STATUS PASIEN
A. IDENTITAS PASIEN
Nama
Jenis Kelamin
Usia
Alamat
Agama
Suku
Nama Orang Tua
Tanggal Masuk RS
: An. Y
: Perempuan
: 3 tahun 1 bulan
: Jalan Cempaka No. 9 Rt 20/7
: Islam
: Jawa
: Tn. W
: 18 Febuari 2015
B. ANAMNESIS
Alloanamnesis tanggal 19 Febuari 2015, Pukul 12.30 WIB
Pasien datang dari poli klinik
Keluhan utama
Demam sejak 4 hari SMRS
Riwayat Penyakit Sekarang
OS demam sejak 4 hari SMRS, demam mendadak tinggi terus menerus
tanpa periode babas demam, demam hanya turun sesaat dengan pemberian
obat penurun panas. Demam tidak disertai menggigil maupun kejang.
Keluhan disertai muntah yang muncul 4 hari SMRS, muntah makanan,
jumlahnya 1 kali, tidak ada darah. 3 hari SMRS muncul bintik bintik
merah, bintik-bintik merah berisi cairan warnanya putih,tidak kasar dan
tidak nyeri jika di tekan. Awalnya bintik-bintik pada pundak dan leher.
Kemudian 2 hari SMRS bintik bintik merah muncul di telapak kaki dan
mulut sehingga tidak bisa makan dan minum. 1 hari SMRS muncul bintik
intik merah di telapak tangan di bokong dan punggung. Pasien lebih rewel.
Pasien tidak sesak, pegal pegal badannya. BAB dan BAK normal.
OS belum berobat ke dokter untuk keluhan yang saat ini muncul, namun
C. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaran Umum
: Tampak Sakit Sedang
Kesadaran
: Komposmentis
Tanda-Tanda Vital
Nadi
: 118 kali/menit
Napas
: 28 kali/menit
3
Suhu
Antropometri
Berat Badan
Tinggi Badan
Status Gizi
BB/U
TB/U
BB/TB
Kesan
: 37.6 C
: 15 kg
: 96 cm
: 15 / 15 x 100 %
: 96 / 94 x 100 %
: 15/15 x 100 %
: Gizi baik
D. STATUS GENERALIS
Kepala
Kepala
Ubun-ubun
Mata
Konjungtiva anemis
Sclera icterus
Edema palpebra
Mata cekung
Mata merah dan berair
Hidung
Pernapasan cuping hidung
Deviasi septum
Sekret
Perdarahan
Telinga
Normotia
Sekret
Mulut
Mukosa bibir
Perdarahan gusi
Stomatitis
Tonsil
Faring Hiperemis
Kulit
Normocephal
Sudah menutup
-
(-/-)
(-/-)
+
-
+
-
kering
+
T1/T1
+
coxygeus.
Leher
Pembesaran KGB
Pembesaran Kelenjar Thyroid
Thorax
Inspeksi
Perkusi
Palpasi
Auskultasi
Axilla
Abdomen
Inspeksi
Auskultasi
Perkusi
Palpasi
Turgor Kulit
Fimosis (-)
Ekstremitas
Superior
Akral
Edema
Sianosis
RCT
Inferior
Akral
Edema
Sianosis
RCT
dan di
vesikel
palmar
dan
artikulasio cubitis
Hangat
< 2 detik
artikulasio cubitis
hangat
femoralis
Hangat
< 2 detik
di femoralis
Hangat
< 2 detik
< 2 detik
Tampak vesikel di Tampak vesikel
E. RESUME
OS demam sejak 4 hari SMRS, demam mendadak tinggi terus menerus tanpa
periode babas demam, demam hanya turun sesaat dengan pemberian obat
penurun panas. Demam tidak disertai menggigil maupun kejang. Keluhan
disertai muntah yang muncul 4 hari SMRS, muntah makanan, jumlahnya 1
kali, tidak ada darah. 3 hari SMRS muncul bintik bintik merah, bintik-bintik
merah berisi cairan warnanya putih,tidak kasar dan tidak nyeri jika di tekan.
Awalnya bintik-bintik pada pundak dan leher. Kemudian 2 hari SMRS bintik
bintik merah muncul di telapak kaki dan mulut sehingga tidak bisa makan dan
minum. 1 hari SMRS muncul bintik intik merah di telapak tangan di bokong
dan punggung.
Pada pemeriksaan fisik : tampak vesikel di tangan kiri dan kanan, di kakiserta
di bokong dan lipatan paha. Stomatitis di bibir.
