Salah satu penyakit yang diderita oleh masyarakat terutama adalah ISPA
(Infeksi Saluran Pernapasan Akut) yaitu meliputi infeksi akut saluran pernapasan
bagian atas dan infeksi akut saluran pernapasan bagian bawah. (Wahyono, 2008)
ISPA adalah suatu penyakit yang terbanyak diderita oleh anak anak, baik
di negara berkembang maupun di negara maju dan banyak dari mereka perlu
masuk rumah sakit karena penyakitnya cukup gawat. Penyakit penyakit saluran
pernapasan pada masa bayi dan anak anak dapat pula memberi kecacatan
sampai pada masa dewasa dimana ditemukan adanya hubungan dengan terjadinya
Chronic Obstructive Pulmonary Disease. (WHO, 2007)
ISPA masih
merupakan
masalah
kesehatan
yang
penting
karena
menyebabkan kematian bayi dan balita yang cukup tinggi yaitu kira-kira 1 dari 4
kematian yang terjadi. Setiap anak diperkirakan mengalami 3 6 episode ISPA
setiap tahunnya. 40% - 60% dari kunjungan di Puskesmas adalah oleh penyakit
ISPA. Dari seluruh kematian yang disebabkan oleh ISPA mencakup 20% - 30%.
Kematian yang terbesar umumnya adalah karena pneumonia dan pada bayi
berumur kurang dari 2 bulan. (Wahyono, 2008)
Hingga saat ini angka mortalitas ISPA yang berat masih sangat tinggi.
Kematian seringkali disebabkan karena penderita datang untuk berobat dalam
keadaan berat dan sering disertai penyulit penyulit dan kurang gizi. Data
morbiditas penyakit pneumonia di Indonesia per tahun berkisar antara 10% - 20%
dari populasi balita. (Rasmaliah, 2004)
Program pemberantasan ISPA secara khusus telah dimulai sejak tahun
1984, dengan tujuan berupaya untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian
khususnya pada bayi dan anak balita yang disebabkan oleh ISPA, namun
kelihatannya angka kesakitan dan kematian tersebut masih tetap tinggi seperti
yang telah dilaporkan berdasarkan penelitian yang telah disebutkan di atas.
(Rasmaliah, 2004)
Berikut akan dibahas mengenai kasus ISPA pada pasien anak yang berobat
ke Puskesmas Lembasada pada bulan Februari 2016.
1
KASUS
IDENTITAS
Nama
: An. F
Umur
: 1,3 tahun
Jenis kelamin
: Laki-laki
Agama
: Islam
Alamat
: Desa lembasada
:Batuk berlendir
Genogram
:
2
Keterangan :
= Pasien
jajan es.
Pasien sering terpapar oleh asap rokok dan asap dari anti nyamuk.
Pasien tinggal bersama orang tuanya di rumah yang berada di dalam lorong.
Rumah pasien berukuran luas 10x5 m2. Rumah terdiri dari ruang tamu, 1
kamar tidur, dapur dan kamar mandi yang berada di belakang rumah. Untuk
keperluan BAB. Lantai rumah terbuat dari semen, dinding rumah dari papan,
dan atap rumah terbuat dari seng tanpa plafon. Ruang tamu, kamar dan dapur
memiliki jendela dan pencahayaan yang cukup. Jarak rumah pasien dengan
rumah tetangga + 3x2 m2. Rumah pasien mempunyai pekarangan dengan luas
2x1 m2.
Sumber air yang dipakai untuk sehari-hari adalah dari sumur. Sedangkan untuk
Riwayat Natal :
Pasien lahir normal dengan berat badan lahir 3000 gram, ditolong dukun, di
rumah. Usia kehamilan cukup bulan.
