Anda di halaman 1dari 30

BAB I

STATUS PASIEN

A. IDENTITAS PASIEN
Nama
Jenis Kelamin
Usia
Alamat
Agama
Suku
Nama Orang Tua
Tanggal Masuk RS

: An. Y
: Perempuan
: 3 tahun 1 bulan
: Jalan Cempaka No. 9 Rt 20/7
: Islam
: Jawa
: Tn. W
: 18 Febuari 2015

B. ANAMNESIS
Alloanamnesis tanggal 19 Febuari 2015, Pukul 12.30 WIB
Pasien datang dari poli klinik
Keluhan utama
Demam sejak 4 hari SMRS
Riwayat Penyakit Sekarang
OS demam sejak 4 hari SMRS, demam mendadak tinggi terus menerus
tanpa periode babas demam, demam hanya turun sesaat dengan pemberian
obat penurun panas. Demam tidak disertai menggigil maupun kejang.
Keluhan disertai muntah yang muncul 4 hari SMRS, muntah makanan,
jumlahnya 1 kali, tidak ada darah. 3 hari SMRS muncul bintik bintik
merah, bintik-bintik merah berisi cairan warnanya putih,tidak kasar dan
tidak nyeri jika di tekan. Awalnya bintik-bintik pada pundak dan leher.
Kemudian 2 hari SMRS bintik bintik merah muncul di telapak kaki dan
mulut sehingga tidak bisa makan dan minum. 1 hari SMRS muncul bintik
intik merah di telapak tangan di bokong dan punggung. Pasien lebih rewel.
Pasien tidak sesak, pegal pegal badannya. BAB dan BAK normal.

Riwayat Penyakit Dahulu


GEA dengan dehidrasi ringan-sedang pada usia 6 bulan.
Campak 1 tahun yang lalu
Asma Di sangkal
Riwayat Pengobatan

OS belum berobat ke dokter untuk keluhan yang saat ini muncul, namun

hanya minum paracetamol.


Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak terdapat anggota keluarga yang mengalami keluhan yang sama
Riwayat Kehamilan dan Persalinan
Ibu rutin melakukan ANC di dokter setiap bulannya, ibu tidak pernah sakit
atau mengkonsumsi obat-obatan selain tablet Fe selama masa kehamilan.
Anak lahir cukup bulan, SC karena ketuban pecah dini. BBL 3500 gram,

PBL 48 cm dan anak langsung menangis sesaat setelah lahir.


Riwayat Imunisasi

Kesan : Sesuai Usia

Pola Makan Anak


Anak diberikan ASI selama 3 bulan sejak lahir dengan alasan ASI ibu
tidak keluar lagi. Diberikan pisang sebagai makanan tambahan sejak usia 4

bulan. Anak diberikan bubur sejak usia 6 bulan hingga sekarang.


Kesan : Anak tidak mendapat ASI eksklusif, makanan sesuai usia anak
Riwayat Tumbuh Kembang

Kesan : Pertumbuhan dan Perkembangan sesuai usia


Riwayat Alergi
Riwayat alergi obat-obatan dan makanan disangkal.

C. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaran Umum
: Tampak Sakit Sedang
Kesadaran
: Komposmentis
Tanda-Tanda Vital
Nadi
: 118 kali/menit
Napas
: 28 kali/menit
3

Suhu
Antropometri
Berat Badan
Tinggi Badan
Status Gizi
BB/U
TB/U
BB/TB
Kesan

: 37.6 C
: 15 kg
: 96 cm
: 15 / 15 x 100 %
: 96 / 94 x 100 %
: 15/15 x 100 %
: Gizi baik

= 100 % ( Gizi baik )


= 102.1 % (normal)
= 100 % ( Gizi baik)

D. STATUS GENERALIS
Kepala
Kepala
Ubun-ubun
Mata
Konjungtiva anemis
Sclera icterus
Edema palpebra
Mata cekung
Mata merah dan berair
Hidung
Pernapasan cuping hidung
Deviasi septum
Sekret
Perdarahan
Telinga
Normotia
Sekret
Mulut
Mukosa bibir
Perdarahan gusi
Stomatitis
Tonsil
Faring Hiperemis

Kulit

Normocephal
Sudah menutup
-

(-/-)
(-/-)
+
-

+
-

kering
+
T1/T1
+

: terlihat vesikel pada leher, tangan, kaki, serta di bagian

coxygeus.

Leher
Pembesaran KGB
Pembesaran Kelenjar Thyroid

Thorax

Inspeksi
Perkusi
Palpasi
Auskultasi

Gerak dada simetris, tidak terdapat retraksi dada


Sonor/Sonor
Vokal fremitus simetris, nyeri tekan (-/-)
Bunyi paru vesikular (+/+), ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
Bunyi jantung I dan II murni, regular, murmur (-), gallop
(-)

Axilla

Abdomen
Inspeksi
Auskultasi
Perkusi
Palpasi
Turgor Kulit

: Pembesaran KGB (-/-)

Distensi (-), Scar (-)


BU (+)8x
Tymphani pada seluruh kuadran abdomen, pekab hati (+)
Supel, nyeri tekan (-)
Baik, Kembali dalam waktu < 2 detik

Inguinal dan Genitalia


Pembesaran KGB inguinal
Genitalia

Fimosis (-)

