Anda di halaman 1dari 31

7

BAB II
KONSEP DASAR
A. Pengertian
Bronchitis adalah suatu peradangan bronchioles, bronchus, dan
trachea oleh berbagai sebab. Bronchitis biasanya lebih sering disebabkan
oleh virus seperti rhinovirus, Respiratory Syncitial Virus (RSV), virus
influenza, virus para influenza, dan Coxsackie virus. Bronchitis adalah
suatu peradangan pada bronchus yang disebabkan oleh berbagai macam
mikroorganisme baik virus, bakteri, maupun parasit. Ada 2 jenis bronchitis
yaitu bronchitis akut dan kronik (Muttaqin, 2008).
Bronchitis adalah peradangan dari satu atau lebih bronchus.
Bronchitis akut adalah serangan bronchitis dengan perjalanan penyakit
yang singkat dan berat, disebabkan oleh karena terkena dingin,
penghirupan bahan-bahan iritan, atau oleh infeksi akut, dan ditandai
dengan demam, nyeri dada (terutama disaat batuk), dyspnea, dan batuk.
Bronchitis

kronik

adalah

bentuk

peradangan

yang

lama

dan

berkesinambungan akibat serangan berulang bronchitis akut atau penyakitpenyakit umum kronis, dan ditandai dengan batuk, ekspektorasi, dan
perubahan sekunder jaringan paru (Company, 2000).
Bronchitis kronik didefinisikan sebagai adanya batuk produktif
yang berlangsung 3 bulan dalam satu tahun selama 2 tahun berturut-turut.
Sekresi yang menumpuk dalam bronchioles mengganggu pernapasan yang

efektif. Merokok atau pemajanan terhadap terhadap polusi adalah


penyebab utama bronchitis kronik. Pasien dengan bronchitis kronik lebih
rentan terhadap kekambuhan infeksi saluran pernapasan bawah. Kisaran
infeksi virus, bakteri, dan mikroplasma dapat menyebabkan episode
bronchitis akut. Eksaserbasi bronchitis kronik hampir pasti terjadi selama
musim dingin. Menghirup udara yang dingin dapat menyebabkan
bronchospasme bagi mereka yang rentan (Smeltzer & Bare, 2001).
Bronchitis kronis adalah kelainan yang ditandai oleh hipersekresi
bronchus secara terus menerus. Bronchitis Kronis merupakan suatu
gangguan klinis yang ditandai oleh pembentukan mucus yang berlebihan
dalam bronchus dan bermanifestasi sebagai batuk kronis dan pembentukan
sputum selama sedikitnya 3 bulan dalam setahun sekurang-kurangnya
dalam 2 tahun berturut-turut (Sylvia, Price, & Wilson, 1994).
Dari beberapa pengertian di atas, penulis dapat menyimpulkan
bahwa bronchitis merupakan suatu peradangan pada bronchus yang
disebabkan oleh berbagai macam

mikroorganisme baik virus, bakteri,

maupun parasit. Bronchitis dibagi menjadi dua fase yaitu fase akut dan
fase kronis.

B. Anatomi dan Fisiologi Sistem Pernapasan

http://sixxmee.blogspot.com/2012/03/anatomi-sistem-pernafasan.html

1. Anatomi
Organ pernapasan berguna bagi transportasi gas-gas dimana organorgan pernapasan tersebut dibedakan menjadi bagian dimana udara
mengalir yaitu rongga hidung, pharynx, larynx, trachea, dan bagian
paru-paru yang berfungsi melakukan pertukaran gas-gas antara udara
dan darah.
a. Saluran pernapasan bagian atas, terdiri dari :
1) Nares anterior yaitu saluran-saluran didalam lubang hidung.
Saluran itu bermuara ke dalam vestibulum (rongga) hidung.

10

Vestibulum ini dilapisi dengan epithelium bergaris yang


tersambung dengan kulit.
2) Hidung yang menghubungkan lubang-lubang dari sinus udara
paranalis yang masuk kedalam rongga-rongga hidung dan juga
lubang-lubang naso lakrimal yang menyalurkan air mata
kedalam bagian bawah rongga nasalis kedalam hidung.
3) Pharynx (tekak) adalah pipa berotot yang berjalan dari dasar
tenggorokan sampai persambungannya dengan esophagus pada
ketinggian tulang rawan krikid maka letaknya di belakang
hidung (naso farynx), dibelakang mulut (oro larynx), dan
dibelakang farinx (farinx laryngeal).
b. Saluran pernapasan bagian bawah terdiri dari :
1) Larynx (tenggorokan) terletak di depan bagian terendah
pharynx yang memisahkan dari kolumna vertebra, berjalan dari
farine-farine sampai ketinggian vertebra servikalis dan masuk
ke dalam trachea di bawahnya.
2) Trachea (batang tenggorokan) yang kurang lebih 9 cm
panjangnya trachea berjalan dari larynx sampai kira-kira
ketinggian vertebra torakalis ke lima dan ditempat ini
bercabang menjadi dua bronchus (bronchi).
3) Bronchus yang terbentuk dari belahan dua trachea pada
ketinggian kira-kira vertebralis torakalis kelima, mempunyai
struktur serupa dengan trachea yang dilapisi oleh jenis sel yang

11

sama. Cabang utama bronchus kanan dan kiri tidak simetris.