F. ASSESMENT
Febris hari ke 4
Vesikel
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hemoglobin
Hasil
12.2
Nilai Normal
10.8-12.8
Satuan
g/dL
Hematokrit
Trombosit
Leukosit
33
427
12.7
35-53
217-491
5.50-15.50
%
ribu/L
ribu/L
H. DIAGNOSIS
Diagnosis Klinis
: HFMD (Flu Singapore)
Status Imunisasi
: Imunisasi dasar sesuai usia
Satatus Tumbuh Kembang : Tumbuh Kembang sesuai dengan usia
Status Gizi
: Gizi baik
I. TATA LAKSANA
IVFD RL
BB anak = 15 kg
Kebutuhan cairan = 10 x 100 cc
5x50
= `1000 cc
= 250
Jumlah tetesan
= 1250 cc x 15 = 13 tpm (makro)
24 x 60
Paracetamol syr (150mg=5 ml)
Dosis = 10-15 mg / kgBB / kali
= 150 225 mg / kali
Pemberian : 3 dd 1 cdo
Cefixime syr
Dosis = 10 mg / kg BB/ hari (100 mg/ 5ml)
= 150 mg / hari
= 75 mg / kali>>> 3,25 ml
Pemberian : 2dd 1/2 cdo
Rhinofed Syrup 3dd 1 cdo
Salycil talk no 1
Phisohex No 1
CTM 1 mg
Dexametashon 0,125 mg
Vit c 25 mg
equal
M f la pulv dtd no X
3dd1
J. FOLLOW UP RUANGAN
Tanggal
19.02.1
5
S
Demam (+)
Vesikel (+)
Muntah (-)
Nafsu makan
O
N : 124 x/mn
R : 32 x/mn
S : 37.8 C
A
HFMD
P
Lanjutkan
menurun
Demam (-)
N : 120 x/mn
Vesikel mulai R : 28 x/mn
S : 37.1 C
berkurang (+)
Muntah (-)
Anak mulai
21.02.1
mau makan
Demam (-)
Vesikel
20.02.1
berkurang di
daerah
dan
(+)
Anak
N : 120 x/mn
R : 28 x/mn
S : 36.0 C
HFMD
Lanjutkan
HFMD
Up infus
kaki
tangan
sudah
mau makan
K. PROGNOSIS
Quo ad Vitam
Quo ad Functionam
: dubia ad bonam
: dubia ad bonam
BAB II
Hand Foot and Mouth Disease
2.1 Definisi
Dalam masyarakat infeksi virus tersebut sering disebut sebagai
"Flu Singapura". Dalam dunia kedokteran dikenal sebagai Hand, Foot,
and Mouth Disease (HFMD) atau penyakit Kaki, Tangan dan Mulut
( KTM ). KTM adalah penyakit yang disebabkan oleh sekelompok
enterovirus
yang
disebut
coxsackievirus,
anggota
dari
famili
10
11
12
anak-anak
dengan
infeksi
virus
Coxsackie
sepenuhnya
13
2.5 Patofisiologi
Penyakit ini sangat menular dan sering terjadi dalam musim panas.
KTM adalah penyakit umum yang biasa terjadi pada kelompok
masyarakat yang sangat padat dan menyerang anak-anak usia 2 minggu
sampai 5 tahun. Orang dewasa umumnya kebal terhadap enterovirus.
Penularannya melalui kontak langsung dari manusia ke manusia yaitu
melalui droplet, air liur, tinja, cairan dari vesikel atau ekskreta. Penularan
kontak tidak langsung melalui barang, handuk, pakaian, peralatan
makanan, dan mainan yang terkontaminasi oleh sekret tersebut. Tidak ada
vektor tetapi ada pembawa penyakit seperti lalat dan kecoa.
Penyakit KTM ini mempunyai imunitas spesifik, namun anak
dapat terkena KTM lagi oleh virus strain Enterovirus lainnya. Penyakit
tangan, kaki dan mulut adalah penyakit umum dan penyebarannya dapat
terjadi di antara kelompok anak, misalnya di sekolah atau di tempat
penitipan anak. Penyakit tangan, kaki dan mulut biasanya tersebar melalui
hubungan sesama manusia. Virus ini tersebar melalui fekal-oral pada
tangan yang tercemar, namun bisa juga disebarkan melalui lendir mulut
atau sistem pernapasan dan kontak langsung dengan cairan di dalam
lepuhnya. Sesudah berhubungan dengan orang yang terkena, biasanya di
antara 3-5 hari lepuh baru akan timbul. Selama masih ada cairannya, lepuh
ini bisa menular dan virus ini juga bisa berminggu-minggu berada di
dalam kotoran.
