Anda di halaman 1dari 26

Neuropati Diabetika

Otonom

Sistem Saraf Manusia


Sistem saraf manusia adalah suatu jalinan jaringan
saraf yang kompleks, sangat spesifik dan saling
berhubungan satu dengan yang lain.
Sistem saraf mengkoordinasi, menafsirkan dan
mengontrol interaksi antara individu dengan
lingkungan sekitarnya.
Sistem tubuh yang penting ini juga mengatur
berbagai aktivitas sistem organ tubuh lainnya.
Karena pengaturan saraf tersebut maka terjalin
komunikasi antara berbagai sistem tubuh hingga
menyebabkan tubuh berfungsi sebagai unit yang
dinamis.

Dalam sistem inilah berasal segala


fenomena kesadaran, pikiran,
ingatan, bahasa, sensasi dan
gerakan.
Jadi kemampuan untuk dapat
memahami, belajar dan memberi
respon terhadap suatu rangsangan
merupakan hasil kerja integrasi dari
sistem saraf yang puncaknya dalam
bentuk kepribadian dan tingkah laku
seseorang.

Sistem Saraf Otonom


Sistem saraf otonom adalah bagian dari
sistem saraf yang bertanggung jawab
terhadap keseimbangan tubuh manusia.
Bila semua otot rangka mendapat
persarafan dari sistem saraf
somatomotorik, maka semua organ yang
lain dipersarafi oleh sistem saraf otonom.
Ujung-ujung saraf otonom berlokasi di otot
polos seperti: pembuluh darah, dinding
usus, kandung kemih, otot jantung, dan
kelenjar (mis: kelenjar keringat, kelenjar
ludah).

Sistem saraf memiliki


dua kelompok
utama/divisi, sistem
saraf simpatis dan
sistem saraf
parasimpatis.
Beberapa target organ
dipersarafi oleh dua
divisi tersebut, namun
ada organ yang lain
dipersarafi hanya oleh
satu divisi.

Saraf simpatis dan parasimpatis


mensekresikan atau mengeluarkan satu
zat substansi neurotransmiter. Satu zat
tersebut
adalah asetilkoline atau norepinefrine.
Serat saraf yang mensekresikan
asetilkoline disebut kolinergik dan serat
yang mensekresikan norepinefrine dikenal
sebagai adrenergik.
Semua preganglion adalah kolinergik baik
pada sistem syaraf simpatis maupun
parasimpatis.
Sedangkan pada postganglion saraf

Neuropati Diabetika
Definisi neuropati diabetika: Suatu
gangguan pada saraf tepi, saraf otonom
dan saraf kepala yang ada diakibatkan oleh
penyakit diabetes melitus.
Keadaan ini disebabkan oleh kerusakan
mikrovaskuler yaitu pembuluh darah yang
kecil-kecil (kapiler) yang memperdarahi
sistem saraf disebabkan oleh diabetes.

5 kriteriaadanya neuropati diabetika.


1) Pasien menderita diabetes melitus
2) Diabetes melitus telah menyebabkan
hiperglikemia yang berlangsung lama
3) Pasien menderita neuropati yang didominasi
sensori-motorik tungkai bagian bawah
4) Bersamaan dengan neuropati didapatkan
retinopati diabetika atau nefropati diabetika
5) Tidak ada penyebab neuropati yang lain selain
karena diabetes.

Klasifikasi neuropati diabetika :


Neuropati diabetika diklasifikasikan
sebagai :
neuropati perifer,
otonom,
proksimal dan
fokal
setiap tipe neuropati yang terjadi pada
setiap organ tubuh berlainan, dengan cara
yang berbeda pula.

