Anda di halaman 1dari 4

Fergie Merrywen Tamu Rambu

11 2016 032

Ablasio retina (retinal detachment)

Definisi
Ablasio retina (retinal detachment) adalah pemisahan retina sensorik, yakni lapisan
fotoreseptor (sel kerucut dan batang) dan jaringan bagian dalam, epitel pigmen retina
dibawahnya. Pada keadaan ini sel epitel pigmen masih melekat erat dengan membran Bruch.
Sesungguhnya antara sel kerucut dan sel batang retina tidak terdapat suatu perlekatan
struktural dengan koroid atau pigmen epitel, sehingga merupakan titik lemah yang potensial
untuk lepas secara embriologis.
Diagnosis
Ablasio retina ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan oftalmologi dan
pemeriksaan penunjang.
Anamnesis
Gejala umum pada ablasio retina yang sering dikeluhkan penderita adalah:
a. Floaters (terlihatnya benda melayang laying) yang terjadi karena adanya
kekeruhan di vitreus oleh adanya darah, pigmen retina yang lepas atau
degenerasi vitreus itu sendiri.
b. Photopsi/light flashes (kilatan cahaya), tanpa adanya sumber cahaya di
sekitarnya, yang umumnya terjadi sewaktu mata digerakkan dalam
keremangan cahaya atau dalam keadaan gelap.
c. Penurunan tajam penglihatan, penderita mengeluh penglihatannya sebagian
seperti tertutup tirai yang semakin lama semakian luas. Pada keadaan yang
telah lanjut, dapat terjadi penurunan tajam penglihatan yang berat.
Pada ablasio regmatogenosa, pada tahap awal masih relative terlokalisir, tetapi
jika hal tersebut tidak diperhatikan oleh penderita maka akan berkembang menjadi
lebih berat jika berlangsung sedikit sedikit demi sedikir menuju ke arah makula.

Keadaan ini juga tidak menimbulkan rasa sakit tiba- tiba kehilangan penglihatan
terjadi ketika kerusakannya sudah parah. Pasien seperti biasanya mengeluhkan
kemunculan tiba tiba awan gelap atau kerudung didepan mata.
Selain itu perlu di anamnesa adanya faktor predisposisi yang menyebakan
teradi ablasio retina seperti adanya riwayat trauma, riwayat pembedahan sebelumnya
seperti ekstraksi katarak, pengangkatan korpus alienum inoukler, riwayat penyakit
mata sebelumnya (uveitis, perdarahan vitreus, amblopia, galukoma, dan retinopati
diabetik). Riwayat keluarga dengan sakit mata yang sama serta penyakit serta
panyakit sistemik yang berhubungan dengan ablasio retina (diabetes melitus, tumor,
sickle cell leukimia, eklamsia, dan prematuritas).
Pemeriksaan oftalmoskopi
Adapun tanda tanda yang dapat ditemukan pada keadaan ini antar lain :
a. Pemeriksaan visus. Dapat terjadi penurunan tajam penglihatan akibat
terlibatnya makula lutea atau kekeruhan media refrakta atau badan kaca yang
menghambat sinar masuk. Tajam penglihatan akan sangat terganggu bila
makula lutea ikut terangkat.
b. Tekanan intraokuler biasanya sedikit lebih atau mungkin normal.
c. Pemeriksaan funduskopi. Merupakan salah satu cara terbaik untuk
mendiagnosa ablasio retina dengan menggunakan oftalmoskop indirek
binokuler. Pada pemeriksaan ini retina yang mengalami ablasio tampak
sebagai membran abu abu merah muda yang menutupi gambaran vaskuler
koroid. Jika terdapat akumulasi cairan pada ruang subretina, didapatkan
pergerakkan undulasi retina ketika mata bergerak. Pembuluh darah retina yang
terlepas dari dasarnya berwarna gelap, berkelok kelok dan membengkok di
tepi ablasio. Pada retina yang terjadi ablasio telihat lipatan lipatan halus.
Satu robekan pada retina terlihat agak merah muda karena terdapat pembuluh
koroid dibawahnya.
d. Electroretinography (ERG) adalah dibawah normal atau tidak ada.
e. Ultrasonography mngkonfirmasikan diagnosis. Ini adalah nilai khusus pada
pasien media berkabut terutama dihadapan padat katarak.

