Anda di halaman 1dari 17

KETERKAITAN ANTARA ZINK

DENGAN DIARE

Kelompok 1
1. Kintan Arifa Shafrin
2. Deaselia Carmelita P
3. Eni Kurniawati
4. Rahmadhiana Febrianika
5. Flora Theodora P
6. Bintang Nurkhaleda
7. Silfiya
8. Tri Bintari Putri
9. Aufir Amalia
10. Maharani Widya P S

(25010112120071)
(25010112120072)
(25010112120073)
(25010112120074)
(25010112120075)
(25010112120076)
(25010112120077)
(25010112120078)
(25010112120079)
(25010112120080)

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS DIPONEGORO
2013
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL. i
DAFTAR ISI. ii
BAB I PENDAHULUAN

1.1
1.2
1.3
1.4

Latar Belakang....1
Rumusan Masalah. 2
Tujuan...2
Manfaat 2

BAB II ISI
2.1

Pengertian Diare.1

2.2

Penularan Diare..3

2.3

Gejala Diare.4

2.4

Jenis Diare...4

2.5

Faktor Penyebab Diare..5

2.6

Pencegahan Diare. 6

2.7

Penanggulangan Diare. 8

2.8

Akibat Diare......9

2.9

Pengertian Zink.10

2.10 Hubungan antara Zink dengan Diare12


BAB III PENUTUP
3.1

Kesimpulan....13

3.2

Saran...14

DAFTAR PUSTAKA...15

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Seng atau kita kenal dengan lambang Zn merupakan suatu
senyawa yang memegang peranan esensial dalam banyak fungsi
tubuh. Seng esensial untuk kehidupan diketahui sejak lebih dari
seratus tahun yang lalu. Penelitian mendalam selama 20 tahun terakhir
menghasilkan pengertian lebih baik tentang peranan biokimia seng
didalam tubuh dan gejala klinik yang timbul akibat defisiensi seng pada
manusia. (Almatsier, 2001)
Tubuh menandung 2-2,5 gram seng yang tersebar di hampir semua
sel. Sebagian besar seng berada di dalam hati,pankreas,ginjal,otot,dan
tulang. Di dalam cairan tubuh, seng terutama merupakan ion
intraselular. Di dalam plasma, hanya sekitar 0,1% dari seluruh seng di
dalam

tubuh

yang

mempunyai

masa

pergantian

cepat.

(Almatsier,2001)
Seng merupakan sebagian dari enzim atau sebagai kofaktor pada
kegiatan lebih dari dua ratus enzim. Seng juga terlibat dalam berbagai
keseimbangan asam-basa, metabolisme asam amino,pembentukan
protein sistem kekebalan, reproduksi dan perkembangan sistem
syaraf. Defisiensi seng menyebabkan beberapa gangguan pada tubuh
yang dapat menyebabkan terjadinya diare. Defisiensi seng terjadi pada
golongan rentan, yaitu anak-anak, dewasa, ibu hamil dan menyusui.
Defisiet si seng terjadi karena kurangnya asupan makanan,
terutama yang mengandung protein tinggi, ketersediaan hayati seng
rendah, malabsorpsi dan meningkatnya ekskresi oleh tubuh melalui
tinja dan air seni.Defisiensi seng ringan kemungkinan lebih banyak
prevalensinya dibanding prevalensi defisiensi besi, baik di negara
berkembang dan di negara maju. Umumnya, mengonsumsi seng
dengan dosis sebanyak 2 gram atau lebih dapay menyebabkan
terjadinya penyakit, salah satunya adalah penyakit diare. ( Cousins,
R.J., Hempe, J.M.,1990)
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini, ialah sebagai berikut:
1

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Apakah pengertian dari diare?


Bagaimana penularan diare?
Apa saja gejala diare?
Apa saja jenis diare?
Apa saja faktor penyebab terjadinya diare?
Bagaimana langkah pencegahan diare?
Bagaimana langkah penanggulangan yang

