1
2
Rata-rata
1
2
Rata-rata
1
2
Rata-rata
1
2
Rata-rata
1
2
Rata-rata
1
2
Rata-rata
1
2
Rata-rata
1
2
Rata-rata

4,75

4,75

4,75

4,75

4,75

4,75

4,75

4,75

4,75

4,75

4,75

4,75

4,75

Minggu
1
2
8,55 15,20
8,07 14,24
8,31 14,72
8,07 14,25
8,08 13,30
8,07 13,78
7,13 13,29
7,60 13,30
7,36 13,30
7,12 12,83
7,13 12,35
7,12 12,59
8,07 14,73
8,07 14,25
8,07 14,49
7,60 13,29
7,60 13,30
7,60 13,30
7,60 11,87
7,13 12,82
7,36 12,34
6,65 11,88
6,18 12,35
6,41 12,11
10,92 21,85
9,98 20,89
10,45 21,37
9,97 20,90
9,97 21,85
9,97 21,38
8,55 20,41
8,08 20,89
8,31 20,65
7,60 19,95
7,60 18,99
7,60 19,47
14,25 25,65
14,73 26,13
14,49 25,89

3
21,14
20,24
20,69
20,25
19,79
20,02
18,00
18,90
18,45
18,00
18,00
18,00
17,10
18,00
17,55
16,18
17,09
16,64
16,20
15,74
15,97
15,30
15,75
15,53
32,83
32,38
32,61
31,50
30,58
31,04
29,70
29,70
29,70
26,99
28,79
27,89
49,93
50,82
50,37

4
26,54
25,64
26,09
24,74
24,29
24,51
23,84
24,73
24,28
23,85
22,94
23,39
19,79
18,86
19,33
19,79
17,99
18,89
17,99
18,90
18,45
16,65
17,55
17,10
37,66
38,25
38,25
37,35
36,00
36,68
35,08
35,98
35,53
31,50
32,38
31,94
70,16
67,47
68,82

Lampiran 5. Rekapitulasi Analisis Bilangan Asam Biodiesel Selama


Penyimpanan

Kombinasi
Perlakuan
A1B1

A1B2

A1B3

A1B4

A2B1

A2B2

A2B3

A2B4

A3B1

A3B2

A3B3

A3B4

Kontrol

Ulangan
1
2
Rata-rata
1
2
Rata-rata
1
2
Rata-rata
1
2
Rata-rata
1
2
Rata-rata
1
2
Rata-rata
1
2
Rata-rata
1
2
Rata-rata
1
2
Rata-rata
1
2
Rata-rata
1
2
Rata-rata
1
2
Rata-rata
1
2
Rata-rata

0.20

0.20

0.20

0.20

0.20

0.20

0.20

0.20

0.20

0.20

0.20

0.20

0.20

Minggu
1
2
0,23
0,26
0,23
0,22
0,23
0,24
0,19
0,22
0,19
0,26
0,19
0,24
0,19
0,26
0,23
0,22
0,21
0,24
0,19
0,22
0,19
0,22
0,19
0,22
0,23
0,22
0,19
0,26
0,21
0,24
0,19
0,22
0,23
0,22
0,21
0,22
0,23
0,22
0,19
0,26
0,21
0,24
0,19
0,22
0,19
0,22
0,19
0,22
0,23
0,22
0,23
0,26
0,23
0,24
0,23
0,26
0,23
0,26
0,23
0,26
0,19
0,26
0,23
0,22
0,21
0,24
0,23
0,26
0,19
0,26
0,21
0,26
0,23
0,26
0,26
0,26
0,24
0,26

3
0,27
0,23
0,28
0,31
0,27
0,32
0,23
0,23
0,26
0,23
0,19
0,23
0,23
0,23
0,26
0,19
0,23
0,23
0,23
0,19
0,23
0,23
0,19
0,23
0,27
0,27
0,30
0,27
0,23
0,28
0,23
0,23
0,26
0,23
0,23
0,26
0,27
0,27
0,30

4
0,30
0,26
0,28
0,26
0,30
0,28
0,30
0,26
0,28
0,26
0,26
0,26
0,30
0,30
0,30
0,30
0,34
0,32
0,26
0,30
0,28
0,26
0,26
0,26
0,34
0,30
0,32
0,30
0,34
0,32
0,30
0,30
0,30
0,30
0,26
0,28
0,34
0,38
0,36

Lampiran 6. Rekapitulasi Analisis Viskositas Biodiesel Selama Penyimpanan

Kombinasi
Perlakuan
A1B1

A1B2

A1B3

A1B4

A2B1

A2B2

A2B3

A2B4

A3B1

A3B2

A3B3

A3B4

Kontrol

Ulangan
1
2
Rata-rata
1
2
Rata-rata
1
2
Rata-rata
1
2
Rata-rata
1
2
Rata-rata
1
2
Rata-rata
1
2
Rata-rata
1
2
Rata-rata
1
2
Rata-rata
1
2
Rata-rata
1
2
Rata-rata
1
2
Rata-rata
1
2
Rata-rata

4,63

4,63

4,63

4,63

4,63

4,63

4,63

4,63

4,63

4,63

4,63

4,63

4,63

1
4,73
4,67
4,70
4,70
4,71
4,70
4,58
4,67
4,63
4,67
4,66
4,67
4,77
4,76
4,77
4,75
4,75
4,75
4,76
4,75
4,76
4,69
4,74
4,71
4,69
4,75
4,72
4,77
4,68
4,73
4,65
4,71
4,68
4,70
4,71
4,70
4,79
4,75
4,77

Minggu
2
4,85
4,85
4,85
4,83
4,83
4,83
4,85
4,89
4,87
4,82
4,87
4,85
4,82
4,89
4,85
4,88
4,85
4,87
4,87
4,89
4,88
4,77
4,85
4,81
4,87
4,91
4,89
4,91
4,89
4,90
4,82
4,91
4,86
4,79
4,85
4,82
4,92
4,93
4,93

3
4,99
4,95
4,97
4,94
5,01
4,97
4,84
4,87
4,86
4,81
4,85
4,83
4,89
4,87
4,88
4,90
4,86
4,88
4,95
4,89
4,92
4,72
4,81
4,76
4,99
5,04
5,02
4,95
4,94
4,95
5,04
5,04
5,04
4,90
4,90
4,90
5,24
5,13
5,18

4
4,97
4,87
4,92
4,90
4,83
4,87
4,79
4,79
4,79
4,79
4,75
4,77
4,76
4,76
4,76
4,87
4,75
4,81
4,74
4,70
4,72
4,71
4,74
4,72
4,93
4,97
4,95
4,81
4,90
4,85
4,90
4,75
4,82
4,77
4,74
4,76
5,03
5,24
5,14

Lampiran 7. Rekapitulasi Data Uji Sidik Ragam dan Uji Lanjut Duncan
terhadap Bilangan Peroksida Biodiesel Minggu I

a. Uji Sidik Ragam Bilangan Peroksida (I)


