Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN MANAJEMEN

November 2015

KLINIK SANITASI

DISUSUN OLEH:
NAMA

: Muhammad Ilham Juraij

STAMBUK

: N 111 13 007

PEMBIMBING : dr. Meity Salatan


drg. Hermiyanty., M. Kes

DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITERAAN KLINIK


BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2015
1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang
Derajat kesehatan masyarakat dipengaruhi oleh empat faktor utama yaitu

faktor perilaku, faktor lingkungan, faktor pelayanan kesehatan, dan faktor genetik.
Keempat faktor tersebut saling terkait dengan beberapa faktor lain, yaitu sumber
daya alam, keseimbangan ekologi, kesehatan mental, sistem budaya, dan populasi
sebagai satu kesatuan. Lingkungan mempunyai pengaruh yang besar terhadap
derajat kesehatan masyarakat. Faktor lingkungan meliputi lingkungan fisik,
lingkungan biologik dan lingkungan sosio kultural.
John Gordon menggambarkan adanya interaksi antara 3 faktor yaitu faktor
lingkungan (environment), pejamu (host) dan penyebab penyakit (agent).
Timbulnya penyakit bila terjadi ketidakseimbangan di antara ketiga faktor
tersebut, misalnya penyakit terjadi karena faktor lingkungan yang jelek, atau
berkembangnya kuman penyakit atau daya tahan tubuh yang rendah untuk
melawan infeksi kuman penyakit.
Permasalahan sampai saat ini diketahui bahwa penyakit terbanyak yang
terdapat di wilayah kerja Puskesmas didominasi oleh penyakit-penyakit yang
berhubungan dengan masalah kesehatan lingkungan. Disamping itu dirasakan
bahwa upaya pengobatan penyakit dan upaya peningkatan/perbaikan kualitas
lingkungan dikerjakan secara terpisah dan tidak terintegrasi dengan upaya terkait

lainnya. Petugas paramedis/medis melaksanakan upaya penyembuhan/pengobatan


tanpa memperdulikan dan atau tanpa mengetahui bagaimana sebenarnya kondisi
lingkungan perumahan/permukiman si pasien. Di sisi lain petugas kesehatan
lingkungan melakukan upaya kesehatan lingkungan (pengawasan kualitas
lingkungan, penyuluhan dan perbaikan mutu lingkungan) tanpa memperhatikan
permasalahan penyakit/kesehatan masyarakat di lokasi / kawasan tersebut.
Akar permasalahan penyakit berbasis lingkungan berhubungan dengan
sanitasi yang buruk dan masalah kesehatan lingkungan. Oleh karena itu jika dalam
pemberantasannya hanya menonjolkan aspek kuratif dan rehabilitatif tentu tidak
akan maksimal. Dalam memberantas penyakit ini, yang perlu dilakukan adalah
mengubah pola hidup dan tingkah laku masyarakat dengan menggencarkan aspek
promotif dan preventif.
Melalui Klinik Sanitasi ketiga unsur pelayanan kesehatan yaitu promotif,
preventif dan kuratif dilaksanakan secara integratif melalui pelayanan kesehatan
program pemberantasan penyakit berbasis lingkungan di luar maupun di dalam
gedung. Puskesmas mempunyai misi untuk menyelenggarakan upaya kesehatan
esensial yang bermutu, merata, dan terjangkau sesuai dengan kebutuhan
masyarakat, untuk meningkatkan status kesehatan masyarakat di wilayah
kerjanya. Untuk itu dilakukan dengan cara membina peran serta, upaya kesehatan
inovatif, dan pemanfaatan teknologi tepat guna. Bertitiktolak dari hal-hal di atas,
maka lahirnya konsep Klinik Sanitasi merupakan salah satu upaya terobosan
untuk memadukan ketiga jenis upaya kesehatan tersebut dalam rangka
peningkatan

derajat kesehatan masyarakat

secara

terpadu,

terarah

dan

berkesinambungan maupun kekuatan, peluang, dan ancaman yang dihadapi oleh


Puskesmas serta masukan dari berbagai pihak terkait.
1.2.