dilakukan

pada

penderita diare?
8. Apa saja akibat yang ditimbulkan dari diare?
9. Apakah pengertian dari Zink?
10. Bagaimana hubungan dari Zink dengan penyakit diare?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari makalah adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui tentang pengertian diare,gejala dari penyakit
diare,faktor penyebab penyakit diare,langkah pencegahan yang
dilakukan,langkah pengobatan yang dilakukan,serta transmisi
penyakit diare
2. Untuk mengetahui hubungan senyawa zinc terhadap terjadinya
penyakit diare
1.4 Manfaat
Adapun manfaat dari makalah adalah sebagai berikut:
1. Agar mahasiswa dapat mengetahui hubungan antara senyawa zinc
dengan penyakit diare dan mengetahui tentang faktor penyebab
dan cara penanggulangan penyakit diare jika terjadi over senyawa
zinc
2. Agar mahasiswa mengetahui transmisi terjadinya suatu penyakit
diare.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Diare
Menurut WHO (1999) secara klinis diare didefinisikan sebagai
bertambahnya defekasi (buang air besar) lebih dari biasanya/lebih dari
tiga kali sehari, disertai dengan perubahan konsisten tinja (menjadi cair)

dengan atau tanpa darah. Secara klinik dibedakan tiga macam sindroma
diare yaitu diare cair akut, disentri, dan diare persisten.
Sedangkan menurut menurut Depkes RI (2005), diare adalah suatu
penyakit dengan tanda-tanda adanya perubahan bentuk dan konsistensi
dari tinja, yang melembek sampai mencair dan bertambahnya frekuensi
buang air besar biasanya tiga kali atau lebih dalam sehari .
Menurut Simadibrata (2006) diare adalah buang air besar
(defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau setengah cair (setengah
padat), kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya lebih dari 200 gram
atau 200 ml/24 jam.
Diare akut diberi batasan sebagai meningkatnya kekerapan,
bertambah cairan, atau bertambah banyaknya tinja yang dikeluarkan,
akan tetapi hal itu sangat ocialc terhadap kebiasaan yang ada pada
penderita dan berlangsung tidak lebih dari satu minggu. Apabila diare
berlangsung antara satu sampai dua minggu maka dikatakan diare yang
berkepanjangan (Soegijanto, 2002).
Jadi diare dapat didefinisikan sebagai gejala buang air besar
dengan konsistensi feses (tinja) lembek, atau cair, bahkan dapat berupa
air saja. Frekuaensinya bisa terjadi lebih dari dua kali sehari dan
berlangsung dalam jangka waktu lama tapi kurang dari 14 hari. Seperti
diketahui, pada kondisi normal, orang biasanya buang air besar sekali
atau dua kali sehari dengan konsistensi feses padat atau keras.

2.2 Penularan Diare


Penyakit diare dapat ditularkan melalui :
1. Mulut yang memakan makanan yang tercemar atau tidak higienis
2. Feses yang mengandung kuman penyakit
3. Proses pengolahan makanan yang tidak sehat sehingga tercemar
oleh kuman-kuman penyebab diare
2.3 Gejala Diare
Beberapa gejala penyakit diare dapat langsung dikenali atau
dirasakan oleh penderita. Di antara gejala tersebut adalah :
Buang air besar terus menerus disertai dengan rasa mulas yang
berkepanjangan

Tinja yang encer dengan frekuensi 4 x atau lebih dalam sehari


Pegal pada punggung, dan perut sering berbunyi
Mengalami dehidrasi (kekurangan cairan tubuh)
Diare yang disebabkan oleh virus dapat menimbulkan mual dan
muntah-muntah
Badan lesu atau lemah
Panas
Tidak nafsu makan
Darah dan lendir dalam kotoran

Salah satu gejala lainnya dari penyakit diare adalah


gastroenteritis. Gastroenteritis adalah peradangan pada saluran
pencernaan yang diakibatkan oleh infeksi atau keracunan makanan.
Menurut Nursalam (2005), tanda dan gejala diare berdasarkan
klasifikasi diare sebagai berikut:
Tabel: 2.1 Tanda dan gejala diare
Tanda/gejala yang
tampak
Terdapat dua atau lebih
tanda-tanda berikut:

Klasifikasi
Diare dengan dehidrasi
berat

1. Letargis atau tidak sadar


2. Mata cekung
3. Tidak bisa minum atau
malas minum
4. Cubitan kulit perut
kembalinya sagat lambat
Terdapat dua atau lebih
tanda-tanda berikut:

Diare dengan dehidrasi


ringan/sedang

1. Gelisah, rewel, atau


mudah marah
2. Mata cekung
3. Haus, minum dengan
lahap
4. Cubitan kulit perut
kembalinya lambat
4

Tidak ada tanda-tanda


untuk diklasifikasikan
sebagai dehidrasi berat
atau ringan/sedang
Diare selama 14 hari atau
lebih disertai dengan
dehidrasi
Diare selama 14 hari atau
lebih tanpa disertai tanda
dehidrasi
Terdapat darah dalam tinja
(berak bercampur darah)

