Referat Glaukoma
Referat Glaukoma
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Glaukoma merupakan penyebab kebutaan kedua terbanyak setelah katarak di
seluruh dunia. Berbeda dengan katarak, kebutaan yang diakibatkan glaukoma bersifat
permanen, atau tidak dapat diperbaiki (irreversible). Hal ini menjadi tantangan
tersendiri dalam upaya pencegahan dan penanganan kasus glaukoma. Berdasarkan
data WHO 2010, diperkirakan sebanyak 3,2 juta orang mengalami kebutaan akibat
glaukoma.1
Glaukoma adalah suatu neuropati optik yang ditandai dengan meningkatnya
tekanan bola mata, atrofi papil saraf optik, dan menciutnya lapang pandang.
Berdasarkan etiologi, glaukoma dibagi menjadi 4 bagian yaitu glaukoma primer,
glaukoma kongenital, glaukoma skunder dan glaukoma absolut. Berdasarkan
mekanisme peningkatan tekanan intraokular glaukoma dibagi menjadi glaukoma
sudut terbuka dan glaukoma sudut tertutup.2
Pada sebagian besar kasus, glaukoma tidak disertai dengan penyakit mata
lainnya (glaukoma primer). Glaukoma primer sudut terbuka merupakan bentuk yang
tersering, bersifat kronik dan progresif, menyebabkan pengecilan lapang pandang
bilateral progresif asimptomatik yang muncul perlahan dan sering tidak terdeteksi
sampai terjadi pengecilan lapang pandang yang ekstensif. Penatalaksanaan glaukoma
berupa medikamentosa dan non-medikamentosa. Prinsip medikamentosa adalah
menahan supresi humor aquous. Terapi bedah dilakukan berdasarkan indikasi apabila
sudah tidak bisa diberikan obat-obatan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Glaukoma
Glaukoma
merupakan
suatu
neuropati
optik
yang
ditandai
dengan
Gambar 1
Tekanan intraokuler ditentukan oleh kecepatan pembentukan humor aquos
dan tahanan terhadap aliran keluarnya dari mata. Humor aquos merupakan cairan
jernih yang mengisi kamera okuli anterior dan posterior. Volume humor aquos sekitar
250 L, dan kecepatan pembentukannya 2,5 L/menit. Komposisi humor aquos
hampir sama dengan komposisi plasma, yaitu mengandung askorbat, piruvat, laktat,
protein, dan glukosa.2
Humor aquos merupakan media refrakta jadi harus jernih. Sistem pengeluaran
humor aquos terbagi menjadi 2 jalur, yaitu sebagian besar melalui sistem vena dan
sebagian kecil melalui otot ciliaris. Pada sistem vena, humor aquos diproduksi oleh
prosesus ciliaris masuk melewati kamera okuli posterior menuju kamera okuli
anterior melalui pupil. Setelah melewati kamera okuli anterior cairan humor aquos
menuju trabekula meshwork ke angulus iridokornealis dan menuju kanalis Schlemm
yang akhirnya masuk ke sistem vena. Aliran humor aquos akan melewati jaringan
trabekulum sekitar 90 %. Sedangkan sebagian kecil humor aquos keluar dari mata
melalui otot siliaris menuju ruang suprakoroid untuk selanjutnya keluar melalui
sklera atau saraf maupun pembuluh darah. Jalur ini disebut juga jalur uveosklera (1015%).2
2.3 Faktor Risiko Glaukoma
a. Tekanan Intra Okuli
Sejumlah faktor yang dapat berhubungan dengan timbulnya glaukoma sudut
terbuka primer adalah tekanan bola mata. Hal ini disebabkan karena tekanan bola
mata merupakan salah satu faktor yang paling mudah dan paling penting untuk
meramalkan timbulnya glaukoma di masa mendatang. Secara umum dinyatakan
bahwa tekanan bola mata yang lebih tinggi akan lebih memungkinkan terhadap
peningkatan progresifitas kerusakan diskus optikus, walaupun hubungan antara
tingginya tekanan bola mata dan besarnya kerusakan sampai saat ini masih
diperdebatkan. Beberapa kasus menunjukkan, bahwa adanya tekanan bola mata di
atas nilai normal akan diikuti dengan kerusakan diskus optikus dan gangguan
lapang pandangan dalam beberapa tahun. Sebaliknya pada beberapa kasus, pada
tekanan bola mata yang normal dapat juga terjadi kerusakan pada diskus optikus
dan lapang pandangan. Oleh karena itu, definisi tekanan bola mata yang normal
sangat sukar untuk ditentukan dengan pasti.5
b. Jenis Kelamin
Wanita lebih berisiko terkena glaukoma 3-4 kali daripada pria. Penelitian pada
mata normal menunjukkan bahwa wanita memiliki bilik mata depan yang lebih
dangkal daripada laki-laki.5
c. Usia
Bilik mata depan akan menurun volumenya seiring bertambahnya usia.
