Anda di halaman 1dari 19

ANALISA BREAK EVENT POINT (BEP) / TITIK

IMPAS
Analisa Break Event Point (BEP) adalah titik dimana perusahaan belum memperoleh keuntungan tetapi
juga tidak dalam kondisi rugi. Atau BEP merupakan suatu teknik analisa untuk mempelajari hubungan
antara biaya tetap, biaya variabel, keuntungan dan volume aktivitas. Masalah BEP baru akan muncul
dalam perusahaan apabila perusahaan tersebut mempunyai Biaya Variabel dan Biaya Tetap. Suatu
perusahaan dengan volume produksi tertentu dapat menderita kerugian dikarenakan penghasilan
penjualannya hanya mampu menutup biaya variabel dan hanya bisa menutup sebagian kecil biaya
tetap.
Contribution Margin adalah selisih antara penghasilan penjualan dan biaya variabel, yang merupakan
jumlah untuk menutup biaya tetap dan keuntungan. Perusahaan akan memperoleh keuntungan dari
hasil penjualannya apabila kontribusi marginnya lebih besar dari biaya tetap, yang berarti total
penghasilan penjualan lebih besar dari total biaya.
BEP ditinjau dari konsep kontribus margin menyatakan bahwa volume penjualan dimana kontribusi
margin sama besarnya dengan total biaya tetapnya.

a.
b.
c.
d.
e.

f.
g.
h.
i.
j.

Manfaat Analisis Break Even Point (Titik Impas)


Jumlah penjualan minimal harus dipertahankan agar perusahaan tidak mengalami kerugian;
Jumlah penjualan yang harus dicapai untuk memperoleh keuntungan tertentu;
Seberapa jauhkah yang harus dicapai untuk memperoleh keuntungan tertentu;
Seberapa jauhkah berkurangnya penjualan agar perusahaan tidak menderita rugi
Untuk mengetahu bagaimana efek perubahan harga jual biaya dan volume penjualan terhadap
keuntungan yang diperoleh.
Asumsi dasar dalam analisa BEP antara lain :
Biaya dapat diklasifikasikan kedalam kompunen biaya variabel dan biaya tetap;
Total biaya variabel berubah secara proporsional dengan volume produksi atau penjualan, sedangkan
total biaya variabel per unit tetap konstan.
Total biaya tetap tidak mengalami perubahan, meskipun ada perubahan volume produksi atau
penjualan, sedangkan biaya tetap / unit akan berubah karena adanya perubahan volume kegiatan.
Harga jual per unit tidak akan berubah selama periode melakukan analisa
Perusahaan hanya membuat dan menjual satu jenis produk. Jika membuat dan menjual lebih dari satu
jenis produk, maka perbandingan penghasilan penjualan antara masing-masing produk (disebut
sebagai Sales Mix) akan tetap konstan.
Kapasitas produksi pabrik relatif konstan
Harga faktor produksi relatif konstan
Efisiensi produksi tidak berubah
Perubahan padapersediaan awal dan akhir jumlhanya tidak berarti
Volume merupakan faktor satu-satunya yang mempengaruhi biaya.

1.

2.
3.
a.
b.

BEP dapat ditentukan dengan beberapa cara :


Pendekatan grafik

BEP terjadi pada titik persilangan antara garis penghasilan penjualan dan garis total biaya.
Metode Trial Error
Pendekatan Matematis
Rumusnya adalah :
BEP (unit) = Total Biaya Tetap / (Harga jual/unit Biaya Variabel/unit).
BEP (Rp) = Total Biaya Tetap / (1- (Total biaya avriabel / total hasil penjualan)
Margin of safety adalah batas keamanan yang menyatakan sampai seberapa jauh volume penjualan
yang dianggarkan boleh turun agar perusahaan tidk menderita rugi atau dengan kata lain, batas
maksimum penurunan volume penjualan yang dianggarkan, yang tidak mengakibatkan kerugian.
MS = (Budget Sales BEP) / Budget Sales
Budget Sales adalah jumlah penjualan yang telah ditargetkan

Contoh Soal :
1. Rencana penjualan tahun 2000 meliputi kedua jenis produk adalah sbb :
a. Penjualan

Nama Produk
Produk A
Produk B
Biaya Variabel Produk A
Biaya variabel Produk B

1.
2.
3.
A.

Jumlah Unit
15.000
10.000
15.000
10.000

Harga /unit
Rp 1.000,Rp 750,Rp 500
Rp 300

Biaya Tetap keseluruhan Rp 5.000.000 setahun.