Riwayat Neonatal :
Tidak ada kelainan
Asupan Makanan :
Asi sejak lahir sampai pasien berumur 1 tahun
Nasi dan lauk pauk mulai usia 6 bulan sampai sekarang
Riwayat Imunisasi:
Imunisasi lengkap
Riwayat Sosial Ekonomi :
Pasien tinggal di rumah bersama dengan 4 orang lainnya yaitu kedua orang
tua, kakak dan adik . Pasien memiliki hubungan yang baik dengan kedua orang
tua, kakak dan adiknya. Pasien aktif bermain dan berkomunikasi dengan orangorang disekitarnya. Orang tua pasien tergolong ekonomi lemah. Ayah pasien
sebagai tulang punggung keluarga, ayah pasien bekerja di kebun dengan
penghasilan yang tidak menetap. Rata-rata penghasilan per bulannya kurang lebih
Rp.1000.000,-
Gambar 5 WC pasien.
PEMERIKSAAN FISIK
Kondisi Umum
: Sakit ringan
Tingkat Kesadaran : Compos Mentis
Status Gizi
: Gizi kurang
Berat Badan
Tinggi Badan
: 7 kg
: 68cm
Tanda Vital
Nadi
Suhu
Pernapasan
Kulit
TenggorokanLeher
Thoraks
Paru
: Inspeksi
Kepala
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Jantung
: Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Abdomen
: Inspeksi
Auskultasi
Perkusi
Palpasi
Ekstremitas
Atas
Bawah
Pemeriksaan Penunjang
Tidak dilakukan pemeriksaan penunjang
Diagnosis Kerja
Batuk bukan pneumonia
Diagnosis Banding
Batuk Alergi
Pneumonia
Anjuran Pemeriksaan
1) Pemeriksaan darah rutin
2) Pemeriksaan foto thoraks
Terapi
Medikamentosa :
Nonmedikamentosa :
PEMBAHASAN
Aspek Klinis
Pada kasus ini, pasien anak laki-laki berumur 1 tahun 3 bulan datang ke poli
PKM dibawa oleh ibunya dengan keluhan utama batuk berlendir yang dialami
sejak 2 hari yang lalu, yang disertai pilek. Pasien tidak mengalami sesak napas
maupun mual-muntah. Pasien juga mengalami demam yang naik turun sejak 2
hari yang lalu tanpa disertai menggigil maupun kejang. Nafsu makan berkurang.
BAB lancar, biasa. BAK lancar.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan status gizi pasien tergolong gizi kurang,
tampak sekret pada hidung pasien (berwarna bening keputihan) namun tidak
didapatkan
abnormalitas
lainnya
sehingga
berdasarkan
anamnesis
dan
10
memblok impuls nyeri dan dapat pula bekerja dengan menghambat sintesis
prostaglandin pada sistem saraf pusat. (Wahyono, 2008)
Ambroksol merupakan suatu metabolit bromheksin yang diduga sama cara
kerja dan penggunaannya. Ambroksol merupakan mukolitik yaitu obat yang dapat
mengencerkan sekret saluran napas dengan jalan memecah benang-benang
polisakarida dan mukoprotein dari sputum. (Goldman, 2008; Rubin, 2005)
CTM (Chlorpheniramine Maleat alkilamin) yang merupakan salah satu dari
alkilamin yang merupakan golongan antihistamin penghambat reseptor H1 (AH1).
Antihistamin dapat menyebabkan relaksasi otot polos saluran napas dan
menurunkan produksi mukus. Efek samping yang paling sering ditimbulkan
adalah efek sedasi, yang justru menguntungkan bagi pasien yang dirawat di RS
atau pasien yang memerlukan banyak istirahat. Antihistamin juga dapat
menurunkan sekresi mukus. (Goldman, 2008; Rubin, 2005)
Pemberian vitamin C bertujuan untuk meringkan gejala dan mempersingkat
durasi gejala yang ditimbulkan oleh ISPA. (WHO, 2009)
Tanda-tanda bahaya dapat dilihat berdasarkan tanda-tanda klinis dan tandatanda laboratoris. (WHO, 2007; WHO, 2009)
Tanda-tanda klinis yang dapat diamati, antara lain :
jantung.
