Anda di halaman 1dari 14

Konsep Askep Karsinoma Nasofaring

A.

Pengkajian
1. Status Kesehatan
a. Keluhan Utama
Biasanya di dapatkan adanya keluhan suara agak serak, kemampuan
menelan menurn dan terasa sakit waktu menelan atau nyeri dan rasa terbakar
dalam tenggorokan. Pasien mengeluh rasa penuh di telinga, rasa berdengung
kadang-kadang disertai dengan gangguan pendengaran, terjadi pendarahan
dihidung yang terjadi berulang kali, berjumlah sedikit ataupun banyak dan
bercampur dengan ingus, sehingga berwarna kemerahan.
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Merupakan informasi sejak timbulnya keluhan sampai klien dirawat di
RS. Menggambarkan keluhan utama klien, kaji tentang proses perjalanan
penyakit samapi timbulnya keluhan, faktor apa saja memperberat dan
meringankan keluhan dan bagaimana cara klien menggambarkan apa yang
dirasakan, daerah terasanya keluhan, semua dijabarkan dalam bentuk PQRST.
Penderita kanker nasofaring ini menunjukkan tanda dan gejala telinga kiri
terasa buntu hingga peradangan dan nyeri, timbul benjolan di daerah samping
leher di bawah daun telinga, gangguan pendengaran, perdarahan hidung, dan
bisa juga menimbulkan komplikasi apabila terjadi dalam tahap yang lebih
lanjut
c. Riwayat Kesehatan Dahulu
Kaji tentang penyakit yang pernah dialami klien sebelumnya yang ada
hubungannya dengan penyakit keturunan dan kebiasaan atau gaya hidup.
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Kaji apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit kanker
nasofaring maka akan meningkatkan resiko seseorang untuk terjangkit kanker
nasofaring pula.

2. Pemeriksaan Fisik
a. Sistem Pengelihatan
Pada penderita karsinoma nasofaring terdapat posisi bola mata klien simetris,
kelompak mata klien normal, pergerakan bola mata klien normal namun
konjungtiva klien anemis, kornea normal, sclera anikterik, pupil mata klien
isokor, otot mata klien tidak ada kelainan, namun fungsi penglihatan kabur, tandatanda radang tidak ada, reaksi terhadap cahaya baik (+/+). Hal ini terjadi karena
pada karsinoma nasofaring, hanya bagian tertentu yang mengalami beberapa
gejala yang tidak normal seperti konjungtiva klien yang anemis disebabkan klien
memiliki kekurangan nutrisi dan fungsi penglihatan kabur.
b. Sistem Pendengaran
Pada penderita karsinoma nasofaring, daun telinga kiri dan kanan pasien
normal dan simetris, terdapat cairan pada rongga telinga, ada nyeri tekan pada
telinga. Hal ini terjadi akibat adanya nyeri saat menelan makanan oleh pasien
dengan tumor nasofaring sehingga terdengar suara berdengung pada telinga.
c. Sistem Pernafasan
Jalan nafas bersih tidak ada sumbatan, klien tampak sesak, tidak
menggunakan otot bantu nafas dengan frekuensi pernafasan 26 x/ menit, irama
nafas klien teratur, jenis pernafasan spontan, nafas dalam, klien mengalami batuk
produktif dengan sputum kental berwarna kuning, tidak terdapat darah, palpasi
dada klien simetris, perkusi dada bunyi sonor, suara nafas klien ronkhi, namun
tidak mengalami nyeri dada dan menggunakan alat bantu nafas. Pada sistem ini
akan sangat terganggu karena akan mempengaruhi pernafasan, jika dalam jalan
nafas terdapat sputum maka pasien akan kesulitan dalam bernafas yang bisa
mengakibatkan pasien mengalami sesak nafas. Gangguan lain muncul seperti
ronkhi karena suara nafas ini menandakan adanya gangguan pada saat ekspirasi.
d. Sistem Kardiovaskular
Pada sirkulasi perifer kecepatan nadi perifer klien 82 x/menit dengan irama
teratur, tidak mengalami distensi vena jugularis, temperature kulit hangat suhu
tubuh klien 360C, warna kulit tidak pucat, pengisian kapiler 2 detik, dan tidak ada
9