Penyakit KTM mempunyai masa inkubasi 3-6 hari. Selama masa
epidemik, virus menyebar dengan sangat cepat dari satu anak ke anak yang
lain atau dari ibu kepada janin yang dikandungnya. Virus menular melalui
kontak langsung dengan sekresi hidung dan mulut, tinja, maupun virus
yang terhisap dari udara. Implantasi dari virus di dalam bukal dan mukosa
ileum segera diikuti dengan penyebaran menuju nodus-nodus limfatik
selama 24 jam. Setelah itu segera timbul reaksi berupa bintik merah yang
kemudian membentuk lepuhan kecil mirip dengan cacar air di bagian
mulut, telapak tangan, dan telapak kaki. Selama 7 hari kemudian kadar
antibodi penetral akan mencapai puncak dan virus tereliminasi (8,9,10).
14
15
Lepuhan atau vesikel di kaki dan tangan dijumpai pada 2/3 penderita,
yang terutama tumbuh di bagian dorsal dan sisi-sisi jari serta telapak tangan
seperti ditunjukkan pada gambar 2
(19)
(14)
bulat atau elips yang akan mengering sendiri selama 3-7 hari.
16
Contoh kasus(20) :
Seorang anak laki-laki berumur 4 tahun dengan riwayat demam
ringan sejak 5 hari, malaise dan riwayat timbul ruam vesikular sejak 3
hari. Terdapat ruam pada telapak tangan (gambar A), telapak kaki (gambar
B), lidah (gambar C), dan bokong. Gambaran klinis ini sangat karakteristik
17
pada tangan, kaki, dan mulut. Lesi khas pada kulit berupa vesikel elips
dikelilingi oleh halo eritematosa.
gambar A.
gambar B.
gambar C.
Biasanya, diagnosis HFM dibuat pada kombinasi dari sejarah klinis dan
temuan fisik karakteristik. Konfirmasi laboratorium jarang diperlukan
kecuali pada komplikasi berat. Namun, dalam kasus yang jarang terjadi,
tes virus dapat dilakukan untuk mengidentifikasi virus, tetapi tes ini sangat
mahal, biasanya perlu dikirim ke laboratorium diagnostik khusus virus
yang menggunakan RT-PCR dan sering memakan waktu sekitar dua
minggu untuk mendapatkan hasilnya. Pengujian ini hampir tidak pernah
dilakukan karena sebagian besar infeksi diri terbatas dan biasanya ringan,
tapi situasi ini bisa berubah karena wabah di Alabama (38 anak, 12%
dirawat di rumah sakit namun tidak ada kematian pada tahun 2011-2012)
dan Enterovirus 71 epidemi terbaru (sekitar 905 anak-anak dirawat di
rumah sakit telah meninggal) di Kamboja. RT-PCR pengujian dapat
membedakan antara genera virus banyak, spesies, dan subtipe. Strain virus
Coxsackie Membedakan dari adenovirus, jenis enterovirus lainnya, virus
gema, dan lain-lain dapat menjadi diperlukan di masa depan.
Virus dapat diisolasi dan diidentifikasi melalui media kultur dan
immunoassay dari lesi kulit, lesi mukosa, atau sampel tinja. Spesimen oral
memiliki tingkat isolasi tertinggi. Pada pasien dengan vesikel, penyeka
vesikel juga merupakan sumber yang baik untuk koleksi virus. Pada pasien
tanpa vesikel, penyeka dubur dapat dikumpulkan. Untuk isolasi virus, 2
swab koleksi yang direkomendasikan dari tenggorokan dan lainnya baik
dari vesikel atau rektum.
Uji serologi (misalnya, akut dan tingkat antibodi sembuh) dapat
diperoleh. Membedakan coxsackie-terkait dari EV-71-terkait HFMD
mungkin memiliki makna prognostik. Polymerase chain reaction (PCR)
dan teknologi microarray antara berbagai cara untuk mengidentifikasi
virus penyebab. Tes spesifik bervariasi antara rumah sakit.(19,25)
2.8 Diagnosis Banding
- Herpangina
- Herpes Simplex
- Herpes Zoster
19
- Stomatitis
- Varicella
2.9 Komplikasi
Beberapa komplikasi yang perlu diwaspadai adalah sebagai berikut :
-
Dehidrasi pada anak-anak dan balita, harus dirawat di rumah sakit dan
diinfus dengan cairan elektrolit dan nutrisi. Sebagai pencegahan banyak
diberikan cairan elektrolit, misalnya oralit.
Infeksi pada kulit atau ulser di mulut oleh bakteri dan/atau jamur.