Dengan data tersebut saudara diminta untuk :
Menentukan BEP perusahaan secara keseluruhan dalam Rupiah
Menentukan BEP produk A dalam unit
Menentukan BEP produk B dalam unit
Jawaban :
Menentukan BEP perusahaan secara keseluruhan dalam Rupiah
Rumus :
BEP (Rp) = Total Biaya Tetap / (1- (Total biaya variabel / total penjualan)
BEP = 5.000.000 / (1- (7.500.000+3.000.000) / (15.000.000+7.500.000)

Rp
Rp
Rp
Rp

Total
15.000.000
7.500.000
7.500.000
3.000.000

BEP = 5.000.000 / (1 - 0.47)


BEP = 5.000.000 / 0.53
BEP = Rp 9.433.962,26 dibulatkan Rp 9.433.962,B. Menentukan BEP produk A dalam unit
Rumus :
BEP (unit) Produk A
= Total Biaya Tetap / (Harga jual/unit Biaya Variabel/unit).
BEP = 5.000.000 / (1.000 500)
BEP = 10.000 unit
C. Menentukan BEP produk B dalam unit
Rumus :
BEP (unit) Produk B
= Total Biaya Tetap / (Harga jual/unit Biaya Variabel/unit).
BEP = 5.000.000 / (750 300)
BEP = 11.111,11 unit dibulatkan 11.111 unit

2.

Sebuah perusahaan menjual 100.000 buah hasil produksinya dengan harga Rp 20,-/buah. Biaya
variabel per buah barang adalah Rp 14,- (yang Rp 11,- adalah biaya produksinya dan sisanya adalah
biaya pemasaran). Biaya tetap, terjadinya secara merata jumlahnya Rp 792.000 (yang Rp 500.000,biaya produksi dan lainnya adalah biaya pemasaran.
Saya bantu buatkan tabel angka nya untuk memudahkan mengerjakan :

Total Unit

Harga Jual / unit

100.000
Rp 20
Biaya Tetap

Biaya
Variabel/unit
Rp 11
Rp 500.000

B.adm & pemsran


Rp 3/unit
Rp 292.000

Note :
Menurut Wikipedia biaya tetap adalah pengaluran yang tidak berubah sebagai fungsi dari aktivitas
suatu bisnis dalam periode yang sama. Dan biaya Variabel adalah biaya berkaitan dengan volume (dan
dibayar per barang/jasa yang diproduksi). Dalam contoh diatas B. Adsministrasi dan pemasaran ada
yang dimasukkan ke unsur variabel dan sebagian masuk ke biaya tetap. Penggolongan itu berdasarkan
timbul dan besarnya pada masing-masing unsur.
Pertanyaan :
1. Tentukan BEP / rupiah dan unit
2. Menghitung berapa buah barang yang harus dijual agar perusahaan untung Rp 90.000,Jawaban :
A. Tentukan BEP dalam unit
Rumus :
BEP (unit) = Total Biaya Tetap / (Harga jual/unit Biaya Variabel/unit).
BEP = 792.000 / (20 14)
BEP = 792.000 / 6
BEP = 132.000 unit

Tentukan BEP dalam rupiah


Rumus :
BEP (Rp) =
Total Biaya Tetap / (1- (Total biaya variabel / total hasil penjualan)
BEP = 792.000 / (1 (1.400.000/2.000.000)
BEP = 792.000 / 0.3
BEP = Rp 2.640.000,B. Menghitung berapa buah barang yang harus dijual agar perusahaan untung Rp 90.000,-.
LABA = HARGA JUAL TOTAL BIAYA
90.000 = X (b. Variabel + biaya tetap)
90.000 = x (1.400.000 + 792.000)
90.000 = x 2.192.000
X = 2.192.000 + 90.000
X = Rp 2.282.000,Jadi harga jualnya Rp 2.282.000,-.
PENGEMBANGAN FORMULA BEP (BREAK EVEN POINT)
BEP >>>>> TR = TC
Dimana :
TR = Total Revenue
TC = Total Cost
Pengembangannya dengan membentuk persamaan linier sederhana dibawah ini :
TR = TC
TR TC = 0
Langkahnya adalah sbb :
1. Menurunkan rumus TR
TR = Harga per unit x Qty
2. Menurunkan Rumus TC
TC = VC + FC
Dimana :
VC = Variabel Cost (Biaya Variabel)
FC = Fixed Cost (biaya Tetap)
TC = VC + TC
TC = (Qty + Unit Variabel cost) + Fix Cost
3. Membuat persamaan Linier
TR TC = 0
(Harga per unit x Qty) ((Qty + Unit Variabel cost) + Fix Cost) = 0, ATAU
(Harga per unit x Qty) (Qty + Unit Variabel cost) - + Fix Cost = 0
Qty x (Harga per unit Unit Variabel cost) = Fixed Cost
Keterangan :
Q (Quantity ) adalah jumlah barang yang akan dijual, yang dalam perusahaan manufaktur tentunya
diproduksi terlebih dahulu;

a.
b.
c.
d.
1.

2.

3.

4.