Identifikasi Masalah
Pada laporan manajemen ini, permasalahan terkait program klinik sanitasi

yang akan dibahas antara lain :


1. Bagaimana pelaksanaan Klinik Sanitasi di Puskesmas Kawatuna?
2. Bagaimana prosedur pelaksanaan Klinik Sanitasi di Puskesmas Kawatuna?
3. Apa saja permasalahan yang menjadi kendala pada Klinik Sanitasi di
Puskesmas Kawatuna?

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN PEMBAHASAN

2.1.

Puskesmas
Pusat kesehatan masyarakat (puskesmas) ialah unit pelaksana teknis dinas
kesehatan kabupaten/kota yang menyelenggarakan pembangunan kesehatan
di suatu wilayah kerja. Kedudukan puskesmas dalam sistem kesehatan
nasional merupakan fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama (primary
health services). Dalam sistem pemerintahan daerah, puskesmas merupakan
organisasi struktural dan berkedudukan sebagai Unit Pelaksana Teknis Daerah
(UPTD) yang bertanggung jawab langsung terhadap kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota.
Fungsi pelayanan kesehatan tersebut dapat dikelompokkan dalam upaya
kesehatan perorangan strata pertama yang bersifat private goods seperti
penyembuhan dan pemeliharaan kesehatan perorangan, dan upaya kesehatan
masyarakat yang bersifat public goods seperti promosi kesehatan dan
penyehatan lingkungan.

Terdapat tiga fungsi utama puskesmas, yaitu:


1. Pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan
2. Pusat pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan
3. Pusat pelayanan kesehatan tingkat dasar

Upaya pelayanan yang diselenggarakan meliputi:

Pelayanan kesehatan masyarakat yang mengutamakan pelayanan promotif


dan preventif, dengan kelompok masyarakat serta sebagian besar
diselenggarakan bersama masyarakat yang bertempat tinggal di wilayah
kerja puskesmas.

Pelayanan medik dasar yang lebih mengutamakan pelayanan kuratif dan


rehabilitatif dengan pendekatan individu dan keluaga pada umumnya
melalui upaya rawat jalan dan rujukan.

Puskesmas kawatuna
Puskesmas kawatuna mempunyai wilayah kerja seluas 24,01 km2 berada di
kecamatan Palu Selatan meliputi dua kelurahan yaitu kelurahan kawatuna dan
kelurahan tanamodindi. Keadaan geografis sebagian besar merupakan tanah
pegunungan dan sebagian kecil merupakan daerah dataran rendah. Puskesmas
kawatuna mempunyai batas wilayah kerja sebagai berikut:
-

Sebelah utara berbatasan dengan kelurahan poboya dan kelurahan talise

Sebelah selatan berbatasan dengan kelurahan petobo dan kelurahan


birobuli

Sebelah timur berbatasan dengan kelurahan lasoani dan kabupaten parimo

Sebelah barat berbatasan dengan kelurahan lasoani dan kelurahan besusu


Secara administrasi pemerintahan, wilayah kerja puskesmas kawatuna

terbagi atas kelurahan yaitu kelurahan kawatuna dan kelurahan tanamodindi


dengan jumlah penduduk pada tahun 2012 sebanyak 15.614 jiwa. Dimana

kepadatan penduduk perkilometer bujur sangkar adalah sejumlah 650 jiwa,


dengan rata-rata per rumah tangga sebanyak 5 orang.

