PENDAHULUAN
1.1.
yaitu dengan cara menjual dan melepaskan hak atas saham dengan pembayaran
yang dilakukan oleh pihak investor. Investor akan tertarik berinvestasi pada
perusahaan yang sehat (solven). Perusahaan solven adalah perusahaan yang
memiliki tingkat likuiditas yang baik. Likuiditas merupakan kemampuan
perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek. Pembayaran kewajiban
jangka pendek diharapkan menggunakan aset lancar atau kas, karena kewajiban
jangka pendek memiliki jangka waktu kurang dari satu periode akuntansi dan kas
merupakan bagian aset lancar yang paling likuid.
(Perusahaan melakukan go public).
PSAK No. 2 tahun 2015 menyebutkan kas adalah saldo kas (cash on hand)
dan rekening giro (demand deposits). Sedangkan setara kas adalah investasi yang
sifatnya sangat likuid, berjangka pendek dan yang dengan cepat dijadikan kas
dalam jumlah yang ditentukan. Maka kas merupakan aset lancar yang paling
likuid karena kas tersebut ada secara fisik dalam bentuk uang tunai, sedangkan
setara kas bukan bentuk uang tunai tetapi memiliki waktu yang singkat untuk
mengubahnya ke dalam bentuk kas.
Marfuah dan Zulhilmi (2014) menyatakan kas yang ada di perusahaan sangat
penting untuk membiayai kegiatan operasional suatu perusahaan. Apabila kas
yang dimiliki perusahaan terlalu banyak dapat memberikan berbagai macam
pembayaran
untuk
kewajiban-kewajiban
perusahaan,
seperti
pembelian, upah, pajak, dan dividen yang timbul dalam kegiatan bisnis
perusahaan akan bertambah. Kas yang ada di perusahaan akan berkurang jika arus
kas keluar lebih besar daripada arus kas masuk.
Horngren (2009:467) menyatakan Capital Expenditure adalah pengeluaran
yang meningkatkan kapasitas atau efisiensi aktiva atau yang memperpanjang masa
manfaat. Perusahaan yang memiliki capital expenditure besar dapat mengurangi
kas
perusahaan
karena
capital
expenditure
membutuhkan
kas
dalam
1.2.
Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka masalah yang dapat
1.3.
Pembatasan Masalah
Adapun yang menjadi batasan masalah dalam penelitian ini yaitu
1.4.
Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah dan batasan masalah yang diuraikan diatas,
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini untuk mengetahui :
1. Pengaruh net working capital terhadap cash holding pada perusahan
manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2012-2014.
2. Untuk menganalisis pengaruh cash conversion cycle terhadap cash
holding pada perusahan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 20122014.
3. Untuk menganalisis pengaruh cash flow terhadap cash holding pada
perusahan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2012-2014.
4. Untuk menganalisis pengaruh capital expenditure terhadap cash holding
pada perusahan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2012-2014.
5. Untuk menganalisis pengaruh short term debt terhadap cash holding pada
perusahan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2012-2014.
6. Untuk menganalisis pengaruh net working capital, cash conversion cycle,
cash flow, capital expenditure dan short term debt secara simultan
terhadap cash holding pada perusahan manufaktur yang terdaftar di BEI
periode 2012-2014.
1.6.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat terhadap pihak terkait
yaitu :
1.
2.
3.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1.
Kerangka Teoritis
2.1.1
Trade-Off Theory
Menurut Tampubolon (dalam Ratnasari, 2015) Trade-off theory yaitu
kebijakan memilih antara risiko dengan hasil yang terjadi pada penyimpanan kas
yang terlampau kecil ataupun yang terlampau besar. Artinya menyimpan kas
terlalu kecil dan terlalu besar dapat menimbulkan risiko. Apabila perusahaan
menyimpan kas terlampau kecil akan menimbulkan risiko kesulitan keuangan
disisi lain perusahaan menyimpan kas terlampau besar mengakibatkan kehilangan
kesempatan untuk berinvestasi yang dapat menghasilkan pendapatan (Ratnasari,
2015).