3.0 Pengobatan
Pada kondisi penderita dengan kekebalan dan kondisi tubuh cukup baik,
biasanya tidak diperlukan pengobatan khusus. Peningkatan kekebalan tubuh
penderita dilakukan dengan pemberian konsumsi makanan dan cairan dalam
jumlah banyak dan dengan kualitas gizi yang tinggi, serta diberikan tambahan
vitamin dan mineral jika perlu. Jika didapati terjadinya gejala superinfeksi akibat
bakteri maka diperlukan antibiotika atau diberikan antibiotika dosis rendah
sebagai pencegahan.
Secara umum, untuk menekan gejala dan rasa sakit akibat timbulnya luka
di mulut dan untuk menurunkan panas dan demam, digunakan obat-obatan
golongan analgetika dan antipiretika. Dari aspek farmakoterapi, hal penting untuk
diperhatikan dalam pengobatan penyakit KTM adalah bahwa beberapa golongan
obat dapat menimbulkan sindroma Stenven-Johnson yang menunjukkan gejala
mirip dengan penyakit KTM dan dapat memperparah ulser. Golongan obat
tersebut adalah : barbiturat, karbamazepin, diflusinal, hidantoin, ibuprofen,
penisilin, fenoftalein, fenilbutazon, propranolol, kuinin, salisilat, sulfonamida,
sulfonilurea, sulindac, dan tiazida (20).
Antiseptik oral digunakan untuk mencegah terjadinya infeksi akibat jamur
atau bakteri. Beberapa golongan antasida dan pelapis mukosa lambung juga
digunakan untuk mengatasi ulkus di saluran cerna dan lambung. Berikut adalah
20
semprot,
lozenge.
Mencegah
Dosis anak-anak
Kontra Indikasi
Interaksi
Kehamilan
bobot badan.
Riwayat hipersensitivitas
Tidak dilaporkan
Golongan resiko C keamanan penggunaan
Perhatian
Nama Obat
21
sinoatrial,
AV,
atau
blok
jantung).
Pemberian dengan simetidin dan beta bloker
meningkatkan toksisitas. Pemberian bersama
dengan
prokainamida
meningkatkan
dan
aksi
tokainida
kardiodepresan,
Kehamilan
meningkatkan suksinilkolin.
Resiko B biasanya
Perhatian
dapat
makanan,
aman,
menyebabkan
gangguan
perlu
tak
terhadap
Difenhidramin
(Benadryl,
Benylin,
22
dengan
alukol
dan
Kontraindikasi
Interaksi
amantadin,
dan
Kehamilan
prokainamida.
Golongan Resiko C keamanan selama
Perhatian
usus,
gangguan
saluran
kemih,
empedu.
Dengan
aksi
23
tersebut,
cerna.
Kontrol
simptomatik
ulser
di
mulut
saluran
cerna,
antasida
dan
dianjurkan.
Disesuaikan dengan bobot badan, digunakan
sama dengan cara penggunaan pada penderita
Kontraindikasi
Interaksi
dewasa.
Riwayat hipersensitivitas.
Menurunkan efek ketokonazol,ciprofloxacin,
tetrasiklin,
fenitoin,
warfarin,
kuinidin,
Perhatian
Nama Obat
Aluminium
hidroksida,
magnesium
hidroksida,
simetikon
(Mylanta).
Meningkatkan
pH
menutupi
ulser
asam
lambung.
lambung
dan
Magnesium
kental,
difenhidramin
dan/atau
24
badan.
Riwayat hipersensitivitas, gangguan ginjal,
Interaksi
osteomalasia.
Menurunkan
kortikosteroid,
efikasi
fluorokuinolon,
benzodiazepin,
fenotiazin,
Perhatian
ditetapkan.
Dapat menyebabkan gangguan dan gagal
ginjal
dan
kesulitan
b.a.b.
menyebabkan wasir/hemorrhage.
3.0 Prognosis
Prognosis pada HFMD sangat baik. Dan sebagian besar pasien dengan
penyakit ini dapat sembuh sepenuhnya.(19)
3.1 Edukasi kepada penderita
- Virus masih dapat berada di dalam tinja penderita hingga 1 bulan.
- Isolasi pasien sebenarnya tidak diperlukan, namun perlu istirahat untuk
pemulihan dan
pencegahan penularan lebih luas.
- Selalu mencuci tangan dengan benar untuk mengurangi resiko penularan.
- Jangan memecah vesikel.
- Mencegah kontak dengan cairan mulut dan pernafasan antara penderita dengan
anggota
keluarga yang lain.