Ekstremitas
Superior

Tampak vesikel di Tampak


palmar

Akral
Edema
Sianosis
RCT
Inferior
Akral
Edema
Sianosis
RCT

dan di

vesikel

palmar

dan

artikulasio cubitis
Hangat
< 2 detik

artikulasio cubitis
hangat

femoralis
Hangat
< 2 detik

di femoralis
Hangat
< 2 detik

< 2 detik
Tampak vesikel di Tampak vesikel

E. RESUME
OS demam sejak 4 hari SMRS, demam mendadak tinggi terus menerus tanpa
periode babas demam, demam hanya turun sesaat dengan pemberian obat
penurun panas. Demam tidak disertai menggigil maupun kejang. Keluhan
disertai muntah yang muncul 4 hari SMRS, muntah makanan, jumlahnya 1
kali, tidak ada darah. 3 hari SMRS muncul bintik bintik merah, bintik-bintik
merah berisi cairan warnanya putih,tidak kasar dan tidak nyeri jika di tekan.
Awalnya bintik-bintik pada pundak dan leher. Kemudian 2 hari SMRS bintik
bintik merah muncul di telapak kaki dan mulut sehingga tidak bisa makan dan
minum. 1 hari SMRS muncul bintik intik merah di telapak tangan di bokong
dan punggung.
Pada pemeriksaan fisik : tampak vesikel di tangan kiri dan kanan, di kakiserta
di bokong dan lipatan paha. Stomatitis di bibir.

F. ASSESMENT
Febris hari ke 4
Vesikel
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Hemoglobin

Hasil
12.2

Nilai Normal
10.8-12.8

Satuan
g/dL

Hematokrit
Trombosit
Leukosit

33
427
12.7

35-53
217-491
5.50-15.50

%
ribu/L
ribu/L

H. DIAGNOSIS
Diagnosis Klinis
: HFMD (Flu Singapore)
Status Imunisasi
: Imunisasi dasar sesuai usia
Satatus Tumbuh Kembang : Tumbuh Kembang sesuai dengan usia
Status Gizi
: Gizi baik
I. TATA LAKSANA
IVFD RL
BB anak = 15 kg
Kebutuhan cairan = 10 x 100 cc
5x50
= `1000 cc
= 250
Jumlah tetesan
= 1250 cc x 15 = 13 tpm (makro)
24 x 60
Paracetamol syr (150mg=5 ml)
Dosis = 10-15 mg / kgBB / kali
= 150 225 mg / kali
Pemberian : 3 dd 1 cdo
Cefixime syr
Dosis = 10 mg / kg BB/ hari (100 mg/ 5ml)
= 150 mg / hari
= 75 mg / kali>>> 3,25 ml
Pemberian : 2dd 1/2 cdo
Rhinofed Syrup 3dd 1 cdo
Salycil talk no 1
Phisohex No 1
CTM 1 mg
Dexametashon 0,125 mg
Vit c 25 mg
equal
M f la pulv dtd no X
3dd1

J. FOLLOW UP RUANGAN
Tanggal
19.02.1
5

S
Demam (+)
Vesikel (+)
Muntah (-)
Nafsu makan

O
N : 124 x/mn
R : 32 x/mn
S : 37.8 C

A
HFMD

P
Lanjutkan

menurun
Demam (-)
N : 120 x/mn
Vesikel mulai R : 28 x/mn
S : 37.1 C
berkurang (+)
Muntah (-)
Anak mulai

21.02.1

mau makan
Demam (-)
Vesikel

20.02.1

berkurang di
daerah
dan
(+)
Anak

N : 120 x/mn
R : 28 x/mn
S : 36.0 C

HFMD

Lanjutkan

HFMD

Up infus

kaki
tangan
sudah

mau makan
K. PROGNOSIS
Quo ad Vitam
Quo ad Functionam

: dubia ad bonam
: dubia ad bonam

BAB II
Hand Foot and Mouth Disease

2.1 Definisi
Dalam masyarakat infeksi virus tersebut sering disebut sebagai
"Flu Singapura". Dalam dunia kedokteran dikenal sebagai Hand, Foot,
and Mouth Disease (HFMD) atau penyakit Kaki, Tangan dan Mulut
( KTM ). KTM adalah penyakit yang disebabkan oleh sekelompok
enterovirus