Trade-off theory menyatakan bahwa cash holding perusahaan dikelola dengan
mempertimbangkan batasan antara biaya dan manfaat (cost and benefit) yang
didapatkan dalam menahan kas (Marfuah dan Zulhilmi, 2014). Biaya memegang
kas adalah opportunity cost dari modal yang diinvestasikan dalam aset likuid.
Sedangkan manfaat dari memegang kas yaitu mengurangi financial distress,
memperlonggar kebijakan investasi dan meminimumkan biaya untuk tambahan
dana eksternal (cost of debt) atau melikuidasi aset (Ferreira dan Vilela, 2004).
Manajemen yang ingin memaksimalkan kesejahteraan para pemegang sahamnya
harus mengatur cash holding perusahaan pada tingkat dimana manfaat kas setara
atau bahkan melebihi biaya yang harus dikeluarkan perusahaan untuk memegang
kas tersebut (Opler, et al., 1999).
2.1.2.
mendiskusikan teori yang pendanaannya berasal dari tiga sumber : pertama laba
ditahan, lalu berasal dari utang dan yang terakhir yaitu ekuitas. Berdasarkan teori
ini, ketika perusahaan membutuhkan dana untuk pembiayaannya, seharusnya
perusahaan membiayai dengan dana internal terlebih dahulu. Jika pembiayaan
tersebut tidak bisa diperoleh dari pendanaan internal, maka perusahaan akan
menggunakan pendanaan eksternal dari utang sebagai sumber pendanaan kedua,
dan sebagai pendanaan terakhir adalah ekuitas (Marfuah dan Zulhilmi, 2014).
Menurut Ferreira dan Vilela (2004) tujuan dari urutan pendanaan tersebut
untuk meminimalisir biaya asimetri informasi dan biaya keuangan yang lainnya.
Teori ini menunjukkan bahwa perusahaan tidak memiliki target kas, tetapi kas
digunakan sebagai penyangga antara laba ditahan dengan kebutuhan investasi.
2.1.3.
Definisi Cash
Kas meliputi uang logam, uang kertas, cek, giro, wesel dan simpanan uang
yang tersedia untuk ditarik kapan saja dari bank dan lembaga keuangan lainnya
(Reeve, et al., 2011:398). Bagian aset lancar yang paling likuid adalah kas dan
setara kas.
Menurut Marfuah dan Zulhilmi (2014) menyatakan :
Ketersediaan kas sangat penting bagi perusahaan terutama dalam membiayai
kegiatan operasional suatu perusahaan seperti untuk pembayaran gaji atau
upah, pembelian aktiva tetap, membayar utang, membayar dividen dan
transaksi lainnya. Ketersediaan kas dalam jumlah yang banyak dapat
memberikan berbagai macam keuntungan bagi perusahaan seperti keuntungan
dari potongan dagang (trade discount), terjaganya posisi perusahaan dalam
10
peringkat kredit (credit rating) dan untuk membiayai kebutuhan akan kas yang
tidak terduga (unexpected espenses). Akan tetapi, selain keuntungan yang
diberikan melalui ketersediaan kas dalam jumlah yang besar, terdapat juga sisi
negatif memegang terlalu banyak kas (excess cash) yakni kehilangan
kesempatan perusahaan dalam memeroleh laba karena kas bersifat idle fund
atau tidak memberikan pendapatan jika hanya disimpan dan tentunya bisa
berkurang karena pengaruh dari pengenaan pajak. Apabila perusahaan
memiliki ketersediaan kas yang terlalu sedikit juga maka perusahaan akan
kesulitan untuk mencukupi kebutuhan jangka pendeknya. Hal ini akan
menyebabkan perusahaan dipandang buruk atau tidak likuid, yang akhirnya
menimbulkan keraguan pihak lain pada perusahaan karena citra buruk yang
ditimbulkan oleh perusahaan.