- Meningkatkan kekebalan tubuh dengan sebisa mungkin makan makanan bergizi,
sayur
sayuran berkuah, jus buah, segera setelah rasa nyeri di mulut berkurang.
- Mencegah dehidrasi dengan memasukkan cairan, untuk mengurangi rasa sakit
sebisa
25
sehingga
mungkin cairan yang isotonis dan isohidris (tidak terasa asam/terlalu manis).
KESIMPULAN
26
Penyakit KTM adalah penyakit yang disebabkan oleh virus coxsackie A19
dan enterovirus 71. Pencegahan utama yang dilakukan adalah pemutusan rantai
penularan penyakit dengan mencegah kontak dari satu penderita ke penderita yang
lain. Pengobatan secara simptomatik terutama dilakukan untuk menekan rasa
nyeri di mulut, mempercepat penyembuhan ulser di mulut, penekan demam, dan
pencegahan infeksi skunder. Golongan obat yang bisa diberikan : antipiretik,
antasida, antihistamin non steroid, analgetik, dan antiseptik. Di samping itu bisa
diberikan vitamin dan mineral tambahan bagi penderita atau kerabat penderita
untuk membantu meningkatkan kekebalan tubuh.
DAFTAR PUSTAKA
27
2. Tay CH, Gaw CYN, Low T, Ong C, Chia KW, Yeo H, et al. In : Outbreak
of hand, foot and mouth disease in Singapore. Singapore Med J; 1974.
p.174-83.
3. Goh KT, Doraisingham S, Tan JL, Lim GN, Chew SE. In : An outbreak of
hand, foot and mouth disease in Singapore. Bull World Health Organ ;
1982 p.965-9.
4. Chan KP, Goh KT, Chong CY, Teo ES, Lau G, Ling AE. In : Epidemic
hand foot and mouth disease caused by human enterovirus 71, Singapore.
Emerg Infect Dis; 2003 p.78-85.
5. Centers for Disease Control and Prevention. Deaths among children during
an outbreak of hand, foot, and mouth disease Taiwan, Republic of China,
April-July 1998. MMWR Morb Mortal Wkly Rep ; 1998 p.629-32.
6. Ho M, Chen ER, Hsu KH, Twu SJ, Chen KT, Tsai SF, et al. In : An
epidemic of enterovirus 71 infection in Taiwan. Taiwan Enterovirus
Epidemic Working Group. N Engl J Med ;1999. p.929-35.
7. Liu C, Tseng H, Wang S, Wang J, Su I. In : An outbreak of enterovirus 71
infection in Taiwan, 1998: epidemiologic and clinical manifestations. J
Clin Virol ; 2000. p.23-30.
8. Tierney, L.M., Jr., Mc Phee, J.A. In : Current Medical Diagnosis &
Treatment. Lange Medical Book. New York ; 2004. p.1327-28.
9. Centers for Disease Control and Prevention National Center for Infectious
Diseases.
Available
from
URL
http://www.cdc.gov./ncidod/dvrd/revb/enterovirus/hfhf.htm.
:
Accessed
October 10 2012..
10. Cherry JD. Enteroviruses: polioviruses, coxsackieviruses, echoviruses and
enteroviruses. In: Textbook of Pediatric Infectious Diseases. 5th ed.
2005:2007.
11. Chang LY, Tsao KC, Hsia SH, et al. In : Transmission and clinical features
of enterovirus 71 infections in household contacts in Taiwan. JAMA ;
2004. p.222-7.
28
12. Wolff K, Johnson RA, Suurmond D. Viral infections of skin and mucosa.
In: Fitzpatrick's Color Atlas & Synopsis of Clinical Dermatology. 5th ed.
New York, NY: McGraw-Hill; 2005.p.790-92.
13. Chen KT, Chang HL, Wang ST, Cheng YT, Yang JY. In : Epidemiologic
features of hand-foot-mouth disease and herpangina caused by enterovirus
71 in Taiwan, 1998-2005. Pediatrics ; 2007. p.244-52.
14. Wang CY, Li Lu F, Wu MH, et al. Fatal coxsackievirus A16 infection.
Pediatr Infect Dis J ;2004.p.275-6.
15.
Dyne,
P.,
MD,
Pediatrics,
Hand-Foot-and-Mouth
Disease,
e-
Management.
Lippincott
Williams
&
Wilson,
7th
ed.
25. Mersch J. Hand Foot and Mouth Syndrome. Available from URL :
http://www.medicinenet.com/hand-foot-and-mouth_syndrome/page3.htm.
Accessed October 10, 2012.
30