R (Revenue ) adalah pendapatan, yang dalam perusahaan manufaktur biasanya didominasi oleh Sales,
yang mana Sales (penjualan) adlah jumlah terjual (Qty x Unit produk yang terjual);
Unit Price (harga per unit) adalah harga per unit dari barang yang akan dijual;
VC (Variabel Cost) adalah cost yang timbul akibat diproduksinya suatu barang, artinya segala yang cost
yang terjadi untuk memproduksi suatu barang. Seperti sebelumnya Variabel Cost akan berubah-ubah
mengikuti jumlah produk yang akan diproduksi. Semakin banyak yang diproduksi semakin besar juga
biaya variabelnya, begitu juga sebaliknya.
Jika kita lihat pada Laporan Laba Rugi , Variabel Cost akan tergolong ke dalam kelompok Cost of Good
Sales, atau Harga pokok penjualan. Yang pada perusahaan manufaktur umumnya terdiri dari :
Bahan Baku (Raw Material);
Bahan penolong ;
Biaya Tenaga Kerja Langsung (BTKL) atau Direct Labour Cost
BOP (Overhead Pabrik) yang biasanya terdiri dari penyusutan Gedung Pabrik, Penyusutan Mesin yang
menggunakan unit production output, Maintenance, Listrik, pengiriman dll
Unit Variabel Cost adlah besarnya variabel cost yang ditimbulkan untuk membuat satu unit produk
tertentu, yang besarnya diperoleh dengan cara membagi total variabel cost (Variabel Cost) dengan
jumlah product yang dibuat (Qty).
Fixed Cost adalah cost yang akan terjadi akibat penggunaan sumber daya tertentu yang
penggunaannya tanpa dipengaruhi oleh banyak sedikitnya produk yang diproduksi.
Misalnya adalah Biaya operasional seperti payroll dan biaya perlengkapan kantor, biaya sewa, dan biaya
penyusutan dan amortisasi yang menggunakan metode garis lurus.
KETERBATASAN ANALISIS BREAL EVEN POINT
BEP dapat dirasakan manfaatnya apabila titik BEP dapat dipertahankan selama periode tertentu.
Keadaan ini dipertahankan apabila biaya-biaya dan harga jual adalah konstan, karena naik turunnya
harga jual dan biaya akan mempengaruhi titik break even.
Dalam kenyataannya analisis ini agak sukar untuk diterapkan. Oleh sebab itu bagi analis perlu diketahui
bahwa analisi BEP mempunyai limitasi-limitasi tertentu, yaitu :
Fixed Cost haruslah konstan selama periode atau range of out put tertentu;
Variabel Cost dalam hubungannya dengan sales haruslah konstan;
Sales Price per unit tidak berubah dalam periode tertentu;
Sales Mix adalah konstan.
Berdasarkan limitasi-limitasi tersebut, BEP akan bergeser atau berubah apabila :
Perubahan, terjadi sebagai akibat bertambahnya kapasitas produksi, dimana perubahan ini ditandai
dengan naik turunnya garis FC dan TC-nya, meskipun perubahannya tidak mempengaruhi kemiringan
garis TC. Bila FC naik BEP akan bergeser keats atau sebaliknya;
Perubahan pada variabel cost ratio atau VC per unit, dimana perubahan ini akan menentukan
bagaimana miringnya garis total cost. Naiknya biaya VC per unit akan menggeser BEP ke atas atau
sebaliknya;
Perubahan dalam Sales Price per unit
Perubahan ini akan mempengaruhi miringnya garis total revenue (TR). Naiknya harga jual per unit pada
level penjualan yang sama walaupun semua biaya adalah tetap, akan menggeser ke bawah atau
sebaliknya;
Terjadinya perubahan dalam sales mix

Apabila suatu perusahaan memproduksi lebih dari satu macam produk maka komposisi atau
perbandingan antara satu produk dengan produk lain (sales mix) haruslah tetap. Apabila
terjadiperubahan misalnya terjadi kenaikan 20% pada produk A sedangkan produk B tetap maka BEP pun
akan berubah.
Sumber : Laboratorium Pengembangan Akuntansi Gunadarma dan Pusat Pengembangan Bahan Ajar
UMB

BREAK EVEN POINT (BEP)

a.
b.
c.
d.

Break Even Point (BEP) dapat diartikan sebagai suatu titik atau keadaan dimana
perusahaan di dalam operasinya tidak memperoleh keuntungan dan tidak menderita kerugian.
Dengan kata lain, pada keadaan itu keuntungan atau kerugian sama dengan nol. Hal tersebut
dapat terjadi bila perusahaan dalam operasinya menggunakan biaya tetap, dan volume penjualan
hanya cukup untuk menutup biaya tetap dan biaya variabel. Apabila penjualan hanya cukup
untuk menutup biaya variabel dan sebagian biaya tetap, maka perusahaan menderita kerugian.
Dan sebaliknya akan memperoleh memperoleh keuntungan, bila penjualan melebihi biaya
variabel dan biaya tetap yang harus di keluarkan. Analisa break even mempunyai hubungan yang
sangat erat dengan program budget, walaupun analisa break even dapat diterapkan dengan data
historis, tetapi akan sangat berguna bagi manajemen kalau diterapkan pada data taksiran periode
yang akan datang.
Analisis Break even secara umum dapat memberikan informasi kepada pimpinan,
bagaimana pola hubungan antara volume penjualan, cost/biaya, dan tingkat keuntungan yang
akan diperoleh pada level penjualan tertentu. Analisis break even dapat membantu pimpinan
dalm mengambil keputusan mengenai hal-hal sebagai berikut:
Jumlah penjualan minimalyang harus dipertahankanagar perusahaan tidak mengalami kerugian.
Jumlah penjualan yang harus dicapai untuk memperoleh keuntungan tertentu.
Seberapa jauhkah berkurangnya penjualan agar perusahaan tidak menderita rugi.
Untuk mengetahui bagaimana efek perubahan harga jual, biaya dan volume penjualan terhadap
keuntungan yang diperoleh.
Salah satu kelemahan dari BEP adalah bahwa hanya ada satu macam barang yang diproduksi
atau dijual. Jika lebih dari satu macam maka kombinasi atau komposisi penjualannya (sales mix)
akan tetap konstan. Jika dilihat di jaman sekarang ini bahwa perusahaan untuk meningkatkan
daya saingnya, mereka menciptakan banyak produk jadi hal ini sangat sulit. Ada satu asumsi
lagi yaitu harga jual persatuan barang tidak akan berubah berapa pun jumlah satuan barang yang