Neuropati perifer :
Jenis neuropati ini merusak saraf di lengan dan tungkai,
kaki dan tungkai biasanya lebih dulu terkena dari pada
tangan dan lengan.
Pada penderita DM dapat ditemukan gejala neuropati
pada pemeriksaan, tanpa penderita merasakanya sama
sekali.
Gejala biasanya dirasakan lebih berat pada malam hari.
Neuropati perifer juga bisa menyebabkan kelemahan
otot dan hilangnya refleks tumit yang menyebabkan
perubahan cara jalan, dan juga bisa menyebabkan
perubahan bentuk kaki.
Luka-luka pada kaki bisa terjadi pada daerah yang
kurang rasa, karena kerusakan yang disebabkan oleh
tekanan. Bila tidak tangani segera, bisa terjadi infeksi
hingga tulang , akibatnya bisa dilakukan amputasi.

Neuropati Otonom :
Neuropati ini mengenai saraf yang
mengontrol jantung, tekanan darah dan
mengatur kadar gula darah, juga
mensarafi organ dalam.
Kelainan pada saraf ini bisa menyebabkan
gangguan pencernaan, pernafasan,
berkemih, gangguan seksual dan
gangguan penglihatan.
Gangguan pada saraf ini juga
menyebabkan gangguan pada sistem
peringatan bila terjadi hipoglikemia.
Sehingga bila terjadi suatu episode
hipoglikemia, maka tanda-tanda

Gejala otonomdapat berupa :


Gangguan sudo motorik (kulit kering, keringat yang
kurang, keringat berlebihan pada area tertentu),
Gangguan pupil (gangguan pada saat gelap, sensitif
terhadap cahaya yang terang),
Gangguan Pembuluh darah dan jantung (kepala
tertasa enteng pada posisi tertentu, pingsan),
Gangguan Saluran Cerna (diare nokturnal, konstipasi,
memuntahkan makanan yang telah dimakan),
Gangguan berkemih (urgensi, inkontinensia,
menetes) dan
Gangguan seksual (impotensi dalam ereksi dan
gangguan ejakulasi pada pria) dan tidak bisa
mencapai klimaks seksual pada wanita).

Tidak sadarnya karena suatu


hipoglikemia: Biasanya bila terjadi
hipoglikemi maka akan terjadi gejalagejala seperti gemetar, keringat dingin
dan berdebar-debar, apabila gula darah
menurun sampai < 70 mg%, sedangkan
pada neuropati otonom hal tersebut tidak
terjadi, akibatnya hipoglikemi sukar
dideteksi.

Jantung
Jantung dan sistem sirkulatoradalah sistem yang
mengontrol sirkulasi darah.
Kerusakan di sistem ini mengganggu kemampuan
badan untuk mengatur tekanan darah dan denyut
jantung, sehingga tekanan darah dapat turun dengan
mendadak setelah duduk atau berdiri, sehingga
penderita merasakan kepala yang ringan atau bahkan
pingsan.
Kerusakan pada saraf yang mengatur denyut jantung
dapat menyebabkan denyut jantung lebih cepat.
Sementara pada kondisi normal naik dan turun nya
denyut nadi sesuai dengan kegiatan yang dilakukan
badan, apakah sedang istirahat atau sedang
melakukan kegiatan.

Sistem pencernaan :
Kerusakan pada saraf pencernaan biasanya
menyebabkan konstipasi atau sulitnya buang air besar.
Kerusakan saraf ini bisa juga menyebabkan pengosongan
lambung yang terlalu lambat (gastroparesis).
Gastroparesis yang berat menyebabkan bisa berakibat
nafsu makan yang hilang dan muntah yang terus
menerus.
Gastroparesis juga bisa menyebabkan fluktuasi gula
darah, disebabkan pencernaan makanan yang abnormal.
Kerusakan pada saraf ini juga bisa menyebabkan
kelainan pada oesophagus, berupa kesukaran menelan,
Juga bisa mengakibatkan kerusakan pada usus yang
menyebabkan konstipasi bergantian dengan diare. Hal ini
bisa sering tidak terkontrol pada malam hari.
Problema-problema tersebut diatas dapat berakibat
penurunan berat badan pada pasien.

