Anda di halaman 1dari 15

REFLEKSI KASUS

FEBRUARI 2015

INFEKSI SALURAN KEMIH PADA ANAK

Nama

: Friskiandi

No. Stambuk

: N 111 14 037

Pembimbing

: dr. Amsyar Praja, Sp.A

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN ANAK


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TADULAKO
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH UNDATA
PALU

PENDAHULUAN
Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah infeksi bakteri (ada pertumbuhan dan
perkembangbiakan bakteri) yang terjadi pada saluran kemih dalam jumlah bakteriuria
yang bermakna. ISK adalah jenis infeksi yang sangat sering terjadi. ISK dapat terjadi
di parenkima ginjal, saluran ginjal (ureter), kandung kemih (bladder), atau saluran
kencing bagian luar (uretra). 1
Infeksi Saluran Kemih (ISK), pada anak sering ditemukan dan merupakan
penyebab kedua morbiditas penyakit infeksi pada anak, sesudah infeksi saluran
napas. Prevalensi pada anak wanita berkisar 3-5% dan pada anak pria 1 %. Infeksi
oleh bakteri gram negatif enterokokus merupakan penyebab terbanyak, tetapi virus
dan fungus dapat juga ditemukan pada beberapa penderita. Infeksi berulang sering
terjadi pada penderita yang rentan, atau terjadi karena adanya kelainan anatomik dan
fungsional saluran kemih yang menyebabkan adanya statis urin dan refluks, sehingga
perlu pengenalan dini dan pengobatan yang adekuat untuk mempertahankan fungsi
ginjal dan mencegah kerusakan lebih lanjut. 2
Wanita lebih sering terkena ISK karena saluran kencing wanita lebih pendek
dibanding pria. Ini menyebabkan bakteri lebih mudah masuk ke kandung kemih
karena saluran kencing lebih dekat ke sumber bakteri seperti daerah dubur. Bayi lakilaki yang belum disunat (karena bakteri cenderung tersimpan di bawah kulit khitan)
dan anak kecil dengan sembelit akut juga lebih mudah mendapatkan ISK. 1, 3

Evaluasi diagnostik pada anak yang menderita ISK sudah banyak mengalami
perubahan, dan metode-metode yang tidak invasif seperti ultrasonografi, pencitraan,
radioisotope, MRI, dan lain-lain, merupakan alat yang sangat membantu dalam
menegakkan diagnosis. 1, 6
Diagnosis ISK ditegakkan dengan biakan urin yang sampelnya diambil
dengan urin porsi tengah dan ditemukan pertumbuhan bakteri >100.000 koloni/1 ml
urin dari satu jenis bakteri, atau bila ditemukan >10.000 koloni tetapi disertai gejala
klinik yang jelas dianggap ada ISK. 1,4
Berikut akan dibahas sebuah refleksi kasus mengenai Infeksi Saluran Kemih
pada pasien anak yang dirawat di ruangan bangsal perawatan anak RSUD Undata
Palu.

LAPORAN KASUS
Masuk rumah sakit tanggal 29 Januari 2015 pukul 15.00 WITA
IDENTITAS
Nama
Umur
Jenis Kelamin
Agama
Alamat

: An. FZ
: 12 tahun
: Laki-laki
: Islam
: jln. Kelapa gading

ANAMNESIS
Keluhan Utama : Panas
Riwayat Penyakit Sekarang : Pasien datang ke rumah sakit dengan keluhan panas
dirasakan sejak 4 hari, panas dirasakan naik perlahan-lahan, panas turun dengan
pemberian obat penurun panas tetapi kemudian naik kembali, menggigil (+), kejang
(-). Pasien mengeluh nyeri saat BAK, pasien sering buang air kecil, sekitar 8 kali
sehari tetapi volumenya sedikit, warna kencing kuning keruh, darah (-). Nyeri
menelan, mual (-), muntah (-), BAB lancar seperti biasa. Batuk (-), flu(-), sesak (-).
Riwayat penyakit dahulu: Tidak pernah sakit serupa sebelumnya.
Riwayat penyakit keluarga: Tidak ada keluarga menderita hal serupa.
Riwayat sosial-Ekonomi : Menengah
Riwayat kebiasaan dan lingkungan : Pasien sering menahan kencingnya
Riwayat Kehamilan dan persalinan : Anak ke 2 dari 3 bersaudara. Perawatan
antenatal care (ANC) ibu rutin. Penyakit selama kehamilan tidak ada. Lahir di rumah
dibantu oleh bidan. Berat badan lahir (BBL) 2700 gram, panjang badan lahir (PBL)
tidak diketahui.
Kemampuan dan Kepandaian Bayi : bisa berjalan dan mulai berbicara usia 1
tahun.
Anamnesis makanan :
-