Pada sistem serebral: gelisah, mudah terangsang, sakit kepala, bingung, papil
Hipoksemia,
Hiperkapnea dan
Asidosis (metabolik dan atau respiratorik)
11
Pada kasus ini, pasien tidak memerlukan rawat inap, sehingga ibu pasien
perlu diberikan edukasi mengenai hal-hal yang dapat dilakukan untuk menunjang
kesembuhan saat anak menjalani perawatan di rumah. Beberapa hal yang perlu
dikerjakan seorang ibu untuk mengatasi anaknya yang menderita ISPA, antara lain
: (Rasmaliah, 2004)
12
Imunisasi.
penelitian menunjukkan bahwa anak pada usia muda akan lebih sering
menderita ISPA daripada usia yang lebih lanjut. Hal tersebut sesuai
dengan kasus ini dimana pasien adalah pasien anak berusia 1 tahun 3
bulan.
b. Status gizi
Interaksi antara infeksi dan Kekurangan Kalori Protein (KKP) telah
lama dikenal, kedua keadaan ini sinergistik, saling mempengaruhi, yang
satu merupakan predisposisi yang lainnya. Pada KKP, ketahanan tubuh
menurun dan virulensi patogen lebih kuat sehingga menyebabkan
keseimbangan yang terganggu dan akan terjadi infeksi, sedangkan salah
satu determinan utama dalam mempertahankan keseimbangan tersebut
adalah status gizi anak. Pada kasus ini pasien tergolong gizi buruk
sehingga lebih rentan menderita infeksi.
c. Pemberian suplemen vitamin A
Pemberian vitamin A pada balita sangat berperan untuk masa
pertumbuhannya, daya tahan tubuh dan kesehatan terutama pada
penglihatan, reproduksi, sekresi mukus dan untuk mempertahankan sel
epitel yang mengalami diferensiasi. Pasien ini juga tidak pernah
memperoleh vitamin A hingga saat dilakukan home visit.
d. Pemberian air susu ibu (ASI)
ASI adalah makanan yang paling baik untuk bayi terutama pada
bulan-bulan pertama kehidupannya. ASI bukan hanya merupakan sumber
nutrisi bagi bayi tetapi juga sebagai sumber zat anti mikroorganisme yang
kuat, karena adanya beberapa faktor yang bekerja secara sinergis
membentuk sistem imunologis. ASI dapat memberikan imunisasi pasif
melalui penyampaian antibodi dan sel-sel imunokompeten ke permukaan
saluran pernafasan atas. Pasien ini mendapatkan ASI ekslusif selama 6
bulan pertama kehidupannya, kemudian tetap mendapatkan ASI hingga
pasien berusia 1 tahun yang disertai dengan pemberian makanan
pendamping.
2. Faktor lingkungan
a. Rumah
Rumah merupakan stuktur fisik, dimana orang menggunakannya
untuk tempat berlindung yang dilengkapi dengan fasilitas dan pelayanan
14
15
16
DAFTAR PUSTAKA
Deasy, JoAnn and Werner, Karen. Acute Respiratory Tract Infections ; When Are
Antibiotics Indicated? [serial online]. 2009. [cited 20 februari 2016].
Available from: www.jaapa.com.
Goldman, Lee and Aussielo, Dennis. Cecil Medicine 23rd Edition. USA : Elsevier
Inc. 2008.
McPhee, Stephen J and Papadakis, Maxin A. Current Medical Diagnosis &
Treatment 2008. San Fransisco : McGraw Hill.
Rasmaliah Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) dan Penanggulangannya.
2004. [cited 20 februari 2016]. Available from : http://library.usu.ac.id/
Rubin, Michael A, et al. Harrisons Principle of Internal Medicine. USA :
McGraw Hill. 2005.
17
Wahyono Dj, Hapsari I, Astuti IWB. Pola Pengobatan Infeksi Saluran Napas Akut
Usia Bawah Lima Tahun (Balita) Rawat Jalan di Puskesmas I Purwareja
Klampok Kabupaten Banjarnegara Tahun 2004. [serial online]. 2008.
[cited 20 februari 2016]. Available from: http://mfi.farmasi.ugm.ac.id
WHO. Acute Respiratory Infections (Update September 2009). [serial online].
2009.
[cited
20
februari
2016].
Available
from
www.who.int/vaccine_research/diseases/ari/en/print.html
WHO. Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)
yang Cenderung Menjadi Epidemi dan Pandemi di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan. 2007.
18