Menurut Rodoni dan Ali (dalam Ratnasari, 2015) Posisi kas perusahaan yang
dilaporkan pada neraca akan dipengaruhi oleh banyak faktor, termasuk hal-hal
berikut ini :
1. Arus kas
2. Perubahan dalam modal kerja. Modal kerja bersih didefinisikan sebagai
aktiva lancar minus kewajiban. Peningkatan dalam aktiva lancar diluar
kas, seperti persediaan dan piutang akan mengurangi kas, sedangkan
pengurangan akun-akun ini akan meningkatkan kas.
3. Aktiva tetap. Jika sebuah perusahaan berinvestasi pada aktiva tetap, hal ini
akan mengurangi posisi kasnya. Disisi lain, penjualan dari aktiva tetap
akan meningkatkan kas.
4. Transaksi sekuritas dan pembayaran deviden. Jika sebuah perusahaan
menerbitkan saham atau obligasi selama tahun berjalan, dana yang
dikumpulkan akan meningkatkan posisi kasnya. Disisi lain, jika
perusahaan menggunakan kasnya untuk membeli kembali utang atau
ekuitas yang masih beredar, atau membayar deviden kepada para
pemegang sahamnya, hal ini akan menurunkan jumlah kas.
2.1.4.
11
Kas yang ada di perusahaan disebut dengan istilah Cash Holding. Menurut
Gill dan Shah (2012) Cash Holding didefinisikan sebagai kas yang ada di
perusahaan atau tersedia untuk investasi pada aset fisik dan untuk dibagikan
kepada investor. Sedangkan menurut Christina dan Ekawati (2014) Cash holdings
merupakan uang tunai yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan aktivitas
operasional sehari-hari, serta dapat pula digunakan untuk beberapa hal, yaitu
dibagikan kepada para pemegang saham (shareholders) berupa dividen kas,
membeli kembali saham saat diperlukan, dan untuk keperluan mendadak lainnya.
Dengan demikian cash holding merupakan kas dan setara kas yang ada di
perusahaan yang digunakan untuk memenuhi aktivitas operasional perusahaan dan
juga digunakan untuk memenuhi kewajiban jangka pendek perusahaan.
John Maynard Keynes (dalam Horne dan JR, 2012:268) menyebutkan tiga
motif perusahaan dalam menahan kas yaitu :
1. Motif transaksi adalah motif untuk melakukan pembayaran rutin dalam
operasional perusahaan sehari-hari dan melakukan pembayaran untuk
kewajiban-kewajiban perusahaan, seperti pembelian, upah, pajak, dan
dividen yang timbul dalam kegiatan bisnis umum.
2. Motif spekulasi adalah motif perusahaan untuk memanfaatkan peluang
yang muncul, seperti penurunan tiba-tiba harga bahan baku ataupun
adanya investasi yang menguntungkan bagi perusahaan.
3. Motif berjaga-jaga adalah motif perusahaan untuk mengantisipasi apabila
ada kebutuhan perusahaan yang tak terduga tetapi pembayaran rutin dan
operasional perusahaan tidak terganggu.
12
2.1.5.
13
Modal kerja (Working Capital) adalah seluruh aset lancar yang digunakan
dalam operasional perusahaan, seperti kas, efek yang dapat diperjualbelikan,
persediaan, piutang usaha dan lain-lain (Bringham dan Houston, 2011:258).
Ada tiga konsep atau definisi modal kerja yang umum dipergunakan yaitu
(Munawir, 2004:114-116) :
1. Konsep Kuantitatif
Konsep ini menitik-beratkan kepada kuantum yang diperlukan untuk
mencukupi kebutuhan perusahaan dalam membiayai operasinya yang
bersifat rutin atau menunjukkan jumlah dana (fund) yang tersedia untuk
tujuan operasi jangka pendek. Dalam konsep ini menganggap bahwa
modal kerja adalah jumlah aktiva lancar (gross working capital).