ASI : usia 0 4 bulan

Susu formula : usia 0 3 tahun

Bubur : usia 4 bulan

Nasi : usia 1 tahun

Riwayat Imunisasi: lengkap


PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum

: Sakit sedang

Kesadaran

: Compos Mentis

Berat badan

: 23 kg

Tinggi badan

: 120 cm

Status Gizi (Z-score) : 23/24 x 100% = 95% (Gizi baik)


Tanda vital

: Tekanan darah = 90/60 mmHg


Nadi

= 92 x/menit, reguler, kuat

Respirasi

= 28 x/menit

Suhu badan

= 38 0C

Kulit

: Ruam (-), RLT (-), turgor kulit baik (-)

Kepala

: Bentuk normocephal (+), rambut hitam, tidak mudah dicabut

Mata

: Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik

Hidung

: Rhinorrhea (-)

Telinga

: Otorrhea (-)

Mulut

: Biasa, bibir kerimg (-), Tonsil T1T1 non hiperemis

Leher

: Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening, tidak ada perbesaran


kelenjar tiroid

Paru
Inspeksi

: Pergerakan dinding dada simetris bilateral, retraksi dinding dada

Palpasi

(-)
: Vocal fremitus kanan sama dengan kiri, tidak teraba massa, tidak
teraba krepitasi, tidak ada nyeri tekan

Perkusi paru

: Sonor pada lapang paru kanan dan kiri

Auskultasi

: Suara napas bronkovesikuler, ronchi (-/-), wheezing (-/-)

Jantung
Inspeksi

: Ictus cordis tidak terlihat

Palpasi

: Teraba pulsasi ictus cordis pada SIC V linea midclavicular sinistra

Perkusi

: Batas jantung normal

Auskultasi

: Bunyi jantung I-II murni regular

Abdomen
Inspeksi

: Datar, tidak ada sikatrik

Auskultasi

: Peristaltik usus (+) kesan normal

Perkusi

: Timpani

Palpasi

: Nyeri tekan pada daerah suprapubik (+)


Rovsing sign (-), Illiapsoas sign (-), Obturator sign (-)

Anggota gerak

: - Ekstremitas atas : Akral hangat, edema (-)


- Ekstremitas bawah : Akral hangat, edema (-)

Genital

: Normal

Punggung

: Tidak ada kelainan, lordosis (-), kifosis (-), scoliosis (-).

Otot-otot

: Eutrofi

Hasil Laboratorium
RBC : 3,35 x 106/mm3 ()
Hb : 11,6 g/dL ()
Hct : 34,2 % ()
Plt
: 451 x 103/mm3 (N)
WBC : 16,4 x 103/mm3 ()

Nilai Normal :
RBC : 46 x 106/mm3
Hb : 13,017,0 g/dL
Hct : 40-54 %
Plt
: 150-500 x 103/mm3
WBC : 4-10 x 103/mm3