dijual atau tidak ada perubahan harga secara umum. Hal ini sulit ditemukan dalam kenyataan dan
prakteknya.
Biaya yang dikeluarkan perusahaan dapat dibedakan sebagai berikut:
1. Variabel Cost (biaya Variabel)
Variabel cost merupakan jenis biaya yang selalu berubah sesuai dengan perubahan volume
penjualan, dimana perubahannya tercermin dalam biaya variabel total. Dalam pengertian ini
biaya variabel dapat dihitung berdasarkan persentase tertentu dari penjualan, atau variabel cost
per unit dikalikan dengan penjualan dalam unit.
2. Fixed Cost (biaya tetap)
Fixed cost merupakan jenis biaya yang selalu tetap dan tidak terpengaruh oleh volume
penjualan melainkan dihubungkan dengan waktu(function of time) sehingga jenis biaya ini akan
konstan selama periode tertentu. Contoh biaya sewa, depresiasi, bunga. Berproduksi atau
tidaknya perusahaan biaya ini tetap dikeluarkan.
3. Semi Varibel Cost
Semi variabel cost merupakan jenis biaya yang sebagian variabel dan sebagian tetap, yang
kadang-kadang disebut dengan semi fixed cost. Biaya yang tergolong jenis ini misalnya: Sales
expense atau komisi bagi salesman dimana komisi bagisalesman ini tetap unutk range atau
volume tertentu, dan naik pada level yang lebih tinggi.
Menentukan Tingkat Break Even Point (BEP) / Titik Impas
Untuk dapat menentukan tingkat break even, maka biaya yang terjadi harus dapat dipisahkan
menjadi biaya tetap dan biaya variabel. Semakin besar hasil produksi, maka biaya tetap
persatuan akan semakin kecil, sebaliknya semakin rendah hasil produksi maka biaya tetap
persatuan akan semakin besar. Pemisahan biaya variabel dan biaya tetap dalam praktek biasanya
bukan merupakan masalah yang mudah. Jenis biaya semi variabel atau semi tetap dalam analisa
break even perlu dipisahkan lebih dahulu menjadi biaya variabel dan biaya tetap dengan
menggunakan metode metode tertentu. Perhitungan untuk menentukan luas operasi pada
tingkat break even dapat dilakukan dengan menggunakan suatu rumus tertentu, tetapi untuk
menggambarkan tingkat volume dengan labanya maka diperlukan grafik atau bagan break even.
Secara mathematic tingkat break even dapat ditentukan dengan berbagai rumus. Dengan
demikian tingkat break even dapat ditentukan dengan dua pendekatan, yaitu pendekatan
mathematis dan pendekatan grafis.
Mathematical Approach
BEP dapat ditentukan atau dihitung berdasarkan formula tertentu, yaitu:
BEP = Fixed Cost / (harga perunit varibel cost perunit) (rumus 1)
Fixed Cost
BEP =
= Rp.........(rumus 2)
Sales price/unit

1 variabel cost/unit
Formulasi break even point yang dikembangkan:
Break even point adalah titik dimana perusahaan belum memperoleh keuntungan tetapi juga
tidak dalam kondisi rugi, maka Break Even Point dapat kita formulasikan secara sederhana
sebagai berikut:
BEP -> TR = TC
TR = Total Revenue
TC = Total Cost
Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan terkait dengan Sales, Cost, Volume, Profit termasuk
waktunya, kita coba kembangkan formula sederhana di atas sehingga menjadi lebih flexible dan
bisa beradaptasi dengan situasi yang berbeda-beda, yaitu dengan membentuk persamaan linear
sederhana seperti dibawah ini:
TR = TC
TR TC = 0
Karena TR adalah untuk Total Revenue maka TR dapat kita turunkan menjadi :
TR = Unit Price x Qty
Sedangkan TC stand for Total Cost, yang mana kita semua tahu bahwa dalam Cost
Accounting, cost itu ada 2 macamnya, yaitu: Variable Cost dan Fixed Cost, maka turunan
dari TC adalah:
TC = Variable Cost + Fixed Cost
Dari formula di atas kita turunkan lagi menjadi:
TC = [Qty x Unit Variable Cost] + Fixed Cost
Semua elemen yang ada sudah habis diturunkan, selanjutnya membuat persamaan linear secara
penuh untuk kondisi Break Even Point:
TR - TC = 0
[Qty x Unit Price] - [(Qty x Unit VC) + Fixed Cost] = 0, atau
[Qty x Unit Price] - [Qty x Unit VC] - Fixed Cost = 0
Qty x [Unit Price - Unit Variable Cost] = Fixed Cost
Determinasi Elemen-Elemen Break Even Point
Setelah mempunyai formula, yang elemen-elemenya terdiri: Revenue (R), Quantity (Qty), Unit
Price, Variable Cost, Unit Variable Cost, dan Fixed Cost. selanjutnya adalah mendeterminasi
(menentukan) masing-masing elemen tersebut.
Revenue (R): adalah pendapatan, yang dalam perusahaan manufactur biasanya didominasi oleh
Sales, yang mana Sales adalah jumlah terjual (Qty=Quantity) dikalikan dengan unit price
product yang akan terjual.
Quantity (Qty): adalah jumlah barang yang akan dijual, yang dalam perusahaan manufaktur
tentunya diproduksi terlebih dahulu.
Unit Price: adalah harga per unit dari barang yang akan dijual.