yang

disebut

coxsackievirus,

anggota

dari

famili

10

Picornaviridae; dengan gejala klinis berupa lepuhan di mulut, tangan , dan


kaki, terutama di bagian telapak, terkadang di bokong. Lepuhan di mulut
segera pecah dan membentuk ulser yang dirasakan sangat nyeri dan perih
oleh penderitanya sedangkan lepuhan di telapak kaki, tangan, dan
beberapa bagian tubuh lain tidak terasa sakit atau gatal, tapi sedikit nyeri
jika ditekan.(10,16)
2.2 Epidemiologi(2,19,25)
HFMD terkait dengan EV71 telah lebih sering di Asia Tenggara
dalam beberapa tahun terakhir. Faktor resiko dalam epidemi penyakit ini
termasuk kehadiran pusat penitipan anak, seringnya berkontak dengan
penderita HFMD, jumlah anggota keluarga yang besar, dan tempat tinggal
di pedesaan.
Menurut laporan, HFMD menunjukkan tidak memiliki predileksi
seksual. Beberapa data epidemi mengamati rasio laki-laki dan perempuan
dominasi sedikit 1.2-1.3:1.
Baru-baru ini (Juli 2012), di Asia (terutama Kamboja), anak-anak
yang diduga terinfeksi Enterovirus 71 memiliki angka kematian 90%. Ini
epidemi (terutama pada bayi, balita, dan anak di bawah 2 tahun) masih
dalam penyelidikan intensif dan itu adalah peneliti kemungkinan akan
memiliki pemahaman yang lebih baik dari angka kematian yang tinggi
terkait dengan enterovirus 71. Jika Enterovirus 71 yang pada akhirnya
ditemukan bertanggung jawab atas kematian, kemungkinan virus telah
mengembangkan kemampuan mematikan baru untuk cepat menginfeksi
dan merusak jaringan paru-paru anak-anak. Namun, penelitian yang
sedang berlangsung dan beberapa peneliti menunjukkan bahwa anak-anak
mati dari kombinasi enterovirus 71, suis Streptococcus, dan koinfeksi
virus dengue.
2.3 Etiologi(25)
Penyakit KTM ini adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh
virus RNA yang masuk dalam family Picornaviridae, Genus Enterovirus.
Genus yang lain adalah Rhinovirus, Cardiovirus, Apthovirus. Didalam

11

Genus enterovirus terdiri dari Coxsackie A virus, Coxsackie B virus.


Penyebab KTM yang paling sering pada pasien rawat jalan adalah
Coxsackie A16, sedangkan yang sering memerlukan perawatan karena
keadaannya lebih berat atau ada komplikasi sampai meninggal adalah
Enterovirus 71.
Coxsackie virus yang dipisahkan menjadi dua kelompok yaitu A
dan B, yang didasarkan pada pengaruhnya terhadap tikus yang baru lahir
(Coxsackie A menyebabkan cedera otot, kelumpuhan, dan kematian,.
Coxsackie B mengakibatkan kerusakan organ, tetapi hasil kurang parah).
Ada lebih dari 24 berbeda serotipe virus dimana masing-masing virus
memiliki protein yang berbeda pada permukaannya. Virus Coxsackie
menginfeksi sel inang dan menyebabkan sel inang menjadi lisis.

Tipe A virus penyebab Herpangina (lepuh menyakitkan di mulut,


tenggorokan, tangan, kaki, atau di semua bidang). Tangan, kaki, dan
penyakit mulut (HFMD) adalah nama umum dari infeksi virus. Coxsackie
A 16 (CVA16) menyebabkan sebagian besar infeksi. HFMD di AS Ini
biasanya terjadi pada anak-anak (usia 10 dan di bawah), tetapi orang
dewasa juga dapat mengembangkan kondisi. Ini penyakit anak-anak tidak
harus bingung dengan "penyakit kaki dan mulut" biasanya ditemukan pada
hewan dengan kuku (misalnya, pada sapi, babi, dan rusa). Tipe A juga

12

menyebabkan konjungtivitis (peradangan pada kelopak mata dan area


putihmata).
Tipe B menyebabkan epidemi virus pleurodynia (demam, paruparu, dan nyeri perut dengan sakit kepala yang berlangsung sekitar dua
sampai 12 hari dan resolve). Pleurodynia juga disebut penyakit Bornholm.
Ada enam serotipe dari Coxsackie B (1-6, dengan B 4 dianggap oleh
beberapa peneliti sebagai kemungkinan penyebab diabetes di sejumlah
individu).
Kedua jenis virus (A dan B) dapat menyebabkan meningitis,
miokarditis, dan perikarditis, tetapi ini jarang terjadi dari infeksi
Coxsackie. Beberapa peneliti menyarankan virus Coxsackie (terutama
Coxsackie B4) memiliki peran dalam pengembangan tipe onset akut I
(sebelumnya dikenal sebagai juvenile) diabetes, namun hubungan ini
masih dalam penyelidikan.
Virus Coxsackie dan enterovirus lainnya dapat menyebabkan
penyakit anak dari tangan, kaki, dan penyakit mulut. Namun, sebagian
besar

anak-anak

dengan

infeksi

virus

Coxsackie

sepenuhnya

menyelesaikan gejala dan infeksi dalam waktu sekitar 10-12 hari.


2.4 Mortalitas dan Morbiditas
Secara umum, penyakit ini biasa menyerang anak-anak dan balita,
tetapi dilaporkan terjadi juga pada orang dewasa. Untuk pasien dengan
kondisi tubuh yang baik, penyakit ini akan menghilang dengan sendirinya
selama 7-10 hari sejak gejala timbul. Namun komplikasi yang berbahaya
juga dilaporkan meliputi miokarditis, pneumonia, meningitis, ensefalitis,
hingga kematian. Penyakit KTM juga dapat menjangkit kembali, terutama
oleh virus dengan jenis yang berbeda. Infeksi pada kehamilan trimester
pertama dapat menyebabkan keguguran spontan atau pertumbuhan janin
yang tidak normal. Di Taiwan dengan kasus penjangkitan oleh enterovirus
71 menyebabkan 20 % kematian pada penderitanya. Tidak dilaporkan
adanya perbedaan reaksi pada jenis kelamin dan ras penderita yang
berbeda (4,5,6,8,9).