RESUME :
Pasien laki-laki umur 12 tahun datang ke rumah sakit dengan keluhan panas
dirasakan sejak 4 hari, panas dirasakan naik perlahan-lahan, panas turun dengan
pemberian obat penurun panas tetapi kemudian naik kembali, menggigil (+).
Disuria(+), frekuensi () sekitar 8 kali sehari, volume (), warna kencing kuning
keruh. Pada pemeriksaan fisik didapatkan : TD=90/60 mmHg, N=92x/menit S=38C,
R=28x/menit, nyeri tekan pada daerah suprapubik. Pada pemeriksaan laboratorium
didapatkan RBC : 3,35 x 106/mm3 (), Hb : 11,6 g/dL (), Hct : 34,2 % (), WBC :
16,4x 103/mm3 ().
DIAGNOSIS : Suspek ISK (infeksi saluran kemih)
DIAGNOSIS BANDING : Apendisitis akut

TERAPI : -

IVFD RL 16 tetes/menit
PCT 3 x 1/2 tab
Inj. Ceftriaxone 2 x 300 mg

ANJURAN : Urinalisis, pemeriksaan kultur urin, darah rutin.

FOLLOW UP

30 Januari 2015
-

S : Demam (-), BAK 8x, urin warna kuning, darah (-), disuria(+), Mual (-),

BAB lancar.
O:
KU : sakit sedang, composmentis.
TTV : TD

: 90/60 mmHg

Nadi

: 86 x/menit

Suhu

: 37 C

Respirasi

: 26 x/menit

Abdomen : Nyeri tekan pada daerah suprapubik (+)


Pemeriksaan Urinalisis :
PARAMETER
pH
Protein
Glukosa
Leukosit
Eritrosit
Silinder
Epitel
Kristal

HASIL
5,5
(-)
(-)
10
5
(-)
(+)
(-)

NILAI NORMAL
6,5
(-) Negatif
(-) Negatif
0-2
0-3
(-) Negatif
(+) Positif
(-) Negatif

A : Infeksi saluran kemih


P : - IVFD RL 16 tetes/menit
-

PCT 3 x 1/2 tab


Inj. Ceftriaxone 2 x 300 mg

Anjuran : Kuktur urin


31 Januari 2015

S : Demam (-), BAK 3x, warna urin kuning, disuria (-), BAB lancar.
O : KU : membaik, composmentis.
TTV : TD

: 100/70 mmHg

Nadi

: 88 x/menit

Suhu

: 36,8 C

Respirasi

: 26 x/menit

Abdomen : Nyeri tekan pada daerah suprapubik (-)


Hasil Laboratorium
RBC
Hb
Hct
Plt

: 4,56 x 106/mm3 (N)


: 12,8 g/dL ()
: 37,1 % ()
: 451 x 103/mm3 (N)

WBC : 13,4 x 103/mm3 ()

Nilai Normal :
RBC
Hb
Hct
Plt

: 46 x 106/mm3
: 13,017,0 g/dL
: 40-54 %
: 150-500 x 103/mm3

WBC : 4-10 x 103/mm3

- A : Infeksi saluran kemih


P : - aff infus
- Amoxicilin 3 x 1/2 tab

Pasien boleh pulang dengan alasan bebas demam 2 hari, tetapi harus kontrol ke poli
jika ada keluhan lagi.

10

DISKUSI
Mikroorganisme penyebab infeksi saluran kemih paling sering adalah
bakteri, di antaranya yaitu Escherichia coli, Staphylococcus sp, Proteus sp,
Streptococcus sp, Klebsiella sp, Pseudomonas sp, dan Enterobacter sp. Selain
bakteri, virus dan jamur juga dapat menyebabkan terjadinya infeksi saluran
kemih, jenis jamur yang sering menginfeksi adalah dari kelompok Candida sp.
Sedangkan virus yang dapat menyebabkan penyakit ini paling sering dari
kelompok Papovavirus, yaitu Herpes simplex dan Adenovirus.1,6

ISK terjadi sebagai akibat masuknya kuman ke dalam saluran kemih.