Sumber
keragaman
Perlakuan
A
K
A*K
Galat
Total
koreksi

db

JK

KT

F hitung

Pr>F

11

28,9145

2,6286

31,58 0.0001

13,2076

6,6038

79,33 0.0001

13,1318

4,3773

52,58 0.0001
5,16 0.0077

2,5752

0,4229

12

0,9989

0,0832

23

29,9134

b. Uji Lanjut Duncan (Jenis Antioksidan)


Duncan
Grouping

Mean

90.838

8 A3

77.188

8 A1

73.625

8 A2

c. Uji Lanjut Duncan (Konsentrasi Antioksidan)


Duncan
Grouping Mean

89.433

6 B1

85.483

6 B2

76.817

6 B3

70.467

6 B4

Lampiran 8. Rekapitulasi Data Uji Sidik Ragam dan Uji Lanjut Duncan
terhadap Bilangan Peroksida Biodiesel Minggu II

a. Uji Sidik Ragam Bilangan Peroksida (II)


Sumber
keragaman
Perlakuan
A
K
A*K
Galat
Total
koreksi

db

JK

KT

F hitung

Pr>F

11

308,8989

28,0817 105.56 0.0001

292,2570

146,1281 549.30 0.0001

15,2220

5,0743 19.07 0.0001

1,4198

0,2367 0.89 0.5319

12

3,1923

0,2660

23

312,0911

b. Uji Lanjut Duncan (Jenis Antioksidan)

Mean

207.163

8 A3

135.950

8 A1

130.613

8 A2

c. Uji Lanjut Duncan (Konsentrasi Antioksidan)


Duncan
Grouping Mean

168.600

6 B1

161.483

6 B2

154.300

6 B3

147.250

6 B4

Lampiran 9. Rekapitulasi Data Uji Sidik Ragam dan Uji Lanjut Duncan
terhadap Bilangan Peroksida Biodiesel Minggu III

a. Uji Sidik Ragam Bilangan Peroksida (III)


Sumber
keragaman
Perlakuan
A
K
A*K
Galat
Total
koreksi

db

JK

KT

F hitung

Pr>F

11

898,5610

81,6837 239.88 0.0001

860,1256

430,0628 1262.93 0.0001

33,9348

11,3116 33.22 0.0001

4,4005

0,7500 2.20 239.88

12

4,0864

0,3405

23

902,6474

b. Uji Lanjut Duncan (Jenis Antioksidan)


Mean

303.088

8 A3

192.900

8 A1

164.200

8 A2

c. Uji Lanjut Duncan (Konsentrasi Antioksidan)


Duncan
Grouping Mean

236.150

6 B1

225.650

6 B2

213.733

6 B3

204.717

6 B4

Lampiran 10. Rekapitulasi Data Uji Sidik Ragam dan Uji Lanjut Duncan
terhadap Bilangan Peroksida Biodiesel Minggu IV

a. Uji Sidik Ragam Bilangan Peroksida (IV)


Sumber
keragaman
Perlakuan
A
K
A*K
Galat
Total
koreksi

db

JK

KT

F hitung

Pr>F

11

1251,8701

225.16 0.0001

1198,5975

1185.68 0.0001

42,0320

27.72 0.0001

11,2392

3.71 0.0255

12
23

6,0654 0.50544583
1257,9354

b. Uji Lanjut Duncan (Jenis Antioksidan)


Mean

355.250

8 A3

245.713

8 A1

184.400

8 A2

c. Uji Lanjut Duncan (Konsentrasi Antioksidan)


Duncan
Grouping Mean

277.900

6 B1

266.933

6 B2

260.867

6 B3

241.450

6 B4

Lampiran 11. Rekapitulasi Data Uji Sidik Ragam dan Uji Lanjut Duncan
terhadap Bilangan Asam Biodiesel Minggu I

Uji Sidik Ragam Bilangan Asam (I)


Sumber
keragaman
Perlakuan
A
K
A*K
Galat
Total
koreksi

db

JK

KT

F hitung

Pr>F

11 0.00480000 0.00043636 1.09 0.4392


2 0.00120000 0.00060000 1.50 0.2621
3 0.00213333 0.00071111 1.78 0.2048
6 0.00146667 0.00024444 0.61 0.7178
12 0.00480000 0.00040000
23 0.00960000

Lampiran 12. Rekapitulasi Data Uji Sidik Ragam dan Uji Lanjut Duncan
terhadap Bilangan Asam Biodiesel Minggu II
Uji Sidik Ragam Bilangan Asam (II)
Sumber
keragaman
Perlakuan
A
K
A*K
Galat
Total
koreksi

db

JK

KT

F hitung

Pr>F

11 0.00393333 0.00035758 0.77 0.6669


2 0.00173333 0.00086667 1.86 0.1983
3 0.00020000 0.00006667 0.14 0.9323
6 0.00200000 0.00033333 0.71 0.6455
12 0.00560000 0.00046667
23 0.00953333

Lampiran 13. Rekapitulasi Data Uji Sidik Ragam dan Uji Lanjut Duncan
terhadap Bilangan Asam Biodiesel Minggu III
a. Uji Sidik Ragam Bilangan Asam (III)
Sumber
keragaman
Perlakuan
A
K
A*K
Galat
Total
koreksi

db

JK

KT

Pr>F

11 0.01460000 0.00132727 2.84 0.0430


2 0.00480000 0.00240000 5.14 0.0244
3 0.00553333 0.00184444 3.95 0.0358
6 0.00426667 0.00071111 1.52 0.2514
12 0.00560000 0.00046667
23 0.02020000

b. Uji Lanjut Duncan (Jenis Antioksidan


Mean
A

F hitung

0.24500

A
8 A3

0.24500

8 A1

0.21500

8 A2

c. Uji Lanjut Duncan (Konsentrasi Antioksidan)


Duncan
Grouping Mean

0.25000

6 B1

0.25000

6 B2

AB

0.22333

6 B3

0.21667

6 B4

Lampiran 14. Rekapitulasi Data Uji Sidik Ragam dan Uji Lanjut Duncan
terhadap Bilangan Asam Biodiesel Minggu IV

a. Uji Sidik Ragam Bilangan Asam (IV)


Sumber
keragaman
Perlakuan
A
K
A*K
Galat
Total
koreksi

db

JK

KT

F hitung

Pr>F

11 0.01040000 0.00094545 1.77 0.1697


2 0.00360000 0.00180000 3.37 0.0687
3 0.00560000 0.00186667 3.50 0.0496
6 0.00120000 0.00020000 0.37 0.8812
12 0.00640000 0.00053333
23 0.01680000

b. Uji Lanjut Duncan (Jenis Antioksidan)


Mean

0.30500

8 A3

AB

0.29000

8 A2

0.27500

8 A1

c. Uji Lanjut Duncan (Konsentrasi Antioksidan)


Duncan
Grouping Mean

0.30667

6 B2

0.30000

6 B1

AB

0.28667

6 B3

0.26667

6 B4

Lampiran 15. Rekapitulasi Data Uji Sidik Ragam dan Uji Lanjut Duncan
terhadap Viskositas Biodiesel Minggu I

a. Uji Sidik Ragam Viskositas (I)