Perubahan ini biasanya mengakibatkan glaukoma sudut tertutup dan paling umum
diderita antara usia 55 dan 65 tahun.
1. Glaukoma Primer
1.1 Glaukoma Primer Sudut Terbuka Primer
Glaukoma primer sudut terbuka adalah glaukoma yang penyebabnya tidak
ditemukan dan ditandai dengan sudut bilik mata depan yang terbuka. Gambaran
patologik utama pada glaukoma primer sudut terbuka adalah adanya proses
degenerasi anyaman trabekular, termasuk pengendapan materi ekstrasel di dalam
anyaman dan dibawah lapisan endotel kanal schlemn. Akibatnya adalah
penurunan drainase aquous humor yang menyebabkan peningkatan tekanan
intraocular.2
Diagnosis
Diagnosis glaukoma sudut terbuka primer ditegakkan apabila ditemukan
kelainan-kelainan glaukomantosa pada diskus optikus dan lapang pandang yang
disertai dengan peningkatan tekanan intraocular, sudut bilik mata depan terbuka
dan tampak normal, dan tidak terdapat sebab lain yang menyebabkan
peningkatan tekanan intraocular. Diperlukan pemeriksaan tonometri berulang.3
Pemeriksaan untuk Glaukoma Sudut Terbuka Primer
Masalah dalam glaukoma sudut terbuka primer adalah tidak adanya gejala
sampai penyakit relatif lanjut. Sewaktu pasien pertama kali menyadari adanya
kehilangan lapang pandang, biasanya telah terjadi kerusakan nervus optikus yang
bermakna.
Untuk
mendiagnosis
sebagian
besar
masih
mengandalkan
sudut
tertutup
akut
merupakan
suatu
kegawatdaruratan
sudut membaik dengan spontan, tetapi terjadi akumulasi kerusakan pada sudut
bilik mata depan disertai pembentukan sinekia anterior perifer. Glaukoma sudut
tertutup subakut kadang-kadang dapat berkembang menjadi sudut tertutup akut.3
Glaukoma sudut tertutup akut yang berulang dengan gejala ringan dan sering
didahului dengan peningkatan tekanan intra okuli. Didapatkan riwayat serangan
berulang berupa nyeri, kemerahan, dan kekaburan pengelihatan disertai halo
disekitar cahaya pada satu mata. Serangan sering terjadi pada malam hari dan
sembuh dalam semalam. Gejala yang timbul dapat hilang secara spontan,
terutama pada waktu tidur karena dapat menginduksi miosis.6\
Pemeriksaan diantara waktu serangan mungkin hanya memperlihatkan sudut
bilik mata depan yang sempit disertai dengan sinekia anterior perifer. Diagnisa
dapat dipastikan dengan genioskopi. Terapinya adalah iridotomi perifer dengan
laser.3
1.2.3 Glaukoma Sudut Tertutup Kronik
Pasien dengan predisposisi anatomi penutupan sudut bilik mata depan
mungkin tidak pernah mengalami episode peningkatan tekanan intraokuler akut,
tetapi mengalami sinekia anterior yang semakin meluas disertai dengan
peningkatan tekanan intraokular secara bertahap. Para pasien ini bermanifestasi
seperti apa yang diperlihatkan oleh pasien glaukoma sudut terbuka primer,
sering dengan penyempitan lapang pandang yang intensif di kedua mata.
Sesekali, pasien-pasien tersebut mengalami serangan penutupan sudut subakut.3
Pada pemeriksaan dijumpai peningkatan tekanan intraokular, sudut bilik mata
depan yang sempit disertai sinekia anterior, serta kelainan diskus optikus dan
lapang pandang.6
Iridotomi perifer dengan laser harus selalu dilakukan sebagai langkah pertama
penanganan pasien-pasien ini. Apabila mungkin, tekanan intraokuler kemudian
dikontrol secara medis, tetapi luasnya sinekia anterior dan lambatnya aliran
keluar aquous humor melalui anyaman trabekular yang tersisa menyebabkan
pengontrolan tekanan sangat sulit dilakukan. Jadi sering kali dilakukan tindakan
drainase secara bedah.3
2. Glaukoma Kongenital
2.1 Glaukoma Kongenital Primer
Glaukoma primer merupakan suatu glaukoma pada anak-anak dengan
trabekulodisgenesis tetapi tanpa anomaly okuler dan sistemik dari perkembangan
dan tanpa adanya penyakit okuler yang menyebabkan peningkatan tekanan
intraokuler. Schele mengemukakan pembagian glaukoma primer menjadi :
- Glaucoma kongenital primer (infantil) yang berkembang pada awal kehidupan
hingga anak berusia sebelum 3 tahun.
