Anda di halaman 1dari 8

37

BAB III
BAHAN DAN METODE EVALUASI

3.1. Pengumpulan Data


Pengumpulan data dilakukan dengan :
a. Data sekunder
Data sekunder dikumpulkan dengan mempelajari dokumentasi Puskesmas
yaitu laporan program KIA di Puskesmas Rawat Inap Gedong Air bulan
Januari-Juni 2016.

3.2 Indikator dan Tolak Ukur Penilaian


Evaluasi dilakukan pada Program KIA di Puskesmas Rawat Inap
Gedong AirKedaton bulan Januari-Juni 2016. Sebagai langkah awal, akan
ditetapkan indikator untuk mengukur keluaran sebagai keberhasilan dari suatu
program, kemudian membandingkan hasil pencapaian tiap-tiap indikator
keluaran dengan tolak ukur masing-masing. Hal ini berguna untuk
mengidentifikasi masalah yang ada pada pelaksanaan program. Sumber
rujukan tolak ukur penilaian yang digunakan adalah:
1. Profil Kesehatan Indonesia tahun 2012
2. Buku Pedoman kerja Puskesmas Jilid II Tahun 1999.
3. Stratifikasi Puskesmas tahun 2003.

37

38

Tabel 3.1. Tolak Ukur Program Kesehatan Ibu dan Anak


Kegiatan

Pencapaian

Sasaran

Target
(%)

ABS

723
79
108
723

100
80
80
100

354
2
15
18
354

48.96
0.28
18.99
16.67
48.96

723
2921
2124
-

95
90
90
85

345
1705
1015
2079
1769

47.72
58.32
47.78

Jumlahbayilahirhidup
Jumlahbayilahirmati
Jumlah BBLR
Jumlah neonatal resti
Jumlah Kunjungan Neonatal
(KN)
Jumlah kunjunganbayi
SDIDTK Anbal
SDIDTK Apras
Jumlah Kunjunganbalitasakit
Jumlah Kunjunganbalitasakit
di MTBS

85.09

3.3. Cara Analisis


Evaluasi Program KIA khususnya Angka Kematian Ibu dan Anak di
Puskesmas Rawat Inap Gedong Air berikut :
1. Menetapkan tolak ukur atau indikator dari unsur masukan, proses,
keluaran, lingkungan, umpan balik dan dampak. Tolak ukur merupakan
standar atau target unsur sistem dari suatu program sebagai syarat agar
program dapat terlaksana dengan baik.
2. Membandingkan keluaran pada pencapaian program dengan tolak ukur
untuk mencari adanya kesenjangan. Tujuan pembandingan keluaran pada
program dengan tolak ukur adalah agar suatu masalah dapat diidentifikasi
apabila terdapat kesenjangan antara keluaran pada program dengan
keluaran pada tolak ukur.

39

3. Menetapkan prioritas masalah.


Penentuan prioritas masalah harus dilakukan jika terdapat lebih dari satu
masalah. Hal ini disebabkan oleh adanya keterbatasan dan sumber daya,
serta kemungkinan adanya masalah-masalah tersebut berkaitan satu
dengan yang lainnya. Masalah yang dianggap paling besar, mudah
diintervensi, dan paling penting, akan menjadi prioritas. Penentuan
prioritas masalah dilakukan menggunakan teknik kriteria matriks yang
terdiri dari 3 komponen:
1) Pentingnya masalah (I), yang terdiri dari:
a. Besarnya masalah (P)
b. Akibat yang ditimbulkan oleh masalah (S)
c. Kenaikan besarnya masalah (RI)
d. Derajat keinginan masyarakat yang tidak terpenuhi (DU)
e. Keuntungan sosial karena selesainya masalah (SB)
f. Rasa prihatin masyarakat terhadap masalah (PB)
g. Suasana politik (PC)
2) Kelayakan teknologi (T)
Makin layaknya teknologi yang tersedia dan dapat dipakai untuk
mengatasi masalah, makin diprioritaskan masalah tersebut.
3) Sumber daya yang tersedia (R)
Terdiri dari man, money, material, makin tersedia sumber daya
yang dapat dipakai untuk mengatasi masalah makin diprioritaskan
masalah tersebut.
Selanjutnya beri nilai antara 1 (tidak penting) sampai dengan 5
(sangat penting) pada tiap kotak dalam matriks sesuai dengan jenis
masalah masing-masing. Masalah yang dipilih sebagai prioritas adalah
yang memiliki nilai I x T x R tertinggi.
4. Membuat kerangka konsep dari masalah yang diprioritaskan.