Sumber
keragaman
Perlakuan
A
K
A*K
Galat
Total
koreksi

db

JK

KT

F hitung

Pr>F

11 0.03458333 0.00314394 2.52 0.064


2 0.02105833 0.01052917 8.42 0.0052
3 0.00828333 0.00276111 2.21 0.1398
6 0.00524167 0.00087361 0.70 0.6
12 0.01500000 0.00125000
23 0.04958333

b. Uji Lanjut Duncan (Jenis Antioksidan)


Mean

4,7463

8 A2

4,7075

8 A3

4,6737

8 A1

Lampiran 16. Rekapitulasi Data Uji Sidik Ragam dan Uji Lanjut Duncan
terhadap Viskositas Biodiesel Minggu II

a. Uji Sidik Ragam Viskositas (II)


Sumber
keragaman
Perlakuan
A
K
A*K
Galat
Total koreksi

db

JK

KT

F hitung

Pr>F

11 0.01653333 0.00150303 1.19 0.3850


2 0.00180833 0.00090417 0.71 0.5094
3 0.00820000 0.00273333 2.16 0.1461
6 0.00652500 0.00108750 0.86 0.5509
12 0.01520000 0.00126667
23 0.03173333

Lampiran 17. Rekapitulasi Data Uji Sidik Ragam dan Uji Lanjut Duncan
terhadap Viskositas Biodiesel Minggu III

a. Uji Sidik Ragam Viskositas (III)

Sumber
keragaman
Perlakuan
A
K
A*K
Galat
Total koreksi

db

JK

KT

F hitung

Pr>F

11 0.13834583 0.01257689 11.93 0.0001


2 0.05235833 0.02617917 24.83 0.0001
3 0.05654583 0.01884861 17.88 0.0001
6 0.02944167 0.00490694 4.65 0.0114
12 0.01265000 0.00105417
23 0.15099583

b. Uji Lanjut Duncan (Jenis Antioksidan)


Mean

4,9750

8 A3

4,9075

8 A1

4,8613

8 A2

c. Uji Lanjut Duncan (Konsentrasi Antioksidan)


Duncan
Grouping Mean

4,9550

6 B2

4,9383

6 B1

4,9333

6 B3

4,8316

6 B4

Lampiran 18. Rekapitulasi Data Uji Sidik Ragam dan Uji Lanjut Duncan
terhadap Viskositas Biodiesel Minggu IV

a. Uji Sidik Ragam Bilangan Asam (IV)


Sumber keragaman

db

JK

KT

F hitung

Pr>F

Perlakuan
A
K
A*K
Galat
Total koreksi

11 0.11954583 0.01086780 3.92 0.0134


2 0.04123333 0.02061667 7.44 0.0079
3 0.06084583 0.02028194 7.32 0.0048
6 0.01746667 0.00291111 1.05 0.4413
12 0.03325000 0.00277083
23 0.15279583

b. Uji Lanjut Duncan (Jenis Antioksidan)


Mean

4,8463

8 A3

4,8363

8 A1

4,7538

8 A2

c. Uji Lanjut Duncan (Konsentrasi Antioksidan)


Duncan
Grouping Mean

4,8767

6 B2

AB

4,8433

6 B1

BC

4,7783

6 B3

4,7500

6 B4

PENGARUH JENIS DAN KONSENTRASI ANTIOKSIDAN


TERHADAP KETAHANAN OKSIDASI
BIODIESEL DARI JARAK PAGAR (Jatropha Curcas, L.)

Oleh

ARUM ANGGRAINI
F34103057

2007
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR

PENGARUH JENIS DAN KONSENTRASI ANTIOKSIDAN


TERHADAP KETAHANAN OKSIDASI
BIODIESEL DARI JARAK PAGAR (Jatropha Curcas, L.)

Oleh

ARUM ANGGRAINI
F34103057

JURNAL PENELITIAN
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN
pada DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
Fakultas Teknologi Pertanian
Institut Pertanian Bogor

2007
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR

INSTITUT PERTANIAN BOGOR


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

PENGARUH JENIS DAN KONSENTRASI ANTIOKSIDAN


TERHADAP KETAHANAN OKSIDASI
BIODIESEL DARI JARAK PAGAR (Jatropha Curcas, L.)

JURNAL PENELITIAN
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN
Pada Departemen Teknologi Industri Pertanian
Fakultas Teknologi Pertanian
Institut Pertanian Bogor

Oleh
ARUM ANGGRAINI
F34103057

Dilahirkan pada tanggal 2 April 1985 di Wonosobo


Tanggal lulus :
Menyetujui,
Bogor,

Ir. Ade Iskandar, Msi


Pembimbing I

September 2007

Prof. Dr. R. Sudradjat, MSc


Pembimbing II

PENGARUH JENIS DAN KONSENTRASI ANTIOKSIDAN TERHADAP


KETAHANAN OKSIDASI BIODIESEL DARI JARAK PAGAR (Jatropha curcas, L)
Arum Anggraini, Ade Iskandar1), R. Suadradjat2)
Departemen Teknologi Industri Pertanian-Fakultas Teknologi Pertanian
Institut Pertanian Bogor
Abstrak

Biodiesel merupakan senyawa alkil ester dari asam lemak yang diolah dari sumber
trigliserida alami terbarukan dan digunakan sebagai bahan bakar mesin diesel, biasanya dibuat
melalui proses esterifikasi-transesterifikasi. Dalam aplikasi maupun penyimpanannya, biodiesel
berpotensi mengalami kerusakan oksidasi, karena adanya faktor internal (kandungan asam lemak
tidak jenuh yang tinggi) dan faktor eksternal (udara, panas, atau logam) yang mengakibatkan
terjadinya peningkatan bilangan asam. Kondisi keasaman biodiesel yang tinggi jika digunakan
dalam mesin dapat berakibat korosi terhadap mesin. Oleh karena itu untuk menjaga ketahanan
oksidatif dan menghambat peningkatan bilangan asam pada biodiesel, perlu ditambahkan
antioksidan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh penambahan berbagai jenis antioksidan
dalam beberapa konsentrasi dalam rangka menjaga ketahanan oksidasi biodiesel dan menguji
potensi Formula X sebagai antioksidan. Parameter ketahanan oksidasi yang diamati adalah
perubahan bilangan asam, bilangan peroksida, dan viskositas pada biodiesel dengan penambahan
antioksidan maupun tanpa penambahan antioksidan (kontrol) selama penyimpanan. Pada
penelitian ini, digunakan Rancangan Percobaan Faktorial dalam waktu (Factorial in time) dengan
dua faktor yaitu jenis antioksidan (TBHQ atau tert-Butilhidrokuinon, BHT atau butylated
hydroxytoluene dan Formula X), dan faktor konsentrasi antioksidan ( 0,03% ; 0,05% ; 0,07% ; 0,1
%), dimana kedua faktor tersebut dilihat pengaruhnya terhadap waktu atau lama penyimpanan.
Hasil karakterisasi biodiesel hasil penelitian, sebagian besar sudah memenuhi standar
yang ditetapkan (SNI Biodiesel, 2006) yaitu memiliki bilangan asam (0,2 mg KOH/g sampel),
densitas (0.867g/ml), viskositas kinematik 40oC (2.33 cSt), bilangan Iod (84.85 g I2/100 gram),
bilangan penyabunan (200.61 mg KOH/g) namun untuk kadar air (0.12%) belum memenuhi
standar.
Secara umum, penambahan antioksidan pada berbagai konsentrasi selama penyimpanan
dapat menghambat reaksi oksidasi, namun tergantung dari keefektifitasan masing-masing jenis
antioksidan. Dalam penelitian ini, kombinasi perlakuan yang memiliki efektifitas paling baik
dalam menghambat reaksi oksidasi selama penyimpanan adalah biodiesel dengan penambahan
antioksidan TBHQ pada konsentrasi 0,1% (A2B4), yaitu memiliki bilangan peroksida 17,10 mg
O2/100 g, bilangan asam 0,26 mg KOH/g sampel, dan viskositas kinematik (25oC) 4,72 cSt. Pada
kontrol, bilangan peroksidanya sebesar 68,82 mg O2/100 g, bilangan asam 0.36 mg KOH/g
sampel, dan viskositas kinematik (25oC) sebesar 5.14 cSt. Dari hasil penelitian ini, urutan
keefektifitasan antioksidan dalam menghambat oksiasi adalah TBHQ> BHT> Formula X. Dari
hasil penelitian, diketahui bahwa antioksidan Formula X memiliki potensi sebagai antioksidan,
karena memberikan pengaruh yang lebih baik jika dibandingkan dengan biodiesel kontrol, namun
masih lebih rendah dari TBHQ atau BHT.

