Anda di halaman 1dari 7
REPRODUKSI SEHAT DALAM GERAKAN KB NASIONAL PENDABULUAN Selama kurun waktu pasca KPD 1994 di Cairo, dunia dengan aklamasi telah meratifikasi dan mengadopsi konsep “Reproductive Health” dalam program kkependudukan nasional masing-masing negara. Indonesia adalah salah satu negara yang menyumbangkan substansi terbesar kepada KPD 1994 tersebut, tak terkecuali dalam menerapkan konsep-konsep “Reproductive Health” yang sudah ada dalam GKBN. Salah satu aset dan acuan Indonesia adalah UU No.10, 1992 yang telah berlaku dua tahun menjelang KPD 1994, dan yang pada hakekatnya memuat seluruh rangkaian “Reproductive Health” tersebut. Memasuki millenium ketiga, konsep “Reproductive Health” ini menjadi tuntutan para lembaga donor. Bahkan pada bulan Juli 1999 telah dilangsungkan Sidang Umum Istimewa di PBB untuk membahas pelaksanaan konsep tersebut 5 tahun setelah diluncurkan di Cairo. Dalam konteks ini Indonesiapun dihadapkan pada issue sampai dimana Plan of Action ICPD 1994 telah dilaksanakan dan apa, bila ada, masalah apa yang dihadapi. ‘Atas dasar itu, dan sejalan dengan perkembangan GKBN, serta tuntutan yang terus berkembang baik karena keberhasilan GKBN sendiri, adanya Undang-undang No 10 tahun 1992, serta adanya perubahan karena timbulnya krisis ekonomi, perubahan konstelasi politik, makin bergema hak asasi manusia, serta makin bersatunya pendapat tentang efisiensi penyelenggaraan negara, serta tantangan-tantangan kependudukan yang masih harus terus dihadapai, maka dikembangkanlah Visi dan Misi baru dari Program kependudukan/KB di Indonesia. Sejalan dengan itu pada saat bersamaan diundangkan pula Undang-undang No.2 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, ygngstentunya akan merubah pola pemerintahan di daerah, serta akan berpengaruh pula pada penggarapen GKBN dimasa datang Undang-undang No. 10 dan “Reproductive Health” Aspek yang disepakati dalam KPD 1994 antara lain adalah pertama keterkaitan antara Masalah Kependudukan, Pertumbuhan Ekonomi dan Pembangunan yang berkelanjutan, Kedua kesetaraan dan keadilan gender dan pemberdayaan wanita. Ketiga masalah Peranan, Hak, dan StrukturKeluarga. Keempat Struktur dan Pertumbuhan Penduduk. Kelima Hak Reproduksi dan Kesehatan Reproduksi, Kelima masalah Kesehatan, Morbiditas dan Mortalitas. Keenam massalah Distribusi Penduduk, Urbanisasi, dan Migrasi Internal, Ketujuh masalah Migrasi Internasional. Kedelapan masalah Penduduk, Pembangunan, dan Pendidikan. Selain itu dibahas juga tentang hal- hal lain seperti Prinsip-prinsip dalam bidang Kependudukan dan Pembangunan, Teknologi, Penelitian dengan Pembangunan, Kebijaksanaan Nasional dan POA-nya, Kerjasama Internasional , kemitrakerjaan dengan LSOM, dan langkah-langkah folow up dari konperensi itu sendiri, Didalam kaitannya dengan hak-hak reproduksi dan kesehatan eproduksi, salah satu yang perlu diperhatikan adalah definisi kesehatan reproduksi itu sendiri. Kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan kesehatan sempurna baik secara ‘Fisik, mental ataupun sosial, dan bukan semata-mata terbebas dari penyakit dan ‘kecacatan, yang berkaitan dengan sistem reproduksi, fungsi, dan prosesnya. Definisi ini mengandung arti bahwa setiap orang harus mempunyai kemampuan untuk ber- reproduksi dan mempunyai kebebasan untuk memutuskan apabila, kapan dan sebanyak untuk melakukannya, Didalam pemyataan itu terkandung pula hak dari laki-laki dan perempuan untuk mendapatkan informasi dan memperoleh akses tethadap kontrasepsi yang aman, efeltif, dapat terbeli, dan dapat diterima, atas dasar pilihannya sendiri Demikian pula terhadap metoda pengaturan fertilitas lainnya yang tidak melanggar hukum, atas dasar pilihannya sendiri. Selain itu tersirat pula hak terhadap aksesibiltas pada pelayanan kesehatan sehingga memungkinkan wanita melangsungkan kehamilannya dan persalinannya secara aman. Pelayanan kesehatan reproduksi termasuk juga aspek kesehatan sexual, pelayanan yang berksitan dengan peningkatan mutu kehidupan dan hubungan antar personal. Hak dan kewajiban seperti tersebut diatas, selaras dengan jaminan yang tercantum dalam UU No. 10 Tahun 1992, Pasal 18 dan 19. Dalam Pasal 18 tercantum pernyataan seperti berikut. Setiap suami-istri dapat menentukan pilihannya dalam merencanakan dan mengatur jumlah anak dan jarak antara kelahiran anak yang berlandaskan pada kesadaran dan rasa tanggung jawab terhadap ‘generasi