Visi puskesmas kawatuna yaitu terwujudnya kemandirian masyarakat


untuk hidup sehat secara merata dan berkeadilan. Dan misinya adalah:
1. Meningkatkan derajat kesehatan melalui upaya kesehatan masyarakat dan
perorangan yang dilakukan secara paripurna, bermutu, adil dan merata
2. Mendorong kemandirian masyarakat melalui peningkatan upaya-upaya
kesehatan yang bersumber dari masyarakat
3. Meningkatkan

kualitas

sumber

daya

manusia

kesehatan

secara

berkelanjutan sesuai dengan kompetensinya


4. Meningkatkan akses pelayanan kesehatan secara merata dan berkeadilan
5. Meningkatkan mutu layanan kesehatan
Motto
Kesehatan itu mahal dan perlu dipertahankan

KLINIK SANITASI
a. Klinik Sanitasi
Merupakan suatu upaya/kegiatan yang mengintegrasikan pelayanan
kesehatan antara promotif, preventif, dan kuratif yang difokuskan pada
penduduk yang beresiko tinggi untuk mengatasi masalah penyakit berbasis
lingkungan dan masalah kesehatan lingkungan permukiman yang
dilaksanakan oleh petugas Puskesmas bersama masyarakat yang dapat
dilaksanakan secara pasif dan aktif di dalam maupun di luar Puskesmas.

Klinik sanitasi bukan sebagai kegiatan pokok yang berdiri sendiri, tetapi
sebagai bagian integral dari kegiatan Puskesmas yang dilaksanakan secara
lintas program dan lintas sektor di wilayah kerja Puskesmas. Dalam
melaksanakan kegiatan Klinik Sanitasi masyarakat difasilitasi oleh petugas
Puskesmas. Klinik sanitasi diharapkan dapat memperkuat tugas dan fungsi
Puskesmas

dalam

melaksanakan

pelayanan

pencegahan

dan

pemberantasan penyakit berbasis lingkungan dan semua persoalan yang


ada kaitannya dengan kesehatan lingkungan guna meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat.
b. Petugas Klinik Sanitasi
Adalah tenaga kesehatan lingkungan/tenaga kesehatan lain/tenaga
pelaksana yang ditunjuk oleh pimpinan Puskesmas untuk melaksanakan
kegiatan Klinik Sanitasi.
c. Pasien
Penderita penyakit yang diduga berkaitan dengan kesehatan lingkungan
yang dirujuk oleh Petugas Medis ke ruang Klinik Sanitasi atau yang
ditemukan di lapangan baik oleh petugas medis/paramedis maupun
petugas survey.
d. Klien
Masyarakat yang berkunjung ke Puskesmas atau yang menemui petugas
klinik sanitasi bukan sebagai penderita penyakit tetapi untuk berkonsultasi
tentang masalah yang berkaitan dengan kesehatan lingkungan.
e. Konseling
Adapun hubungan komunikasi antara dua orang atau lebih antara petugas
konseling dan pasien/klien yang memutuskan untuk bekerjasama sehingga
pasien/klien dapat mengenali dan memecahkan masalah kesehatan
lingkungan secara mandiri maupun dengan bantuan pihak lain.
f. Kunjungan Rumah

Adalah kegiatan yang dilakukan petugas Klinik Sanitasi ke rumah


pasien/klien untuk melihat keadaan rumah dan lingkungannya sebagai
tindak lanjut dari kunjungan pasien/klien ke Puskesmas (ruang Klinik
Sanitasi) atau tindak lanjut dari penemuan pasien/klien di lapangan.

TUJUAN KLINIK SANITASI


1. Umum
Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui upaya preventif,
kuratif, dan promotif yang dilakukan secara terpadu, terarah dan terus
menerus.
2. Khusus
a. Terciptanya keterpaduan kegiatan lintas program dan lintas sektor dalam
program pemberantasan penyakit menular dan penyehatan lingkungan
dengan memberdayakan masyarakat.
b. Meningkatnya pengetahuan, kesadaran,

kemampuan

dan

perilaku

masyarakat (pasien dan Klien serta masyarakat di sekitarnya) untuk


mewujudkan lingkungan dan perilaku hidup bersih dan sehat.
c. Meningkatnya pengetahuan, kesadaran dan kemampuan masyarakat untuk
mencegah dan menanggulangi penyakit berbasis lingkungan serta masalah
kesehatan lingkungan dengan sumber daya yang ada.
d. Menurunnya angka penyakit berbasis lingkungan dan meningkatnya
kondisi kesehatan lingkungan.