PENDAHULUAN
Sejak dahulu pemenuhan kebutuhan
manusia akan sumber energi khususnya
untuk bahan bakar (transportasi, industri,
dan rumah tangga), hampir seluruhnya
berasal dari minyak bumi (bahan bakar
fosil). Bahan bakar fosil berasal dari sisa
kehidupan jutaan tahun yang lalu. Oleh
karena itu, bahan bakar ini digolongkan
sebagai bahan bakar yang tidak terbarukan
(unrenewable) dan ketersediaannya di bumi
semakin berkurang.
Kebutuhan energi yang semakin
meningkat dan produksi minyak bumi yang
semakin
menurun
serta
timbulnya
pencemaran
udara
yang
semakin
membahayakan, mendorong adanya usaha
diversifikasi energi. Beberapa usaha
pengembangan energi alternatif dari
sumberdaya yang terbarukan (bioenergi)
antara lain dapat berupa biodiesel, bioetanol,
dan biogas. Indonesia sangat berpotensi
mengembangkan
energi-bio
seperti
biodiesel, mengingat Indonesia dikenal
sebagai produsen minyak kelapa sawit
mentah (CPO/crude palm oil) terbesar kedua
di dunia. Selain itu Indonesia juga memiliki
banyak sumber nabati lain yang dapat
menghasilkan minyak, seperti tanaman jarak
pagar (Jatropha curcas). Selain memiliki
kandungan minyak yang tinggi, tanaman
jarak pagar juga dapat tumbuh di lahan kritis
yang kekurangan air. Menurut Gubitz et al.
(1999), minyak jarak pagar tidak dapat
langsung dikonsumsi sebelum melalui
proses detoksifikasi, mengingat kandungan
ester forbol yang beracun. Sehingga minyak
dari tanaman ini berpotensial untuk
dijadikan bahan bakar.
Biodiesel didefinisikan sebagai alkil
ester dari asam lemak yang diolah dari
sumber trigliserida alami terbarukan melalui
proses seperti esterifikasi transesterifikasi
dan digunakan sebagai bahan bakar mesin
diesel.
Keuntungan penggunaan biodiesel
diantaranya adalah bahan baku dapat
diperbarui (renewable), penggunaan energi
lebih efisien, dapat menggantikan bahan
bakar diesel dan turunannya dari petroleum,
dapat digunakan kebanyakan peralatan
diesel dengan tidak perlu modifikasi atau
hanya modifikasi kecil, dapat mengurangi
emisi/pancaran gas yang menyebabkan
pemanasan global, dapat mengurangi emisi
udara beracun karena kandungan sulfurnya
sangat kecil, memiliki titik nyala yang cukup

tinggi
sehingga
aman
dalam
penyimpanannya, bersifat biodegradable,
cocok untuk lingkungan sensitif, dan mudah
digunakan (Knothe, 2006).
Dalam aplikasi dan penyimpanannya,
biodiesel sangat berpotensi mengalami
kerusakan oksidasi. Salah satu indikasi
terjadinya reaksi oksidasi pada biodiesel
adalah terjadinya peningkatan bilangan asam
yang disebabkan oleh dekomposisi senyawa
peroksida dari hasil reaksi oksidasi.
Kondisi keasaman yang tinggi pada
biodiesel,
dikhawatirkan
dapat
menyebabkan kerusakan atau korosi pada
mesin kendaraan. Oleh karena itu perlu
dilakukan
penambahan aditif berupa
antioksidan dalam menghambat peristiwa
oksidasi terhadap biodiesel.
Kajian
pengaruh
penambahan
antioksidan terhadap biodiesel dilakukan
dengan menggunakan tiga jenis antioksidan
yaitu TBHQ, BHT, dan Formula X pada
berbagai tingkat konsentrasi. Parameter yang
diamati adalah bilangan asam, bilangan
peroksida,
dan
viskositas
biodiesel.
Pengamatan akan dilakukan setiap minggu
selama 30 hari penyimpanan pada kondisi
ruang. Antioksidan yang dianggap paling
efektif adalah yang dapat menahan kenaikan
bilangan asam, bilangan peroksida dan
viskositas dengan nilai yang paling kecil.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
melakukan studi pengaruh jenis dan
konsentrasi beberapa jenis antioksidan
(BHT, TBHQ, dan Formula X) terhadap
ketahanan oksidasi biodiesel selama
penyimpanan. Tujuan lain adalah untuk
mengetahui potensi Formula X sebagai
antioksidan.
METODOLOGI
Bahan dan Alat
Bahan-bahan yang akan digunakan
dalam penelitian ini adalah minyak jarak
pagar murni, metanol, KOH, HCl, NaOH,
CH3COOH. Selain itu digunakan bahan
kimia untuk analisa, yaitu etanol, reagen
wijs, larutan KI 20%, larutan Na2S2O3 0,1 N
dan 0,02 N, HCl 4N, HCl 0,5 N, karbon
tetrakhlorida, kristal kalium iodida, KOH
0,5 N beralkohol, alkohol netral, indikator
fenolftalein (PP), indikator kanji, kertas pH
dan air demineralisasi.
Alat-alat yang digunakan dalam
penelitian ini adalah labu bulat berleher dua,
erlenmeyer, gelas piala, neraca analitik,
buret, pipet volumetrik, gelas ukur, hot plate