edema. Sedangkan pada sirkulasi jantung, kecepatan denyut apical 82 x/ menit


dengan irama teratur tidak ada kelainan bunyi jantung dan tidak ada nyeri dada.
Tumor nasofaring tidak menyerang peredaran darah pasien sehingga tidak akan
mengganggu peredaran darah tersebut.
e. Sistem Saraf Pusat
Tidak ada keluhan sakit kepala, migran atau pertigo, tingkat kesadaran
pasien kompos mentis dengan Glasgow Coma Scale (GCS) E: 4, M: 6, V: 5.
Tidak ada tanda-tanda peningkatan TIK, tidak ada gangguan sitem persyarafan
dan pada pemeriksaan refleks fisiologis klien normal. Tumor nasofaring juga bisa
menyerang saraf otak karena ada lubang penghubung di rongga tengkorak yang
bisa menyebabkan beberapa gangguan pada beberapa saraf otak. Jika terdapat
gangguan pada otak tersebut maka pasien akan memiliki prognosis yang buruk.
f. Sistem Pencernaan
Keadaan mulut klien saat ini gigi caries, tidak ada stomatitis lidah klien
tidak kotor, saliva normal, tidak muntah, tidak ada nyeri perut, tidak ada diare,
konsistensi feses lunak, bising usus klien 8 x/menit, tidak terjadi konstipasi, hepar
tidak teraba, abdomen lembek. Tumor tidak menyerang di saluran pencernaan
sehingga tidak ada gangguan dalam sistem percernaan pasien.
g. Sistem Endoktrin
Pada klien tidak ada pembesaran kalenjar tiroid, nafas klien tidak berbau
keton, dan tidak ada luka ganggren. Hal ini terjadi karena tumor nasofaring tidak
menyerang kalenjar tiroid pasien sehingga tidak menganggu kerja sistem
endokrin.
h. Sistem Urogenital
Balance cairan klien dengan intake 1300 ml, output 500 ml, tidak ada
perubahan pola kemih (retensi urgency, disuria, tidak lampias, nokturia,
inkontinensia, anunia), warna BAK klien kuning jernih, tidak ada distensi
kandung kemih, tidak ada keluhan sakit pinggang. Tumor nasofaring tidak sampai
melebar sampai daerah urogenital sehingga tidak mengganggu sistem tersebut.

10

i. Sistem Integumen
Turgor kulit klien elastic, temperature kulit klien hangat, warna kulit pucat,
keadaan kulit baik, tidak ada luka, kelainan kulit tidak ada, kondisi kulit daerah
pemasangan infuse baik, tekstur kulit baik, kebersihan rambut bersih. Warna
pucat yang terlihat pada pasien menunjukkan adanya sumbatan yang ada di dalam
tenggorokan sehingga pasien terlihat pucat.
j. Sistem Musculoskeletal
Saat ini klien tidak ada kesulitan dalam pergerakan, tidak ada sakit pada
tulang, sendi dan kulit serta tidak ada fraktur. Tidak ada kelainan pada bentuk
tulang sendi dan tidak ada kelainan struktur tulang belakang, dan keadaan otot
baik. Pada tumor ini tidak menyerang otot rangka sehingga tidak ada kelainan
yang mengganggu sistem musculoskeletal.
3. Pola Aktifitas Sehari-hari
a. Pola Persepsi Kesehatan Manajemen Kesehatan
Tanyakan pada klien bagaimana pandangannya tentang penyakit yang
dideritanya dan pentingnya kesehatan bagi klien. Biasanya klien yang datang ke
rumah sakit sudah mengalami gejala pada stadium lanjut, klien biasanya kurang
mengetahui penyebab terjadinya serta penanganannya dengan cepat.
b. Pola Nutrisi Metabolik
Kaji kebiasaan diit buruk (rendah serat, aditif, bahan pengawet), anoreksia,
mual/muntah, mulut rasa kering, intoleransi makanan, perubahan berat badan,
perubahan kelembaban/turgor kulit. Biasanya klien akan mengalami penurunan
berat badan akibat inflamasi penyakit dan proses pengobatan kanker.
c. Pola Eliminasi
Kaji bagaimana pola defekasi konstipasi atau diare, perubahan eliminasi
urin, perubahan bising usus, distensi abdomen. Biasanya klien tidak mengalami
gangguan eliminasi.