Variable Cost: adalah cost yang timbul akibat diproduksinya suatu product (barang), artinya
segala yang cost yang terjadi untuk memproduksi suatu barang. Seperti sebutannya Variable
Cost, akan berubah-ubah mengikuti jumlah product yang akan diproduksi. Semakin banyak
jumlah yang diproduksi semakin bedar juga variable costnya, begitu juga sebaliknya. Jika kita
lihat pada Laporan Laba rugi nantinya, variable cost akan tergolong ke dalam kelompok Cost
of Good Sales, yang pada perusahaan manufacur umumnya terdiri dari: Bahan Baku (Raw
Material), Bahan Penolong, Cost Tenaga Kerja Langsung (Direct labor Cost) dan Ovear Head
Cost yang biasanya terdiri dari penyusutan Gedung Pabrik, Penyusutan Mesin (Machineries)
yang menggunakan unit production output, Maintenance, Listrik (electricity), Pengiriman
(Delivery & Services), dll.
Unit Variable Cost: adalah besarnya variable cost yang ditimbulkan untuk membuat satu unit
produk tertentu, yang besarnya diperoleh dengan cara membagi total variable cost (Variable
Cost) dengan jumlah product yang dibuat (qty).
Fixed Cost: adalah cost yang akan terjadi akibat penggunaan sumber daya tertentu yang
penggunaannya tanpa dipengaruhi oleh banyak sedikitnya produk yang diproduksi. Dengan
kata lain: berapapun jumlah product yang dibuat, fixed cost yang akan dibuat, costnya relative
sama, bahkan tidak berproduksi sekalipun cost ini akan tetap terjadi. Seperti sebutannya, fixed
cost sifatnya relative stabil, tidak dipengaruhi oleh production output. Adapun jenis-jenis cost
yang terjadi biasanya yang ada pada kelompok Biaya Operasional (Operating Expenses: Payroll,
Office Supplies), Lease Hold (Hak Sewa), termasuk penyusutan-penyusutan dan amortisasi yang
menggunakan metode garis lurus.
Graphical Approach
Dalam penentuan titik break even dapat pula dilakukan dengan grafik atau bagan, dengan grafik
break even manajemen akan dapat mengetahui hubungan antara biaya, penjualan (volume
penjualan) dan laba. Disamping itu dengan grafik break even manajemen dapat mengetahui
besarnya biaya yang tergolong biaya tetap dan biaya variabel dan dengan grafik break even pula
manajemen akan dapat mengetahui tingkat tingkat penjualan yang masih menimbulkan
kerugian dan tingkat tingkat penjualan yang sudah menimbulkan laba atau besarnya rugi atau
laba pada suatu tingkat penjualan tertentu. Secara grafis titik break even ditentukan oleh
persilangan antara garis total revenue dan garis total cost.

1.

2.

3.

4.

Keterbatasan Analisis Break Even Point


Analisis break even dapat dirasakan manfaatnya apabila titik break even dapat dipertahankan
selama periode tertentu. Keadaan ini at dipertahankan apabila biaya-biaya dan harga jual dalah
konstan, karena naik turunnya harga jual dan biaya akan mempengaruhi titik break even.
Dalam kenyataan analisis ini agak sukar untuk diterapkan. Oleh sebab ini bagi analis perlu
diketahui bahwa analisis break even
mempunyai limitasi-limitasi tertentu, yaitu:
Fixed cost haruslah konstan selama periode atau range of out put tertentu
Variabel cost dalam hubungannya dengan sales haruslah konstan.
Sales price perunit tidak berubah dalam periode tertentu.
Sales mix adalah konstan
Berdasarkan limitasi-limitasi tersebut, BREAK EVEN POINT (BEP) akan bergeser atau berubah
apabila:
Perubahan FC, terjadi sebagai akibat bertambahnya kapasitas produksi, dimana perubahan ini
ditandai dengan naik turunnya garis FC dan TC-nya, meskipun perubahannya tidak
mempengaruhi kemiringan garis TC. Bila FC naik BEP akan bergeser keatas atau sebaliknya.
Perubahan pada variabel cost ratio atau VC per unit, dimana perubahan ini akan menentukan
bagaimana miringnya garis total cost. Naiknya biayaVC per unit akan menggeser BEP keatas
atau sebaliknya.
Perubahan dalam sales price per unit
Perubahan ini akan mempengaruhi miringnya garis total revenue (TR). Naiknya harga jual per
unit pada level penjualan yang sama walaupun semua biaya adalah tetap, akan menggeser
kebawah atau sebaliknya.
Terjadinya perubahan dalam sales mix