stirrer, corong pisah, pendingin tegak,


penangas air, termometer, viscometer
Oswald, piknometer, cawan porselen, oven,
desikator, dan kertas saring.
Metode penelitian
Penelitian ini dibagi menjadi dua
bagian, yaitu penelitian pendahuluan dan
penelitian
utama.
Pada
penelitian
pendahuluan dilakukan analisis terhadap
sifat fisiko kimia minyak jarak pagar awal
untuk mengetahui karakteristiknya, serta
penelitian utama untuk memproduksi
biodiesel melalui proses estrans dan
melakukan studi pengaruh jenis dan
konsentrasi antioksidan terhadap biodiesel
yang dihasilkan.
Proses pembuatan biodiesel diawali
dengan. mengukur kadar asam lemak bebas
(FFA),
kemudian
dilakukan
proses
esterifikasi dengan memanaskan minyak
jarak terlebih dahulu hingga suhu 60oC.
Setelah mencapai suhu 60oC, ditambah
dengan campuran metanol dan katalis HCl.
Jumlah
metanol
yang
ditambahkan
berdasarkan rasio molar 20:1 terhadap kadar
asam lemak bebas, sedangkan jumlah katalis
HCl yang ditambahkan adalah 1 % dari berat
minyak jarak (w/w). Reaksi ini berlangsung
selama 2 jam pada suhu 60oC. Setelah itu
dilanjutkan dengan pemisahan gliserol
secara aging selama kurang lebih 3-5 jam.
Proses
selanjutnya
adalah
transesterifikasi, yang diawali dengan
memanaskan minyak hasil esterifikasi yang
telah dipisahkan gliserolnya hingga suhu
60oC. Setelah mencapai suhu 60oC, minyak
yang telah dipanaskan, ditambah dengan
campuran metanol dan katalis NaOH 0.5 %,
dan reaksi dikondisikan pada suhu tetap
60oC selama - 1 jam. Penambahan jumlah
metanol dilakukan berdasarkan rasio molar
6:1, yaitu antara metanol dengan trigliserida.
Setelah proses selesai, dilakukan
pemisahan gliserol dari metil ester secara
aging selama 3-5 jam, lalu dinetralisasi
menggunakan larutan asam lemah yaitu
asam
asetat
0.01%
(CH3COOH).
Selanjutnya dilakukan proses pencucian
dengan air hangat sampai pH air cuciannya
netral.
Biodiesel
yang
dihasilkan,
dikarakterisasi sifat fisiko kimianya
kemudian ditambah antioksidan (BHT,
TBHQ, dan Formula X) sesuai dengan
kombinasi perlakuan. Biodiesel tersebut
disimpan selama 4 minggu pada kondisi
ruang, dan dilakukan pengujian terhadap

bilangan asam, bilangan peroksida dan


viskositas pada setiap minggunya.
Rancangan Percobaan
Rancangan percobaan yang digunakan
dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak
Lengkap Faktorial dengan dua faktor
perlakuan, yaitu jenis antioksidan dan
konsentrasi antioksidan yang ditambahkan.
Untuk faktor perlakuan jenis antioksidan
yang ditambahkan (A) terdiri dari tiga taraf
yaitu BHT (A1), TBHQ (A2), dan Formula X
(A3), sedangkan konsentrasi antioksidan
yang ditambahkan (B), terdiri dari 4 taraf
yaitu konsentrasi 0.03% (B1), 0.05% (B2),
0.07% (B3), dan 0.1% (B4).
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Penelitian pendahuluan
Pada penelitian pendahuluan, dilakukan
analisis terhadap sifat fisik dan kimia
minyak jarak pagar kasar. Analisis ini
dilakukan untuk mengetahui sifat awal
minyak jarak pagar sebelum diproses
menjadi biodiesel Hasil analisis tersebut
adalah densitas pada 15oC (0.9007g/ml),
viskositas kinematik pada 40oC (27.28 cSt),
bilangan asam (11.58 mgKOH/g sampel),
kadar air (0.08%), bilangan penyabunan
(189.82 mgKOH/g sampel), bilangan
peroksida (4.75 mg O2/100 g) dan bilangan
iod (95 g I2/100 g).
B. Penelitian utama
1. Pembuatan dan Karakterisasi Biodiesel
Proses pembuatan biodiesel dilakukan
secara estrans, karena menurut Sudradjat
(2006), minyak jarak memiliki masalah
keasaman yang tinggi, sehingga harus
diesterifikasi
terlebih
dahulu
untuk
mengubah asam lemak bebas menjadi metil
ester, dan agar pada proses transesterifikasi
tidak terjadi reaksi penyabunan. Menurut
Canakci & Gerpen (2001), minyak yang
akan diproses secara transesterifikasi
menggunakan katalis basa, hendaknya
memiliki kadar asam lemak bebas (% FFA)
sekitar 1-2 %.
Proses esterifikasi pada dasarnya
merupakan reaksi antara asam karboksilat
(asam lemak bebas) dengan alkohol untuk
membentuk ester dan molekul air, dan
bersifat reversibel. Proses esterifikasi pada
umumnya menggunakan katalis asam seperti
H2SO4 dan HCl. Reaksi esterifikasi selain
mengeseterifikasi asam lemak bebas, juga

mengkonversi trigliserida menjadi metil


esternya. Meskipun demikian, kecepatannya
lebih
rendah
dibandingkan
dengan
transesterifikasi yang menggunakan katalis
basa (Haas et al., 2000). Reaksi esterifikasi
antara asam lemak dan metanol dapat dilihat
pada Gambar 1.
O
R

OH + CH3-OH

Asam lemak

Metanol

R
Katalis

Massa jenis (kg/m3, 40C)

850-890

Viskositas kinematik (40C, cSt)

2,3-6,0

Angka setana

Min. 51
Min. 100

C OCH3 + H2O

Titik kabut (C)

Maks. 18

Ester

Korosi bilah tembaga (3 jam, 50C)

Maks. No. 3

Residu karbon (%-b)

Maks. 0,05

Air dan sedimen (%-vol.)

Maks. 0,05

Temperatur distilasi 90% (C)

Maks. 360

Abu tersulfatkan (%-b)

Maks. 0,02

Belerang (mg/kg)

Maks. 100

Air

Gambar 1. Reaksi esterifikasi


Pada proses transesterifikasi, trigliserida
akan direaksikan dengan katalis basa untuk
dikonversi menjadi metil ester. Reaksi
transesterifikasi tidak melalui tahapan
protonasi gugus karbonil pada asam lemak
dan tidak mengalami tahapan penukaran
antara ion oksonium dengan alkohol.
Sebagai gantinya terjadi penukaran antara
ion karboksilat dengan ion metoksida. Ion
ini dapat dengan mudah menukar gugus
karbonil pada asam lemak, sehingga reaksi
transesterifikasi dapat berjalan dengan cepat.
Menurut Sonntag (1982), pada
dasarnya proses transesterifikasi bertujuan
untuk memecah dan menghilangkan
gliserida serta menurunkan viskositas
minyak,
karena
dalam
reaksi
transesterifikasi, trigliserida dikonversi
secara
bertahap
menjadi
gliserida,
monogliserida, dan akhirnya menjadi
gliserol. Reaksi transesterifikasi dapat dilihat
pada Gambar 2.
Trigliserida + ROH