sekarang dan generasi mendatang. Di samping itu, pada Pasal 19 dinyatakan bahwa suami dan istri mempunyai hak dan kewajiban yang sama serta kedudukan yang sederajat dalam menentukan cara pengaturan kelahiran. Dengan demikian dapat diartikan bahwa pengertian tentang kesehatan reproduksi ini, tercakup dalam Undang Undang Nomor 10, Tahun 1992, tentang Perkembangan Penduduk dan Pembangunan Keluarga Sejahtera. Di dalam undang-undang itu terdapat Peraturan tentang jaminan atas hak dari pasangan suami istri dalam masalah reproduksi Reproduksi Sehat dan Kesehatan Reproduksi Konsep reproduksi sehat dikembangkan oleh BKKBN jauh sebelum ICPD berlangsung. Konsep ini tidak terlepas dari tujuan demografis untuk menurunkan tingkat fentlitas, serta berkeinginan untuk memberikan tingkat kesehatan yang baik untuk ibu dan anaknya, Oleh karena itu yang dianjurkan oleh konsep ini adalah menunda perkawinan atau kehamilan pertama sampai umur 20 tahun, mengatur kelahiran pada usia 20-30 tahun dengan cara menggunakan kontrasepsi dan mengatur jarak kelahiran anak, serta cukup mempunyai anak 2 orang saja, dan yang terakhir adalah tidak hamil lagi setelah berumur 30 tahun. Pendekatan keschatan reproduksi lebih menitik beratkan kepada bagaimana fungsi Teproduksi manusia berlangsung dengan sebaik-baiknya dengan cara memberikan informasi yang seluas-luasnya kepada masyarakat, remaja, maupun klien pelayanan KB, ‘memberikan pelayanan reproduksi yang bermutu dan dapat dijangkau oleh masyarakat, baik aksesibilitasnya, maupun biayanya. Dengan titik berat keputusan berade di tangan mereka sendiri Dari penelitian-penelitian telah dibuktikan bahwa penggunaan kontrasepsi bukan satu-satunya cara untuk menurunkan fertilitas. Lama menikah, usia kawin pertama, usia waktu melahirkan dan interval antara dua kelahiran, merupakan proximate determinan yang jauh lebih besar pengaruhnya untuk menurunkan fertilitas. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa GKBN tidak hanya identik dengan pelayanan kontrasepsi saja, tetapi menyangkut pula status reproduksi dari pasangan usia subur, Aspek yang tercakup didalamnya adalah penerangan dan motivasi tentang pendewasaan usia perkawinan, jarak kelahiran ideal, keputusan untuk tidak hamil lagi setelah 30 tahun,, dan tentunya tidak lupa tentang penjelasan penggunaan berbagai jenis kontrasepsi. Apabila dalam konteks Sick behavior ada aspek promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif, maka reproduksi sehat lebih mengarah kepada apa yang disebut dengan health behavior yang mengandung aspek promotif, dan advocacy. Oleh karena itu reproduksi sehat dalam GKBN akan sangat berkaitan dengan health behavior tersebut, untuk mencipkan demand masyarakat terhadap pelayanan reproduksi. Dengan demikian salah satu aspek penting dalam mengembangkan kebijaksanaan Gerakan KB Nasional dimasa datang adalah adanya reorientasi kebijaksanaan yang diarahkan kepada bagaimana melihat masalah-masalah pelayanan keluarga berencana sebagai suatu pelayanan kesebatan reproduksi yang menyelurub. Diperlukan upaya menciptakan demand masyarakat terhadap pelayanan Kesehatan reproduksi, tugas itu adalah tugas utama Gerakan KB Nasional. Apabila demand sudah terbentuk, maka supply pelayanan akan menjadi tugas departemen fungsional Oleh karena itu konsep reproduksi sehat perlu dipertahankan, Karena konsep ini mengajak kepada masyarakat untuk berperilaku reproduksi secara sehat, namun aspek yang dianjurkan kepada masyarakat tidak lagi hanya menyangkut fertilitas saja, tetapi juga menyangkut berbagai aspek Kesehatan reproduksi Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Kesehatan reproduksi adalah konsepaya, sedang reproduksi schat adalah konsep berperilaku dalam berreproduksi pada tingkat yang paling optimal. ‘Atas dasar pengertian diatas, maka konsep perilaku reproduksi sehat dapat tetap ipergunakan, namun dalam konteks pengertian yang baru, dimana aspek kesehatan reproduksi termasuk kedalamnya. Reproduksi Sehat dan Visi/Misi Pembangunan Kependudukan/GKBN Pembangunan sumber daya manusia yang berkualitas dalam Era Globalisasi ditujukan agar sumber daya manusia yang ada mampu untuk bersaing di arena internasional. Atas dasar tujuan tersebut_ maka Visi dan Misi pembangunan kependudukan dan KB adalah sebagai berikut vi Pembangunan berwawasan kependudukan dalam rangka mencapai Penduduk tumbub ybang pada tabun 2020 melalui