Anda di halaman 1dari 8

Karakterisasi Spektrum Unsur Tembaga (Cu) Fungsi Waktu Tunda

Menggunakan Metode Laser-Induced Breakdown Spectroscopy (LIBS)


M. Ikhwan Najmi1), Gunarjo S. Budi 2), Komang Gde Suastika 3), Hery Suyanto4)
1
Mahasiswa Prodi Pendidikan Fisika, FKIP Universitas Palangka Raya
Jl. Hendrik Timang Kampus Tunjung Nyaho, Palangka Raya-Kalteng
Email: wann.najmi@gmail.com
2, 3
Dosen Prodi Pendidikan Fisika, FKIP Universitas Palangka Raya
Jl. Hendrik Timang Kampus Tunjung Nyaho, Palangka Raya-Kalteng
Email: suastika358@yahoo.com
4
Dosen Jurusan Fisika, FMIPA Universitas Udayana
Jl. Kampus Bukit Jimbaran, Badung-Bali
Email : hery6@yahoo.com

ABSTRAK
Laser-Induced Breakdown Spectroscopy (LIBS) merupakan perangkat peralatan spektroskopi
atomik yang mampu menganalisis secara kualitatif maupun kuantitatif dengan memanfaatkan emisi
foton serta laser sebagai sumber energi ablasi. Tujuan dari penelitian ini adalah mengkarakterisasi
spektrum unsur tembaga. Karakterisasi spektrum unsur tembaga dilakukan untuk mengetahui
parameter-parameter dasar yang cocok bagi penelitian lanjutan yang dapat dijadikan acuan awal
dalam penentuan spesifikasi variabel. Karakterisasi spektrum Cu dilakukan dengan pengambilan
data dengan variasi waktu tunda deteksi dari 0 s hingga 10 s dengan interval 0,5 s. Perangkat
LIBS yang digunakan diberikan spesifikasi energi laser 120 mJ, spot size 100 m, 3 accumulation
shot, dan 0 clean shot. Karakteristik spektrum unsur tembaga (Cu) didapat setelah melakukan
analisis spektra, rasio signal to background (S/B) dan FWHM. Hasil karakterisasi dari spektrum
unsur tembaga (Cu) dengan menggunakan metode LIBS terdapat lima jenis panjang gelombang Cu
yang terdeteksi, yaitu 324,7 nm, 327,4 nm, 510,5 nm, 515,3 nm, dan 521,8 nm. Spektra yang
dihasilkan paling baik adalah pada waktu tunda deteksi 2 s hingga 2,5 s. Dari perhitungsn rasio
signal to background, unsur tembaga dengan panjang gelombang 521,8 nm memiliki trend menanjak
dengan semakin besar waktu tunda, semakin besar pula rasio S/B-nya. Dari FWHM juga didapat
trend menurun dengan semakin besar waktu tunda, semakin kecil pula lebar kurvanya.
Kata kunci: Karakterisasi, LIBS, spektrum instensitas, keping tembaga, waktu tunda

ABSTRACT
Laser-Induced Breakdown Spectroscopy (LIBS) is a hardware device that is capable of
atomic spectroscopy to analyze qualitatively and quantitatively by utilizing photon emission and laser
ablation as an energy source. The purpose of this study was to characterize the spectrum of the
element copper. Spectral characterization of copper element was conducted to determine parameters
suitable basis for further research that can be used as a starting point in the determination of variable
specifications. Cu spectral characterization is done by taking the data with a variety of delay time
detection 0 s to 10 s with intervals of 0.5 s. LIBS device has given specification like laser energy
of 120 mJ, spot size of 100 m, 3 accumulation shot, and 0 clean shot. Spectrum characteristic
elements of copper (Cu) obtained after spectral analysis, signal-to-background ratio (S/B) and
FWHM. Results of the spectrum element copper (Cu) characterization using LIBS methods was there
are five types of wavelength Cu were detected, namely 324.7 nm, 327.4 nm, 510.5 nm, 515.3 nm, and
521.8 nm. The resulting spectra that are best at the delay time detection of 2 s to 2.5 s. From
signal-to-background ratio calculation, the copper element with a wavelength of 521.8 nm has the
uphill trend with a greater time delay, the greater the ratio S/B was. From the FWHM also obtained
decreasing trend with a greater time delay, the smaller the width of the curve.
Keywords: Characterization, LIBS, intensity spectrum, copper chip, delay time