Bronchus kanan lebih pendek, lebih besar dan merupakan
lanjutan trachea dengan sudut lancip. Keanehan anatomis ini
mempunyai makna klinis yang penting. Tabung endotrachea
terletak sedemikian rupa sehingga terbentuk saluran udara
paten yang mudah masuk kedalam cabang bronchus kanan.
Kalau udara salah jalan, maka tidak dapat masuk dalam paruparu kiri sehingga paru-paru akan kolaps (atelektasis). Tetapi
arah bronchus kanan yang hampir vertical maka lebih mudah
memasukkan kateter untuk melakukan penghisapan yang
dalam. Juga benda asing yang terhirup lebih mudah tersangkut
dalam percabangan bronchus kanan karena arahnya vertikal.
Cabang utama broncus kanan dan kiri bercabang-cabang
lagi menjadi segmen lobus, kemudian menjadi segmen
bronchus. Percabangan ini terus menerus sampai cabang
terkecil

yang

merupakan

dinamakan

cabang

saluran

bronchioles
udara

terminalis

terkecil

yang

yang
tidak

mengandung alveolus.
Bronchiolus terminal kurang lebih bergaris tengah 1 mm.
bronchiolus tidak diperkuat oleh cincin tulang rawan, tetapi di
kelilingi oleh otot polos sehingga ukurannya dapat berubah,
semua saluran udara di bawah bronchiolus terminalis disebut
saluran pengantar udara karena fungsi utamanya adalah sebagai

12

pengantar udara ketempat pertukaran gas paru-paru. Di luar


bronchiolus terminalis terdapat asinus yang merupakan unit
fungsional paru-paru, tempat pertukaran gas. Asinus terdiri dari
bronchiolus respiratorius,

yang kadang-kadang memiliki

kantung udara kecil atau alveoli yang berasal dari dinding


mereka. Duktus alveolaris, yang seluruhnya dibatasi oleh
alveolus dan sakus alveolaris terminalis merupakan struktur
akhir paru-paru.

http://alifis.files.wordpress.com/2009/05/anatomi-saluran-nafas-263x300.jpg

13

4) Paru merupakan organ elastik berbentuk kerucut yang terletak


dalam rongga toraks atau dada. Kedua paru-paru saling terpisah
oleh mediastinum central yang mengandung jantung dan
pembuluh-pembuluh darah besar. Setiap paru mempunyai
apeks (bagian atas paru) dan dasar. Pembuluh darah paru dan
bronchial, bronkus, saraf dan pembuluh limfe memasuki tiap
paru pada bagian hilus dan membentuk akar paru. Paru kanan
lebih besar daripada paru kiri, paru kanan dibagi menjadi tiga
lobus dan paru kiri dibagi menjadi dua lobus.
Lobus-lobus tersebut dibagi lagi menjadi beberapa segmen
sesuai dengan segmen bronkusnya. Paru kanan dibagi menjadi
10 segmen sedangkan paru kiri dibagi menjadi 10 segmen. Paru
kanan mempunyai 3 buah segmen pada lobus inferior, 2 buah
segmen pada lobus medialis, dan 5 buah segmen pada lobus
superior. Paru kiri mempunyai 5 buah segmen pada lobus
inferior dan 5 buah segmen pada lobus superior. Tiap-tiap
segmen masih terbagi lagi menjadi belahan-belahan yang
bernama lobules. Didalam lobulus, bronkhiolus ini bercabangcabang banyak sekali, cabang ini disebut duktus alveolus. Tiap
duktus alveolus berakhir pada alveolus yang diameternya
antara 0,2-0,3 mm. letak paru dirongga dada di bungkus oleh
selaput tipis yang bernama selaput pleura.