Biasanya kuman berasal dari tinja atau dubur, masuk ke saluran kemih bagian
bawah atau uretra, kemudian naik ke kandung kemih dan dapat sampai ke ginjal.
Kuman dapat juga masuk ke saluran kemih melalui aliran darah dari tempat lain
yang melebar, terdapat sumbatan saluran kemih, kandung kemih yang membesar
dan lain-lain. Sama seperti penyakit infeksi lainnya, ISK akan lebih mudah
terjadi pada anak dengan gizi buruk atau sistem kekebalan tubuh anak rendah.
Anak yang mengalami sembelit atau sering menahan-nahan air kemih (kencing)
pun sering berisiko terkena ISK. 1,6

11

Gejala dan tanda infeksi saluran kemih pada anak dapat bervariasi
tergantung usia anak tersebut. Pada bayi baru lahir gejalanya tidak spesifik,
sehingga sering tidak terpikirkan, misalnya suhu tidak stabil (demam atau
suhu lebih rendah dari normal), tampak sakit, mudah terangsang atau irritable,
tidak mau minum, muntah, mencret, perut kembung, air kemih berwarna
kemerahan atau tampak kuning, infeksi berat dapat terjadi dengan cepat. 3,6
Gejala dan tanda yang khas dapat terjadi pada anak yang sudah lebih
besar seperti nyeri saat berkemih dan berkemih sedikit-sedikit tetapi sering,
rasa ingin berkemih, air kemih keruh atau kemerahan. Bila saluran kemih
bagian atas seperti ginjal yang terkena infeksi biasanya disertai dengan demam
dengan atau tanpa menggigil, nyeri pinggang, malaise, muntah, dan bila sudah
parah maka biasanya urin akan bercampur dengan darah atau nanah. Bila
hanya ada keluhan nyeri saat berkemih, nyeri atau rasa tidak enak di daerah
suprapubik, tanpa demam, biasanya hanya infeksi pada saluran kemih bagian
bawah seperti kandung kemih, atau infeksi pada kemaluan. 4, 6
Untuk menunjang penegakan diagnosis ISK maka perlu dilakukan
pemeriksaan penunjang diantaranya, yaitu : 1,6
1. Pemeriksaan urine
Merupakan pemeriksaan yang sangat penting pada ISK (pemeriksaan
urinalisis, pemeriksaan kultur urine). Urine dikatakan mengandung
leukosit atau piuria jika secara makroskopik didapatkan > 10 leukosit per

12

mm3 atau terdapat > 5 leukosit per lapangan pandang besar. Pemeriksaan
kultur urine dimaksudkan untuk menentukan keberadaan kuman, jenis
kuman, dan sekaligus menentukan jenis antibiotika yang akan diberikan.
2. Pemeriksaan darah
Untuk mengungkap adanya proses inflamasi atau infeksi. Didapatkannya
leukositosis, kadang disertai penurunan hemoglobin pada pemeriksaan
darah rutin, didapatkan pula selsel muda pada sediaan hapusan darah
menandakannya proses inflamasi akut.
3. Pemeriksaan radiologi
Pemeriksaan ini dapat dilakukan apabila masih ditemukan keraguan dalam
mendiagnosis kausa penyakit, dan kemungkinan adanya kelainan struktur
pada saluran kemih. Pemeriksaan ini dapat seperti USG, IVP, dll.
Pada pasien ini terdapat gejala klinis berupa demam disertai menggigil
sejak 4 hari yang lalu, panasnya naik turun, nyeri di bagian suprapubik, nyeri
saat berkemih, frekuensi berkemih sampai 8 kali sehari dengan volume
sedikit. Hasil pemeriksaan darah rutin didapatkan leukositosis, penurunan Hb,
Hct, dan eritrosit. Pasien ini didiagnosis dengan suspek ISK berdasarkan
temuan tersebut.
ISK diobati dengan antibiotik. Anak yang kelihatan sangat kesakitan
atau yang pemeriksaan awalnya menghasilkan dugaan ISK diberikan
antibiotik sebelum hasil biakan tersedia. Pengobatan biasanya berlangsung
selama 7 sampai 10 hari. Antibiotik pilihan pertama untuk ISK adalah
kotrimoksazol (trimetoprim-sulfametoksazol) dapat efektif pada infeksi
berulang pada saluran kemih bagian atas atau bawah serta efektif untuk
prostatitis. Untuk pemberian intravena tersedia sediaan infus yang
mengandung 80 mg trimetoprim dan 400 mg sulfametoksazol per 5 ml,
dilarutkan dalam 125 ml dekstrosa 5% dalam air, dapat diberikan dalam infus
selama 60-90 menit. Hal ini diindikasikan untuk pasien ISK yang tidak dapat
menerima obat melalui mulut. 5
Pilihan kedua dapat diberikan obat golongan penisilin, diantaranya
ampisilin bermanfaat pada infeksi kuman Gram negatif yang sensitif terhadap
obat ini, misalnya infeksi saluran kemih oleh E. coli dan P. mirabilis, serta
infeksi oleh H. vaginalis. Sefalosporin generasi ketiga tunggal atau dalam
13

