tampak pada saat bangun di pagi hari dan berkurang di siang hari
Pembengkakan abdomen (asites)
Efusi pleura
Pembengkakan labia atau skrotum
Edema pada mukosa intestinal yang dapat menyebabkan diare,
1.3.7
1.3.8
1.3.9
1.3.10
1.3.11
1.3.12
1.3.13
1.4 Patofisiologi
Meningkatnya permeabilitas dinding kapiler glomerular akan berakibat pada
hilangnya protein plasma dan kemudian akan terjadi proteinuria. Kelanjutan
dari proteinuria menyebabkan hipoalbuminemia. Dengan menurunnya
albumin, tekanan osmotik plasma menurun sehingga cairan intravaskular
berpindah ke dalam interstisial. Perpindahan cairan tersebut menjadikan
volume cairan intravaskuler berkurang, sehingga menurunkan jumlah aliran
darah ke renal karena hipovolemia.
Menurunnya aliran darah ke renal, ginjal akan melakukan kompensasi
dengan merangsang produksi renin angiotensin dan peningkatan sekresi
hormon ADH dan sekresi aldosteron yang kemudian terjaddi retensi natrium
dan air. Dengan retensi natrium dan air, akan menyebabkan edema.
Terjadi peningkatan kolesterol dan trigliserida serum akibat dari peningkatan
stimulasi produksi lipoprotein karena penurunan plasma albumin atau
penurunan
onkotik
plasma.Adanya
hiperlipidemia
juga akibat
dari
1.7.3
perlu
dipantau
kemungkinan
hipokalemia,
alkalosis
badan/hari
atau
mg/kgBB/hari
(maksimal
80
biopsi ginjal.
Cegah infeksi. Antibiotik hanya diberikan bila terjadi infeksi.
Pungsi asites maupun hidrotoraks dilakukan bila ada indikasi vital.
1.8 Pathway
Idiopatik
Sekunder
Primer
DM
SLE
3. Amyloidosis
Glumeronefritis
1.
2.
Nefrotik sindrom
Resiko tinggi infeksi
sistem imun
1.
2.
tekanan osmotik
plasma
Paru
Asites
Genitali
Efusi
pleura
Mata
vol intravaskular
Bengkak
periorbital
Sekresi renin
renin angiotensin
Persepsi kenyang
Pelepasan ADH
Perubahan nutrisi
Hipovolemia
Menekan
gaster
Anoreksia
Mengangkut kolesterol
dalam darah
Hiperlipidemia
Cairan intravaskuler
berpindah ke
interstitial
edema
Peritoneal
Vasokontriksi
aldosteron
volume plasma
Hipertensi
Ganggun perfusi
jaringan
2.1.1
Riwayat keperawatan
2.1.1.1 Keluhan Utama
Badan bengkak, sesak napas, muka sembab dan napsu makan
menurun
2.1.1.2 Riwayat Penyakit Dahulu
Edema masa neonatus, malaria, riwayat glomerulonefritis
akut dan glomerulonefritis kronis, terpapar bahan kimia.
2.1.1.3 Riwayat Penyakit Sekarang
Badan bengkak, muka sembab, muntah, napsu makan
menurun, konstipasi, diare, urine menurun.
2.1.1.4 Riwayat kesehatan Keluarga
Karena kelainan gen autosom resesif. Kelainan ini tidak dapat
ditangani dengan terapi biasa dan bayi biasanya mati pada
tahun pertama atau dua tahun setelah kelahiran.
2.1.1.5 Riwayat Kesehatan Lingkungan
2.1.1.6 Daerah endemik malaria sering dilaporkan terjadinya kasus
sindrom nefrotik sebagai komplikasi dari penyakit malaria.
2.1.1.7 Riwayat Nutrisi
Nafsu makan menurun, berat badan meningkat akibat adanya
edema.
Berat badan = umur (tahun) X 2 + 8
Tinggi badan = 2 kali tinggi badan lahir.
Status gizinya adalah dihitung dengan rumus (BB terukur
dibagi BB standar) X 100 %, dengan interpretasi : < 60 %
(gizi buruk), < 30 % (gizi sedang) dan > 80 % (gizi baik).
2.1.1.8 Pengkajian Kebutuhan Dasar
1) Kebutuhan Oksigenasi
Dispnea terjadi karena telah terjadi adanya efusi pleura.
Tekanan darah normal atau sedikit menurun. Nadi 70
110 x/mnt.
2) Kebutuhan Nutrisi dan Cairan
Nafsu makan menurun, berat badan meningkat akibat
adanya edema, nyeri daerah perut, malnutrisi berat.
3) Kebutuhan Eliminasi
Urine/24 jam 600-700 ml, hematuria, proteinuria, oliguri.
Perubahan urin seperti penurunan volume dan urin
berbuih.
4) Kebutuhan Aktivitas dan Latihan
Mudah letih dalam beraktivitas. Edema pada area
ektrimitas (sakrum, tumit, dan tangan). Pembengkakan
pergelangan kaki/ tungkai.
5) Kebutuhan Istirahat dan Tidur
Pemeriksaan penunjang
Selain proteinuria masif, sedimen urin biasanya normal. Bila terjadi
hematuria mikroskopik lebih dari 20 eritrosit/LPB dicurigai adanya
lesi glomerular (misal sklerosis glomerulus fokal). Albumin plasma
rendah dan lipid meningkat. IgM dapat meningkat, sedangkan IgG
menurun. Komplemen serum normal dan tidak ada krioglobulin.
Anamnesis penggunaan obat, kemungkinan berbagai infeksi, dan
riwayat penyakit sistemik klien perlu diperhatikan. Pemeriksaan
serologit dan biopsi ginjal sering diperlukan untuk menegakkan
diagnosis dan menyingkirkan kemungkinan penyebab GN sekunder.
Pemeriksaan serologit sering tidak banyak memberikan informasi dan
Definisi
Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik
Batasan karakteristik
2.2.5.1 Berat badan 20% atau lebih di bawah rentang berat badan
ideal
2.2.5.2 Bising usus hiperaktif
2.2.5.3 Cepat kenyang setealh makan
2.2.5.4 Diare
2.2.6
adekuat
2.2.5.19
Sariawan rongga mulut
2.2.5.20
Tonus otot menurun
Faktor yang berhubungan
2.2.6.1 Faktor biologis
2.2.6.2 Faktor ekonomi
2.2.6.3 Gangguan psikososial
2.2.6.4 Ketidakmampuan mencerna makanan
2.2.6.5 Ketidakmampuan mengabsorbsi nutrien
2.2.6.6 Kurang asupan makanan
2.3 Perencanaan
Diagnosa 1
2.3.1 Tujuan dan kriteria hasil
Setelah dilakukan tindakan
2.3.2
keperawatan
selama
1x24
jam
10
1)
2)
3)
4)
5)
2.3.4
3. Daftar Pustaka
Heardman, T. Heater. (2016). Nanda Internasional Inc. Diagnosis Keperawatan:
Definisi Dan Klasifikasi 2015-2017. Jakarta: EGC
Mansjoer, Arif dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 2. Jakarta : Media
Aesculapius
Surjadi dan Rita Yuliani. 2006. Asuhan Keperawatan Pada Anak Edisi 2.
Jakarta: Sugeng Seto
Wong, Donna L. 2006. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Edisi 6. Jakarta : EGC
11
Preseptor Klinik.
(......................................)