11

d. Pola Aktivas Latihan


Kaji bagaimana klien menjalani aktivitas sehari-hari. Biasanya klien
mengalami kelemahan atau keletihan akibat inflamasi penyakit.
e. Pola Istirahat Tidur
Kaji perubahan pola tidur klien selama sehat dan sakit, berapa lama klien
tidur dalam sehari, biasanya klien mengalami perubahan pada pola istirahat,
adanya faktor-faktor yang mempengaruhi tidur seperti nyeri dan ansietas.
f. Pola Kognitif Persepsi
Kaji tingkat kesadaran klien, apakah klien mengalami gangguan penglihatan,
pendengaran, perabaan, penciuman, perabaan dan kaji bagaimana klien dalam
berkomunikasi, biasanya klien mengalami gangguan pada indra penciuman.
g. Pola Persepsi Diri dan Konsep Diri
Kaji bagaimana klien memandang dirinya dengan penyakit yang dideritanya,
apakah klien merasa rendah diri, biasanya klien akan merasa sedih dan rendah
diri karena penyakit yang dideritanya.
h. Pola Peran Hubungan
Kaji bagaimana peran fungsi klien dalam keluarga sebelum dan selama
dirawat di Rumah Sakit dan bagaimana hubungan sosial klien dengan masyarakat
sekitarnya, biasanya klien lebih sering tidak mau berinteraksi dengan orang lain.
i. Pola Reproduksi dan Seksualitas
Kaji apakah ada masalah hubungan dengan pasangan, apakah ada perubahan
kepuasan pada klien, biasanya klien akan mengalami gangguan pada hubungan
dengan pasangan karena sakit yang diderita.
j. Pola Koping dan Toleransi Stress
Kaji apa yang biasa dilakukan klien saat ada masalah, apakah klien
menggunakan obat-obatan untuk menghilangkan stres, biasanya klien akan sering
bertanya tentang pengobatan.
12

k. Pola Nilai dan Kepercayaan


Kaji bagaimana pengaruh agama terhadap klien menghadapi penyakitnya,
apakah ada pantangan agama dalam proses penyembuhan klien, Biasanya klien
lebih mendekatkan diri pada Tuhan Yang Maha Kuasa.
l. Pola kebersihan diri
Kaji bagaimana klien tentang tindakan dalam menjaga kebersihan diri.
4. Pemeriksaan Penunjang
Berisi hasil dari beberapa pemeriksaan diagnostik yang abnormal.
5. Penatalaksanaan
Pemberian terapi atau pengobatan untuk KNF seperti radioterapi, kemoterapi serta
obat-obatan.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan persepsi sensori (pendengaran) berhubungan dengan gangguan status organ
akibat proses penyakit .
2. Nyeri akut berhubungan dengan benjolan massa pada leher.
3. Gangguan harga diri rendah berhubungan dengan perubahan pada citra diri.
C. Intervensi Keperawatan
1. Dx I
a. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam pasien
diharapkan mampu beradaptasi terhadap perubahan sensori presepsi.
b. Kriteria Hasil : Mengenal gangguan dan berkompensasi terhadap perubahan.
c. Intervensi :
1). Tentukan ketajaman pendengaran
R : mengetahui perubahan dari hal-hal yang merupakan kebiasan klien.
2). Orientasikan terhadap lingkungan sekitar
R : lingkungan yang nyaman membantu proses penyembuhan
3). Observasi TTV dan gejala disorientasi

13

R : mengetahui faktor-faktor penyebab gangguan presepsi sensori yang lain


yang dialami klien
4) . Bicara pada sisi telinga yang sehat atau dengan menggunakan tulisan
R : keluhan dan informasi dapat tersampaikan.
2. Dx II
a. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam pasien
diharapkan rasa nyeri dapat teratasi dan terkontrol.
b. Kriteria Hasil : Klien tidak menunjukan tanda-tanda nyeri (grimace, gelisah,
peningkatan TD dan RR).
c. Intervensi :
1) Kaji riwayat nyeri.
R: mengetahui skala dan sifat nyeri.
2) Berikan tindakan kenyamanan dan modifikasi lingkungan.
R: meningkatkan relaksasi klien.
3) Ajarkan teknik distraksi dan relaksasi.
R: dapat mengurangi rasa nyeri.
4) Kolaborasi pemberian analgetik
R: mengurangi rasa nyeri secara medikamentosa.
3. Dx III
a. Tujuan : klien dapat menerima keadaan dirinya.
b. Kriteria Hasil : mengatakan penerimaan diri dan keterbatasan dirinya.
c. Intervensi :
1). Monitor pernyataan klien tentang harga diri.
R: mengetahui respon klien.
2). Anjurkan klien untuk mengidentifikasi kekuatan yang ada pada dirinya.
R: membantu klien menggali potensi yang dimilikinya.
3). Anjurkan kontak mata jika berkomunikasi dengan orang lain.
R: memunculkan rasa percaya diri klien.
14