2. Konsep Kualitatif
Konsep ini menitik-beratkan pada kualitas modal kerja, dalam konsep ini
pengertian modal kerja adalah kelebihan aktiva lancar terhadap hutang
jangka pendek (net working capital), yaitu jumlah aktiva lancar yang
berasal dari pinjaman jangka panjang maupun dari para pemilik
perusahaan.
3. Konsep Fungsionil
Konsep ini menitik-beratkan fungsi dari dana yang dimiliki dalam rangka
menghasilkan pendapatan (laba) dari usaha pokok perusahaan.
Jika dilihat dari konsep atau definisi modal kerja, modal kerja bersih (net
working capital) ada pada konsep kualitatif yang mana diartikan sebagai aset
lancar dikurangi seluruh kewajiban lancar (Bringham dan Houston, 2011:258).
Modal kerja bersih (net working capital) merupakan selisih antara seluruh aktiva
lancar dikurangi dengan seluruh kewajiban lancar.
14
15
16
Perusahaan dalam pelaksanaan kegiatan operasinya pasti mengeluarkan biayabiaya sehubungan dengan aset tetap yang dimiliki oleh suatu perusahaan. Dimana
biaya-biaya tersebut dikeluarkan dengan tujuan untuk memperoleh aset tetap,
meningkatkan efisiensi operasional dan kapasitas produktif aset tetap serta
memperpanjang masa manfaat dan memperbaiki aset tetap perusahaan tersebut.
Salah satu biaya yang dikeluarkan adalah pengeluaran modal (capital
expenditure). Menurut Horngren (2009:467) Capital Expenditure adalah
pengeluaran yang meningkatkan kapasitas atau efisiensi aktiva atau yang
memperpanjang masa manfaat. Sedangkan menurut Mulyadi (2005:16) Capital
Expenditure adalah biaya yang mempunyai manfaat lebih dari satu periode
akuntansi. Jika dilihat dari beberapa pengertian maka, capital expenditure adalah
segala bentuk pengeluaran yang dialokasikan pada penambahan, perbaikan atau
peningkatan kualitas aktiva yang menghasilkan manfaat jangka panjang.
17
yang masih harus dibayar (akrual kewajiban) seperti pajak, gaji dan upah, dan
utang bunga.
2.2.
Penelitian Terdahulu
Penelitian ini didasarkan pada penelitian sebelumnya yang menganalisis
18
adanya
growth
menunjukkan
adanya
pengaruh
positif
seluruh
variabel
19
Tabel 2.1
Ringkasan Penelitian Terdahulu
Penelitian
Judul
Amarjit Gill Dan Determinants Of
Charul Shah
Corporate Cash
(2012)
Holdings: Evidence
From Canada
Manufacturing And
Variabel
Variabel Y
Cash Holding
Variabel X
Market To Book
Hasil
Pada Perusahaan
Manufaktur:
Market To Book,
Net Working
Capital Dan
Board Size
20
Service Companies
Berpengaruh
Positif Signifikan
Terhadap Cash
Holding;
Firm Size
Berpengaruh
Negatif Terhadap
Cash Holding;
Dan Cash Flow,
Leverage,
Dividend
Payment, Dan
Ceo Duality
Terdapat
Hubungan Yang
Tidak Signifikan
Terhadap Cash
Holding.
Pada Perusahaan
Jasa: Leverage,
Board Size, Dan
Ceo Duality
Berpengaruh
Positif Terhadap
Cash Holding
Sedangkan
Market To Book,
Net Working
Capital, Dan
Firm Size
Berpengaruh
Negatif Terhadap
Cash Holding.
Hubungan Yang
Tidak Signifikan
Juga Terjadi
Antara Dividend
Payment Dengan
Cash Holding.