TELAH DISEMINARKAN PADA SEMINAR NASIONAL FISIKA UNIVERSITAS PALANGKA RAYA TAHUN 2015, 26 MARET 2015
ISSN: 2460-0210, DITERBITKAN: 26 MEI 2015

1. PENDAHULUAN

Metode LIBS, laser pulsa dengan durasi pendek (~7 ns) seperti laser Nd:YAG
difokuskan pada permukaan sampel, sebagian kecil (~g) diablasikan dengan kecepatan
tinggi dan terjadi kompresi adiabatis dengan lingkungan yang menyebabkan terjadinya
gelombang kejut (shock wave). Energi ini akan digunakan untuk mengeksitasikan atom-atom
dalam sampel. Selanjutnya transisi elektron-elektron dalam atom yang tereksitasi ke ground
state, ini akan melepaskan/memancarkan emisi foton dengan panjang gelombang tertentu dan
ditangkap oleh spektrometer, kemudian ditampilkan dalam spektra intensitas fungsi panjang
gelombang. Berdasarkan spektra ini dapat dianalisis unsur-unsur penyusunnya baik kualitatif
maupun kuantitatif. Salah satu kelemahan teknik LIBS ini adalah intensitas sinyal latarnya
(background) cukup tinggi. Ada beberapa cara untuk mengatasinya, diantaranya dengan
melakukan penundaan waktu deteksi (delay time detection). Tembaga merupakan salah satu
unsur dasar yang mudah ditemui dalam laboratorium dasar MIPA di perguruan tinggi
manapun. Dalam bentuk kepingan, tembaga digunakan sebagai bahan sederhana yang
dijadikan sebagai sampel untuk dikarakterisasi dan dianalisis menggunakan metode LIBS ini.
Karakterisasi spektrum unsur tembaga dilakukan untuk mengetahui parameter-parameter
dasar yang cocok bagi penelitian lanjutan yang dapat dijadikan acuan awal dalam penentuan
spesifikasi variabel. Full Width at Half Maximum (FWHM) sebagai contoh dapat dianalisis
lebih lanjut untuk mendapatkan analisis kuantitatif persentase atom dalam molekul.
2. KAJIAN PUSTAKA
LIBS adalah metode spektroskopi untuk analisis kuantitatif dan kualitatif unsur yang
terkandung dalam sebuah bahan. LIBS dilakukan pada kondisi tekanan atmosfer. Teknik ini
didasarkan pada analisis emisi plasma yang dihasilkan dengan cara memfokuskan laser pulsa
berdaya tinggi pada sampel pada kondisi tekanan atmosfer. Sedangkan LISPS merupakan
metode spektroskopi yang dilakukan pada kondisi tekanan rendah [1].
Menurut Cremers, LIBS merupakan perangkat peralatan spektroskopi atomik yang
mampu menganalisis secara kualitatif maupun kuantitatif dengan memanfaatkan emisi foton
serta laser sebagai sumber energi ablasi. Terablasinya elektron maupun atom-atom dalam
sampel tersebut disebabkan oleh pemfokusan laser ke permukaan sampel melalui lensa
kemudian terbentuklah plasma [2].
Pada mulanya, plasma berisikan elektron-elektron, ion-ion, atau atom-atom dalam
keadaan stabil/normal. Seluruh elektron, ion dan atom akan tereksitasi akibat adanya
shockwave yang terjadi sesaat setelah proses kompresi adiabatis. Atom-atom yang tereksitasi
akan kembali ke keadaan normal dengan mengemisikan foton yang sesuai dengan
karakteristik atom yaitu panjang gelombang () tertentu. Emisi foton ini dideteksi dengan
fungsi total intensitas yang sebanding dengan konsentrasi atau jumlah atom (unsur) yang ada
dalam sampel. Pendeteksian ini dilakukan oleh spektrometer yang menghasilkan spektrum.
Spektrum tersebut merupakan hasil analisis secara kualitatif dan kuantitatif yang ditampilkan
pada komputer. Spektrum yang ditampilkan pada komputer berupa intensitas emisi atom
fungsi panjang gelombang. Kualitas hasil analisis ini sangat bergantung pada kondisi proses
pembentukan plasma dan proses pendeteksiannya [3].
Dalam penelitian ini laser yang digunakan adalah laser Nd:YAG sebagai sumber energi
ablasi dengan panjang gelombang 1064 nm dan lebar pulsa 7 ns serta energi maksimum laser
sebesar 200 mJ.
3. METODE PENELITIAN
Susunan peralatan untuk penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 1 . Sistem LIBS yang
terdiri dari spektrometer ocean optic HR 2500+, tempat sampel, Nd:YAG laser (model CRF
TELAH DISEMINARKAN PADA SEMINAR NASIONAL FISIKA UNIVERSITAS PALANGKA RAYA TAHUN 2015, 26 MARET 2015
ISSN: 2460-0210, DITERBITKAN: 26 MEI 2015