D. Implementasi
1. Definisi
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh
perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi kestatus
kesehatan yang baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan (Gordon,
1994, dalam Potter & Perry, 1997). Ukuran intervensi keperawatan yang diberikan
kepada klien terkait dengan dukungan, pengobatan, tindakan untuk memperbaiki
kondisi, pendidikan untuk klien-keluarga, atau tindakan untuk mencegah masalah
kesehatan yang muncul dikemudian hari.
Untuk kesuksesan pelaksanaan implementasi keperawatan agar sesuai dengan
rencana keperawatan, perawat harus mempunyai kemampuan kognitif (intelektual),
kemampuan dalam hubungan interpersonal, dan keterampilan dalam melakukan
tindakan.
Proses pelaksanaan implementasi harus berpusat kepada kebutuhan klien, faktorfaktor lain yang mempengaruhi kebutuhan keperawatan, strategi implementasi
keperawatan, dan kegiatan komunikasi. (Kozier et al., 1995).
Dalam Implementasi tindakan keperawatan memerlukan beberapa pertimbangan,
antara lain:
1). Individualitas klien, dengan mengkomunikasikan makna dasar dari suatu
implementasi keperawatan yang akan dilakukan.
2). Melibatkan klien dengan mempertimbangkan energi yang dimiliki,
penyakitnya, hakikat stressor, keadaan psiko-sosio-kultural, pengertian terhadap
penyakit dan intervensi.
3). Pencegahan terhadap komplikasi yang mungkin terjadi.
4) . Mempertahankan kondisi tubuh agar penyakit tidak menjadi lebih parah serta
upaya peningkatan kesehatan.
5). Upaya rasa aman dan bantuan kepada klien dalam memenuhi kebutuhannnya.
penampilan perawat yang bijaksana dari segala kegiatan yang dilakukan
kepada klien

2. Tipe Implementasi
Menurut Craven dan Hirnle (2000) secara garis besar terdapat tiga kategori dari
implementasi keperawatan, antara lain:
a. Cognitive implementations
15

Meliputi pengajaran/ pendidikan, menghubungkan tingkat pengetahuan klien


dengan kegiatan hidup sehari-hari, membuat strategi untuk klien dengan disfungsi
komunikasi, memberikan umpan balik, mengawasi tim keperawatan, mengawasi
penampilan klien dan keluarga, serta menciptakan lingkungan sesuai kebutuhan,
dan lain lain.
b. Interpersonal implementations
Meliputi koordinasi kegiatan-kegiatan, meningkatkan pelayanan, menciptakan
komunikasi terapeutik, menetapkan jadwal personal, pengungkapan perasaan,
memberikan dukungan spiritual, bertindak sebagai advokasi klien, role model,
dan lain lain.
c. Technical implementations
Meliputi pemberian perawatan kebersihan kulit, melakukan aktivitas rutin
keperawatan, menemukan perubahan dari data dasar klien, mengorganisir respon
klien yang abnormal, melakukan tindakan keperawatan mandiri, kolaborasi, dan
rujukan, dan lain-lain. Sedangkan dalam melakukan implementasi keperawatan,
perawat dapat melakukannya sesuai dengan rencana keperawatan dan jenis
implementasi

keperawatan.