SASARAN

1. Penderita penyakit (pasien) yang berhubungan dengan masalah kesehatan


lingkungan (yang datang ke Puskesmas atau yang diketemukan di
lapangan).
2. Masyarakat umum (klien) yang mempunyai masalah kesehatan lingkungan
(yang datang ke Puskesmas atau yang menemui petugas Klinik Sanitasi di
lapangan).
3. Lingkungan penyebab masalah bagi penderita/klien dan masyarakat
sekitarnya.

RUANG LINGKUP
Ruang lingkup kegiatan Klinik Sanitasi mencakup berbagai upaya meliputi
antara lain:
1. Penyediaan/penyehatan air bersih dan sanitasi dalam rangka pencegahan/
penanggulangan penyakit diare/cacingan/penyakit kulit/penyakit
kusta/penyakit frambusia.
2. Penyehatan perumahan dalam rangka pencegahan penyakit ISPA/TB Paru.
3. Penyehatan lingkungan permukiman dalam rangka pencegahan penyakit
demam berdarah dengue (DHF)/malaria/filariasis.
4. Penyehatan lingkungan tempat kerja dalam rangka pencegahan dan
penanggulangan penyakit yang berhubungan dengan lingkungan/akibat kerja.
5. Penyehatan makanan/minuman dalam rangka pencegahan dan
penanggulangan penyakit saluran pencernaan/keracunan makanan.
6. Pengamanan pestisida dalam rangka pencegahan dan penanggulangan
keracunan pestisida
7. Penyakit atau gangguan kesehatan lainnya yang berhubungan dengan
lingkungan

10

KEGIATAN KLINIK SANITASI


Kegiatan Klinik Sanitasi dilaksanakan di dalam gedung dan di luar gedung
Puskesmas, dimana hal ini telah dilaksanakan oleh puskesmas kawatuna dan
sesuai prosedur yang ditetapkan :
1. Dalam Gedung Puskesmas
a. Pasien (penderita penyakit berbasis lingkungan)
Semua pasien yang mendaftar di loket, setelah mendapat kartu status,
diperiksa oleh petugas medis/paramedis Puskesmas (Dokter, Bidan,
Perawat). Apabila pasien menderita penyakit berbasis lingkungan maka
yang bersangkutan dirujuk ke ruang Klinik Sanitasi. Di ruang Klinik
Sanitasi petugas Klinik Sanitasi mewawancarai pasien tentang penyakit
yang diderita dikaitkan dengan lingkungan. Hasil wawancara dicatat dalam
Kartu Status. Kemudian petugas Klinik Sanitasi melakukan konseling
tentang penyakit yang diderita pasien dalam hubungannya dengan
lingkungan. Selanjutnya petugas Klinik Sanitasi membuat janji kunjungan
rumah dengan pasien dan keluarganya apabila diperlukan. Setelah konseling
di ruang Klinik Sanitasi, pasien dapat mengambil obat di apotik Puskesmas
(loket obat) kemudian pasien diperbolehkan pulang. Dengan kegiatan Klinik
Sanitasi, Dokter/Bidan/Perawat dan Sanitarian dapat mengidentifikasi faktor
resiko kesehatan yang dialami pasien/keluarga/masyarakat sekitarnya.
2. Luar Gedung Puskesmas
a. Kunjungan rumah (sebagai tindak lanjut kunjungan pasien / klien ke
Puskesmas)
Kunjungan rumah/lokasi merupakan tindak lanjut kesepakatan antara
petugas Klinik Sanitasi dengan pasien/klien yang datang ke Puskesmas.
11