200 mJ, 1 .064 nm, 7 ns) dan perangkat lunak OO LIBS. Pada penelitian ini, Nd:YAG laser
dengan frekuensi 5 Hz, energi 120 mJ difokuskan ke sampel melalui lensa cembung dengan
panjang fokus 10 cm dan terbentuk plasma. Emisi radiasi unsur tertentu dalam plasma
dianalisis dengan spektrometer multikanal optik CCD 14,336 pixels, rentang panjang
gelombang dari 200 980 nm dengan resolusi 0.1 nm.
Karakterisasi spektrum Cu dilakukan dengan pengambilan data dengan variasi waktu
tunda deteksi dari 0 s hingga 10 s dengan interval 0,5 s. Perangkat LIBS yang digunakan
diberikan spesifikasi energi laser 120 mJ, spot size 100 m, 3 accumulation shot, dan 0 clean
shot.

Sampel
Tembaga

Gambar 1. Skema sederhana komponen utama Laser-Induced Breakdown Spectroscopy (LIBS)

Pada penelitian ini, keping tembaga 99% yang digunakan sebagai sampel bersifat
homogen dengan ukuran panjang 24,5 mm, lebar 20 mm, dan tebal 1 mm. Permukaan sampel
dapat dijadikan target tembakan laser dimanapun karena sifat homogennya.

Gambar 2. Variabel Penelitian

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini dilakukan melalui beberapa
persamaan. Data Intensitas yang diperoleh dari hasil eksperimen harus dikurangi dengan
sinyal intensitas latar pada masing-masing detektor yang diambil sebelum melakukan
percobaan. Intensitas unsur tersebut dapat dihitung menggunakan persamaan berikut.
I unsur =I puncakI bg
Rasio signal to background (S/B) dapat dihitung dari hasil perhitungan intensitas unsur
sebelumnya. Rasio signal to background bisa dihitung dengan persamaan (3.2) berikut.
TELAH DISEMINARKAN PADA SEMINAR NASIONAL FISIKA UNIVERSITAS PALANGKA RAYA TAHUN 2015, 26 MARET 2015
ISSN: 2460-0210, DITERBITKAN: 26 MEI 2015