13

2.5 Patofisiologi
Penyakit ini sangat menular dan sering terjadi dalam musim panas.
KTM adalah penyakit umum yang biasa terjadi pada kelompok
masyarakat yang sangat padat dan menyerang anak-anak usia 2 minggu
sampai 5 tahun. Orang dewasa umumnya kebal terhadap enterovirus.
Penularannya melalui kontak langsung dari manusia ke manusia yaitu
melalui droplet, air liur, tinja, cairan dari vesikel atau ekskreta. Penularan
kontak tidak langsung melalui barang, handuk, pakaian, peralatan
makanan, dan mainan yang terkontaminasi oleh sekret tersebut. Tidak ada
vektor tetapi ada pembawa penyakit seperti lalat dan kecoa.
Penyakit KTM ini mempunyai imunitas spesifik, namun anak
dapat terkena KTM lagi oleh virus strain Enterovirus lainnya. Penyakit
tangan, kaki dan mulut adalah penyakit umum dan penyebarannya dapat
terjadi di antara kelompok anak, misalnya di sekolah atau di tempat
penitipan anak. Penyakit tangan, kaki dan mulut biasanya tersebar melalui
hubungan sesama manusia. Virus ini tersebar melalui fekal-oral pada
tangan yang tercemar, namun bisa juga disebarkan melalui lendir mulut
atau sistem pernapasan dan kontak langsung dengan cairan di dalam
lepuhnya. Sesudah berhubungan dengan orang yang terkena, biasanya di
antara 3-5 hari lepuh baru akan timbul. Selama masih ada cairannya, lepuh
ini bisa menular dan virus ini juga bisa berminggu-minggu berada di
dalam kotoran.
Penyakit KTM mempunyai masa inkubasi 3-6 hari. Selama masa
epidemik, virus menyebar dengan sangat cepat dari satu anak ke anak yang
lain atau dari ibu kepada janin yang dikandungnya. Virus menular melalui
kontak langsung dengan sekresi hidung dan mulut, tinja, maupun virus
yang terhisap dari udara. Implantasi dari virus di dalam bukal dan mukosa
ileum segera diikuti dengan penyebaran menuju nodus-nodus limfatik
selama 24 jam. Setelah itu segera timbul reaksi berupa bintik merah yang
kemudian membentuk lepuhan kecil mirip dengan cacar air di bagian
mulut, telapak tangan, dan telapak kaki. Selama 7 hari kemudian kadar
antibodi penetral akan mencapai puncak dan virus tereliminasi (8,9,10).

14

2.6 Manifestasi Klinis


Penyakit tangan, kaki dan mulut yang ringan biasanya disebabkan
oleh Coxsackievirus. Anak usia di bawah 5 tahun sering terkena infeksi
virus ini, meskipun pada orang dewasa dapat juga terjadi. Infeksi
Coxsackievirus mungkin sama sekali tidak menunjukkan gejala atau hanya
ringan(12).
Gejala penyakit diawali dengan demam tidak tinggi 2-3 hari, diikuti
nyeri tenggorokan atau faringitis, sulit makan dan minum karena nyeri
akibat luka di mulut dan lidah. Kadang disertai sedikit pilek atau gejala
seperti flu.
Timbul lepuhan atau vesikel yang kemudian pecah selama 5-10 hari.
Lepuhan di mulut berukuran 2-3 mm yang segera pecah dan membentuk
ulkus yang dirasakan sangat perih terutama saat makan/minum, sehingga
sukar untuk menelan. Jumlah ulkus di mulut mencapai 5-10 yang tersebar
di daerah bukal, palatal, gusi, dan lidah seperti ditunjukkan pada gambar
1(18). Ulkus di lidah paling lama sembuh.
Ulkus juga dapat menyebar hingga saluran cerna yang lebih dalam
sampai ke lambung. Pada kondisi pasien dengan sistem kekebalan tubuh
yang baik, seluruh gejala dapat membaik selama 5 7 hari. Bersamaan
dengan itu timbul rash atau ruam atau vesikel (lepuh kemerahan/blister
yang kecil dan rata), papulovesikel yang tidak gatal ditelapak tangan dan
kaki. Kadang-kadang rash atau ruam (makulopapul) ada pada daerah
bokong(12,13,14,15,16).
Pada bayi atau anak usia di bawah 5 tahun yang timbul gejala berat
harus dirujuk ke rumah sakit. Gejala yang dianggap berat adalah
hiperpireksia (suhu lebih dari 39OC) atau demam tidak turun-turun,
takikardi, sesak, anoreksia, muntah atau diare dengan dehidrasi, badan
sangat lemas, kesadaran menurun dan kejang.

15

Gambar 1 : Lepuhan pada bibir dan lidah

Lepuhan atau vesikel di kaki dan tangan dijumpai pada 2/3 penderita,
yang terutama tumbuh di bagian dorsal dan sisi-sisi jari serta telapak tangan
seperti ditunjukkan pada gambar 2

(19)

. Lepuhan/vesikel yang dikenal dalam

istilah kedokteran sebagai erythema multiforma

(14)

ini secara khas berbentuk

bulat atau elips yang akan mengering sendiri selama 3-7 hari.