Dalam

pelaksanaannya

terdapat

tiga

jenis

implementasi keperawatan, antara lain:


1). Independent implementations
Adalah

implementasi yang diprakarsai sendiri oleh perawat untuk

membantu klien dalam mengatasi masalahnya sesuai dengan kebutuhan,


misalnya: membantu dalam memenuhi activity daily living (ADL),
memberikan perawatan diri, mengatur posisi tidur, menciptakan lingkungan
yang terapeutik, memberikan dorongan motivasi, pemenuhan kebutuhan
psiko-sosio-spiritual, perawatan alat invasive yang dipergunakan klien,
melakukan dokumentasi, dan lain-lain.
2). Interdependen/ Collaborative implementations
Adalah tindakan keperawatan atas dasar kerjasama sesama tim
keperawatan atau dengan tim kesehatan lainnya, seperti dokter. Contohnya
dalam hal pemberian obat oral, obat injeksi, infus, kateter urin, naso gastric
tube (NGT), dan lain-lain. Keterkaitan dalam tindakan kerjasama ini misalnya
dalam pemberian obat injeksi, jenis obat, dosis, dan efek samping merupakan
tanggungjawab dokter tetapi benar obat, ketepatan jadwal pemberian,
ketepatan cara pemberian, ketepatan dosis pemberian, dan ketepatan klien,
16

serta respon klien setelah pemberian merupakan tanggung jawab dan menjadi
perhatian perawat.
3). Dependent implementations,
Adalah tindakan keperawatan atas dasar rujukan dari profesi lain,
seperti ahli gizi, physiotherapies, psikolog dan sebagainya, misalnya dalam
hal: pemberian nutrisi pada klien sesuai dengan diit yang telah dibuat oleh ahli
gizi, latihan fisik (mobilisasi fisik) sesuai dengan anjuran dari bagian
fisioterapi.

3. Tahap Yang Perlu Diperhatikan Dalam Implementasi


a. Pendekatan Tindakan
Dalam Implementasi tindakan keperawatan memerlukan beberapa pertimbangan,
antara lain:

Individualitas klien, dengan mengkomunikasikan makna dasar dari suatu

implementasi keperawatan yang akan dilakukan.


Melibatkan klien dengan mempertimbangkan energi yang dimiliki, penyakitnya,
hakikat stressor, keadaan psiko-sosio-kultural, pengertian terhadap penyakit dan

intervensi.
Pencegahan terhadap komplikasi yang mungkin terjadi.
Mempertahankan kondisi tubuh agar penyakit tidak menjadi lebih parah serta

upaya peningkatan kesehatan.


Upaya rasa aman dan bantuan kepada klien dalam memenuhi kebutuhannnya.
Penampilan perawat yang bijaksana dari segala kegiatan yang dilakukan kepada
klien.

b. Prinsip Implementasi
Beberapa pedoman atau prinsip dalam pelaksanaan implementasi keperawatan
(Kozier et al, 1995) adalah sebagai berikut:

Berdasarkan respons klien.


Berdasarkan ilmu pengetahuan,

pelayanan professional, hukum dan kode etik keperawatan.


Berdasarkan penggunaan sumber-sumber yang tersedia.
Sesuai dengan tanggung jawab dan tanggung gugat profesi keperawatan.
Mengerti dengan jelas pesanan-pesanan yang ada dalam rencana intervensi

keperawatan.
Harus dapat menciptakan adaptasi dengan klien sebagai individu dalam upaya

hasil

penelitian

keperawatan,

meningkatkan peran serta untuk merawat diri sendiri (Self Care).

17

standar

Menekankan pada aspek pencegahan dan upaya peningkatan status kesehatan.

Dapat menjaga rasa aman, harga diri dan melindungi klien.


Memberikan pendidikan, dukungan dan bantuan.
Bersifat holistik.
Kerjasama dengan profesi lain.
Melakukan dokumentasi

c. Metode Implementasi

Membantu Dalam Aktivitas Kehidupan Sehari-Hari


Aktivitas Kehidupan Sehari-Hari(AKS) adalah aktivitas yang biasanya
dilakukan sepanjang hari/ normal, aktivitas tersebut mencakup: ambulasi,
makan,

berpakaian,

mandi,menyikat

gigi,dan

berhias.Kondisi

yang

mengakibatkan kebutuhan AKS dapat bersifat akut, kronis, temporer, permanen,


Sebagai contoh, klien pascaoperatif yang tidak mampu untuk secara mandiri
menyelesaikansemua

AKS,Sementara

terus

beralih

melewati

periode

pascaoperatif,klien secara bertahap kurang bergantung pada perawat untuk


menyelesaikan AKS.