14

Pleura dibagi menjadi dua pleura visceral (selaput dada


pembungkus) yaitu selaput paru yang langsung membungkus
paru. Pleura parietal yaitu selaput yang melapisi rongga dada
sebelah luar. Antara kedua pleura ini terdapat rongga (cavum)
yang disebut cavum pleura. Pada keadaan normal, cavum
pleura ini vakum (hampa udara) sehingga paru dapat
berkembang kempis dan juga terdapat sedikit cairan (eksudat)
yang berguna untuk meminyaki permukaannya (pleura),
menghindarkan gesekan antara paru dan dinding dada sewaktu
ada gerakan bernafas. Tekanan dalam rongga pleura lebih
rendah dari tekanan atmosfir, sehingga mencegah kolaps paru
kalau terserang penyakit, pleura mengalami peradangan, atau
udara atau cairan masuk ke dalam rongga pleura, menyebabkan
paru tertekan atau kolaps. (Pearce, 2006)
2. Fisiologi
a. Pernapasan Paru ( pernapasan pulmoner )
Fungsi

paru

adalah

pertukaran

gas

oksigen

dan

karbondioksida pada pernapasan melalui paru / pernafasan


eksternal, oksigen di pungut melalui hidung dan mulut, pada waktu
bernafas oksigen masuk melalui trachea dan pipa bronchial ke
alveoli, dan dapat erat hubungan dengan darah di dalam kapiler
pulmonaris.

15

Hanya satu lapisan membran yaitu membran alveoli


kapiler, memisahkan oksigen dari darah, darah menembus darah ini
dan di pungut oleh hemoglobin sel darah merah dan dibawa ke
jantung. Dari sini di pompa di dalam arteri kesemua bagian tubuh.
Darah meninggalkan paru pada tekanan oksigen mmHg dan pada
tingkatan Hb 95% jenuh oksigen.
Di dalam paru, karbondioksida salah satu buangan
metabolisme menembus membran kapiler dan kapiler darah ke
alveoli dan setelah melalui pipa bronchial dan trachea di lepaskan
keluar melalui hidung dan mulut.
Empat proses yang berhubungan dengan pernafasan pulmoner
pernafasan eksterna :
1) Ventilasi pulmoner, gerakan pernafasan yang menukar udara
dalam alveoli dengan udara luar.
2) Arus darah melalui paru, darah mengandung oksigen masuk
keseluruh tubuh, karbondioksida dari seluruh tubuh masuk
paru.
3) Distribusi arus udara dan arus darah sedemikian sehingga
jumlahnya yang bisa dicapai untuk semua bagian.
4) Difusi gas yang menembus membran alveoli dan kapiler,
karbondioksida lebih mudah berdifusi dari pada oksigen.

16

b. Pernapasan Jaringan ( pernapasan interna )


Darah yang telah menjenuhkan hemoglobinnya dengan
oksigen (oksihemoglobin) mengitari seluruh tubuh dan mencapai
kapiler, dimana darah bergerak sangat lambat. Sel jaringan
memungut oksigen dari hemoglobin untuk memungkinkan oksigen
berlangsung dan darah menerima sebagai gantinya hasil buangan
oksidasi yaitu karbondioksida. Perubahan- perubahan berikut
terjadi dalam komposisi udara dalam alveoli, yang disebabkan
pernapasan eksterna dan pernapasan interna atau penapasan
jaringan.
Udara (atmosfer) yang dihirup:
Nitrogen

: 79 %

Oksigen

: 20 %

Karbondioksida

: 0-0,4 %

Udara yang masuk alveoli mempunyai suhu dan kelembaban


atmosfer.
Udara yang dihembuskan:
Nitrogen

: 79 %

Oksigen

: 16 %

Karbon dioksida

: 4-0,4 %

Udara yang dihembuskan jenuh dengan uap air dan mempunyai


suhu yang sama dengan badan (20 persen panas badan hilang untuk
pemanasan udara yang dikeluarkan).

17

c. Daya muat paru


Besarnya daya muat udara dalam paru 4500 ml - 5000 ml
(4,5 - 5 liter). Udara diproses dalam paru (inspirasi dan ekspirasi)
hanya 10 % 500 ml disebut juga udara pasang surut (tidal air)
yaitu yang dihirup dan yang dihembuskan pada pernafasan biasa.
Pada seorang laki-laki normal (4 - 5 liter) dan pada seorang
perempuan (3 - 4 liter). Kapasitas (h) berkurang pada penyakit
paru-paru, pada penyakit jantung (yang menimbulkan kongesti
paru-paru) dan pada kelemahan otot pernapasan.
d. Pengendalian pernapasan
Mekanisme pernapasan diatur dan dikendalikan oleh dua
faktor utama yaitu kimiawi dan pengendalian saraf. Adanya faktor
tertentu, merangsang pusat pernapasan yang terletak di dalam
medulla oblongata, kalau dirangsang mengeluarkan inpuls yang di
salurkan melalui saraf spiralis ke otot pernapasan (otot diafragma
atau interkostalis).
1) Pengendalian oleh saraf
Pusat pernapasan adalah suatu pusat otomatik dalam medulla
oblongata mengeluarkan impuls eferen ke otot pernapasan,
melalui radik saraf servikalis diantarkan ke diafragma oleh
saraf frenikus. Impuls ini menimbulkan kontraksi ritmik pada
otot diafragma dan interkostalis yang kecepatannya kira-kira 15
kali setiap menit.