16

Gambar 2 : Lepuhan pada telapak tangan

Permasalahan utama pada anak-anak dan balita adalah kesulitan


untuk makan dan minum yang dengan beberapa bentuk komplikasi seperti
mual, muntah, dan diare akibat ulkus di saluran pencernaan, serta demam
panas, dapat menyebabkan dehidrasi. Di samping itu kemungkinan
terjadinya superinfeksi oleh mikroba lain dapat memperparah penyakit dan
menyebabkan berbagai komplikasi.

Contoh kasus(20) :
Seorang anak laki-laki berumur 4 tahun dengan riwayat demam
ringan sejak 5 hari, malaise dan riwayat timbul ruam vesikular sejak 3
hari. Terdapat ruam pada telapak tangan (gambar A), telapak kaki (gambar
B), lidah (gambar C), dan bokong. Gambaran klinis ini sangat karakteristik

17

pada tangan, kaki, dan mulut. Lesi khas pada kulit berupa vesikel elips
dikelilingi oleh halo eritematosa.

gambar A.

gambar B.

gambar C.

2.7 Pemeriksaan Laboratorium


Pasien biasanya didiagnosis dengan penampilan klinis mereka.
Secara klinis, ruam yang tampak biasanya pada tangan, kaki, dan mulut
pada anak dengan demam dianggap diagnostik infeksi virus Coxsackie.
18

Biasanya, diagnosis HFM dibuat pada kombinasi dari sejarah klinis dan
temuan fisik karakteristik. Konfirmasi laboratorium jarang diperlukan
kecuali pada komplikasi berat. Namun, dalam kasus yang jarang terjadi,
tes virus dapat dilakukan untuk mengidentifikasi virus, tetapi tes ini sangat
mahal, biasanya perlu dikirim ke laboratorium diagnostik khusus virus
yang menggunakan RT-PCR dan sering memakan waktu sekitar dua
minggu untuk mendapatkan hasilnya. Pengujian ini hampir tidak pernah
dilakukan karena sebagian besar infeksi diri terbatas dan biasanya ringan,
tapi situasi ini bisa berubah karena wabah di Alabama (38 anak, 12%
dirawat di rumah sakit namun tidak ada kematian pada tahun 2011-2012)
dan Enterovirus 71 epidemi terbaru (sekitar 905 anak-anak dirawat di
rumah sakit telah meninggal) di Kamboja. RT-PCR pengujian dapat
membedakan antara genera virus banyak, spesies, dan subtipe. Strain virus
Coxsackie Membedakan dari adenovirus, jenis enterovirus lainnya, virus
gema, dan lain-lain dapat menjadi diperlukan di masa depan.
Virus dapat diisolasi dan diidentifikasi melalui media kultur dan
immunoassay dari lesi kulit, lesi mukosa, atau sampel tinja. Spesimen oral
memiliki tingkat isolasi tertinggi. Pada pasien dengan vesikel, penyeka
vesikel juga merupakan sumber yang baik untuk koleksi virus. Pada pasien
tanpa vesikel, penyeka dubur dapat dikumpulkan. Untuk isolasi virus, 2
swab koleksi yang direkomendasikan dari tenggorokan dan lainnya baik
dari vesikel atau rektum.
Uji serologi (misalnya, akut dan tingkat antibodi sembuh) dapat
diperoleh. Membedakan coxsackie-terkait dari EV-71-terkait HFMD
mungkin memiliki makna prognostik. Polymerase chain reaction (PCR)
dan teknologi microarray antara berbagai cara untuk mengidentifikasi
virus penyebab. Tes spesifik bervariasi antara rumah sakit.(19,25)
2.8 Diagnosis Banding
- Herpangina
- Herpes Simplex
- Herpes Zoster

19

- Stomatitis
- Varicella
2.9 Komplikasi
Beberapa komplikasi yang perlu diwaspadai adalah sebagai berikut :
-

Dehidrasi pada anak-anak dan balita, harus dirawat di rumah sakit dan
diinfus dengan cairan elektrolit dan nutrisi. Sebagai pencegahan banyak
diberikan cairan elektrolit, misalnya oralit.

Infeksi pada kulit atau ulser di mulut oleh bakteri dan/atau jamur.

Kasus komplikasi yang jarang: meningoensefalitis, miokarditis, edema


paru, dan kematian(18,19).

3.0 Pengobatan
Pada kondisi penderita dengan kekebalan dan kondisi tubuh cukup baik,
biasanya tidak diperlukan pengobatan khusus. Peningkatan kekebalan tubuh
penderita dilakukan dengan pemberian konsumsi makanan dan cairan dalam
jumlah banyak dan dengan kualitas gizi yang tinggi, serta diberikan tambahan
vitamin dan mineral jika perlu. Jika didapati terjadinya gejala superinfeksi akibat
bakteri maka diperlukan antibiotika atau diberikan antibiotika dosis rendah
sebagai pencegahan.
Secara umum, untuk menekan gejala dan rasa sakit akibat timbulnya luka
di mulut dan untuk menurunkan panas dan demam, digunakan obat-obatan
golongan analgetika dan antipiretika. Dari aspek farmakoterapi, hal penting untuk
diperhatikan dalam pengobatan penyakit KTM adalah bahwa beberapa golongan
obat dapat menimbulkan sindroma Stenven-Johnson yang menunjukkan gejala
mirip dengan penyakit KTM dan dapat memperparah ulser. Golongan obat
tersebut adalah : barbiturat, karbamazepin, diflusinal, hidantoin, ibuprofen,
penisilin, fenoftalein, fenilbutazon, propranolol, kuinin, salisilat, sulfonamida,
sulfonilurea, sulindac, dan tiazida (20).
Antiseptik oral digunakan untuk mencegah terjadinya infeksi akibat jamur
atau bakteri. Beberapa golongan antasida dan pelapis mukosa lambung juga
digunakan untuk mengatasi ulkus di saluran cerna dan lambung. Berikut adalah