Konseling
Konseling merupakan metoda implementasi yang membantu klien
menggunakan proses pemecahan masalah untuk mengelani dan menangani
stres

dan

yang

memudahkan

hubungan

interpersonal

diantara

klien,keluarganya,dan tim perawatan kesehatan.klien dengan diagnosa


psikiatris membutuhkan terapi oleh perawat yang mempunyai keahlian dalam
keperawatan psikiatris oleh pekerja sosial,psikiater dan psikolog

Penyuluhan
Digunakan menyajikan prinsip,prosedur dan teknik yang tepat tentang
perawatan kesehatan untuk klien dan untuk menginformasikan klien tentang
ststus kesehatannya.

Memberikan asuhan keperawatan langsung


Untuk mencapai tujuan terapeutik klien,perawat melakukan intervensi
untuk mengurangi reaksi yang merugikan dengan menggunakan tindakan
pencegahan dan preventive dalam memberikan asuhan.

E. Evaluasi
18

1. Definisi
Tahap penilaian atau evaluasi adalah perbandingan yang sistematik dan
terencana tentang kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan
dengan cara bersinambungan dengan melibatkan klien dan tenaga kesehatan lainnya.
Merupakan tahap akhir dari rangkaian proses keperawatan yang berguna apakah
tujuan dari tindakan keperawatan yang telah dilakukan tercapai atau perlu pendekatan
lain.
Sesuai dengan rencana tindakan yang telah diberikan, dilakukan penilaian untuk
melihat keberhasilannya. Bila tidak atau belum berhasil, perlu disusun rencana baru
yang sesuai. Semua tindakan keperawatan mungkin tidak dapat dilaksanakan dalam
satu kali kunjungan ke keluarga. Untuk itu dapat dilaksanakan secara bertahap sesuai
dengan waktu dan kesediaan keluarga.
Penilaian keperawatan merupakan kegiatan melaksanakan rencana tindakan
yang telah ditentukan, untuk mengetahui pemenuhan kebutuhan klien secara optimal
dan mengukur hasil.
Penilaian keperawatan adalah mungukur keberhasilan dari rencana dan
pelaksanaan tindakan keperawatan yang dilakukan

memenuhi kebutuhan klien.

Penilaian adalah tahap yang menentukan apakah tujuan tercapai, dengan rincian :

Berhasil

ditetapkan dalam tujuan.


Tercapai sebagian : klien menunjukkan perilaku tetapi tidak sebaik yang ditentukan

dalam tujuan.
Belum tercapai

: perilaku klien sesuai dengan tujuan dan KH sesuai dengan waktu yang

: klien tidak mampu sama sekali menunjukan perilaku yang

diharpkan pada tujuan.

2. Jenis Evaluasi
Evaluasi disusun menggunakan SOAP secara operasional dengan sumatif
(dilakukan selama proses asuhan keperawatan) dan formatif (dengan proses dan
evaluasi akhir).
Evaluasi dapat dibagi menjadi 2 jenis yaitu:
a. Evaluasi Berjalan (Sumatif)
19

Evaluasi jeni ini dikerjakan dalam bentuk pengisian format catatan


perkembangan dengan berorientasi kepada masalah yang dialami oleh keluarga,
format yang dipakai adalah format SOAP.
b. Evaluasi Akhir (Formatif)
Evaluasi jenis ini dikerjakan dengan cara membandingkan antara tujuan yang
akan dicapai. Bila terdapat kesenjangan diantara keduanya, mungkin semua tahap
dalam proses keperawatan perlu ditinjau kembali, agar didapat data-data, masalah
atau rencana yang perlu dimodifikasi.

20

DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall. 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. EGC : Jakarta.
Doenges, M. G. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3.EGC : Jakarta.
Prasetyo B. 2001. Ilmu Penyakit THT. EGC : Jakarta.
http://clarisaruthreginakaban.blogspot.co.id/2013/11/asuhan-keperawatan-ca-nasofaring.html
diakses pada tanggal 22 November 2016 pukul 16.30 WITA.
http://dewinrhasanah.blogspot.co.id/2013/10/implementasi-dan-evaluasi-keperawatan.html
diakses pada tanggal 22 November 2016 pukul 16.45 WITA.
https://semaraputraadjoezt.wordpress.com/2012/11/04/asuhan-keperawatan-pada-pasiendengan-ca-nasofaring/ diakses pada tanggal 22 November 2016 pukul 16.50 WITA.
http://bangeud.blogspot.co.id/2011/11/asuhan-keperawatan-ca-nasofaring.html diakses pada
tanggal 22 November 2016 pukul 17.00 WITA.

21

Anda mungkin juga menyukai