Digliserida + RCOOR1

Digliserida + ROH

Monogliserida + RCOOR2

Monogliserida + ROH

Batas nilai

Parameter satuan

Titik nyala (C)

HCl
1

Tabel 1. Standar mutu Biodiesel SNI-2006

Gliserol + RCOOR3

Gambar 2. Reaksi transesterifikasi


Proses pembuatan biodiesel harus
dilakukan secara tepat, agar dapat
menghasilkan biodiesel yang sesuai dengan
standar yang ditetapkan seperti pada Tabel 1

Fosfor (mg/kg)

Maks. 10

Angka asam (mg KOH/g)

Maks. 0,8

Gliserol bebas (%-b)

Maks. 0,02

Gliserol total (%-b)

Maks. 0,24

Kadar ester alkil (%-b)

Min. 96,5

Angka iodium (g I2/100 g)

Maks. 115

Uji Halphen

Negatif

Sumber : SNI Biodiesel 04-7182-2006


Biodiesel yang dihasilkan, dianalisa
sifat fisik dan kimianya. Hasil analisa
terhadap sifat dan karakteristik biodiesel
hasil penelitian beserta perbandingannya
dengan standar SNI Biodiesel 2006.
Tabel
Parameter
Standar

2.

Karakteristik
penelitian
Satuan

Biodiesel

Biodiesel
Jarak Pagar

Densitas
g / ml
0.8676
Viskositas
o
kinematik (40 C) cSt
2.33
Bilangan asam
mg KOH / g
0.20
Bilangan Iod
g I2 / 100 g
84.85
Bilangan
Penyabunan
mg KOH /g
200.61
Kadar air
%
0.12
Bilangan
Peroksida
mg O2/ 100 g 4.75
Kalor
Pembakaran
kcal / kg
7352
Abu tersulfat
%
0.024
Bilangan Ester
mg KOH / g 200.41

hasil

SNI
Biodiesel
0.85 0.89
1.9 6.0
maks 0.8
maks 115

maks 0.05

maks 0.02

Berdasarkan tabel di atas, densitas


biodiesel yang dianalisa adalah 0,8676 g/ml.
Densitas biodiesel biasanya lebih tinggi
daripada petrodiesel yang hanya berkisar

Bilangan Asam (mg KOH/g sampel)

TBHQ 0.1%

50

BHT 0.1%

40

FX 0.1%

30

Kontrol

20
10
0
0

Minggu

Gambar 3. Grafik pengaruh jenis antioksidan terhadap


peningkatan bilangan peroksida biodiesel
selama penyimpanan

Berdasar Gambar 3, dapat dilihat bahwa


biodiesel tanpa penambahan antioksidan
(kontrol) mengalami kenaikan bilangan
peroksida paling tinggi dibandingkan
biodiesel dengan penambahan antioksidan
secara umum. Hal ini disebabkan adanya
reaksi oksidasi yang menghasilkan radikal
lipid sehingga membentuk radikal peroksida
bila bereaksi dengan oksigen. Radikal
peroksida yang terbentuk dapat menulari
lipid
yang
belum
rusak
sehingga
menghasilkan senyawa hidroperoksida yang
tidak stabil dan mudah terdekomposisi
(Gordon, 1990). Oleh karena itu bilangan
peroksida
terus
meningkat
selama
penyimpanan.

80
70
60

Minggu 0

50

Minggu 1

40

Minggu 2

30

Minggu 3

20

Minggu 4

10
A3B4

Kontrol

A3B3

A3B2

A3B1

A2B4

A2B3

A2B2

A2B1

0
A1B4

Bilangan peroksida dapat digunakan


sebagai indikator kerusakan oksidatif yang
terjadi pada minyak, lemak, atau bahanbahan yang mengandung minyak. Semakin
tinggi bilangan peroksida, menunjukkan
bahwa minyak atau bahan yang mengandung
minyak dan lemak memiliki ketahanan
oksidatif yang semakin rendah, dan akan
menyebabkan ketengikan maupun kenaikan
bilangan asam.
Gambar 3. menunjukkan adanya
pengaruh jenis antioksidan pada konsentrasi
0.1% terhadap kenaikan bilangan peroksida.
Pada awal sebelum penyimpanan, nilai
bilangan peroksida biodiesel adalah 4.75,
dan
selama
penyimpanan,
bilangan
peroksida terus mengalami kenaikan.
Tingkat kenaikan bilangan peroksida pada
biodiesel berbeda-beda tergantung dari

60

A1B3

Konsentrasi

jenis

70

A1B2

Pengaruh Jenis dan


Antioksidan
2.1. Bilangan Peroksida

masing-masing

80

A1B1

2.

keefektifitasan
antioksidan.

Bilangan Peroksida (mg O2/100 g)

sekitar 0, 83 g/ml, hal ini disebabkan karena


bobot molekul metil ester lebih tinggi
daripada petrodisel
Viskositas kinematik biodiesel pada
suhu 40oC, diperoleh 2.33 cSt, sedang pada
suhu ruang, viskositasnya adalah 4.63 cSt.
Viskositas minyak jarak mengalami
penurunan setelah diproses menjadi
biodiesel, hal ini disebabkan adanya proses
transesterifikasi yang dapat memecah
gliserida dan menurunkan viskositas.
Bilangan asam yang diperoleh sekitar
0.2 mgKOH/g sampel, nilai tersebut
memenuhi standar yang ditetapkan yaitu 0.8
mgKOH/g sampel. Selama pemrosesan
minyak jarak pagar menjadi biodiesel,
penurunan bilangan asam sangat tampak
setelah proses esterifikasi yaitu dari 12 mg
KOH/g sampel hingga 1.125 mg KOH/g
sampel.
Bilangan iod merupakan bilangan yang
menunjukkan derajat ketidakjenuhan suatu
bahan. Bilangan iod yang terlalu tinggi pada
biodiesel sebenarnya tidak baik karena jika
terjadi pemanasan, dapat menyebabkan
polimerisasi
gliserida
yang
dapat
menghasilkan deposit sehingga menghambat
kerja mesin.
Hasil analisis kadar air pada biodiesel
adalah 0.1 %, nilai ini melebihi batas yang
ditetapkan yaitu 0.05 %. Hal ini disebabkan
karena adanya reaksi esterifikasi yang
menghasilkan air dan adanya adanya sisasisa air bekas pencucian.