Apabila suatu perusahaan memproduksi lebih dari satu macam produk maka komposisi atau
perbandingan antara satu produk dengan produk lain (sales mix) haruslah tetap. Apabila terjadi
perubahan misalnya terjadi kenaikan 20% pada produk A sedangkan produk B tetap maka BEP
pun akan berubah.
Margin Of Safety
Margin of safety dalam hubungannya dengan analisis break even yaitu untuk menentukan
seberapa jauhkah berkurangnya penjualan agar perusahaan tidak menderita kerugian. Apabila
hasil penjualan pada tingkat break even dihubungkan dengan penjualan yang dibudgetkan atau
pada tingkat penjualan tertentu, maka akan diperoleh informasi tentang seberapa jauh volume
penjualan boleh turun sehingga perusahaan tidak menderita rugi. Hubungan atau selisih antara
penjualan yang dibudget atau tingkat penjualan tertentu dengan penjualan pada tingkat break
even merupakan tingkat keamanan (margin of safety) bagi perusahaan dalam melakukan
penurunan penjualan.
Informasi tentang margin of safety ini dapat dinyatakan dalam ratio antara penjualan menurut
budget dengan volume penjualan pada tingkat break even, atau dalam ratio dari selisih antara
penjualan yang dibudgetkan dan penjualan pada tingkat break even dengan penjualan yang
dibudgetkan itu sendiri, atau dengan rumus :
M/S = (Budget sales BEP)/ Budget sales
Budget Sales adalah jumlah penjualan yang telah ditargetkan.
Contoh Soal
1.

Misal suatu perusahaan yang memproduksi televisi, mempunyai data biaya dan pendapatan sebagai
berikut:
Biaya tetap perusahaan, pertahun Rp. 1.000.000.000,Biaya Produksi, untuk tiap unit televisi Rp. 500.000,Harga Jual, untuk tiap unit televisi Rp. 1.000.000,Misal x unit utk mencapai breakeven
1.000.000 (x) = 1.000.000.000 + 500.000 (x)
500.000 (x) = 1.000.000.000,x = 2000
Berarti perusahaan akan mencapai BEP setelah menjual sebanyak 2000 unit televisi

2.

Suatu perusahaan jasa perhotelan mempunyai data biaya dan pendapatan sebagai berikut:
Biaya tetap, per tahun Rp. 2.000.000.000,Biaya pelayanan,perkamar, perhari Rp. 50.000,Harga jual, perkamar, perhari Rp. 200.000,200.000 (x) = (2.000.000.000/365) + 50.000 (x)
150.000 (x) = 2.000.000.000/365
X = + 37 kamar

Akibat Perubahan Berbagai Faktor


Salah satu aspek yang penting dalam analisa break even bahwa adanya perubahan dalam satu
faktor atau lebih yang mempengaruhi analisa, dapat diadakan penilaian atau evaluasi. Aspek ini
sangat penting bagi manajemen dalam proses penyusunan atau perencanaan budget, karena hal
ini akan memungkinkan diadakan testing untuk menentukan akibat adanya perubahan
berbagai factor atau mempertimbangkan berbagai alternatif.