20

daftar obat-obatan yang bisa digunakan untuk mengatasi simptomatik Penyakit


Kaki Tangan dan Mulut (20,21,22,23,24).
1. Antipiretika : digunakan untuk menurunkan demam, misalnya : asetaminofen.
Perlu diperhatikan bahwa penggunaan golongan NSAID (Non Steroidal Anti
Inflammatory Drugs) dapat menimbulkan gejala sindrom Stenven-Johnson yang
menunjukkan gejala mirip dengan penyakit ini dan dapat memperparah ulser
sehingga disarankan untuk digunakan dengan golongan antasida, atau jika ada
dipilih golongan antipiretika/analgetika yang lain.
2. Antiseptika : berbagai bentuk sediaan kumur, seperti : betadine, rebusan daun
sirih, dan tablet hisap, seperti SP troches, FG troches, dsb.
3. Antibiotika : lokal atau sistemik, digunakan untuk mencegah atau mengatasi
infeksi karena mikroba pada ulser di mulut dan kulit, ditentukan oleh dokter,
seperti : neosporin (lokal), klindamisin, eritromisin,dsb.
4. Bahan anestetika lokal untuk mengurangi rasa sakit di daerah mulut ditabelkan
sebagai berikut:
Nama Obat

Dyclonine(Dyclone) dengan resep dokter :


anestetika lokal yang tersedia dalam bentuk
larutan,

semprot,

lozenge.

Mencegah

permeabilitas sel dan memblokir impuls pada


Dosis dewasa

ujung sarap perifer di kulit.


Oleskan 0,5 atau 1% larutan pada luka, tak
boleh lebih dari 200 mg atau 40 mL dari 0,5%

Dosis anak-anak

larutan atau 20 mL larutan 1%


Seperti dosis dewasa, disesuaikan dengan

Kontra Indikasi
Interaksi
Kehamilan

bobot badan.
Riwayat hipersensitivitas
Tidak dilaporkan
Golongan resiko C keamanan penggunaan

Perhatian

selama kehamilan belum ditetapkan


Overdosis dapat menyebabkan depresi atau
eksitasi, syok miokardiak

Nama Obat

Lidokain cair (Dilocaine; Dermaflex Gel)

21

anestetika lokal. Menurunkan permeabilitas


terhadap ion natrium pada membran saraf dan
menghasilkan inhibisi depolarisasi, blokir
Cara pemakaian (dewasa)
Dosis anak
Kontra Indikasi

transmisi impuls saraf.


Dioleskan dengan kapas pada ulser di mulut.
Disesuaikan dengan bobot badan.
Riwayat hipersensitivitas, sindrom AdamStokes, simdrom Wolfgang-Parkinson-White,
gangguan

sinoatrial,

AV,

atau

blok

intraventikular (jika tidak digunakan alat pacu


Interaksi

jantung).
Pemberian dengan simetidin dan beta bloker
meningkatkan toksisitas. Pemberian bersama
dengan

prokainamida

meningkatkan

dan

aksi

tokainida

kardiodepresan,

Kehamilan

meningkatkan suksinilkolin.
Resiko B biasanya

Perhatian

diperhitungkan manfaat dengan resikonya.


Anestesia di seluruh wilayah mulut dan faring
kemungkinan
terasanya

dapat

makanan,

aman,

menyebabkan
gangguan

perlu

tak

terhadap

pernafasan, rasa menggigit di lidah dan


mukosa bukal, overdosis data menyebabkan
toksisitas (kepala berat, euforia, tinitus,
nausea, mual, koma, brakikardi, hipotensi,
lemah jantung).
5. Antihistamin: Inhibisi antihistamin pada reseptor H1 menyebabkan kontriksi
bronkus, sekresi mukosa, kontraksi otot halus, edema, hipotensi, depresi sususan
saraf pusat, dan aritmia jantung.
Nama Obat

Difenhidramin

(Benadryl,

Benylin,

Diphen, AllerMax) kelas etanolamina,


bloker reseptor histamin tipe 1. Memiliki sifat
sedatif dan antikolinergik penting dapat

22

menimbulkan efek anestetika lokal dengan


Penggunaan pada penderita dewasa

menahan transmisi dari implus saraf.


Untuk menahan simptom ulser oral
dikombinasikan

dengan

alukol

dan

magnesium hidroksida (Mylanta), cairan


lidokain dan/atau gerusan tablet sukralfat
Dosis anak

(Carafate). Kumur dan keluarkan lagi.


Disesuaikan
dengan
bobot
badan,

Kontraindikasi
Interaksi

penggunaan sama dengan penderita dewasa.