21
Variabel Y
Cash Holding
Variabel X
Growth
Opportunity, Net
Working Capital,
Dividend
Payment, Size,
Cash Flow,
Leverage,
Capital
Expenditure
Growth
Opportunity, Net
Working Capital
Dan Dividend
Payment
Memiliki
Hubungan Positif
Signifkan
Terhadap Cash
Holding
Size Dan Cash
Flow Memiliki
Hubungan Positif
Tidak Signifikan
Terhadap Cash
Holding
Leverage
Memiliki
Hubungan
Negatif Signifkan
Terhadap Cash
Holding
William Dan
Syarief Fauzi
(2013)
Analisis Pengaruh
Growth Opportunity,
Net Working
Capital, Dan Cash
Conversion Cycle
Terhadap Cash
Holdings
Variabel Y
Cash Holding
Variabel X
Growth
Opportunity, Net
Working Capital,
Capital
Expenditure
Memiliki
Hubungan
Negatif Tidak
Signifkan
Terhadap Cash
Holding
Growth
Opportunity, Net
Working Capital,
Dan Cash
Conversion Cycle
Berpengaruh
Positif Secara
22
Marfuah
Ardan Zulhilmi
(2014)
Musyrifah
Ratnasari
(2015)
2.3.
Perusahaan Sektor
Pertambangan
Pengaruh Growth
Opportunity, Net
Working Capital,
Cash
Conversion Cycle
Dan Leverage
Terhadap Cash
Holding
Perusahaan
Dan Cash
Conversion Cycle
Variabel Y
Cash Holding
Analisis Pengaruh
Cash Flow,
Investment
Opportunity Set,
Leverage Dan
Capital Expenditure
Terhadap Cash
Holding Perusahaan
Property Dan Real
Estate Yang
Terdaftar Di Bursa
Efek Indonesia
Tahun 2011 2014
Variabel Y
Cash Holding
Variable X
Growth
Opportunity, Net
Working Capital,
Cash Conversion
Cycle Dan
Leverage
Variabel X
Cash Flow,
Investment
Opportunity Set,
Leverage Dan
Capital
Expenditure
Parsial Terhadap
Cash Holding
Growth
Opportunity, Net
Working Capital
Berpengaruh
Positif Terhadap
Cash Holding
Sedangkan Cash
Conversion Cycle
Dan Leverage
Berpengaruh
Negatif Terhadap
Cash Holding
Cash Flow Dan
Leverage
Berpengaruh
Terhadap Cash
Holding.
Sedangkan
Investment
Opportunity Set
Dan Capital
Expenditure
Tidak
Berpengaruh
Terhadap Cash
Holding
Kerangka Berfikir
Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah cash holding
dan variabel independen dalam penelitian ini adalah net working capital, cash
conversion cycle, cash flow, capital expenditure dan short term debt.
2.3.1.
23
Net working capital atau modal kerja bersih diperoleh dengan cara
mengurangi aktiva lancar perusahaan dengan kewajiban lancar perusahaan
(Munawir, 2004:115). Apabila hasil perhitungan menunjukkan bahwa net working
capital dari perusahaan adalah negatif maka diperkirakan perusahaan sedang
mengalami kesulitan likuiditas. Dengan begitu perusahaan yang memiliki nilai net
working capital negatif akan menyimpan lebih banyak kas.