40

Untuk menentukan penyebab masalah yang telah diprioritaskan


tersebut, maka dibuat kerangka konsep masalah. Hal ini bertujuan untuk
menentukan faktor-faktor penyebab masalah yang telah diprioritaskan
tersebut diatas yang berasal dari komponen sistem yang lainnya, yaitu
komponen input, proses, lingkungan, dan umpan balik. Dengan
menggunakan kerangka konsep diharapkan semua faktor penyebab
masalah dapat diketahui dan di identifikasi sehingga tidak ada yang
tertinggal.
3.4. Identifikasi penyebab masalah
Membandingkan masukan, proses, lingkungan, umpan balik dan
dampak pada pencapaian program dengan tolak ukur untuk mencari
adanya kesenjangan yang kemudian ditetapkan sebagai penyebab masalah.
Beberapa penyebab masalah yang terdapat pada kerangka konsep
selanjutnya diidentifikasi. Tolak ukur pada komponen masukan proses,
lingkungan dan umpan balik tercantum di Tabel 3.2, Tabel 3.3, Tabel 3.4.

Tabel 3.2. Tolak Ukur pada Komponen Masukan


No
1

Variabel
Tenaga

Dana

Tolak Ukur
Dokter 5 orang
Bidan 7 orang
Perawat 4 orang
Kader 10 orang
Analis 1 orang
Adanya dana yang diperlukan untuk mendukung program yang
berasal dari :

41

Sarana

Metode

a. APBN
b. APBD Menyediakan anggaran dan pelatihan, supervisi dan
monitoring, jaminan mutu laboratorium,kegiatan pemecahan
masalah serta pengembangan SDM, Swadana puskesmas
Menyediakan anggaran operasional,reagen, pemeliharaan,
Pelaksanaan program KIA
c. Swadaya masyarakat
Tersedianya sarana:
= Posyandu
= Poskeskel
= Kelas Ibu
= Pemberian buku KIA
= Tersedianya bahan penyuluhan (Leaflet, buku, dll)
= Daftar Kepala keluarga per RT dan RW
= Tersedianya alat komunikasi minimal 1 buah faksimili dan
telepon/PKC
Medis
1.
Pendataan, anamnesa, pemeriksaan fisik
2.
Ditekankan pada upaya penemuan ibu hamil
Non medis
Pelaksanaan strategi penyuluhan dan penjaringan ibu hamil secara
aktif

Tabel 3.3. Tolak ukur pada komponen proses


No
1

Variabel
Perencanaan

Tolak Ukur
Terdapat rencana kerja yang tertulis dan jadwal sesuai dengan
program kerja puskesmas.

42

Pengorga 1. Terkait dalam penapisan dan pencatatan jumlah ibu hamil dan
nisasian
kehamilan beresiko
2. Adanya tugas dan wewenang.
3. Adanya struktur organisasi dan staffing pelaksana program.
4. Adanya pembagian tugas dan tanggung jawab yang jelas.
a. Dokter umum sebagai pemeriksa di puskesmas
b. Bidan sebagai pelaksana program KIA di puskesmas
c. Kader sebagai panutan dan penggerak masyarakat dalam
pelaksanaan penanggulangan AKB dan AKI
5. Analis sebagai pemeriksa laboratorium pada ibu hamil
Pelaksa- 1. Mengadakan penyuluhan secara berkala tentang kesehatan ibu dan
Naan
anak serta pentingnya perencanaan kehamilan
2. Lebih mengoptimalkan penapisan kehamilan yang beresiko
3. Lebih mengoptimalkan 10 T dalam setiap kunjungan ANC
4. Merekomendasikan rujukan horizontal kepada dokter umum dan
dokter gigi pada pemeriksaan K1
5. Meningkatkan penapisan kehamilan beresiko
6. Pengoptimalan kelas ibu
7. Tatalaksana kasus lebih dioptimalkan
8. Menganjurkan ibu datang bersama suami untuk mendapatkan
konseling tentang kehamilan
9. Memberikan pengetahuan tentang seks pada ibu hamil
Pencatat- Adanya catatan, penilaian dan pelaporan hasil kegiatan pelaporan
an dan
KIA yang telah dicapai
pelaporan
Pengawa Adanya pengawasan eksternal maupun internal
san