18

2) Pengendalian secara kimia


Pengendalian dan pengaturan secara kimia meliputi : frekuensi
kecepatan dan dalamnya gerakan pernafasan, pusat pernafasan
dalam sumsum sangat peka sehingga kadar alkali harus tetap
dipertahankan, karbondioksida adalah preduksi asam dan
metabolisme dan bahan kimia yang asam ini merangsang pusat
pernafasan untuk mengirim keluar impuls saraf yang bekerja
atas otot pernafasan.
e. Kecepatan pernapasan
Kecepatan pernapasan secara normal, ekspirasi akan
menyusul inspirasi dan kemudian istirahat, pada bayi ada kalanya
terbalik, inspirasi-istirahat-ekspirasi, disebut juga pernafasan
terbalik. Kecepatan normal setiap menit berdasarkan umur :
Bayi baru lahir

: 30-40 x/menit

12 bulan

: 30

x/menit

2-5 tahun

: 24

x/menit

Orang dewasa

: 10-20 x/menit

Inspirasi

atau

menarik

nafas

adalah

proses

aktif

yang

diselenggarakan oleh kerja otot. Kontraksi diafragma meluaskan


rongga dada dari atas sampai bawah, yaitu vertikal. Kenaikan igaiga dan sternum, yang ditimbulkan oleh kontraksi otot interkostalis,
meluaskan rongga dada ke kedua sisi dari belakang ke depan. Paru
yang bersifat elastis mengembang untuk mengisi ruang yang

19

membesar itu dan udara ditarik masuk ke dalam saluran udara, otot
interkostal eksterna diberi peran sebagai otot tambahan hanya bila
inspirasi menjadi gerak sadar.
Pada ekspirasi, udara dipaksa oleh pengendoran otot dan
karena paru kempes kembali, disebabkan sifat elastis paru itu
gerakan ini adalah proses pasif. Ketika pernafasan sangat kuat,
gerakan dada bertambah, otot leher dan bahu membantu menarik
iga-iga dan sternum ke atas. Otot sebelah belakang dan abdomen
juga dibawa bergerak dan alas nasi (cuping atau sayap hidung)
dapat kembang kempis.
f. Kebutuhan tubuh akan oksigen
Dalam banyak keadaan, termasuk yang telah disebut
oksigen dapat diatur menurut keperluan orang tergantung pada
oksigen untuk hidupnya, kalau tidak mendapatkannya selama
kurang lebih 4 menit dapat mengakibatkan kerusakan pada otak
yang tidak dapat di perbaiki dan biasanya pasien meninggal.
Keadaan genting timbul bila misalnya seorang anak menutupi
kepala dan mukanya dengan kantong plastik menjadi lemas. Tetapi
hanya penyediaan oksigen berkurang, maka pasien menjadi kacau
pikiran, ia menderita anoxia serebralis.
Hal ini terjadi pada orang yang bekerja dalam ruangan
sempit tertutup seperti dalam ruang kapal, di dalam tank atau ruang
ketel uap, oksigen yang ada mereka habiskan dan kalau mereka

20

tidak diberi oksigen untuk bernapas atau tidak dipindahkan ke


udara yang normal, maka mereka akan meninggal karena anoxemia
atau disingkat anoxia. Istilah lain adalah hipoxemia atau hipoxia.
Bila oksigen di dalam darah tidak mencukupi maka warna
merahnya hilang dan berubah menjadi kebiru-biruan, bibir, telinga,
lengan dan kaki pasien menjadi kebiru-biruan dan ia disebut
menderita sianosis (Pearce, 2006).
C. Etiologi
Bronchitis biasanya lebih sering disebabkan oleh virus seperti
rhinovirus, Respiratory Syncitial Virus (RSV), virus influenza, virus par
influenza, dan Coxsackie virus. Bronchitis adalah suatu peradangan pada
bronchus yang disebabkan oleh berbagai macam mikroorganisme baik
virus, bakteri, maupun parasit. Sedangkan pada bronchitis kronik dan
batuk berulang adalah sebagai berikut :
1. spesifik
a. Asma
b. Infeksi kronik saluran napas bagian atas (misalnya sinobronchitis).
c. Infeksi, misalnya bertambahnya kontak dengan virus, infeksi
mycoplasma, chlamydia, pertusis, tuberkulosis, fungi/jamur.
d. Penyakit paru yang telah ada misalnya bronchiectasis.
e. Sindrom aspirasi.
f. Penekanan pada saluran napas
g. Benda asing