Diare tanpa dehidrasi

Diare presisten berat


Diare presisten
Disentri

2.4 Jenis Diare


1. Diare akut
Diare akut adalah diare yang terjadi sewaktu-waktu tetapi
gejalanya dapat berat. Penyebabnya sebagai berikut :
a. Gangguan jasad reknik atau bakteri yang masuk ke dalam usus
halus setelah melewati berbagai rintangan asam lambung
b. Jasad reknik yang berkembang pesat dalam usus halus
c. Racun yang dikeluarkan oleh bakteri
d. Kelebihan cairan usus akibat racun

2. Diare kronis atau menahun (persisten)


Pada diare menahun (kronis), kejadiannya lebih kompleks.
Berikut beberapa faktor yang menimbulkannya, terutama jika sering
berulang pada anak:
a. Gangguan bakteri, jamur, parasit
b. Malabsorpsi kalori
c. Malabsorpsi lemak
2.5 Faktor Penyebab Diare
a. faktor infeksi
faktor infeksi penyebab diare dapat dibagi dalam infeksi parental
dan infeksi enteral. Faktor infeksi penyebab utama timbulnya diare adalah
virus, bakteri, dan parasit. Rotavirus merupakan penyebab utama diare

akut pada anak. Sedangkan bakteri penyebab diare tersering antara lain
ETEC, Shigella, Campylobacter.
b. faktor umur
pengaruh usia tampak jelas pada manifestasi diare. Komplikasi
lebih banyak terjadi pada umur di bawah 2 bulan secara bermakna, dan
makin muda usia bayi makin lama kesembuhan klinik diarenya. Kerusakan
mukosa usus yang menimbulkan diare dapat terjaddi karena ganggunan
intregitas mukosa usus yang banyak dipengaruhi dan dipertahankan oleh
sistem imunologik intestinal serta regenerasi epitel usus yang pada masa
bayi masih terbatas kemampuannya.
c. faktor status gizi
menurut satiri (1963) dan gordon (1964) pada penderita malnutrisi
serangan diare terjadi lebih sering dan lebih lama. Semakin buruk
keadaan gizi anak, semakin sering dan berat diare yang dideritanya.
Diduga bahwa mukosa penderita malnutrisi sangat peka terhadap infeksi,
namun konsep ini tidak seluruhnya benar, patogenesis terperinci tidak
diketahui.
Di negara maju dengan tingkat pendidikan dan tingkat kesehatan
yang tinggi, kelompok bayi yang mendapat air susu ibu lebih jarang yang
menderita diare karena infeksi enteral dan parental. Hal ini disebabkan
karena berkurangnya kontaminasi bakteri serta terdapat zat-zat anti
infeksi dalam air susu ibu.
Menurut stanfield (1974) perubahan-perubahan yang terjadi pada
penderita malnutrisi adalah 1) perub ahan gastrointestinal dan 2)
perubahan sistem imunitas.
d. faktor lingkungan
sebagian besar penularan penyakit diare adalah melalui dubur, kotoran
dan mulut. Dalam hal mengukur kemampuan penularan penyakit di
samping tergantung jumlah dan kekuatan penyebab penyakit, juga
tergantung dari kemampuan lingkungan untuk menghidupinya, serta
mengembangkan kuman penyebab diare.
Sehingga dapat dikatakan bahwa penularan penyakit diare merupakan
hasil dari hubungan antara a) faktor jumlah kuman yang disekresi
(penderita atau carrier), b) kemampuan kuman untuk hidup di lingkungan,
c) dosis kuman untuk menimbulkan infeksi, di smaping ketahan pejamu
untuk menghadapi mikroba tadi.

Petubahan atau perbaikan air minum dan jamban secara fisik tidak
menjamin hilangnya penyakit diare, tetapi perubahan sikap dan perilaku
manusia yang memanfaatkan sarana tersebut diatas sangat menentukan
keberhasilan perbaikan sanitasi dalam mengurangi masalah diare.
e. faktor susunan makanan
faktor susunan makan terhadap terjdinya diare tampak sebagai
kemampuan usus untuk menghadapi kendala yang berupa:
1. antigen
Susuna makan mengandung protein yang tidak homolog. Sehingga dapat
berlaku antigen. Lebih-lebih pada bayi dimana kondisi ketahan lokal usus
belum sempurna sehingga terjadi migrasi molekul makro.
2. osmolaritas
Susunan makanan baik berupa formula susu maupun padat yang
memberikan osmolaritas yang tinggi sehingga dapat menimbulkan diare
misalnya Neonatal entero colitis necroticans pada bayi.
3. malabsorpsi
Kandungan nutrien makan yang berupa karbohidrat, lemak maupun
protein dapat menimbulkan intoleransi, malabsorpsi maupun alergi
sehingga terjadi diare pada anak bayi.