Sebenarnya kunjungan ini merupakan kegiatan rutin dari petugas Puskesmas


yang lebih dipertajam sasarannya, karena saat kunjungan petugas telah
mempunyai data yang diperlukan dari hasil wawancara antara petugas
dengan pasien/klien di ruang Klinik Sanitasi. Dalam kunjungannya Petugas
Klinik Sanitasi sedapat mungkin mengikutsertakan Perawat dari Puskesmas
Pembantu atau Bidan di Desa, untuk melakukan pengecekan fisik/klinis atas
penyakit yang telah diobati tersebut (semacam kegiatan Perawatan
Kesehatan Keluarga). Dalam kunjungan ke lapangan petugas Klinik Sanitasi
mengajak Kader Kesehatan/Kesehatan Lingkungan, Pokmair (kelompok
pemakai air), PKK, dan berkonsultasi/melibatkan LSM, Perangkat Desa,
tokoh masyarakat dan pihak terkait lainnya, maksudnya agar masyarakat
turut berperan aktif memecahkan masalah kesehatan yang timbul di
lingkungan mereka sendiri. Diharapkan jika nanti timbul masalah yang
serupa atau sejenis, mereka mampu menyelesaikan sendiri. Petugas klinik
sanitasi maupun petugas kesehatan lain yang mendampinginya dapat
memberikan penyuluhan kepada pasien/klien dan keluarganya serta
tetangga-tetangga

pasien

tersebut.

Kunjungan

tersebut

perlu

pula

dikoordinasikan dengan Camat apabila perlu diintegrasikan bersama


instansi/sektor lain yang mempunyai kegiatan di desa lokasi kegiatan Klinik
Sanitasi dilaksanakan. Bila diperlukan koordinasi di Kabupaten/kota, maka
Puskesmas dapat meminta bantuan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
Jika dibutuhkan pembangunan sarana sanitasi dengan biaya besar, (seperti
pembangunan sistem perpipaan) yang tidak terjangkau oleh masyarakat
setempat, petugas Klinik Sanitasi melalui Puskesmas dapat mengusulkan

12

kegiatan tersebut kepada

Dinas

Kesehatan Kabupaten/Kota

untuk

ditindaklanjuti.
b. Penemuan penderita melalui pencarian penderita secara aktif.
Penemuan dan pengobatan secara intensif terhadap penderita, selain untuk
menyembuhkan juga merupakan upaya pokok untuk menghilangkan sumber
penularan yang berarti pemutusan mata rantai penularan. Di tiap
kabupaten/kota diperlukan petugas lapangan, yang memiliki keterampilan
penemuan, pengobatan, dan pelaporan penderita penyakit yang berbasis
lingkungan.
Petugas Klinik Sanitasi harus mengetahui penyakit menular apa yang
menjadi

prioritas

di

daerahnya,

untuk

kemudian

mencari

upaya

pengendalian penyakit yang bersangkutan dengan cara-cara perbaikan


lingkungan dimana penderita bertempat tinggal. Pada program-program
pemberantasan penyakit yang ada komponen pencairan dan penemuan
penderita di lapangan (misalnya malaria, TB Paru, Kusta, Frambusia), maka
hasil

penemuan

penderita

ini

dilaporkan

pada

pertemuan

evaluasi/perencanaan bulanan Puskesmas untuk diputuskan sebagai sasaran


Klinik Sanitasi. Lokasi keluarga yang menderita penyakit berbasis
lingkungan perlu dipetakan.

SUMBER DAYA
1. Tenaga Pelaksana
Untuk melaksanakan kegiatan Klinik Sanitasi diperlukan tenaga sebagai
berikut :
a. Tenaga kesehatan lingkungan di Puskesmas, dari Diploma 1 atau Diploma
3 kesehatan lingkungan atau Strata 1 kesehatan masyarakat.

13

b.