Riwayat hipersensitivitas, MAO Inhibitor.
Potensi efek depresi sistem saraf pusat,
jangan diberikan dengan sirup yang dapat
menimbulkan gejala seperti reaksi disulfiram
(yang mengandung alkohol), berinteraksi
dengan antidepresan trisiklik, Inhibitor MAO,
antimuskarinik,

amantadin,

dan

Kehamilan

prokainamida.
Golongan Resiko C keamanan selama

Perhatian

kehamilan belum ditetapkan.


Xerostomia, glaucoma, hipertiroidismus,
ulser

usus,

gangguan

saluran

kemih,

gangguan saluran pencernaan, penyakit hati,


hipertrofi prostat.
6. Golongan Antasida dan Antiulser digunakan untuk mengatasi gastritis, ulser di
mulut dan saluran cerna. Biasanya digunakan untuk kumur, namun jika
didiagnosis ada luka di saluran gastrointestinal maka antasida ditelan.
Nama Obat

Sukralfat (Carafate) antasida dengan


kompleks aluminium untuk treatmen ulser
mukosa mulut. Sama efeknya terhadap ulser
pada saluran cerna, sukralfat membentuk suatu
lapisan kental yang menyelimuti saluran cerna
bersama menahan pepsin, asam lambung, dan
garam

empedu.

Dengan

aksi

23

tersebut,

memudahkan pemulihan luka-luka di saluran


Penggunaan pada penderita dewasa

cerna.
Kontrol

simptomatik

ulser

di

mulut

dikombinasi dengan antasida koloidal alukol


dan magnesium hidroksida (Mylanta), lidokain
kental dan difenhidramin, dicampur dalam
bentuk cairan untuk dikumur beberapa kali
sehari. Jika didiagnosis ada luka ikutan di
sepanjang

saluran

cerna,

antasida

dan

difenhidramin dapat ditelan dengan dosis yang


Dosis anak-anak

dianjurkan.
Disesuaikan dengan bobot badan, digunakan
sama dengan cara penggunaan pada penderita

Kontraindikasi
Interaksi

dewasa.
Riwayat hipersensitivitas.
Menurunkan efek ketokonazol,ciprofloxacin,
tetrasiklin,

fenitoin,

warfarin,

kuinidin,

teofilin, norfoxacin; antasida, bloker H2,


digoksin, lansoprazole, levotiroksin, fenitoin,
Kehamilan

dan absorpsi teofilin.


B- Biasanya aman, perlu dipertimbangkan

Perhatian

manfaat dibandingkan resiko.


Bisa menyebabkan gagal ginjal jika terjadi
absorpsi berlebihan dari aluminium

Nama Obat

Aluminium

hidroksida,

magnesium

hidroksida,

simetikon

(Mylanta).

Meningkatkan

pH

menutupi

ulser

asam
lambung.

lambung

dan

Magnesium

ditambahkan sebagai kombinasi antasida


Penggunaan pada penderita dewasa

untuk mencegah kesulitan buang air.


Diberikan dalam bentuk kombinasi dengan
lidokain

Penggunaan pada anak-anak

kental,

difenhidramin

dan/atau

sukralfat, digunakan untuk berkumur.


Sama dengan penggunaan pada penderita

24

dewasa, dosis disesuaikan dengan bobot


Kontraindikasi

badan.
Riwayat hipersensitivitas, gangguan ginjal,

Interaksi

osteomalasia.
Menurunkan
kortikosteroid,

efikasi

fluorokuinolon,

benzodiazepin,

fenotiazin,

efek alumunium dan magnesium terhadap


Kehamilan

asam valproat, sulfonil urea,kuinidin dan


C keamanan selama kehamilan belum

Perhatian

ditetapkan.
Dapat menyebabkan gangguan dan gagal
ginjal

dan

kesulitan

b.a.b.

menyebabkan wasir/hemorrhage.
3.0 Prognosis
Prognosis pada HFMD sangat baik. Dan sebagian besar pasien dengan
penyakit ini dapat sembuh sepenuhnya.(19)
3.1 Edukasi kepada penderita
- Virus masih dapat berada di dalam tinja penderita hingga 1 bulan.
- Isolasi pasien sebenarnya tidak diperlukan, namun perlu istirahat untuk
pemulihan dan
pencegahan penularan lebih luas.
- Selalu mencuci tangan dengan benar untuk mengurangi resiko penularan.
- Jangan memecah vesikel.
- Mencegah kontak dengan cairan mulut dan pernafasan antara penderita dengan
anggota
keluarga yang lain.
- Meningkatkan kekebalan tubuh dengan sebisa mungkin makan makanan bergizi,
sayur
sayuran berkuah, jus buah, segera setelah rasa nyeri di mulut berkurang.
- Mencegah dehidrasi dengan memasukkan cairan, untuk mengurangi rasa sakit
sebisa

25

sehingga

mungkin cairan yang isotonis dan isohidris (tidak terasa asam/terlalu manis).

KESIMPULAN

26

Penyakit KTM adalah penyakit yang disebabkan oleh virus coxsackie A19
dan enterovirus 71. Pencegahan utama yang dilakukan adalah pemutusan rantai
penularan penyakit dengan mencegah kontak dari satu penderita ke penderita yang
lain. Pengobatan secara simptomatik terutama dilakukan untuk menekan rasa
nyeri di mulut, mempercepat penyembuhan ulser di mulut, penekan demam, dan
pencegahan infeksi skunder. Golongan obat yang bisa diberikan : antipiretik,
antasida, antihistamin non steroid, analgetik, dan antiseptik. Di samping itu bisa
diberikan vitamin dan mineral tambahan bagi penderita atau kerabat penderita
untuk membantu meningkatkan kekebalan tubuh.