Berdasarkan trade-off theory, terdapat hubungan negatif antara modal kerja
bersih dan cash holding. Pada saat dibutuhkan, net working capital dapat dengan
cepat dilikuidasi untuk pendanaan. Akibatnya, perusahaan dengan modal kerja
bersih yang banyak cenderung memegang kas dalam jumlah yang sedikit. Lebih
lanjut, Ozkan dan Ozkan (2004) menjelaskan bahwa biaya untuk mengonversi
aset lancar non-kas menjadi kas lebih murah dibandingkan dengan aset-aset
lainnya sehingga perusahaan tidak selalu bergantung kepada pasar modal ketika
terjadi kekurangan kas. Oleh karena itu, tingginya tingkat modal kerja bersih
dapat dikaitkan dengan rendahnya tingkat cash holding (Daher, 2010). Perusahaan
dengan aset lancar yang cukup mungkin tidak harus menggunakan pasar modal
untuk mendapatkan dana ketika mereka mengalami kekurangan kas. Dengan
begitu, perusahaan dengan modal kerja bersih yang tinggi akan memiliki cash
holding yang rendah.
2.3.2.
24
2.3.3.
periode akuntansi Apabila arus kas masuk lebih besar dari arus kas keluar, hal ini
menunjukkan arus kas bersih positif dan sebaliknya, apabila arus kas masuk lebih
kecil dari arus kas keluar, maka terjadi arus kas bersih negatif. Arus kas bersih
positif menyebabkan naiknya jumlah kas yang dimiliki perusahaan, dan
sebaliknya, arus kas bersih negatif menyebabkan turunnya jumlah kas perusahaan.
Menurut pecking order theory, cash flow memiliki hubungan positif dengan
cash holding. Menurut Ozkan dan Ozkan (2002) perusahaan yang memiliki cash
flow tinggi akan memegang kas dalam jumlah yang besar sebagai akibat dari
kecenderungan mereka untuk mendahulukan pendanaan internal dibandingkan
25
pendanaan eksternal. Dengan begitu perusahaan dengan tingkat cash flow tinggi
memiliki cash holding dalam jumlah yang besar.
2.3.4.
26
2.3.5.
pelunasannya singkat atau kurang dari satu periode akuntansi. Karena memiliki
jangka waktu yang pendek maka perusahaan mengusahakan pembayaran
kewajiban tersebut dengan menggunakan aset lancar atau kas (Weygandt, et al.,
2010:4).
Dengan begitu semakin banyak kewajiban jangka pendek yang dimiliki
perusahaan maka semakin banyak juga kas yang harus ditahan perusahaan untuk
melunasi kewajiban jangka pendek atau yang pelunasannya kurang dari satu
periode akuntansi. Berdasarkan uraian diatas maka dibuat kerangka berfikir
sebagai berikut
Gambar 2.1
Kerangka Berfikir
Cash
(X3)
Holding (Y)
27
Capital Expenditure
(X4)
Short Term Debt
(X5)
2.4.
Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan jawaban sementara yang disusun oleh peneliti, yang
28
H6: Net Working Capital, Cash conversion cycle, Cash Flow, Capital
Expenditure dan Short Term Debt secara simultan berpengaruh signifikan
terhadap cash holding perusahaan manufaktur.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1.
Efek Indonesia (BEI). Penelusuran data perusahaan melalui media internet atau
mesin pencarian dengan situs www.idx.co.id. Waktu penelitian dilakukan pada
Februari 2016 sampai dengan selesai.
29
3.2.
3.2.1.
Populasi
Populasi merupakan keseluruhan kumpulan elemen-elemen yang berkaitan
3.2.2.
Sampel
30
1.
2.
periode 2012-2014.
Perusahaan manufaktur yang mempublikasikan laporan keuangan
menggunakan mata uang rupiah.
3.3.
penelitian atau objek penelitian. Dalam penelitian ini terdapat satu variabel
dependen dan lima variabel independen.
31
1. Days Inventory
Inventory
HPP/365
32
2. Days Receivable
3. Days Payable
= Account Receivable
Sales/365
= Account Payable
HPP/365
33
Short term debt adalah kewajiban atau utang yang memiliki jangka waktu
pelunasannya singkat atau kurang dari satu periode akuntansi. Karena memiliki
jangka waktu yang pendek maka perusahaan mengusahakan pembayaran
kewajiban tersebut dengan menggunakan aset lancar atau kas (Weygandt, et al.,
2010:4). Dengan begitu semakin banyak kewajiban jangka pendek perusahaan
maka semakin banyak juga cash holding perusahaan. Banyak atau sedikitnya
short term debt dihitung dengan menggunakan logaritma natural dari total short
term debt.