Komplikasi
1) Komplikasi awal setelah pembedahan
1. Glaukoma
2. Infeksi
3. Ablasio koroid
4. Kegagalan perekatan retina
5. Ablasio retina berulang
2) Komplikasi lanjut
1. Infeksi
2. Lepasnya bahan buckling melalui konjungtiva atau erosi melalui bola mata
3. Vitreo retinpati proliveratif (jaringan parut yang mengenai retina)
4. Diplopia
5. Kesalahan refraksi
6. Astigmatisme
Komplikasi pembedahan pada ablasio retina akan menimbulkan perubahan
fibrotik pada vitreous (vitreoretinopati proliferatif/ PVR), PVR dapat menyebabkan
traksi pada retina dan ablasio retina lebih lanjut.
Penurunan ketajaman penglihatan dan kebutaan merupakan komplikasi yang
paling sering terjadi pada ablasio retina. Penurunan penglihatan terhadap gerakan
tangan atau persepsi cahaya (light perception) adalah kompilkasi yang sering dari
ablasio retina jika melibatkan makula.
Penatalaksanaan
1. Tirah baring dan aktivitas dibatasi
2. Bila kedua mata dibalut, perlu bantuan orang lain untuk mencegah cidera
3. Jika terdapat gelombang udara di dalam mata, posisi yang dianjurkan harus
dipertahankan sehingga gas mampu memberikan tamponade yang efektif pada
robekan retina.
4. Pasien tidak boleh terbaring terlentang
5. Dilatasi pupil harus dipertahankan untuk mempermudah pemeriksaan pasca operasi

Cara pengobatannya :
Prinsip penatalaksanaan dari ablasio retina adalah untuk melepaskan traksi
vitreoretina serta dapat menutup robekan retina yang ada. Penutupan robekan
dilakukan dengan melakukan adhesi korioretinal di sekitar robekan melalui diatermi,
krioterapi, atau fotokoagulasi laser. Pembedahan yang sering dilakukan adalah scleral
buckling, pneumatic retinopexy dan intraocular silicone oil tamponade. Kebanyakan
praktisi lebih sering melakukan prosedur scleral buckling. Penempatan implan

diletakkan dalam kantung sklera yang sudah direseksi yang akan mengeratkan sclera
dengan retina.
1) Prosedur laser
a) Untuk menangani ablasio retina eksudatif/ serosa sehubungan dengan proses yang
berhubungan dengan tumor atau inflamasi yang menimbulkan cairan subretina
yang tanpa robekan retina.
b) Tujuannya untuk membentuk jaringan parut pada retina sehingga melekatnya ke
epitel berpigmen.
2) Pembedahan
Retinopati diabetika/ trauma dengan pendarahan vitreus memerlukan
pembedahan vitreus untuk mengurangi gaya tarik pada retina yang ditimbulkan.
Pelipatan (buckling) sklera merupakan prosedur bedah primer untuk melekatkan
kembali retina.
3) Krioterapi transkleral
Dilakukan pada sekitar tiap robekan retina menghasilkan adhesi korioretina yang
melipat robekan sehingga cairan vitreus tak mampu lagi memasuki rongga subretina.
Sebuah / beberapa silikon (pengunci) dijahitkan dan dilipatkan ke dalam sklera, secara
fisik akan mengindensi atau melipat sklera, koroid, dan lapisan fotosensitif ke epitel
berpigmen, menahan robekan ketika retina dapat melekat kembali kejaringan
pendukung dibawahnya, maka fungsi fisiologisnya normalnya dapat dikembalikan.

Daftar Pustaka
1. Larkin, L. Gregory. Retinal Detachment.[serial online] 8th septembe 2010 [cited 19th
June 2012]. Available from : http//emedicine.medscape.com/article/1226426

Anda mungkin juga menyukai