DAFTAR PUSTAKA

1. Goh KT, Ong A, Low J, editors. A Guide on Infectious Diseases of Public


Health Importance in Singapore. 6th ed. Singapore: Ministry of Health and
Tan Tock Seng Hospital; 2004.

27

2. Tay CH, Gaw CYN, Low T, Ong C, Chia KW, Yeo H, et al. In : Outbreak
of hand, foot and mouth disease in Singapore. Singapore Med J; 1974.
p.174-83.
3. Goh KT, Doraisingham S, Tan JL, Lim GN, Chew SE. In : An outbreak of
hand, foot and mouth disease in Singapore. Bull World Health Organ ;
1982 p.965-9.
4. Chan KP, Goh KT, Chong CY, Teo ES, Lau G, Ling AE. In : Epidemic
hand foot and mouth disease caused by human enterovirus 71, Singapore.
Emerg Infect Dis; 2003 p.78-85.
5. Centers for Disease Control and Prevention. Deaths among children during
an outbreak of hand, foot, and mouth disease Taiwan, Republic of China,
April-July 1998. MMWR Morb Mortal Wkly Rep ; 1998 p.629-32.
6. Ho M, Chen ER, Hsu KH, Twu SJ, Chen KT, Tsai SF, et al. In : An
epidemic of enterovirus 71 infection in Taiwan. Taiwan Enterovirus
Epidemic Working Group. N Engl J Med ;1999. p.929-35.
7. Liu C, Tseng H, Wang S, Wang J, Su I. In : An outbreak of enterovirus 71
infection in Taiwan, 1998: epidemiologic and clinical manifestations. J
Clin Virol ; 2000. p.23-30.
8. Tierney, L.M., Jr., Mc Phee, J.A. In : Current Medical Diagnosis &
Treatment. Lange Medical Book. New York ; 2004. p.1327-28.
9. Centers for Disease Control and Prevention National Center for Infectious
Diseases.

Available

from

URL

http://www.cdc.gov./ncidod/dvrd/revb/enterovirus/hfhf.htm.

:
Accessed

October 10 2012..
10. Cherry JD. Enteroviruses: polioviruses, coxsackieviruses, echoviruses and
enteroviruses. In: Textbook of Pediatric Infectious Diseases. 5th ed.
2005:2007.
11. Chang LY, Tsao KC, Hsia SH, et al. In : Transmission and clinical features
of enterovirus 71 infections in household contacts in Taiwan. JAMA ;
2004. p.222-7.

28

12. Wolff K, Johnson RA, Suurmond D. Viral infections of skin and mucosa.
In: Fitzpatrick's Color Atlas & Synopsis of Clinical Dermatology. 5th ed.
New York, NY: McGraw-Hill; 2005.p.790-92.
13. Chen KT, Chang HL, Wang ST, Cheng YT, Yang JY. In : Epidemiologic
features of hand-foot-mouth disease and herpangina caused by enterovirus
71 in Taiwan, 1998-2005. Pediatrics ; 2007. p.244-52.
14. Wang CY, Li Lu F, Wu MH, et al. Fatal coxsackievirus A16 infection.
Pediatr Infect Dis J ;2004.p.275-6.
15.

Dyne,

P.,

MD,

Pediatrics,

Hand-Foot-and-Mouth

Disease,

e-

Medicine.com, last up date 5 January 2005, diakses 10 Oktober 2012.


16. Graham, B.S., MD, Hand-Foot-and-Mouth Disease, e-Medicine.com, last
up date 6 January 2005, diakses 10 Oktober 2012.
17. Departemen of Dermatology Univ. Iowa College of Medicine, Available
from URL : http://tray.dermatology.uiowa.edu/Coxsack01.htm. Accessed
October 10 2012.
18. Goksugur N. Hand Foot and Mouth Disease. Available from URL :
http://www.nejm.org/doi/full/10.1056/NEJMicm0910628.Accessed
October 10, 2012.
19. Nervi SJ. Hand Foot and Mouth Disease. Available from URL :
http://emedicine.medscape.com/article/218402-overview#a0199. Accessed
October 10, 2012.
20. Di Piro, J.T., et.al. Pharmacotherapy, 3th ed. Appleton & Lange. Stamford;
1997. p.1842-1844.
21. Tjay, T. H., & Kirana, R. Obat-Obat Penting. Elex Media Komputindo.
Jakarta; 2002.
22. Harfindal, E.T., Gourley, D.R.Textbook of Theurapeutics Drug and
Disease

Management.

Lippincott

Williams

&

Wilson,

7th

ed.

Philadelphia ; 2000. P.973-1046.


23. Chavis, L.M., R.Ph. Ask Your Pharmacist.St. MartinsGriffin. New York ;
2002.
24. American Soc. of Health System Pharmacist. AHFS Drug Information. ;
2003.
29

25. Mersch J. Hand Foot and Mouth Syndrome. Available from URL :
http://www.medicinenet.com/hand-foot-and-mouth_syndrome/page3.htm.
Accessed October 10, 2012.

30

Anda mungkin juga menyukai