Sistem Saluran Kemih dan organ Seks :


Neuropati otonom sering kali mempengaruhi organorgan yang mengontrol berkemih dan fungsi seksual.
Kerusakan pada saraf ini bisa menghalangi
pengosongan sempurna dari kandung kemih, atau
berkemih tidak tuntas, hal ini bisa mengakibatkan
bakteri tumbuh di dalam kandung kemih dan ginjal,
akibatnya dapat terjadi infeksi kandung kemih.
Bila saraf ini terganggu juga bisa menyebabkan
inkotinensia urin (pipis tidak terkontrol), karena tidak
bisa merasakan kapan kandung kemih penuh, atau
tidak bisa mengontrol otot-otot yang melepaskan
urin.

Kelenjar keringat :
neuropati otonom dapat mengenai sarafsaraf yang mengurus keringat.
Kerusakan saraf ini menyebabkan kelenjar
keringat bekerja kurang baik, sehingga
badan tidak dapat mengatur suhu tubuh
dengan baik dan ini bisa menyebabkan
keringat berlebihan pada malam hari atau
sewaktu makan.

Neuropati proksimal:
Neuropati proksimal ini dimulai dengan gejala-gejala
nyeri di paha, panggul, bokong atau tungkai,
biasanya pada satu sisi badan.
Neuropati tipe ini lebih sering terjadi pada diabetes
tipe 2 dan pada lansia.
Gejalanya terjadi kelemahan tungkai yaitu
kesukaran bangun dari posisi duduk ke posisi berdiri
tanpa pertolongan orang lain.
Keadaan ini memerlukan pengobatan untuk
kelemahan dan nyerinya. Lamanya periode
penyembuhan tergantung dari tipe kerusakan saraf
yang terjadi.

Neuropati fokal :
Pada keadaan ini neuropati timbulnya mendadak
dan mengenai saraf tepi di kepala, tulang
punggung atau tungkai.
Gangguan pada Neuropati fokal a.l:
Gangguan memfokuskan mata, Melihat double,
Nyeri di belakang satu mata.
Bell's palsy.
Nyeri hebat di punggung bawah atau pinggul.
Nyeri di bagian depan paha.
Nyeri di dada, perut atau samping badan.
Nyeri di sebelah luar atau sebelah dalam kaki.

Diagnosa Neuropati
Neuropati didiagnosa berdasarkan
gejalanya dan pemeriksaan fisik, tekanan
darah, denyut jantung, kekuatan otot,
refleks dan sensivitas terhadap posisi,
vibrasi, suhu dan raba halus.
Pemeriksaan lain diperlukan untuk
membantu menentukan tipe dan seberapa
beratnya kerusakan saraf yang terjadi.
Pemeriksaan kaki lengkap: memeriksa kulit,
sirkulasi dan sensasi dengan menggunakan
monofilamen nilon. Bila ada gangguan
kehilangan sensasi protektif akan ada resiko

Pemeriksaan laboratorium dan


Imaging:
Harus diperiksa laboratorium untuk
menyingkirkan penyebab lain dari neuropati.
Semua haril lab harus normal kecuali gula
darah dan HbA1c pada DM yang tidak
terkontrol, atau DM yang belum diketahui
sebelumnya.
Pemeriksaan imaging : MRI, CT mielogram,
imaging otak.
Pemeriksaan elektrofisiologi : EMG
(elektromiograf) dan kecepatan daya hantar
saraf (KHS/NCV)

Pemeriksaan imaging : MRI leher, dada


atau pinggang, ditujukan antara lain untuk
menyingkirkan penyebab lain dari
neuropati,
CT mielogram adalah suatu pemeriksaan
alternatif untuk menyingkirkan kompresi
dan kelainan lain di kanalis spinalis (tulang
belakang) dll
Pemeriksaan EMG (elektromiografi) dan
kecepatan daya hantar saraf (KHS/NCV)

Mencegah timbulnya neuropati


diabetika :
Cara terbaik mencegah timbulnya neuropati
diabetika adalah dengan jalan mengatur
kadar gula darah selalu normal.
Dengan mempertahankan kadar gula darah
pada level yang aman akan melindungi
terjadinya kerusakan saraf di seluruh badan.

Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai