Anda di halaman 1dari 4

PENDAHULUAN

Zr dan Ta-doped Ni-free Ti-Nb-based Shape Memory Alloys (SMAs)


merupakan salah satu material metal yang menjanjikan untuk implan
medis. Di samping semua properti yang mendukung dalam implan, alloy
ini juga memiliki perilaku superelastis dan modulus young rendah yang
mirip dengan jaringan tulang. Struktur dan properti fungsional dari alloy
ini bergantung pada transformasi fase yang cukup kompleks, termasuk
fase yang reversibel dan transformasi dan secara efektif dapat
dikontrol oleh teknologi secara berurutan yang terdiri dari deformasi
pplastik, post-deformasi annealing (PDA) dan perlakuan panas agehardening.
Zr berada pada golongan Iva sama seperti Ti, dan Ta berada pada
golongan Va seperti Nb. Karena analogisitasnya terhadap dasar alloy TiNb, penambahannya masing-masing berfungsi sebagai pemerkaya sisi
bahan dasar alloy itu sendiri. Namun, pada penambahan yang berbeda
akan menuimbulkan efek yang berbeda pada struktur dan transformasi
fase yang dipicu oleh perlakuan termomekanis pada masing-masing Ti-NbZr (TNZ) dan Ti-Nb-Ta (TNT). Satu perbedaan yang mendasar adalah
formasi fase-. Dengan penambahan Zr mempromosikan formasi fase-
sedangkan Ta akan menekan formasi fase-.
Untuk mengetahui lebih dalam mengenai ketidaksamaan formasi fase-
antara TNZ dan TNT alloy, akan dilakukan studi komparasi dari pengaruh
proses termomekanis pada struktur dan pada properti mekanis statis atau
dinamis (fatigue) alloy. Uji Termomekanis terdiri dari moderate cold-rolling
(CR), post-deformation annealing (PDA), dan aging heat treatment (AG).
Sampel alloy akan dikarakterisasi oleh uji single dan multi-siklus tensile
isotermal dan teknik constant-strain temperature scanning (recovery
stress generation). Teknik Transmission electron microscopy (TEM) dan Xray diffractometry (XRD) digunakan untuk menganalisis struktur untuk
menjelaskan perbedaan yang terlihat pada perilaku alloy yang dipelajari
berdasarkan pada urutan proses termomekanis yang dilakukan.
PROSEDUR EKSPERIMEN
Casting
Casting TNT dan TNZ dilakukan dengan teknik arc-melting vakum
berdasarkan ukuran yang diperlukan. Komposisi kimia, suhu fase
martensit awal, suhu transformasi martensit (M s) menjadi austenit awal
dan akhir (As dan Af), dan suhu lebur (Tm) dari TNZ dan TNT ditunjukkan
pada tabel 1.

Processing
TNZ dan TNT dipotong lalu diberi perlakuan termomekanis:
-

Lempengan dilakukan cold-rolling pada ketebalan tertentu. (CR)


Selanjutnya dilakukan post-deformation annealing pada 400-750 oC
selama satu jam dan didinginkan dengan air pada suhu kamar (RT).
Selanjutnya perlakuan PDA 600 oC diberikan variasi dari 15 menit
hingga 5 jam. Suhu tersebut dipilih untuk investigasi lebih lanjut
pada perilaku superelastis bahan. (PDA)
Aging heat treatment dilakukan pada 300 oC selama 10, 15, 30
menit, dan 1, 3, 10 jam. 300 oC dipilih berdasarkan tingkat intensif
dari presipitasi fase- pada Ti-Nb alloy.

Experimental Methods
Efek dari perlakuan termomekanis akan dipelajari dengan teknik TEM dan
XRD serta uji mekanis dan termomekanis.
-

Analisis TEM dilakukan pada sampel yang dipilih untuk sampel


perlakuan CR + PDA dan CR + PDA + AG dengan sampel terlebih
dulu ditipiskan menjadi 0,1 mm menggunakan teknik ionbombardment atau elecrtolytical polishing pada 38 oC dengan
larutan 15% HNO3 .
Analisis XRD dilakukan pada sampel dengan perlakuan CR + PDA
dan CR + PDA + AG. Sampel dihaluskan dan ething secara kimiawi
dengan larutan 2HF:1HNO3:17H2O.
Uji single- dan multi-siklus isotermal dilakukan pada suhu kamar
dengan dikenai 2% strain lalu dilepaskan. Sedangkan uji multi-siklus
dilakukan hingga sampel rusak dan diagram stress-strain terbentuk.
Constant-strain temperature scanning dilakukan pada sampel yang
dipilih dengan perlakuan CR + PDA dan CR + PDA + AG yang
didinginkan pada -150 oC, lalu direnggangkan 2,5%, dilepas,
dikembalikan lalu dipanaskan hingga 200 oC.

HASIL PENELITIAN
Structure Formation
Pada suhu kamar struktur yang terbentuk adalah BCC fase- untuk semua
sampel setelah perlakuan pada TNT dan TNZ. Fase kedua yang terbentuk
adalah -, - and -phases pada berbagai proporsi dan kombinasi.
Hasil TEM

Hasil TEM terlihat pada Fig. 2 menunjukkan bahwa proses dari presipitasi
fase- TNZ berlangsung lebih cepat dari pada TNT. Pada TNZ (PDA 600 oC,
30 menit) dan TNT (PDA 600 oC, 15 menit) sebelum AG, diamati struktur
nano-subgrained dari fase-.

Hasil XRD
Hasil XRD terlihat pada Fig.5 yang menunjukkan estimasi integral dari
presipitasi fase- selama proses aging, dan itu membenarkan presipitasi
TNZ lebih cepat dari TNT.
XRD dari TNT yang tidak dilakukan aging (e = 0,37 + 600 oC, 30 menit)
menunjukkan fase dan dengan fase- serta fase- lebih lemah. Namun
pada aging 300 oC, 3 jam menunjukkan sedikit peningkatan fase-.
Namun pada TNZ terjadi peningkatan yang cukup besar pada fase-.

Mechanical Behaviour
Single-cycle testing
Perilaku mekanis dari TNZ dan TNT sangat dipengaruhi oleh TMT prosedur
yang terdiri dari CR dan PDA yang terlihat pada Fig. 6.
Multi-cycle

Anda mungkin juga menyukai