Kombinasi Perlakuan

Keterangan : A1
A2
A3

: BHT
: TBHQ
: Formula

B1
: 0.03%
B2
: 0.05%
B3
: 0.07%
B4
: 0.1%
Gambar 4 Histogram perubahan bilangan peroksida
biodiesel pada tiap kombinasi perlakuan
selama penyimpanan

Gambar 4. merupakan histogram yang


menunjukkan adanya perubahan bilangan
peroksida pada tiap kombinasi. Kombinasi
perlakuan A2B4 (penambahan antioksidan
TBHQ dengan konsentrasi 0.1%), memiliki
bilangan peroksida yang terendah. Reaksi
penghambatan
proses
oksidasi
oleh

Bilangan asam (mg KOH/g sampel)

2.1. Bilangan Asam


Analisis terhadap bilangan asam pada
biodiesel
penting
dilakukan
karena
merupakan parameter yang menunjukkan
tingkat keasaman yang dianggap cukup
berbahaya karena dalam penggunaannya
pada mesin kendaraan, dapat meyebabkan
korosi pada mesin.
Biodiesel
tanpa
penambahan
antioksidan dapat menyebabkan peningkatan
bilangan asam dengan cepat. Pada Gambar 5
menjelaskan tentang pengaruh jenis
antioksidan terhadap kenaikan bilangan
asam bila dibandingkan dengan kontrol.
0,4
0,35
0,3

bebas. Asam lemak bebas inilah yang


menyebabkan kenaikan bilangan asam.
Menurut Perkins (1967), peningkatan
bilangan asam dalam minyak juga
disebabkan karena terbentuknya asam lemak
bebas selama oksidasi sebagai produk
pecahan oksidasi ikatan rangkap dari asam
lemak tidak jenuh.
Biodiesel
dengan
penambahan
antioksidan memiliki keasaman yang lebih
rendah
karena
adanya
penambahan
antioksidan dapat mencegah pembentukan
radikal peroksida yang merupakan cikal
bakal pembentukan asam. Penghambatan ini
dilakukan dengan mentumbangkan atom H
pada radikal bebas dan membuatnya menjadi
lebih stabil.
Selama
penyimpanan,
kenaikan
bilangan asam biodiesel pada tiap
minggunya berlangsung dengan lambat. Hal
ini diduga pada minggu-minggu tersebut
proses oksidasi masih berlangsung dalam
tahap propagasi, dimana pada tahap ini
pembentukan
bilangan
peroksida
berlangsung dengan cepat. Sedangkan
tahapan
dekomposisi
peroksida
dan
terminasi belum berlangsung secara
sempurna, sehingga asam lemak bebas yang
dihasilkan masih kecil.
Selain jenis antioksidan, konsentrasi
antioksidan juga berpengaruh terhadap
bilangan asam seperti yang ditunjukkan pada
Gambar 6.
Bilangan asam (mg KOH/g sampel)

antioksidan TBHQ (golongan fenolik)


berlangsung dengan cara menyumbangkan
atom H pada radikal lipid (Gordon, 1990).
Antioksidan formula X juga merupakan
antioksidan alami yang termasuk dalam
golongan fenolik, jadi secara umum
mekanisme kerja antioksidan formula X
hampir sama dengan TBHQ atau BHT, yaitu
dengan menyumbangkan atom H kepada
radikal bebas.
Keefektifitasan
antioksidan
dalam
menghambat reaksi oksidasi dipengaruhi
oleh susunan molekul antioksidan itu, baik
dari jumlah dan posisi substituen
penyusunnya,
atau
jumlah
gugus
hidroksilnya. (Gordon, 1990).
Hasil analisis sidik ragam pada taraf
kepercayaan 95% menunjukkan bahwa
faktor A (jenis antioksidan), faktor B
(konsentrasi antioksidan), dan interaksinya
berpengaruh nyata terhadap bilangan
peroksida pada minggu ke-1 hingga minggu
ke-4.

0,4
0,35
0,3

Kontrol

0,25

0,03%

0,2

0,05%

0,15

0,07%
0,10%

0,1
0,05
0
0

BHT 0.1%

0,25

Minggu

TBHQ 0.1%

0,2

FX 0.1%

0,15

Kontrol

0,1
0,05

Gambar 6. Grafik pengaruh konsentrasi antioksidan


terhadap kenaikan bilangan asam

0
0

Minggu

Gambar 5. Grafik pengaruh jenis antioksidan terhadap


peningkatan bilangan asam biodiesel selama
penyimpanan

Dari gambar di atas, biodiesel tanpa


penambahan
antioksidan
mengalami
peningkatan bilangan asam paling besar. Hal
ini disebabkan adanya dekomposisi senyawa
hidroperoksida menjadi senyawa-senyawa
seperti aldehida, keton, dan asam lemak

Berdasarkan grafik tersebut, dapat


dilihat bahwa semakin tinggi konsentrasi
yang ditambahkan, bilangan asam yang
dihasilkan semakin menurun, namun
penambahan antioksidan dengan konsentrasi
yang terlalu tinggi
khususnya untuk
antioksidan golongan penolik justru
mengakibatkan terjadinya prooksidan atau
lenyapnya kemampuan antioksidan (Gordon
1990). Pada penelitian ini, konsentrasi 0.1%
mampu menghasilkan bilangan asam paling
rendah.

2.1. Viskositas
Viskositas
kinematik
merupakan
pengukuran aliran fluida yang dipengaruhi
oleh gaya gravitasi. Viskositas dari minyakminyakan dinyatakan oleh jumlah detik
dimana harga itu menyatakan suatu volume
tertentu dari minyak untuk mengalir melalui
suatu lubang dari suatu diameter kecil
tertentu (Maleev, 1954).
Viskositas awal dari biodiesel yang
dihasilkan dari penelitian ini adalah 4,63
cSt. Nilai viskositas ini masih termasuk
dalam standar yang ditentukan (ASTM)
yaitu 1.9 6 cSt. Viskositas yang terlalu
tinggi pada bahan bakar dapat menyulitkan
pompa bahan bakar dalam mengalirkan
bahan bakar ke ruang bakar, sehingga daya
atomisasi bahan bakar menjadi buruk.
Gambar 7 menunjukkan adanya pengaruh
waktu
terhadap
kenaikan
viskositas
biodiesel.
5,3
5,2
Viskositas (cSt)

5,1
5

BHT 0.1%

4,9

TBHQ 0.1%

4,8

FX 0.1%

4,7

Kontrol

4,6
4,5

peningkatan viskositas menunjukkan adanya


indikasi
kerusakan
biodiesel
yang
disebabkan adanya oksidasi dan polimerisasi
hasil
degradasi
senyawa
peroksida,
walaupun kemungkinan polimerisasi hasil
degradasi senyawa peroksida juga belum
berlangsung secara sempurna, sehingga
peningkatannya belum terlalu tajam. Adanya
reaksi oksidasi, dapat
menyebabkan
terjadinya degradasi pada senyawa metil
ester
sehingga
dapat
menyebabkan
polimerisasi yang menghasilkan senyawa
berbobot molekul tinggi.
Gambar 8. menunjukkan bahwa
penambahan konsentrasi antioksidan yang
makin tinggi, nilai viskositasnya makin
turun, dan jenis antioksidan yang
menghasilkan viskositas terendah adalah
TBHQ.
5,00
4,95
Viskositas (cSt)

Dari hasil analisis keragaman pada


tingkat kepercayaan 95% untuk tiap
minggunya, menunjukkan bahwa pengaruh
jenis
dan
konsentrasi
antioksidan
berpengaruh terhadap bilangan asam
biodiesel pada minggu 3 dan 4, sedang
minggu 1 dan 2 belum berpengaruh. Dari
hasil uji Duncan yang dapat dilihat pada
Lampiran
10,
menunjukkan
bahwa
kombinasi perlakuan A2B4 (penambahan
antioksidan TBHQ dengan konsentrasi
0,1%) memberikan pengaruh yang hampir
sama dengan A1B4 yaitu penambahan BHT
pada 0.1% dalam menghambat kenaikan
bilangan asam selama penyimpanan.