Faktor faktor yang dapat berubah dalam hubungannya dengan analisa break even antara
lain biaya tetap, biaya variabel, harga jual maupun komposisi penjualan (sales mix). Perubahan
salah satu faktor penentu break even atau faktor yang mengakibatkan perubahan tingkat break
even, mungkin tidak mempengaruhi atau tidak mengakibatkan perubahan pada faktor faktor
yang lain, misalnya perubahan hanya terjadi pada jumlah biaya tetap sedangkan biaya variabel,
harga jual, maupun volume penjualan tetap, tetapi kemungkinan bisa terjadi perubahan dalam
salah satu faktor akan mengakibatkan perubahan pada faktor yang lain, misalnya perubahan
harga jual bisa berakibat perubahan volume penjualan dan sebagainya. Perubahan perubahan
tersebut dapat secara langsung dimasukkan dalam rumus perhitungan break even sehingga
diperoleh tingkat break even yang baru, maupun digambarkan dalam grafik break even.
a. Perubahan Biaya Tetap
Perubahan jumlah biaya tetap akan mengakibatkan perubahan jumlah biaya secara keseluruhan
pada berbagai tingkat penjualan akan berubah, dengan perubahan jumlah biaya maka besarnya
penjualan pada tingkat break even akan berubah pula.
b. Kenaikan Biaya Variabel
Dengan adanya kenaikan biaya variabel maka jumlah biaya juga akan berubah begitu pula
besarnya penjualan pada tingkat break even juga akan berubah. Manajemen perusahaan dalam
usahanya untuk meningkatkan penghasilan (penjualan) yang akhirnya diharapkan untuk
menaikkan keuntungan dapat dilakukan dengan menaikkan harga jual. Tetapi harus
diperhatikan dan perlu diadakan penelitian pasar akibat adanya kenaikan harga jual tersebut,
sebab dengan adanya kenaikan harga jual dapat mengakibatkan penurunan volume penjualan
yang akhirnya juga mengakibatkan perubahan besarnya break even.
c. Perubahan Komposisi Penjualan
Analisa break even atau analisa biaya, volume dan laba yang diuraikan di muka selalu
diterapkan untuk satu macam barang atau dengan anggapan bahwa perusahaan hanya
memproduksi dan menjual satu macam barang atau secara total. Apabila perusahaan
memproduksi atau menjual lebih dari satu macam barang, maka analisa break even dapat pula
diterapkan untuk seluruh barang yang diproduksi atau dijual oleh perusahaan tersebut. Untuk
maksud tersebut maka komposisi (perbandingan) antara barang barang tersebut harus tetap
sama baik dalam komposisi produksinya maupun penjualannya (product-mix dan sales-mix).
Break even dalam keseluruhan atau total tidak berarti bahwa masing masing produk harus
dalam keadaan break even. Kemungkinan terjadi suatu macam produk menderita rugi sedang
produk yang lain memperoleh keuntungan, atau kemungkinan masing masing produk tidak
memperoleh laba ataupun menderita rugi. Apabila komposisinya berubah maka break evennya
secara total akan berubah pula.

Break even point adalah titik dimana Entity/company/business dalam keadaan belum memperoleh
keuntungan, tetapi juga sudah tidak merugi. Break Even point atau BEP dapat diartikan suatu
analisis untuk menentukan dan mencari jumlah barang atau jasa yang harus dijual kepada
konsumen pada harga tertentu untuk menutupi biaya-biaya yang timbul serta mendapatkan
keuntungan / profit.
BEP dapat diartikan suatu keadaan di mana dalam operasi perusahaan, perusahaan tidak
memperoleh laba dan tidak menderita rugi (penghasilan yang dinilai menggunakan total
biaya). Tetapi analisa BEP tidak hanya semata-mata untuk mengetahui keadaan perusahaan
apakah mencapai titik BEP, akan tetapi analisa BEP mampu memberikan informasi kepada
pinjaman perusahaan mengenai berbagai tingkat volume penjualan, serta hubungannya dengan
kemungkinan memperoleh laba menurut tingkat penjualan yang bersangkutan.

Fungsi Analisis BEP


Rumus BEP/analisis break even point (Analisis balik modal) digunakan untuk menentukan hal-hal
seperti:

Jumlah penjualan minimum yang harus dipertahankan agar perusahaan tidak mengalami
kerugian. Jumlah penjualan minimum ini berarti juga jumlah produksi minimum yang harus
dibuat.
Jumlah penjualan yang harus dicapai untuk memperoleh laba yang telah direncanakan atau
dapat diartikan bahwa tingkat produksi harus ditetapkan untuk memperoleh laba tersebut.
Mengukur dan menjaga agar penjualan dan tingkat produksi tidak lebih kecil dari BEP.
Menganalisis perubahan harga jual, harga pokok dan besarnya hasil penjualan atau tingkat
produksi. Sehingga analisis terhadap BEP merupakan suatu alat perencanaan penjualan dan
sekaligus perencanaan tingkat produksi, agar perusahaan secara minimal tidak mengalami
kerugian. Selanjutnya karena harus memperoleh keuntungan berarti perusahaan harus
berproduksi di atas BEP-nya (Prawirasentono : 1997).

Rumus BEP (Break Even Point)


Berikut beberapa model rumus BEP yang dapat digunakan dalam analisis Break Even Point :

1) Pendekatan Matematis

Rumus BEP yang pertama adalah menghitung break even point yang harus diketahui adalah
jumlah total biaya tetap, biaya variabel per unit atau total variabel, hasil penjualan total atau
harga jual per unit. Rumus yang dapat digunakan adalah sebagai berikut:
1. Break even point dalam unit.

Keterangan :
BEP : Break Even Point
FC : Fixed Cost
VC : Variabel Cost
P : Price per unit
S : Sales Volume
2. Break even point dalam rupiah.

Berikut Contoh Kasus :


Diketahui PT. Gear Second memiliki usaha di bidang alat perkakas martil dengan data sebagai
berikut :
1.
2.
3.

Kapasitas produksi yang mampu dipakai 100.000 unit mesin martil.


Harga jual persatuan diperkirakan Rp. 5000,- unit
Total biaya tetap sebesar Rp. 150.000.000,- dan total biaya variabel sebesar
Rp.250.000.000,-

Perincian masing-masing biaya adalah sebagai berikut :


1.