S I unsur
=
B
I bg
Perhitungan FWHM dilakukan dengan menghitung lebar kurva pada tengah-tengah
tinggi kurva. Untuk mempermudah pencarian pertengahan tinggi kurva dapat dilakukan
perhitungan terlebih dulu dengan persamaan (3.3) berikut.
1
I a=I b=I bg+ ( I puncak I bg)
2
Dapat diperoleh panjang gelombang pada titik a ( a ) dan gelombang pada titik b ( b ),
kemudian didapat selisih keduanya shingga didapatkan FWHM dari kurva tersebut.
FWHM= b a
4. HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
Keping tembaga (Cu) digunakan dalam penelitian ini memilliki ketebalan 1 mm dengan
ukuran 2 cm x 2,45 cm. Keping tersebut kemudian dianalisis dengan LIBS dan hasilnya
seperti tertera pada Gambar 3. Pada gambar terlihat hasil spektrum emisi yang dideteksi oleh
7 sensor yang berbeda. Setiap sensor memiliki kemampuan/sensitivitas pendeteksian yang
berbeda sehingga menghasilkan intensitas latar yang berbeda pula. Namun dalam Gambar 3
telah disetarakan satu sama lain dengan intensitas latar yang diukur pada awal percobaan
pengambilan data.

Gambar 3. Spektrum emisi yang terkandung pada keping tembaga

Gambar 3 menunjukkan sinyal latar pada spektrum emisi dengan waktu tunda 0 s sangat
tinggi dibandingkan untuk waktu tunda 2 s. Hal ini disebabkan kerapatan partikel pada
plasma yang terbentuk masih sangat besar, ini dikarenakan pada saat laser menembakkan
pulsa dengan energi 120 mJ dalam waktu yang bersamaan terbentuk plasma yang juga
langsung ditangkap oleh sensor spektrometer tanpa ada waktu tunda (0 s). Plasma tersebut
masih belum mengembang sehingga nilai kerapatan partikelnya juga sangat tinggi. Berbeda
halnya dengan spektrum emisi dengan waktu tunda 2 s, kerapatan partikel pada variabel ini
sudah mengecil dibanding pada waktu tunda 0 s. Pada saat itu volume telah mengembang
sedemikian rupa sehingga sinyal latarnya lebih rendah daripada spektrum emisi dengan waktu
tunda 0 s.
Dari data percobaan, diambil dua data panjang gelombang yaitu Cu 324,7 nm dan Cu
521,8 nm untuk setiap waktu tunda 0 s hingga 10 s dengan interval 0,5 s. Adapun data
spektrum emisi unsur dapat dilihat pada Lampiran 1.2. Dari data Intensitas emisi unsur Cu
324,7 nm dan 521,8 nm dapat dibuat grafik intensitas fungsi panjang gelombang dengan
menggunakan Microsoft Excel dan hasilnya seperti Gambar 4 dan Gambar 5.

TELAH DISEMINARKAN PADA SEMINAR NASIONAL FISIKA UNIVERSITAS PALANGKA RAYA TAHUN 2015, 26 MARET 2015
ISSN: 2460-0210, DITERBITKAN: 26 MEI 2015

Gambar 4. Grafik intensitas fungsi panjang gelombang emisi unsur Cu 324,7 nm untuk variasi waktu
tunda

Gambar 5. Grafik intensitas fungsi panjang gelombang emisi unsur Cu 521,8 nm untuk variasi waktu
tunda