- Glaukoma remaja (juvenil) yang berkembang setelah usia empat tahun sampai
usia sebelum 16 tahun.
Karakteristik dari glaukoma ini mencakup tiga tanda klasik pada bayi baru lahir
yaitu, epifora, fotofobia, dan blefarospasme. Glaucoma primer, khususnya
glaukoma infantil, adalah glaukoma akibat penyumbatan pengaliran keluar cairan
mata oleh jaringan sudut bilik mata yang terjadi oleh adanya kelainan kongenital.
Kelainan ini akibat terdapatnya membran kongenital yang menutupi sudut bilik
mata pada saat perkembangan bola mata, kelainan pembentukan canal schlem, dan
tidak sempurnanya pembentukan pembuluh darah balik yang menampung cairan
bilik mata ke luar.
Akibat pembendungan cairan mata ini, tekanan bola mata meninggi pada saat
bola mata sedang dalam perkembangan sehingga selain ekskavasio papil
bertambah, juga terjadi pembesaran bola mata seperti kornea dan sclera yang
disebut buftalmos. Pada kornea akan terjadi robekan membrane descemet sehingga
terjadi edema kornea.
2.2 Glaukoma disertai dengan Kelainan Kongenital
10
Galukoma ini merupakan gangguan sindromik atau kondisi medis lainnya yang
didapatkan pada saat lahir, seperti sindrom Aniridia, Axenfeld-riger, SturgeWeber,
retinopati prematuritas, dan bawaan rubella.
2.3 Glaukoma Kongenital Skunder
Glaucoma sekunder merupakan hasil dari proses yang hadir setelah lahir, seperti
peradangan, penggunaan obat (steroid), operasi mata sebelumnya, dan trauma.
Glaukoma akibat steroid dikaitkan dengan pemakaian kortikosteroid topical
maupun sistemik yang dapat mencetuskan terjadinya glaukoma. Pada pasien ini
akan terjadi peninggian tekanan bola mata dengan keadaan mata yang terlihat dari
luar putih atau normal.
3. Glaukoma Skunder
Peningkatan tekanan intraokular yang terjadi sebagai suatu manifestasi dari
penyakit mata lain. Golongan penyakit ini sulit diklasifikasikan secara
memuaskan. Terapinya adalah pengontrolan tekanan intraokular dengan cara medis
dan bedah, serta mengatasi penyakit yang mendasari apabila mungkin.3
3.1 Glaukoma Akibat Kelainan Lensa
3.1.1 Dislokasi Lensa
Lensa kristalina dapat mengalami dislokasi akibat trauma atau secara spontan.
Dislokasi anterior dapat menimbulkan sumbatan pada aperture pupil yang
menyebabkan iris bombe dan penutupan sudut. Dislokasi posterior ke dalam
vitreus juga berkaitan dengan glaukoma, ini mungkin diakibatkan oleh kerusakan
sudut pada waktu dislokasi traumatik.3
Pada dislokasi anterior, terapi definitifnya adalah ekstraksi lensa segera
setelah tekanan intraokular terkontrol secara medis. Pada dislokasi posterior, lensa
biasanya dibiarkan dan glaukoma diobati sebagai glaukoma sudut terbuka primer.2
3.1.2 Intumesensi Lensa
11
12
13
14
tekanan intraokular pada para pengidap glaukoma sudut terbuka primer. Penghentian
pengobatan biasanya menghilangkan efek-efek tersebut, tetapi dapat terjadi kerusakan
permanen apabila keadaan tersebut tidak disadari dalam waktu lama. Apabila terapi
steroid topikal mutlak diperlukan, terapi glaukoma secara medis biasanya dapat
mengontrol tekanan intraokular. Terapi steroid sistemik jarang menyebabkan
peningkatan tekanan intraokular. Pasien yang mendapat terapi steroid topikal atau
sistemik harus menjalani tonometri dan oftalmoskopi secara periodic, terutama
apabila terdapat riwayat glaukoma dalam keluarga.3
4. Glaukoma Absolut
Glaukoma absolut merupakan stadium terakhir semua jenis glaukoma disertai
kebutaan total. Apabila disertai nyeri yang tidak tertahan, dapat dilakukan
cyclocryo therapy untuk mengurangi nyeri. Seringkali enukleasi merupakan
tindakan paling efektif. Apabila tidak disertai nyeri, bola mata dibiarkan.2
2.5 Diagnosis
Pemeriksaan glaukoma jika hanya dengan memeriksa TIO tidaklah cukup
untuk menegakkan diagnosa glaukoma, maka harus dilakukan pemeriksaan mata
lengkap, antara lain (American Of Ophthalmology, 2002):
a. Pemeriksaan Visus
Pemeriksaan visus bukan merupakan cara yang khusus untuk
glaukoma, namun tetap penting, karena ketajaman visus yang baik misalnya
6/6 belum berarti tidak glaukoma.