21

h. Kelainan jantung bawaan


i. Kelainan sillia primer
j. Defisiensi imunologis
k. Kekurangan anfa-1-antitripsin
l. Fibrosis kistik
m. Psikis
2. Non spesifik
a. Asap rokok
b. Polusi udara
(Muttaqin, 2008)
D. Patofisiologi
Asap mengiritasi jalan napas, mengakibatkan hipersekresi lendir
dan inflamasi. Karena iritasi yang konstan ini, kelenjar-kelenjar yang
mensekresi lendir dan sel-sel globet meningkat jumlahnya, fungsi sillia
menurun, dan lebih banyak lendir yang dihasilkan dan akibatnya
bronchioles menjadi menyempit dan tersumbat. Alveoli yang berdekatan
dengan bronchioles dapat menjadi rusak dan membentuk fibrosis,
mengakibatkan perubahan fungsi makrofag alveolar, yang berperan
penting dalam menghancurkan partikel asing termasuk bakteri. Pasien
kemudian menjadi lebih rentan terhadap infeksi pernapasan. Penyempitan
bronchial lebih lanjut terjadi sebagai akibat perubahan fibrotic yang terjadi
dalam jalan napas. Pada waktunya, mungkin terjadi perubahan paru yang

22

irreversible, kemungkinan mengakibatkan emphysema dan bronchiectasis


(Smeltzer & Bare, 2001).
E. Manifestasi Klinis
Batuk produktif, kronis pada bulan-bulan musim dingin adalah
tanda dini dari bronchitis kronis. Batuk mungkin dapat diperburuk oleh
cuaca yang dingin, lembab, dan iritan paru. Pasien biasanya mempunyai
riwayat merokok dan sering mengalami infeksi pernapasan (Smeltzer &
Bare, 2001).
F. Komplikasi
Komplikasi bronchitis dengan kondisi kesehatan yang jelek menurut
Behrman (1999), antara lain :
1. Otitis media akut .
Yaitu keadaan terdapatnya cairan di dalam telinga tengah dengan tanda
dan gejala infeksi dan dapat disebabkan berbagai patogen termasuk
Sterptococcus

pneumoniae

dan

Haemophilus

influenzae.

Mikroorganisme patogen penyebab bronkhtis menebar dan masuk ke


dalam saluran telinga tengah dan menimbulkan peradangan sehingga
terjadi infeksi.
2. Sinusitis maksilaris
Yaitu radang sinus yang ada di sekitar hidung yang disebabkan oleh
komplikasi peradangan jalan nafas bagian atas dibantu oleh adanya
faktor

predisposisi.

Infeksi

pada

sinus

dapat

menyebabkan

23

bronkhospasme, edema dan hipersekresi sehingga mengakibatkan


bronchitis.
3. Pneumonia
Pneumonia adalah radang paru yang disebabkan oleh bermacammacam etiologi seperti bakteri, virus, jamur, dan benda asing. Jika
bronchitis tidak ditangani dengan baik secara tuntas atau jika daya
tahan tubuh jelek, maka proses peradangan akan terus berlanjut disebut
bronchopneumoniae. Gejala yang muncul umumnya berupa nafas yang
memburu atau cepat dan sesak nafas karena paru-paru mengalami
peradangan. Pneumonia berat ditandai adanya batuk atau kesukaran
bernafas, sesak nafas ataupun penarik dinding dada sebelah bawah ke
dalam.
G. Penatalaksanaan
Objektif utama pengobatan adalah untuk menjaga agar bronchioles
terbuka dan berfungsi, untuk memudahkan pembuangan sekresi bronchial,
untuk mencegah infeksi, dan untuk mencegah kecacatan. Perubahan dalam
pola sputum (sifat, warna, jumlah, ketebalan) dan dalam pola batuk adalah
tanda yang penting untuk dicatat. Infeksi bakteri kambuhan diobati dengan
terapi antibiotic berdasarkan hasil pemeriksaan kultur dan sensitivitas.
Untuk membantu membuang sekresi bronchial, diresepkan bronchodilator
untuk menghilangkan bronchospasme dan mengurangi obstruksi jalan
napas sehinggga lebih banyak oksigen didistribusikan ke seluruh bagian
paru, dan ventilasi alveolar diperbaiki. Postural drainage dan perkusi dada