Gambar 4 dan Gambar 5 merupakan grafik intensitas fungsi panjang gelombang dari
sampel keping tembaga Cu. Pada grafik tersebut masih mengandung sinyal latar (latar)
lingkungan. Intensitas signal latar (Ib) dipilih pada panjang gelombang disekitar intensitas
puncak yang mempunyai intensitas terendah. Ketidaksesuaian intensitas puncak hasil
eksperimen dengan Tabel NIST [4] (324,7540 nm dan 521,8202 nm) karena sensor pada
sistem LIBS memiliki toleransi perbedaan panjang gelombang antara teori dan hasil
eksperimen sebesar 0,1 nm. Apabila selisih antara teori dan hasil eksperimen lebih dari 0,1
nm, maka harus dicari terlebih dahulu unsur lain selain unsur yang digunakan dalam
penelitian yang mendekati panjang gelombang tersebut. Misalnya jika dalam penelitian
digunakan unsur Cu (324,7540 nm dan 521,8202 nm), sedangkan dalam eksperimen
didapatkan intensitas puncak yaitu 324,5072 nm dan 521,7425 nm, maka harus dicari terlebih
dahulu unsur selain Cu yang memiliki panjang gelombang mendekati intensitas puncak hasil
eksperimen (324,5072 nm dan 521,7425 nm) [5]. Apabila tidak ada unsur lain selain unsur
Cu, maka panjang gelombang puncak tersebut adalah unsur Cu. Akan tetapi jika ditemukan
unsur lain, maka hasur dilihat probabilitas transisi elektron yang paling besar antara unsurunsur tersebut dimana yang memiliki nilai lebih besarlah yang digunakan [6]. Hal yang sama
berlaku untuk unsur-unsur yang lain dalam analisis menggunakan LIBS. Berdasarkan
perhitungan, maka didapatkan intensitas puncak pada panjang gelombang 324,5072 nm dan
521,7425 nm serta intensitas latar pada panjang gelombang 323,648 nm dan 522,705 nm
sehingga intensitas emisi unsur Cu 324,5072 nm dan Cu 521,7425 nm termuat dalam tabel
dibawah ini.

TELAH DISEMINARKAN PADA SEMINAR NASIONAL FISIKA UNIVERSITAS PALANGKA RAYA TAHUN 2015, 26 MARET 2015
ISSN: 2460-0210, DITERBITKAN: 26 MEI 2015

Tabel 1. Tabel Intensitas puncak, Intensitas latar, dan Intensitas unsur terhadap waktu tunda (t d) pada
Cu 324,7 nm dan Cu 521,8 nm
ICu (au)
324,70
nm
334,00

521,80
nm
404,33

21,67

30,00

5,5

21,00

18,67

184,33

196,67

14,33

21,33

127,33

109,67

6,5

15,00

10,67

105,33

109,67

14,33

15,00

95,67

119,33

7,5

11,33

14,33

59,33

68,67

12,33

18,67

59,67

68,33

8,5

11,33

11,67

55,67

69,33

8,33

10,00

40,33

34,33

9,5

10,67

15,33

25,00

36,67

10

8,00

14,00

Data tersebut kemudian dibuat grafik intensitas unsur Cu 324,7 nm dan Cu 521,8 nm fungsi
waktu tunda dengan menggunakan Microsoft Excel dan hasilnya seperti pada Gambar 6.
500
400
300
Sinyal Intensitas (arb. units)

324.7

200
100

521.8

0
0.5 1.5 2.5 3.5 4.5 5.5 6.5 7.5 8.5 9.5
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
td (us)

Gambar 6. Grafik intensitas fungsi waktu tunda emisi unsur Cu 324,7 nm dan Cu 521,8 nm

Pada Gambar 6 terlihat bahwa intensitas emisi unsur Cu 324,7 nm dan Cu 521,8 nm
sangat tinggi pada waktu tunda 0 us hingga 0,5 us. Intensitas tinggi tersebut disebabkan
kerapatan partikel pada plasma masih sangat tinggi sehingga memungkinkan masih terjadinya
tumbukan antar partikel.
Dari lima panjang gelombang emisi unsur Cu, unsur Cu yang memiliki rasio S/B paling
baik adalah Cu 521,8 nm.

Gambar 7. Grafik rasio S/B fungsi waktu tunda pada Cu 521,8 nm

Pada Gambar 7 terlihat bahwa rasio S/B dalam peningkatan waktu tunda memiliki
trendline yang meningkat. Rasio Signal to Background menunjukkan data kualitatif dari
spektrum emisi unsur Cu 521,8 nm.

TELAH DISEMINARKAN PADA SEMINAR NASIONAL FISIKA UNIVERSITAS PALANGKA RAYA TAHUN 2015, 26 MARET 2015
ISSN: 2460-0210, DITERBITKAN: 26 MEI 2015

Data penelitian yang didapat juga diproses untuk mendapatkan analisis kuantitatif. Full
Width at Half Maximum merupakan perhitungan lebar panjang gelombang pada intensitas
unsur bagian tengah. Dari seluruh panjang gelombang yang ada dipilih data panjang
gelombang Cu 521,8 nm karena memiliki instensitas yang stabil. Grafik intensitas fungsi
panjang gelombang unsur Cu 521,8 nm tergambar pada Gambar 8.