b. Mengukur tekanan intraokular dengan tonometri
Tonometri diperlukan untuk mengukur tekanan bola mata. Dikenal
empat cara tonometri, untuk mengetahui tekanan intraokular, yaitu:
- Palpasi atau digital dengan jari telunjuk.
- Indentasi dengan tonometer Schiotz.
- Aplanasi dengan tonometer aplanasi goldman.
15
- Nonkontak pneumotonometri
c. Memeriksa sudut aliran mata dengan gonioskopi
Gonioskopi adalah suatu cara untuk memeriksa sudut bilik mata depan
dengan menggunakan lensa kontak khusus. Dalam hal glaukoma,gonioskopi
diperlukan untuk menilai lebar dan sempitnya sudut bilik mata depan
d. Mengevaluasi ada atau tidaknya kerusakan saraf mata dengan oftalmoskopi
Pemeriksaan fundus mata, khususnya untuk memperhatikan keadaan
papil saraf optik, sangat penting dalam pengelolaan glaukoma kronik. Papil
saraf optik yang dinilai adalah warna papil saraf optik dan lebarnya ekskavasi.
Apakah suatu pengobatan berhasil atau tidak dapat dilihat dari ekskavasi yang
luasnya tetap atau terus membesar (Ilyas, 2002).
e. Pemeriksaan lapangan pandang
Akibat yang ditimbulkan oleh glaukoma dapat dinilai dari kerusakan
lapang pandangan oleh karena itu pemeriksaan lapang pandangan adalah
sangat penting. Hasil tajam penglihatan tidak boleh dipakai sebagai patokan
untuk menentukan apakah penderita mengidap glaukoma atau tidak, atau untuk
meramalkan tahap lanjutnya glaukoma.
2.6 Penatalaksanaan Medikamentosa
2.6.1 Supresi Pembentukan Humor Aqueus
2.6.1.1 Golongan -adrenergik Bloker
Obat golongan ini dapat digunakan sebagai monoterapi atau dengan
kombinasi dengan obat yang lain. Contoh obat golongan B-adrenergic bloker
misalnya timolol maleat 0,25% dan 0.5%, betaxolol 0,25% dan 0,5%, levobunolol
dan lain-lain.
Timolol maleat merupakan -adrenergik non selektif baik 1 atau 2. Timolol
tidak memiliki aktivitas simpatomimetik, sehingga apabila diteteskan pada mata
dapat mengurangi tekanan intraokuler. Timolol dapat menurunkan tekanan intraokuler
sekitar 20-30%.15,16 Reseptor - adrenergik terletak pada epitel siliaris, jika
16
17
18
efektif dalam menurunkan tekanan intraokuler apabila konsentrasi obat bebas dalam
plasma 2,5 M.16,18 Apabila diberikan secara oral, konsentrasi puncak pada plasma
dapat diperoleh dalam 2 jam setelah pemberian dapat bertahan selama 4-6 jam dan
menurun dengan cepat karena ekskresi pada urin.
Indikasi asetasolamid terutama untuk menurunkan tekanan intraokuler,
mencegah prolaps korpus vitreum, dan menurunkan tekanan introkuler pada pseudo
tumor serebri. Kontraindikasi relatif untuk sirosis hati, penyakit paru obstruktif
menahun, gagal ginjal, diabetes ketoasidosis dan urolithiasis.