pembudayaan NKKKBS. Misi. Mewujudkan keserasian, keselarasan, dan keseimbangan antara kuantitas, kuslitas, dan persebaran penduduk seb: potensi sumberdaya manusia dengan lingkungan hidupaya agar menjadi kekuatan pembangunan bangsa dan ketahanan nasional serta dapat memberikan manfast sebesar-besarnya bagi penduduk dan mengangkat harkat dan martal kependudukannya. Menumbuhkan dan meningkatkan kepedulian dan peran serta masyarakat dalam rangka pemberdayaan keluarga melalui pendewasaan usia perkawinan, pengaturan kelahiran, perabinaan ketahanan keluarga dan peningkatan kesejabteraan keluarga. Dari visi pembangunan kependudukan dan GKBN diatas, dan dari misi khususnya isi yang kedua, terlihat jelas bahwa misi tersebut sangat erat berkaitan dengan konsep keschatan reproduksi, dimana upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat tidak hanya menyangkut upaya yang berkaitan dengan penurunan fertlitas, tetapi juga menyangkut peningkatan kualitas keluarga melalui pembinaan ketahanan keluarga dan peningkatan kualitas keluarga. Upaya peningkatan kualitas penduduk dan keluarga, dalam pelaksanaannya menggunakan pendekatan tahapan siklus kehidupan (life cycle approach) , yaitu siklus yang dimulai dari sejak anak dalam kandungan sampai diz berusia lanjut Pendewassan usia perkawinan bertujuan agar pasangan lebih matang dan siap dalam menempuh kehidupan perkawinan schingga mempunyai sikap positif terhadap konsep keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera. Mereka terhindar dari perkawinan terlalu muda yang mempunyai resiko kematian yang tinggi . Mereka juga diharapkan tidak terjebak kepada kehamilan diluar nikah, atau kehamilan yang belum direncanakan, sehingga pada langkah berikutnya mencegah terjadinya abortus yang tidak aman Pengaturan kelahiran bertujuan agar keluarga dapat mengatur kapan mereka akan melahirkan, mengatur jumlah anak yang diinginkan, serta mengatur jarak antar kelahirannya sehingga aman dari resiko kematian yang berhubungan dengan kehamilan dan persalinan, Peningkatan kualitas keluarga melalui pembinaan ketahanan keluarga dan peningkatan kualitas keluarga tentunya harus juga berkaitan dengan ketahanan keluarga terhadap berbagai gangguan reproduksi lainnya, serta mampu mencari dan menggunakan pelayanan reproduksi yang tersedia. ‘Tugas Pokok yang Berkaitan dengan Reproduksi Sebat dalam GKBN ‘Atas dasar pengertian pengertian diatas, maka fungsi dan tugas pokok yang terkait dengan reproduksi sehat adalah sebagai berikut 1. Menurunkan angka kematian ibu dan bayi secara tidak langsung, melalui upaya pengurangan golongan berisiko tinggi menjadi hamil, dan upaya untuk memfasilitasi informasi agar tidak terjadi 4 T (terlambat) kurang satu atau tanpa unsur pelayanan Tiga terlambat itu adalah terlambat mengetahui bahaya, terlambat memutuskan untuk merujuk, dan terlambat mengirim penderita. 2. Menurunkan fertlitas melalui upaya pendewasaan usia perkawinan, peningkatan kesertaan KB, pembinaan pengaturan jarak kelahiran,, serta pembinaan pengaturan ‘umur melahirkan 3. Melakukan upaya KIE dan konseling Reproduksi Sehat yang isi pesannya menyinggung pelayanan KB, kemudian pendidikan dan pelayanan prenatal, persalinan yang aman dan pelayanan pasca persalinan, pencegahan dan pengobatan infertilitas, abortus; pengobatan ISR/PMR/EIV/AIDS, adolescent, dan laki-laki 4, Menyiapkan berbagai sarana dan prasarana pengembangan program KIE. Penyediaan alat kontrasepsi. Kontrasepsi perlu diperlakukan sebagai merit goods, dan bukan public goods atau private goods. Dengan demikian kebijaksanaan tentang penyediaan kontrasepsi gratis, bagi keluarga tidak mampu (sesuai dengan kemampuan pemerintah), kontrasepsi yang disubsidi, serta kontrasepsi komersial biasa harus terus dipertahankan Demikian pula dengan kebijaksanaan sistim kafetaria 6. Menyediakan atau membantu menyediakan sarana pelayanan Reproduksi Sehat Menyiapkan bantuan penanggulangan kegagalan, baik bantuan untuk persalinan aterm atau kejadian aborsi, side efek, dan juga komplikasi penggunaan kontrasepsi 8, Melakukan pembinaan program reproduksi sehat langsung, PLKB/PPLKB 9. Melakukan upaya peningkatan pembinaan program Reproduksi Schat oleh masyarakat melalui peningkatkan kepedulian dan peran serta masyarakat 10. Melakukan penelitian dan pengembangan program Reproduksi Sehat 11. Melakukan advocacy tentang Reproduksi Sehat Csaaetve

Anda mungkin juga menyukai