Tenaga kesehatan lain di Puskesmas seperti bidan, perawat kesehatan


masyarakat, petugas gizi dan petugas lain yang ditunjuk oleh pimpinan

Puskesmas.
c. Tenaga pelaksana yang ditunjuk oleh lurah untuk melaksanakan kegiatan
Klinik Sanitasi (pekarya, sosial, ekonomi dll). Tenaga-tenaga tersebut di
atas, bila perlu mendapat orientasi/pelatihan tentang Klinik Sanitasi.
2. Prasarana dan Sarana
a. Ruangan
Ruangan diperlukan untuk :
- Ruang Klinik Sanitasi sebagai tempat dalam gedung Puskesmas yang
dipergunakan penyuluhan dan konsultasi oleh petugas Klinik Sanitasi
terhadap pasien dan klien. Dimana pada puskesmas kawatuna telah
disediakan ruangan konseling yang mencakup beberapa klinik konsultasi.
- Bengkel Klinik Sanitasi sebagai tempat yang dipergunakan untuk
membuat, merawat, memperbaiki sarana air bersih dan sanitasi,
menyimpan peralatan yang berkaitan dengan kegiatan kesehatan
lingkungan, serta melatih keterampilan bagi masyarakat. Pada puskesmas
kawatuna, bengkel sanitasi ini belum terbentuk karena belum menjadi
prioritas.
b. Peralatan
Peralatan Klinik Sanitasi berupa alat-alat perbaikan/pembangunan sarana
air bersih dan sanitasi, cetakan sarana air bersih dan jamban keluarga,
peralatan pengukuran kualitas lingkungan (air, tanah dan udara), alat-alat
pengambilan sampel lingkungan dan sound system.
c. Transportasi

14

Untuk mendukung kegiatan Klinik Sanitasi di luar Puskesmas diperlukan


alat transportasi. Pada puskesmas kawatuna terdapat 1 unit mobil
puskesmas

yang

dapat

dipergunakan

untuk

transportasi,

namun

kadangkala petugas puskesmas hanya mempergunakan kendaraan sendiri.


d. Alat Peraga dan Media Penyuluhan
Untuk kegiatan penyuluhan dan konseling diperlukan alat peraga maupun
media penyuluhan antara lain : maket, media cetak (poster, leaflet, lembar
balik, buku, majalah), media elektronik, dan lain-lain. Alat peraga tersebut
berasal dari dinas kesehatan ataupun yang dibuat oleh petugas kesehatan
puskesmas.
e. Buku Pedoman
Untuk penyelenggaraan klinik sanitasi diperlukan buku pedoman terutama
pedoman klinik sanitasi (Pedoman Pelaksanaan Klinik Sanitasi untuk
Puskesmas, Pedoman Teknik Klinik Sanitasi untuk Puskesmas, Panduan
Konseling bagi petugas Klinik Sanitasi, dan Standar Prosedur Operasional
Klinik Sanitasi untuk Puskesmas), dan buku-buku pedoman lain misalnya
Pedoman Manajemen Puskesmas, Pedoman Nasional Penanggulangan
Tuberkulosis, Pedoman Penyakit Malaria, Pedoman pemberantasan
Penyakit Diare, Demam Berdarah Dengue, dll.

f. Sumber Dana
Sumber dana untuk penyelenggaraan Klinik Sanitasi dapat diperoleh dari
dana operasional Puskesmas APBN, APBD Provinsi dan APBD
Kabupaten/kota, BLN, kemitraan dan swadaya masyarakat.

Klinik Sanitasi di Puskesmas Kawatuna


15

Klinik sanitasi di puskesmas kawatuna telah berjalan seperti teori yang


dipaparkan

diatas.

Tenaga

pelaksana

berjumlah

empat

orang.