Fixed Cost

Overhead Pabrik :

Rp. 60.000.000,-

Biaya disribusi :

Rp. 65.000.000,-

Biaya administrasi : Rp. 25.000.000,Total FC :


2.

Rp.150.000.000,-

Variable Cost

Biaya bahan

Rp. 70.000.000,-

Biaya tenaga kerja : Rp. 85.000.000,Overhead pabrik :

Rp. 20.000.000,-

Biaya distribusi : Rp. 45.000.000,Biaya administrasi : Rp. 30.000.000,Total VC :

Rp.250.000.000,-

Penyelesaian untuk mendapatkan BEP dalam unit maupun rupiah.


Penyelesaian :
Kapasitas produksi
Harga jual per unit

100.000 unit
Rp. 5000,-

Total Penjualan 100.000 unit x Rp 5000,- = Rp. 500.000.000,-

Untuk mencari BEP dalam unit adalah sebagai berikut :

Keterangan : Jadi perusahaan harus menjual 60.000 Unit perkakas martil agar BEP.
Kemudian, mencari BEP dalam rupiah adalah sebagai berikut :

Keterangan : Jadi perusahaan harus mendapatkan omset sebesar Rp. 300.000.000,- agar
terjadi BEP.
Untuk membuktikan kedua hasil tersebut dengan :
BEP = Unit BEP x harga jual unit
BEP = 60.000 unit x Rp.5000 = Rp.300.000.000,-

2) Pendekatan Grafik
Kemudian rumus BEP yang kedua yaitu pendekatan grafik menggambarkan hubungan antara
volume penjualan dengan biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan serta laba. Selain itu
juga untuk mengetahui biaya tetap dan biaya variabel dan tingkat kerugian perusahaan.
Asumsi yang digunakan dalam analisis peulang pokok ini adalah bahwa harga jual, biaya
variabel per unit adalah konstan.
Dari grafik di bawah terlihat bahwa untuk tiap-tiap masing unit penjualan terdapat informasi yang
lengkap setiap rupiah penjualan, biaya tetap, biaya variabel, total biaya maupun laba atau rugi. Jadi
manajemen dapat melihat jika akan memproduksi sekian unit, akan terlihat seluruh komponen di
atas. BEP melalui grafik tampak jelas ditunjukkan baik dari segi unit maupun rupiah yang diperoleh.

Pendekatan grafik dilakukan dengan menggambarkan unsur-unsur biaya dan penghasilan kedalam
sebuah gambar grafik. Dalam gambar tersebut akan terlihat garis-garis biaya tetap, biaya total yang
menggambarkan jumlah biaya tetap dan biaya variabel, dan garis penghasilan penjualan. Besarnya
volume produksi/penjualan dalam unit digambarkan pada sumbu horizontal (sumbu X) dan besarnya
biaya dan penghasilan penjualan digambarkan pada sumbu vertikal (sumbu Y).
Untuk menggambarkan garis biaya tetap dalam grafik break even point dapat dilakukan dengan dua
cara, yaitu dengan menggambarkan garis biaya tetap secara horizontal sejajar dengan sumbu X,
atau dengan menggambarkan garis biaya tetap sejajar dengan garis biaya variabel. Pada cara yang
kedua, besarnya contribution margin akan tampak pada gambar break even point tersebut.
Penentuan break even point pada grafik, yaitu pada titik dimana terjadi persilangan antara garis
penghasilan penjualan dengan garis biaya total. dan Apabila titik tersebut kita tarik garis lurus
vertikal ke bawah sampai sumbu X akan tampak besarnya break even point dalam unit. dan Kalau
titik itu ditarik garus lurus horizontal ke samping sampai sumbu Y, akan tampak besarnya break even
point dalam rupiah.
Baca Juga: Cara Berbisnis yang Baik Bagi Seorang Pemimpin
Kesimpulan
Demikian rumus BEP yang dapat saya paparkan, masih banyak yang kurang karena jikalau di
masukkan semua akan memakan banyak tulisan. Sekian dan semoga bermanfaat.

Daftar Pustaka
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.

Carter, William 2009. Akuntansi Biaya. Edisi 14. Dialihbahasakan oleh Krista. Jakarta:
Salemba Empat
2000. Manajemen Keuangan: Teori, Konsep dan Aplikasi. Penerbit EKONISIA, Yogyakarta.
Kuswadi 2005, Akuntansi Keuangan, Salemba Empat, Jakarta.
Mulyadi 2001, Akuntansi Manajemen, EdisiKetiga, Salemba Empat, Jakarta.
1986. Analisa Laporan Keuangan, Yogyakarta.
1990. Akuntansi Biaya dan Analisis Laporan Keuangan, Andi Offset.
Hansen 2006, Akuntansi Manajemen, Buku Kesatu, Salemba Empat, Jakarta.
Kuswadi 2005, Akuntansi Keuangan, Salemba Empat, Jakarta.
Matzh, Adolph 1997, Akuntansi Biaya, Jilid Kedua, PT Erlangga, Jakarta.
Milton, F 1996, Akuntansi Biaya, Jilid Kesatu, PT Erlangga, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai