Anda di halaman 1dari 1

Dia menggenggam tangan wanita itu dengan penuh khidmat.

Seakan tangannya ini akan pergi


dimakan waktu yang berlalu. Air mata wanita itu terus bergulir, bergerak beriak melewati
sela-sela jemari kedua insan yang dimabukkan duka. Terimakasih. Aku merasa kehadiranmu
telah memberikan sebuah harapan atas impian yang telah mati, wanita tersebut terus tersedu
sedan. Pria itu memberikan senyuman penuh arti. Dia perlahan melepaskan tangan wanita itu
dan mendekatkan kepalanya ke wanita. Terimakasih atas partisipasi menggunakan jasa Pria
Jam 10 Malam. Semoga Anda menyenangi. Pria itu beranjak dan menyusup di balik
keriuhan malam.
Tak ada yang ingat sejak kapan isu ini berhembus di seantero kota. Seorang pria - yang
mampu menciptakan secarik keindahan di satu malam - menjadi buah bibir beberapa wanita
di ibukota. Beberapa orang mengatakan itu merupakan sebuah isu yang dibuat seorang gigolo
tidak laku, walau telah menggratiskan jasanya. Dan beberapa bunyi sumbang berani
bersumpah ini merupakan sebuah cara menggemparkan kota yang sibuk ini.
Ruri menatap malas kotak berwarna yang terus menyembulkan angka-angka. Jejeran angka
terus berseliweran dan rasa-rasa ingin melompat keluar mencekiknya. Ingin ia sekali meludah
ke layar itu, namun norma sosial masih menahannya untuk tidak melakukan tindakan anarki.
Ia keluar sebentar mencari angin. Matahari masih belum terlalu terang, juga tidak dingin juga
seperti pagi. Ia menikmati udara pagi, walau sudah terlalu teracuni oleh polusi. Dirogohnya
kantung bajunya untuk mengambil sebatang rokok. Hembusan rokok ini melengkapi paginya
yang telah mati.
Ia tetap tidak bisa mengira Anto pergi. Pergi dan mengatakan, Ruri, maaf kita sudah ga bisa
bersama lagi. Aku akan menikah." Ia terdiam, waktu menciptakan kebekuan setelah
lungsuran kata itu terucap dari mulut Anto. Ruri tersadar ketika tangan Anto menyentuh
bahunya. Amarah memuncak, seandainya ada sebuah pistol bisa kuledakkan kepalanya pikir
Ruri. Seenaknya saja sudah menciptakan ruang di perasaan, malah pergi tanpa mengunci dan
mengotori ruang suci. Malam itu ia telah bersabda akan membalaskan perbuatan Anto di
kemudian hari kelak.
***
Ruri telah mengikrarkan akan menghadiahkan sebuah kado pernikahan untuk Anto. Sebuah
kado untuk mengenang hari pernikahan, dan detik terakhir ia mendapatkan sebuah hadiah.
Sejak pagi di kantor semua rencana telah ia pikirkan secara matang-matang. Beberapa
pekerjaan kantor ia serahkan ke anak magang. Ia telah merencanakan ini sematang mungkin
agar hidupnya bisa berlanjut seperti semula. To, jam 8 ke rumah ya. Aku sudah membuat
makan malam terenak sebagai hadiah pernikahan kamu. Selang beberapa menit kemudian
dering tanda pesan masuk berbunyi di perangkat telepon, Oke Ri. Aku bergegas
meninggalkan kantor dan pergi menembus kendaraan yang mulai merayap di jalanan ibu
kota.
***

Anda mungkin juga menyukai