24

setelah pengobatan biasanya sangat membantu, terutama bila terdapat


bronchiectasis. Cairan (yang diberikan per oral atau parenteral jika
bronchospasme berat) adalah bagian penting dari terapi, karena hidrasi
yang baik membantu untuk mengencerkan sekresi sehingga dapat dengan
mudah dikeluarkan dengan membatukannya. Terapi kortikosteroid
mungkin digunakan ketika pasien tidak menunjukkan keberhasilan
terhadap pengukuran yang lebih konservatif. Pasien harus menghentikan
merokok karena menyebabkan bronchoconstrictor, melumpuhkan sillia,
yang

penting

dalam

membuang

partikel

yang

mengiritasi,

dan

menginaktivasi surfactants, yang memainkan peran penting dalam


memudahkan pengembangan paru-paru. Perokok juga lebih rentan
terhadap infeksi bronchial (Smeltzer & Bare, 2001).
H. Pengkajian Fokus
1. Demografi meliputi : nama, umur, jenis kelamin, dan pekerjaan.
2. Keluhan utama
Saat dikaji biasanya penderita bronchitis akan mengeluh sesak nafas,
disertai batuk mengandung sekret yang tidak bisa keluar.
3. Riwayat penyakit sekarang
Penyakit bronchitis mulai dirasakan saat penderita mengalami batuk
menetap dengan produksi sputum setiap hari terutama pada saat bangun
pagi selama minimum 3 bulan berturut-turut tiap tahun sedikitnya 2
tahun produksi sputum (hijau, putih / kuning) dan banyak sekali.
Penderita biasanya menggunakan otot bantu pernafasan, dada terlihat

25

hiperinflasi dengan peninggian diameter AP, bunyi nafas crackles,


warna kulit pucat dengan sianosis bibir, dasar kuku.
4. Riwayat penyakit dahulu
Biasanya penderita bronchitis sebelumnya belum pernah menderita
kasus yang sama tetapi mereka mempunyai riwayat penyakit yang dapat
memicu terjadinya bronchitis yaitu riwayat merokok, terpaan polusi
kimia dalam jangka panjang misalnya debu / asap.
5. Riwayat penyakit keluarga
Biasanya penyakit bronchitis dalam keluarga bukan merupakan faktor
keturunan tetapi kebiasaan atau pola yang tidak sehat seperti kebiasaan
merokok.
6. Pola fungsi kesehatan
a. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
Adanya

tindakan

mempengaruhi

medis
perubahan

dan

perawatan

persepsi

di

tentang

rumah

sakit

kesehatan.

Kemungkinan adanya riwayat kebiasaan merokok, minum alcohol,


dan penggunaan obat-obatan bisa menjadi faktor predisposisi
timbulnya penyakit.
b. Pola nutrisi dan metabolik
Pola nutrisi pasien dengan bronchitis perlu dikaji sebelum dan
selama di rumah sakit karena secara umum pasien dengan bronchits
akan mengalami penurunan berat badan secara significant.
c. Pola eliminasi

26

Pada pola eliminasi perlu dikaji adanya keluhan pasien dalam


memenuhi kebutuhan dalam bereliminasi baik pola eliminasi BAB
maupun BAK.
d. Pola aktivitas dan latihan
Pola aktivitas pasien perlu dikaji karena pasien dengan bronchitis
akan mengalami gangguan akibat adanya sesak yang disebabkan
peningkatan sputum.
e. Pola istirahat dan tidur
Pola istirahat dan tidur pada pasien dengan bronchitis akan
mengalami gangguan akibat sesak dan kecemasan yang dialami.
f. Pola persepsi sensori dan kognitif
Perlu dikaji adanya gangguan persepsi dan sensori akibat adanya
proses penyakit.
g. Pola hubungan dengan orang lain
Gejala bronchitis sangat membatasi pasien untuk menjalankan
kehidupannya

ssecara

normal.

Pasien

perlu

menyesuaikan

kondisinya berhubungan dengan orang lain.


h. Pola reproduksi dan seksual
Reproduksi seksual merupakan kebutuhan dasar manusia, bila
kebutuhan ini tidak terpenuhi akan terjadi masalah dalam kehidupan
pasien. Masalah ini akan menjadi stressor yang akan meningkatkan
kemungkinan terjadinya suatu penyakit.
i. Pola persepsi diri dan konsep diri

27

Perlu dikaji tentang pasien terhadap penyakitnya. Persepsi yang


salah dapat menghambat respon kooperatif pada diri pasien. Cara
memandang diri yang salah juga akan menjadi stressor dalam
kehidupan pasien.
j. Pola mekanisme dan koping
Stress dan ketegangan emosional merupakan faktor instrinsik
pencetus penyakit bronchitis, maka perlu dikaji penyebab terjadinya
stress. Frekuensi dan pengaruh terhadap kehidupan pasien serta cara
penanggulangan terhadap stressor.
k. Pola nilai kepercayaan dan keyakinan
Kedekatan pasien pada sesuatu yang diyakini di dunia dipercayai
dapat meningkatkan kekuatan jiwa pasien. Keyakinan pasien
terhadap Tuhan Yang Maha Esa serta pendekatan diri pada-Nya
merupakan metode penanggulangan stress yang konstruktif.