Tabel 3.4. Tolak ukur komponen lingkungan dan umpan balik


No
1

Variabel
Lingkungan

Tolak Ukur
1. Lokasi pemeriksaan mudah terjangkau

43

Fisik
Nonfisik
2

2. Fasilitas kesehatan tersedia


Tingkat pendidikan penduduk rendah
Pengetahuan teknologi kurang
Umpan balik Masukan hasil pencatatan dan pelaporan untuk perbaikan
program selanjutnya

3.5 Mencari jalan keluar atau alternatif penyelesaian masalah.


Setelah penyebab masalah diketahui, langkah selanjutnya adalah
membuat beberapa alternatif pemecahan masalah. Pemilihan alternatif
pemecahan masalah harus disesuaikaN dengan kemampuan serta situasi
dan kondisi puskesmas. Alternatif pemecahan masalah dibuat secara rinci,
meliputi tujuan, sasaran, target, metode, jadwal kegiatan, serta rincian
dananya.
3.6 Menentukan prioritas cara pemecahan masalah
Dari berbagai alternatif pemecahan masalah yang telah dibuat, maka
dipilih satu cara penyelesaian masalah yang dianggap paling baik dan
memungkinkan. Pemilihan/penentuan prioritas cara penyelesaian masalah
ini dengan memakai teknik kriteria matriks. Dua kriteria yang lazim
digunakan adalah :
a. Efektifitas jalan keluar
Ditetapkan nilai efektifitas untuk setiap alternatif jalan keluar, yakni
dengan memberikan angka 1 (paling tidak efektif) sampai angka 3
(paling efektif). Prioritas jalan keluar adalah yang nilai efektifitasnya
paling tinggi. Untuk menilai efektifitas jalan keluar, diperlukan kriteria
tambahan sebagai berikut:
1. Besarnya masalah yang dapat diselesaikan (Magnitude).

44

Makin besar masalah yang dapat diatasi, makin tinggi prioritas jalan
keluar tersebut.
2. Pentingnya jalan keluar (Importancy).
Pentingnya jalan keluar dikaitkan dengan kelangsungan masalah.
Makin baik dan sejalan selesainya masalah, makin penting jalan
keluar tersebut.
3. Sensitifitas jalan keluar (Vulnerrability).
Sensitifitas dikaitkan dengan kecepatan jalan keluar dalam mengatasi
masalah, makin cepat masalah teratasi, makin sensitif jalan keluar
tersebut.
b. Efisiensi jalan keluar
Tetapkan nilai efisiensi (efficiency) untuk setiap alternatif jalan keluar.
Nilai efisiensi biasanya dikaitkan dengan biaya (cost) yang diperlukan
untuk melaksanakan jalan keluar. Makin besar biaya yang diperlukan
makin tidak efisien jalan keluar tersebut. Beri angka 1 (biaya paling
sedikit) sampai angka 5 (biaya paling besar).
Nilai prioritas (P) dihitung untuk setiap alternatif jalan keluar. Dengan
membatasi hasil perkalian nilai M x I x V dengan C. jalan keluar nilai
P tertinggi, adalah prioritas jalan keluar terpilih.
8. Membuat kesimpulan dan saran untuk perbaikan program

Anda mungkin juga menyukai