Efek samping yang paling sering dikeluhkan parastesi dan inisial diuresis,
sedangkan efek lain yang dapat muncul apabila digunakan dalam jangka lama antara
lain metalic taste, malaise, nausea, anoreksia, depresi, pembentukan batu ginjal,
depresi sumsum tulang, dan anemia aplastik.
b. Penghambat Karbonat Anhidrase Topikal
Penghambat karbonat anhidrase topikal bersifat larut lemak sehingga bila
digunakan secara topikal daya penetrasi ke kornea relatif rendah. Pemberian
dorsolamid topikal akan terjadi penetrasi melalui kornea dan sklera ke epitel tak
berpigmen prosesus siliaris sehingga dapat menurunkan produksi humor aqueus dan
HCO3- dengan cara menekan enzim karbonik anhidrase II. Penghambat karbonik
anhidrase topikal seperti dorsolamid bekerja efektif menurunkan tekanan intraokuler
karena konsentrasi di prosesus siliaris mencapai 2-10M.Pe nghambat karbonat
19
20
Analog prostaglandin merupakan obat lini pertama yang efektif digunakan pada
terapi glaukoma misalnya, latanopros. Latanopros merupakan obat baru yang paling
efektif katena dapat ditoleransi dengan baik dan tidak menimbulkan efek samping
sistemik. Farmakokinetik latanopros mengalami hidrolisis enzim di kornea dan
diaktifkan menjadi asam latanopros. Penurunan tekanan intraokuler dapat dilihat
setelah 3-4 jam setelah pemberian dan efek maksimal yang terjadi antara 8-12 jam.
Cara kerja obat ini dengan meningkatkan aliran keluarnya humor aqueus
melalui uveosklera. Obat ini diindikasikan pada glaukoma sudut terbuka,
hipertensi okuler yang tidak toleran dengan antiglaukoma lain. kontrandikasi pada
pasien yang sensitif dengan latanopros.
21
22
ini biasanya dilakukan pada glaukoma sudut tertutup, sangat efektif dan sangat aman,
namun waktu pulihnya agak lama.
2.7.4 Trabekulektomi
Merupakan teknik yang paling sering digunakan. Pada teknik ini, bagian kecil
trabekula yang terganggu diangkat kemudian dibentuk bleb dari konjungtiva sehingga
terbentuk jalur drainase yang baru. Lubang ini akan meningkatkan aliran keluaran
humor aquous sehingga dapat menurunkan tekanan ocular. Tingkat keberhasilan
operasi ini cukup tinggi pada tahun pertama, sekitar 70-80%.
2.8 Prognosis Glaukoma
Apabila terdeteksi dini, sebagian besar pasien glaukoma dapat ditangani
dengan baik secara medis. Tanpa pengobatan, glaukoma sudut terbuka dapat
berkembang secara perlahan sehingga akhirnya menimbulkan kebutaan total. Apabila
obat tetes antiglaukoma dapat mengontrol tekanan intraokular pada mata yang belum
pernah mengalami kerusakan glaukomatusa luas, prognosis akan baik.
23
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Glaukoma adalah suatu kelainan mata berupa neuropati optik dengan
karakteristik yang berhubungan dengan berkurangnya lapang pandang dengan faktor
risiko utama adalah peningkatan tekanan intraokuler. Diagnisa dari glaukoma
ditentukan dari anamnesis, pemeriksaan fisik serta pemeriksaan penunjang.
Pemeriksaan penunjang merupakan satu-satunya pembanding diagnosa sudut terbuka
atau sudut tertutup. Penatalaksanaan glaukoma berupa medikamentosa dan nonmedikamentosa. Prinsip medikamentosa adalah menahan supresi humor aquous.
Terapi bedah dilakukan berdasarkan indikasi apabila sudah tidak bisa diberikan obatobatan.
24
DAFTAR PUSTAKA
1. American Academi of Ophtalmology. 2005. Acute Primary Angle Clossure
Glaucoma in Basic and Clinical Science Course, Section 10.
2. Ilyas, S. 2010. Penuntun Ilmu Penyakit Mata Ed.3. Jakarta: Balai Penerbit FKUI
3. Riordan-Eva, P and Whitcher, J P. 2010. Vaughan and Asbury Oftalmology Ed.
17. Jakarta: EGC.
4. James B, Chew C, dan Bron A. 2006. Lecture Notes Oftalmologi Ed. 9.
Jakarta:Erlangga.
5. Liesegang, T J, Skuta G L, and Cantor L B. 2005. Basic and Clinical Science
Course : Glaucoma.United Stated of America: American Academy of
Ophthalmology.
6. Kanski, J J. 2005. Ophthalmology Infocus. Philadelphia: Elseiver Limited.