28

I. Pathway Keperawatan
rhinovirus, Respiratory Syncitial Virus (RSV), virus influenza,
virus par influenza, dan Coxsackie virus, asap rokok, polusi
udara
Peradangan bronchus

Edema, spasme bronchus, peningkatan


sekret

Penurunan
fungsi sillia

mual dan muntah

Akumulasi sekret

Bersihan
jalan napas
tidak efektif

Suplai O2
ke jaringan
rendah

Sesak napas

Batuk

anorexia

Pengeluaran
energy
meningkat

Obstruksi
bronchioles
Penurunan
berat badan
Udara
terperangkap
di dalam
alveolus

Kelemahan fisik
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan
Intoleransi
aktivitas

PaO2 rendah
dan PaCO2
tinggi
Gangguan pola tidur

Gangguan
ventilasi
Gangguan
pertukaran
gas

Inflamasi
alveolus
Sesak
napas,

Pola napas
tidak efektif

(Smeltzer & Bare, 2001).

29

J. Diagnosa Keperawatan
1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan inflamasi pada
bronchus, peningkatan produksi sputum, pembentukan edema.
2. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan proses inflamasi dalam
alveoli
3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan kapasitas
pembawa oksigen darah, gangguan penerimaan oksigen.
4. Gangguan pola istirahat tidur berhubungan dengan sesak napas dan
batuk serta stimulus lingkungan
5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan insufisiensi oksigen untuk
aktivitas dan keletihan
6.

Resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh


berhubungan dengan anorexia sekunder akibat dyspnea, kelemahan,
efek samping obat, produksi sputum, mual/muntah

30

K. Fokus intervensi
1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan inflamasi pada
bronchus, peningkatan produksi sputum, pembentukan edema.
a. Tujuan

: Bersihan jalan napas efektif

b. Kriteria

: Klien dapat mempertahankan kepatenan jalan

napas dan dapat mengeluarkan sekret.


Intervensi

Rasional

Kaji fungsi pernapasan contoh

Menunjukkan adanya atelektasis,

bunyi napas, kecepatan, irama,

ronchii,menunjukkan akumulasi

kelemahan, dan penggunaan

secret / ketidakmampuan untuk

otot bantu

membersihkan jalan napas

Catat kemampuan klien untuk

Pengeluaran sulit bila secret

mengeluarkan mukosa batuk

sangat tebal

efektif, karakter, jumlah


sputum
Berikan posisi semi fowler

Posisi semi fowler membantu


memaksimalkan ekspansi paru
dan menurunkan upaya
pernapasan

Bersihkan secret dari mulut

Mencegah obstruksi respirasi,

dan trachea menggunakan

suction sangat diperlukan bila

suction

klien tidak mampu mengeluarkan


sekret

31

Ajarkan teknik batuk efektif

Menambah pengetahuan klien

yang benar
Pertahankan masukan cairan

Hidrasi membantu menurunkan

3000 ml/hari

kekentalan sekret dan


mempermudah pengeluaran
sekret

2. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan proses inflamasi dalam


alveoli.
a. Tujuan

: pola napas kembali efektif

b. Kriteria

: dyspnea berkurang, frekuensi, irama, dan

kedalaman napas normal


Intervensi

Rasional

Kaji kualitas dan kedalaman

Mengetahui penurunan fungsi

pernapasan, penggunaan otot

pernapasan

bantu pernapasan
Kaji kualitas sputum : warna,

Mengetahui perubahan yang

konsistensi

terjadi untuk memudahkan


perawatan selanjutnya

Auskultasi bunyi napas

Beberapa derajat spasme


bronkus terjadi dengan obstruksi
jalan nafas dan dapat/tidak

32

dimanifestasikan adanya bunyi


nafas adventisius, misalnya
penyebaran, krekels basah
(bronkitis)
Kolaborasi pemberian obat

Merilekskan otot halus dan

sesuai indikasi : Bronkodilator,

menurunkan kongesti lokal,

misalnya -agonis: epinefrin

menurunkan spasme jalan nafas,

(Adrenalin, Vaponefrin),

mengi, dan produksi mukosa.

albuterol (Proventil, Ventolin),

Obat-obat mungkin per oral,

terbutalin (Brethine, Brethaire),

injeksi atau inhalasi

isoetarin (Brokosol,
Bronkometer).