4,90
4,85

TBHQ

4,80

BHT

4,75

Formula X

4,70
4,65
4,60
0,03%

0,05%

0,07%

0,10%

Konsentrasi

Gambar 29. Grafik hubungan antara jenis dengan


konsentrasi antioksidan terhadap viskositas
biodiesel pada minggu ke-empat

Hasil analisis keragaman pada tingkat


kepercayaan 95% pada tiap minggunya
menunjukkan bahwa jenis dan konsentrasi
antioksidan pada minggu 3 dan 4
berpengaruh nyata terhadap viskositas,
namun pada minggu 1 dan 2, belum
berpengaruh nyata. Hal ini menunjukkan
bahwa pada minggu 3 dan 4, proses
polimerisasi mulai terjadi walaupun belum
sempurna, dan penambahan antioksidan
cukup berperan
dalam menghambat
kenaikan viskositas.

4,4
4,3
0

Minggu

Gambar 7. Grafik pengaruh waktu terhadap kenaikan


viskositas

biodiesel pada berbagai jenis

antioksidan

Selama penyimpanan, biodiesel tanpa


penambahan antioksidan menunjukkan
peningkatan viskositas yang paling tinggi
yaitu 5.12 cSt, sedangkan biodiesel dengan
penambahan antioksidan, viskositasnya
lebih rendah. Menurut Ketaren (1986),

A. KESIMPULAN
Pembuatan biodiesel melalui proses
esterifikasi-transesterifikasi (Estrans) dapat
menurunkan bilangan asam dari 12 mg
KOH/g sampel hingga menjadi 0,2 mg
KOH/g sampel. Dari hasil uji karakteristik
sifat fisiko kimia, sebagian besar parameter
biodiesel yang dihasilkan dalam penelitian
ini memenuhi standar (SNI Biodiesel-2006).
Untuk bilangan asam (0,2 mg KOH/g
sampel), densitas (0.867g/ml), viskositas
kinematik 25oC (4.63 cSt), bilangan iod
(84.85 g I2/100 gram), bilangan penyabunan

(200.61 mg KOH/g) masih memenuhi


standar namun untuk kadar air (0.12%)
belum memenuhi standar.
Biodiesel
tanpa
penambahan
antioksidan mengalami kenaikan bilangan
peroksida, bilangan asam, dan viskositas
yang paling tinggi bila dibandingkan dengan
biodiesel dengan penambahan antioksidan.
Dari hasil analisis keragaman, didapatkan
bahwa jenis dan konsentrasi antioksidan
berpengaruh nyata terhadap bilangan
peroksida pada minggu 1 hingga 4,
sedangkan bilangan asam dan viskositas
berpengaruh nyata pada minggu 3 dan 4.
Secara umum kombinasi perlakuan
yang memiliki efektifitas paling baik selama
penyimpanan adalah biodiesel dengan
penambahan antioksidan TBHQ, konsentrasi
0,1% (A2B4). Biodiesel dengan perlakuan
A2B4 memiliki bilangan peroksida 17,10
mg O2/100 g, bilangan asam 0,26 mg
KOH/g sampel, dan viskositas 4,72 cSt.
Pada kontrol, bilangan peroksidanya sebesar
68,82 mg O2/100 g, bilangan asam 0.36 mg
KOH/g sampel, dan viskositas kinematik
sebesar 5.14 cSt. Dari hasil tersebut,
menunjukkan bahwa reaksi oksidasi pada
biodiesel kontrol berlangsung lebih cepat
daripada biodiesel dengan penambahan
antioksidan.
Antioksidan
TBHQ
memiliki
keefektifitasan
yang
paling
baik
dibandingkan BHT atau Formula X, karena
pada
TBHQ
memiliki
kemampuan
mendonorkan 2 atom hidrogen pada radikal
bebas dan memiliki kemampuan beresonansi
yang lebih baik daripada keduanya, sehingga
TBHQ paling efektif menghambat reaksi
oksidasi pada biodiesel.
Antioksidan Formula X memiliki
potensi
sebagai
antioksidan,
karena
memberikan pengaruh yang lebih baik jika
dibandingkan dengan biodiesel tanpa
penambahan antioksidan. Namun bila
dibandingkan dengan antioksidan sintesisis
seperti BHT dan TBHQ, ternyata
keefektifitasannya masih lebih rendah.

B SARAN
Pemberian konsentrasi antioksidan
hendaknya diperhatikan jangan sampai
konsentrasinya terlalu tinggi, karena justru
akan menjadi prooksidan. Jika biodiesel
akan disimpan pada wadah logam, dapat
ditambahkan antioksidan sinergis yaitu
campuran antioksidan primer (BHT, TBHQ)
dengan pengkelat logam seperti asam sitrat

untuk mengikat ion logam agar menghambat


laju oksidasi yang disebabkan adanya
logam.
Perlu adanya penelitian lebih lanjut
terhadap antioksidan Formula X, karena
memiliki potensi sebagai antioksidan, seperti
komposisi aktif yang berperan sebagai
antioksidan, pemakaian konsentrasi yang
tepat, dan aplikasinya.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2006. Biodiesel. SNI 04-71822006. Badan Standarisasi Nasional,
Jakarta.
Canakci, M. dan J. V. Gerpen. 2001.
Biodiesel production from oils and fats
with high free fatty acids. American
Society of Agricultural Engineers
44(6):1429-1436.
Gordon, M.H. 1990. The mechanism of
antioxidants action in vitro. Di dalam
B.J.F.
Hudson,
editor.
Food
Antioxidants. Elsevier Applied Science,
London.
Gubitz, G.M., M. Mittelbach dan M. Trabi.
1999. Exploitation of the tropical oil
seed plant Jatropha curcas L.
Bioresource Tech. 67: 73-82.
Haas, W. dan M. Mittelbach. 2000.
Detoxification experiments with the
seed oil from Jatropha curcas L.
Industrial Crops and Products 12: 111118.
Ketaren, S. 1986. Pengantar Teknologi
Minyak dan Lemak Pangan. Balai
Pustaka, Jakarta.
Knothe, G. 2006. Analyzing Biodiesel :
Standards and other methods. Journal
American Oil Chemical Society. 83 (10)
: 823-833.
Perkins, E.G. 1967. Formation and Non
Volatile Decomposition on Products in
Heated Fats an Oils. Food Technol. 21
(4) : 125.
Sonntag,
N.
1982.
Fat
Splitting,
Esterification, and Interesterification. Di
dalam Baileys Industrial Oil and Fat
Products. 4th Ed. Vol. II. John Wiley
and Sons, New York.
Sudradjat, H. R. 2006. Memproduksi
Biodiesel
Jarak
Pagar.
Penebar
Swadaya, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai