Anda di halaman 1dari 2

Perbedaan Tingkat Kecemasan Pasien Usia Remaja dan Dewasa Setelah dirawat di Ruang

Kelas 3 Zumar RSUD Al-Ihsan Kabupaten Bandung yang Telah Menerapkan Spiritual
Care

1. Latar Belakang
Sehat adalah suatu keadaan seimbang yang dinamis antara bentuk dan fungsi tubuh dan
berbagai faktor yang berusaha mempengaruhinya. (Parkins, 1938). Sedangkan menurut WHO,
sehat adalah keadaan yang sempurna dari fisik, mental, social, tidak hanya bebas dari penyakit
atau kelemahan.
Sakit merupakan kondisi yang sangat personal yang ditandai dengan gangguan fungsi
fisik, emosi, intelektual, social, perkembangan, atau spiritual. (Kozier, 2010). Sakit dapat
mempengaruhi perubahan perilaku dan emosi, perubahan konsep diri dan citra tubuh, dan
perubahan gaya hidup, seperti individu menjadi iritabel dan kurang tenaga atau keinginan untuk
berinteraksi bersama orang lain, juga dapat terjadi ansietas, takut, marah, menarik diri,
menyangkal, tidak berdaya, dan putus asa.
Salah satu dampak sakit adalah ansietas (kecemasan). Kecemasan adalah perasaan yang
tidak menyenangkan atau ketakutan yang tidak jelas dan hal ini terjadi sebagai reaksi terhadap
sesuatu yang dialami oleh seseorang. (Nugroho,2000). Kecamasan adalah kekhawatiran yang
tidak jelas dan menyebar, yang berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya.
Tingkatan kecemasan yang biasanya terjadi adalah kecemasan ringan, yang berhubungan
dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari; kecemasan sedang, memungkinkan individu
untuk berfokus pada hal yang penting dan mengesampingkan yang lain; kecemasan berat, sangat
mengurangi lapangan persepsi individu; dan tingkat panik dari ansietas berhubungan dengan
terperangah, ketakutan, dan terror. (Peplau, 1952)
Tingkat kecemasan dapat terjadi berbeda-beda pada setiap individu, salah satu faktor
yang mempengaruhi adalah usia. Kecemasan pada remaja dapat berbeda dengan kecemasan pada
orang dewasa.
Masa remaja (12-18 tahun) merupakan periode ketika individu menjadi matur secara fisik
maupun psikologis dan memperoleh identitas personal. Di akhir periode kritis perkembangan ini,
individu harus siap memasuki dunia dewasa dan mengemban berbagai tanggung jawab.
Sedangkan usia dewasa muda (20-40 tahun) adalah usia ketika individu dianggap mulai matur,
yaitu ketika individu berkembang secara utuh. (Kozier, 2010).
Kesehatan seseorang bergantung pada keseimbangan faktor fisik, psikologi, sosiologi,
budaya, perkembangan, dan spiritual. Spiritualitas merupakan faktor penting yang membantu
individu mencapai keseimbangan yang diperlukan untuk memelihara kesehatan dan
kesejahteraan, serta untuk beradaptasi dengan penyakit. Penelitian menunjukkan bahwa
spiritualitas yang positif memengaruhi dan meningkatkan kesehatan, kualitas hidup, perilaku
yang meningkatkan kesehatan, dan kegiatan pencegahan penyakit (Aaron et al., 2003; Figueroa
et al ., 2006; Gibson dan Hendricks, 2006; Grey et al., 2004; grimsley, 2006).

Spiritualitas mengacu pada bagaimana menjadi manusia yang mencari makna melalui
hubungan intra-, inter-, dan transpersonal (Reed, 1991). Saai ini spiritualitas sering didefinisikan
sebagai kesadaran dalam diri seseorang dan rasa terhubung dengan sesuatu yang lebih tinggi,
alami, atau kepada beberapa tujuan yang lebih besar dari diri sendiri (Mauk dan Schmidt, 2004).
Kebutuhan spiritual adalah kebutuhan untuk mempertahankan atau mengembalikan
keyakinan dan memenuhi kewajiban agama, serta kebutuhan untuk mendapatkan maaf atau
pengampunan, mencintai, menjalin hubungan penuh rasa percaya dengan Tuhan (Carson, 1989).
Spiritual dapat digunakan sebagai salah satu intervensi untuk membantu penyembuhan
individu yang sakit di beberapa rumah sakit. Salah satu rumah sakit di Kabupaten Bandung yang
menerapkan Spiritual Care sebagai intervensi yaitu RSUD Al-Ihsan. RSUD al-Ihsan telah
menerapkan Spiritual Care sebagai salah satu intervensi sejak tahun. Sesuai dengan visinya, yaitu
Menjadi Rumah Sakit Islam pertama di Jawa Barat RSUD Al-Ihsan telah menerapkan Spiritual
Care sebagai salah satu SOP yang wajib dilaksanakan oleh semua petugas kesehatan diantaranya
perawat. SOP Spiritual Care yang dilaksanakan diantaranya berdoa bersama, thaharah, wudhu,
tayamum, shalat dan mengaji.
Spiritual Care dilaksanakan di RSUD Al-Ihsan sebagai intervensi non medik, pelayanan
kesehatan yang diberikan kepada pasien tidak hanya melalui tindakan medis saja, tetapi
didukung oleh Spiritual Care. Salah satu manfaatnya adalah Spriritual Care dapat dijadikan
intervensi untuk mengurangi ansietas (kecemasan), yang terbukti dapat mengurangi kecemasan
pasien akibat tindakan medis selama perawatan.
Dari hasil studi pendahuluan pada tanggal 1 Maret 2013, didapatkan data 3 pasien usia
remaja yang mengalami kecemasan akibat tindakan medis dan ada 5 pasien usia dewasa yang
mengalami kecemasan juga selama perawatan . Oleh karena itu penulis ingin mengetahui
perbedaan tingkat kecemasan antara remaja dengan dewasa.
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, peneliti merumuskan masalah sebagai berikut :
Bagaimana Perbedaan Tingkat Kecemasan Pasien Usia Remaja dan Dewasa Setelah dirawat di
Ruang Kelas 3 Zumar RSUD Al-Ihsan Kabupaten Bandung yang Telah Menerapkan Spiritual
Care?

Anda mungkin juga menyukai