Dalam

pelaksanaannya, klinik sanitasi ini telah berjalan baik dan direspon dengan baik
oleh pasien maupun klien namun masih ada beberapa hambatan yang ditemui
seperti
1. Hambatan
Beberapa hambatan yang dijumpai dalam pelaksanaan Klinik Sanitasi :
a. Masih terbatasnya tenaga Puskesmas untuk melaksanakan klinik sanitasi,
termasuk terbatasnya tenaga dengan latar belakang pendidikan kesehatan
lingkungan di Puskesmas sebagai tenaga Klinik Sanitasi. Kegiatan Klinik
Sanitasi belum menjadi prioritas bagi Puskesmas.
b. Terbatasnya jangkauan petugas klinik sanitasi untuk membina desa yang
berada dalam wilayah. Hal ini disebabkan oleh berbagai hal antara lain
jumlah desa, wilayah cakupan yang terlalu luas, kondisi geografis dan
terbatasnya sarana transportasi. Keadaan geografis yang sebagian besar
merupakan tanah pegunungan dan sebagian kecil merupakan daerah
dataran rendah mempersulit jangkauan petugas, apalagi di puskesmas
kawatuna terdapat satu dusun yang agak terpencil yaitu dusun uwentumbu.
c. Terbatasnya dana yang berasal dari APBN, APBD Provinsi, APBD
Kabupaten/Kota dan masyarakat untuk kegiatan klinik sanitasi. Karena
kadang klien ataupun pasien sebenarnya sudah mengetahui apa yang
seharusnya dilakukan, namun karena hambatan ekonomi hal itu tidak bisa
mereka lakukan sedangkan dana pada puskesmas untuk program klinik
sanitasi pun sangat terbatas.
2. Peluang
Beberapa peluang yang mungkin ditemui antara lain :

16

a. Penyakit berbasis lingkungan masih mendominasi kasus yang terjadi


sehingga tidak terlalu sulit untuk mendeteksi penyakit.
b. Adanya mekanisme penyuluhan pada tempat-tempat atau acara-acara
dimana banyak warga berkumpul.
c. Pendayagunaan tenaga kesehatan lingkungan yang saat ini bekerja di luar
bidang tugasnya untuk pelaksanaan Klinik Sanitasi.
d. Adanya program sektor lain yang terkait dialokasikan di desa yang dapat
menunjang kegiatan Klinik Sanitasi
e. Semakin meningkatnya partisipasi masyarakat di bidang pembangunan
desa akibat dari pemberdayaan masyarakat sebagai subyek pembangunan
yang diterapkan selama ini.
f. Telah tersedianya alat (pengetesan makanan, media penyuluhan)

BAB III
PENUTUP
Keberhasilan klinik sanitasi di lapangan sangat bergantung pada kemauan,
pengetahuan dan keterampilan petugas klinik sanitasi dalam menggali,
merumuskan dan memberikan saran, tindak lanjut, perbaikan lingkungan dan
perilaku secara tepat dan akut. Selain itu dukungan kepala puskesmas, petugas
kesehatan lain, lintas sektor dan masyarakat terutama dalam penyelesaian masalah
kesehatan lingkungan sangat dibutuhkan untuk keberhasilan pelaksanaan klinik
sanitasi. Masyarakat juga berperan dalam keberhasilan klinik sanitasi. Kesadaran
dan keinginan masyarakat dalam meningkatkan kesehatan mereka dapat
membantu tercapainya tujuan dari program kegiatan ini untuk itu dalam
pelaksanaannyaharus dilakukan secara terintegrasi dan didukung pengetahuan dan
ketrampilan dibidang lainnya seperti teknik komunikasi, konseling dan lain-lain.

17

DAFTAR PUSTAKA

1. Depkes RI. 2002. Pedoman Teknis Klinik Sanitasi Untuk Puskesmas.


Departemen Kesehatan RI : Jakarta.
2. Depkes RI. 2003. Standar Prosedur Operasional Klinik Sanitasi. Departemen
Kesehatan RI : Jakarta.
3. Puskesmas Kawatuna. 2014. Profil Puskesmas Kawatuna Tahun 2014.
Puskesmas Kawatuna : Palu.

18

Anda mungkin juga menyukai