33

3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan kapasitas


pembawa oksigen darah, gangguan penerimaan oksigen.
a. Tujuan

: Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi

jaringan adekuat dengan GDA dalam rentang normal dan bebas


gejala distres pernafasan
b. Kriteria

: Pasien akan berpartisipasi dalam program

pengobatan dalam tingkat kemampuan/situasi


Intervensi

Rasional

Kaji frekuensi, kedalam

Berguna dalam evaluasi derajat

pernafasan. Catat penggunaan

distress pernafasan dan/atau

otot aksesori, nafas bibir,

kronisnya proses penyakit.

ketidakmampuan bicara atau


berbincang

Kaji atau awasi secara rutin

Sianosis mungkin perifer

kulit dan warna membran

(terlihat pada kuku) atau sentral

mukosa

(terlihat sekitar bibir/daun


telinga). Keabu-abuan dan
diagnosis sentral
mengindikasikan beratnya
hipoksemia.

34

Awasi tanda vital dan irama

Tachycardia, disritmia, dan

jantung

perubahan tekanan darah dapat


menunjukkan efek hipoksemia
sistemik pada fungsi jantung

4. Resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh


berhubungan dengan anorexia sekunder akibat dispnea, kelemahan,
efek samping obat, produksi sputum, mual/muntah
a. Tujuan

: Kebutuhan nutrisi terpenuhi

b. Kriteria

: Pasien akan menunjukkan perilaku/perubahan

pola hidup untuk meningkatkan dan/atau mempertahankan berat


badan ideal
Intervensi

Rasional

Catat status nutrisi klien dari

Berguna dalam mendefinisikan

intake, kaji tirgor kulit, berat

derajat masalah dan pilihan

badan, riwayat mual atau

intervensi yang tepat

muntah

Berikan perawatan oral, buang

Rasa tidak enak, bau dan

sekret, berikan wadah khusus

penampilan adalah pencegah

untuk sekali pakai dan tissue

utama terhadap nafsu makan dan


dapat membuat mual dan muntah

35

dengan peningkatan kesulitan


nafas.
Dorong periode istirahat

Membantu menurunkan

selama 1 jam sebelum dan

kelemahan selama waktu makan

sesudah makan. Berikan

dan memberikan kesempatan

makan porsi kecil tapi sering

untuk meningkatkan masukan


kalori total

Kolaborasi dengan ahli

Metode makan dan kebutuhan

gizi/nutrisi pendukung tim

kalori didasarkan pada

untuk memberikan makanan

situasi/kebutuhan individu untuk

yang mudah cerna, secara

memberikan nutrisi maksimal

nutrisi seimbang, misalnya

dengan upaya minimal

nutrisi tambahan oral/selang,

pasien/penggunaan energi.

nutrisi parenteral

36

5. Gangguan pola istirahat tidur berhubungan dengan sesak napas dan


batuk serta stimulus lingkungan
a. Tujuan

: pola tidur teratur

b. Kriteria

: klien tidak mengalami gangguan pola tidur

Intervensi

Rasional

Diskusikan perbedaan

Rekomendasi yang umum untuk

individual dalam kebutuhan

tidur 8 jam/hari nyatanya tidak

tidur berdasarkan usia, tingkat

mempunyai fungsi dasar ilmiah.

aktivitas, gaya hidup, dan

Individu hanya perlu rileks dan

tingkat stress

istirahat dengan mudah serta


membutuhkan sedikit tidur
untuk merasa segar kembali

Tingkatkan relaksasi, berikan

Tidur akan sulit dicapai sampai

lingkungan yang nyaman

tercapai relaksasi

6. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan insufisiensi oksigen untuk


aktivitas dan keletihan
a. Tujuan

: Pasien menunjukkan peningkatan toleransi

terhadap aktivitas
b. Kriteria

: Pasien dapat menunjukkan tidak adanya dispnea

dan tanda vital dalam rentang normal

37

Intervensi

rasional

Kaji respon pasien terhadap

untuk mengetahui perubahan-

aktivitas.

perubahan aktivitas yang


dialami oleh klien.

Bantu klien untuk beraktivitas

memberikan rasa nyaman,

sehari-hari sesuai dengan

karena kebutuhan klien dapat

kebutuhan klien.

terpenuhi dengan dibantu oleh


perawat ataupun keluarga.

Berikan lingkungan yang

agar klien tidak terganggu

tenang dan batasi pengunjung

dalam beristirahat

Anjurkan klien untuk tetap

Untuk mempercepat proses

istirahat

penyembuhan

Anda mungkin juga menyukai