SHORT TERM DEBT = Ln TOTAL SHORT TERM DEBT
3.4.
studi kepustakaan yaitu data diperoleh dengan mencari dan mempelajari bukubuku, literatur, jurnal-jurnal penelitian, skripsi, tesis dan penelusuran internet yang
berkaitan dengan masalah yang sedang diteliti. Kedua, teknik pengumpulan data
dari basis data yang diperoleh melalui internet dengan mengunduh atau download
data yang dibutuhkan melaui website www.idx.co.id berupa laporan keuangan
yang sudah diaudit.
3.5.
34
capital, cash conversion cycle, cash flow, capital expenditure dan short term debt
terhadap variabel dependen cash holding pada perusahaan manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Sebelum dilakukan analisis regresi linear
sederhana, terlebih dahulu akan dilakukan uji statistik deskriptif dan uji asumsi
klasik. Berikut ini penjelasan terperinci mengenai teknik analisis data dalam
penelitian ini :
3.5.1. Uji Statistik Deskriptif
Ghozali (2012) menyatakan bahwa statistik deskriptif memberikan gambaran
atau deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), maksimum,
minimum dan standar deviasi dari variabel-variabel yang diteliti.
35
pendekatan
uji
statistik
non-parametrik
one-sample
36
Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linear ada
korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan
pengganggu pada periode t-1 (Ghozali, 2012). Dalam penelitian ini, uji
autokorelasi dilakukan dengan menggunakan uji Durbin Waston (DW test).
Untuk pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi disesuaikan dengan tabel
keputusan hipotesis sebagai berikut:
Tabel 3.1
Uji Autokorelasi
HIPOTESIS NOL
KEPUTUSAN
Tidak ada autokorelasi positif
Tolak
Tidak ada autokorelasi positif
No decision
Tidak ada korelasi negatif
Tidak ada korelasi negatif
Tidak ada autokorelasi, positif atau
negatif
JIKA
0 < d < dl
dl d du
Tolak
4 dl < d < 4
No decision
Tidak ditolak
4 du d 4 dl
du < d < 4 du
37
Uji Hipotesis
Analisis Regresi Linier Berganda
Analisis regresi digunakan untuk mengukur kekuatan hubungan antara dua
variabel atau lebih. Analisis ini juga dapat menunjukkan arah hubungan antara
variabel dependen dan variabel independen (Ghozali, 2013). Dalam penelitian ini,
analisis regresi linear berganda digunakan untuk mengetahui ada tidaknya
pengaruh net working capital, cash conversion cycle, cash flow, capital
expenditure dan short term debt terhadap cash holding perusahaan food and
beverages. Persamaan regresi yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
CH = +1NWC + 2CCC + 3CF + 4CAPEX +5STD +
Di mana:
CH
: Cash holding
: Kostanta
12345
NWC
CCC
CF
: Cash Flow
: Error
3.5.4.
Koefisien Determinasi
Menurut Ghozali (2012), koefisien determinasi (R2) merupakan alat ukur
38
39
dilakukan dengan cara membandingkan nilai statistik t dengan titik kritis menurut
tabel. Kriteria pengambilan keputusannya sebagai berikut :
1. Apabila t hitung > t tabel untuk = 5%, maka Ho ditolak dan menerima
Ha. Artinya, suatu variabel independen berpengaruh terhadap variabel
dependen.
2. Apabila t hitung < t tabel untuk = 5%, maka Ho diterima dan menolak
Ha. Artinya, suatu variabel independen tidak berpengaruh terhadap
variabel dependen.
40
41