kombinasi dengan aminoglikosida merupakan obat pilihan utama untuk


infeksi berat oleh Klebsiella, Enterobacter, Proteus, Providencia, Serratia, dan
Haemophilus sp. Sefiksim adalah suatu sefalosporin generasi ketiga yang
dapat diberikan secara oral. Spektrum antibakteri sefiksim menyerupai
spektrum sefotaksim (sangat aktif terhadap berbagai kuman Gram positif
maupun Gram negatif aerobik), tetapi sefiksim tidak aktif terhadap S. aureus,
enterokokus (E. faecalis), pneumokokus yang resisten penisilin, pseudomonas,
dan Acinetobacter. Sefiksim digunakan untuk terapi infeksi saluran kemih
oleh kuman yang sensitif. Sefiksim tersedia dalam bentuk tablet 200 dan 400
mg, suspensi oral 100 mg/5ml. 5,6
Pada kasus ini tanpa menunggu adanya hasil biakan urin dilakukan
terapi ISK yakni pemberian antibiotik. Pada kasus yang digunakan adalah
ceftriaxone, dimana cefriaxone merupakan sefalosporin generasi 3 yang
biasanya banyak digunakan untuk pengobatan infeksi saluran pernafasan,
infeksi saluran kemih, gonore, dan lain-lain. Pemberian antibiotik selanjutnya
diberikan berdasarkan hasil uji kepekaan kuman yang diketahui dari hasil
biakan urin. Mendeteksi jika terjadi infeksi berulang, perlu dilakukan
pemeriksaan biakan air kemih secara berkala, dan bila terdapat infeksi, maka
infeksi ini diobati dengan antibiotik yang sesuai. 5,6
Bila tidak ditanggulangi secara serius, ISK dapat menyebabkan
komplikasi berupa batu saluran kemih, hipertensi, ataupun gagal ginjal yang
memerlukan hemodialisis atau transplanstasi ginjal. Karena itu, perlu
mengenal ISK sedini mungkin agar dapat ditata laksana dengan adekuat untuk
menghindari akibat yang lebih buruk. 6

14

DAFTAR PUSTAKA
1. Alatas H., Tambunan T., Trihono P.P., dan Paroede S.O., Buku Ajar Nefrologi
Anak, Edisi 2, Ikatan Dokter Anak Indonesia, Jakarta, 2002
2. Rauf S., Albar H., Adoe T.H., dan Hasanuddin A., Naskah Lengkap
Kardiologi, Nefrologi, dan Gizi, IDAI Cabang Makassar, Makassar, 1998
3. Hasan R. dkk., Buku Kuliah 1, Ilmu Kesehatan Anak, Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia, Jakarta, 2005
4. Hasan R. dkk., Buku Kuliah 2, Ilmu Kesehatan Anak, Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia, Jakarta, 2005
5. Wilianti N.P., Rasionalitas Penggunaan Antibiotik Pada Pasien Infeksi Saluran
Kemih Pada Bangsal Penyakit Dalam di RSUP Dr. Kariadi Semarang Tahun

6.

2008, Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro, Semarang , 2009


IDAI, 2009. Artikel Infeksi Saluran Kemih pada Anak. Jakarta.IDAI
http://www.idai.or.id/kesehatananak/artikel.asp?q=1980415144310

15

Anda mungkin juga menyukai