Gambar 8. Grafik Intensitas fungsi panjang gelombang emisi unsur Cu 521,8 nm

Gambar 9. Grafik FWHM fungsi waktu tunda pada panjang gelombang Cu 521,8 nm

Pada Gambar 9 terlihat bahwa FWHM dalam peningkatan waktu tunda memiliki
trendline yang menurun. FWHM menunjukkan data kuantitatif dari spektrum emisi unsur Cu
521,8 nm [7].
5. KESIMPULAN
Berdasarkan data yang diperoleh dari analisis LIBS dapat disimpulkan bahwa intensitas
unsur memiliki trend menurun dan terlihat bahwa waktu tunda dengan intensitas stabil dan
paling bagus berada pada 2 s. Rasio signal to background memiliki trend meningkat pula
pada panjang gelombang 521,8 nm. FWHM memiliki trendyang menurun pada panjang
gelombang 521,8 nm.
6. UCAPAN TERIMA KASIH
Ucapan terima kasih ditujukan kepada Laboratorium Bersama FMIPA Universitas
Udayana, Kampus Bukit, Bali yang telah memberikan fasilitas peralatan LIBS sehingga
penelitian ini dapat diselesaikan.
7. REFERENSI
[1] Khumaeni, Ali; Budi, W. Setia; Firdausi, K.S. 2006. Penghitungan Rasio Intensitas Ca
(II) 396,8 nm dan Ca (I) 422,6 nm pada Sampel Tasbih Asli dan Imitasi menggunakan
Metode Laser Induced Shock wave plasma (LISPS). Berkala Fisika Vol.9, No.2, hal 5562.

TELAH DISEMINARKAN PADA SEMINAR NASIONAL FISIKA UNIVERSITAS PALANGKA RAYA TAHUN 2015, 26 MARET 2015
ISSN: 2460-0210, DITERBITKAN: 26 MEI 2015

[2] Cremers, D. A. & L. J. Radziemski. 2006. Handbook of Laser Induced Breakdown


Spectroscopy. England: John Wiley and Sons Ltd.
[3] Suyanto, Hery. 2013. Identifikasi Unsur Utama Penyusun Permukaan Bahan Baja
Ringan dengan Laser-Induced Breakdown Spectroscopy (LIBS). Jurnal Energi dan
Manufaktur Vol.6, No.2, 95-205
[4] NIST. 2014. Handbook of Basic Atomic Spectroscopy Data Vol.34 No.4. American
Institute of Physics. 1559-2259.
[5] Moore, Charlotte E. 1968. Partial Grotrian Diagrams of Astrophysical Interest. Reprint
of Appendix A from Lines of The Chemical Elements In Astronomical Spectra by
Paul W. Merrill. Washington D.C. NSRDS-NBS 23.
[6] Phelps III, Frederick M. 1991. MIT Wavelength Tables Vol. 2: Wavelength by Element.
Massachusets: Second Privt. Radziemski L.J. & D.A Cremers. 2006. Handbook of Laser
Induced Breakdown Spectroscopy. England: John Wiley and Sons Ltd.
[7] Hedwig, R.; M. Pardede; T. J. Lie; H. Kurniawan; dan K. Kagawa. 2003. Studi
Pendahuluan untuk Analisa Kualitatif dan Kuantitatif Elemen Hidrogen pada Sampel
Logam dengan Menggunakan Teknik Ablasi Laser. Seminar Nasional I Opto Elektronika
dan Aplikasi Laser.

TELAH DISEMINARKAN PADA SEMINAR NASIONAL FISIKA UNIVERSITAS PALANGKA RAYA TAHUN 2015, 26 MARET 2015
ISSN: 2460-0210, DITERBITKAN: 26 MEI 2015

Anda mungkin juga menyukai