4. mekanik
Kandungan serat yang berlebuhan dalam susuna makanan secara
mekanik dapat merusak fungsi mukosa usus sehingga timbul diare.
2.6 Pencegahan Diare
Pada dasarnya ada tiga tingkatan pencegahan penyakit secara
umum yakni: pencegahan tingkat pertama (Primary Prevention) yang
meliputi promosi kesehatan dan pencegahan khusus, pencegahan tingkat
kedua (Secondary Prevention) yang meliputi diagnosis dini serta
pengobatan yang tepat, dan pencegahan tingkat ketiga (tertiary
prevention) yang meliputi pencegahan terhadap cacat dan rehabilitasi
(Nasry Noor, 1997).
1. Pencegahan Primer

Pencegahan primer penyakit diare dapat ditujukan pada faktor


penyebab, lingkungan
dan faktor pejamu. Untuk faktor penyebab
dilakukan berbagai upaya agar mikroorganisme
penyebab diare
dihilangkan. Peningkatan air bersih dan sanitasi lingkungan, perbaikan
lingkungan biologis dilakukan untuk memodifikasi lingkungan. Untuk
meningkatkan daya tahan tubuh dari pejamu maka dapat dilakukan
peningkatan status gizi.
2. Pencegahan Sekunder
Pencegahan tingkat kedua ini ditujukan kepada sianak yang telah
menderita diare atau yang terancam akan menderita yaitu dengan
menentukan diagnosa dini dan pengobatan yang cepat dan tepat, serta
untuk mencegah terjadinya akibat samping dan komplikasi. Prinsip
pengobatan diare adalah mencegah dehidrasi dengan pemberian oralit
(rehidrasi) dan mengatasi penyebab diare. Diare dapat disebabkan oleh
banyak faktor seperti salah makan, bakteri, parasit, sampai radang.
Pengobatan yang diberikan harus disesuaikan dengan klinis pasien. Obat
diare dibagi menjadi tiga, pertama kemoterapeutika yang memberantas
penyebab diare seperti bakteri atau parasit, obstipansia untuk
menghilangkan gejala diare dan spasmolitik yang membantu
menghilangkan kejang perut yang tidak menyenangkan. Sebaiknya jangan
mengkonsumsi golongan kemoterapeutika tanpa resep dokter. Dokter
akan menentukan obat yang di sesuaikan dengan penyebab diarenya
misal bakteri, parasit. Pemberian kemoterapeutika memiliki efek samping
dan sebaliknya di minum sesuai petunjuk dakter (Fahrial Syam,2006)
3. Pencegahan Tertier
Pencegahan tingkat ketiga adalah penderita diare jangan sampai
mengalami kecatatan dan kematian akibat dehidrasi. Jadi pada tahap ini
penderita diare diusahakan pengembalian fungsi fisik, psikologis
semaksimal mungkin. Pada tingkat ini juga dilakukan usaha rehabilitasi
untuk mencegah terjadinya akibat samping dari penyakit diare. Usaha
yang dapat dilakukan yaitu dengan terus mengkonsumsi makanan bergizi
dan menjaga keseimbangan cairan. Rehabilitasi juga dilakukan terhadap
mental penderita dengan tetap memberikan kesempatan dan ikut
memberikan dukungan secara mental kepada anak. Anak yang menderita
diare selain diperhatikan kebutuhan fisik juga kebutuhan psikologis harus
dipenuhi dan kebutuhan sosial dalam berinteraksi atau bermain dalam
pergaulan dengan teman sepermainan.
2.7 Penanggulangan Diare
1. Penanggulangan diare di rumah

Menurut Hidayat (2005) penatalaksanaan atau penanggulangan


penderita diare di rumah antara lain:
a. Memberi tambahan cairan
Berikan cairan lebih sering dan lebih lama, berikan 1 atau lebih
cairan berikut : oralit, cairan makanan (kuah, sayur, air tajin) atau air
matang. Minumkan cairan sedikit demi sedikit tetapi sering dan jika
muntah tunggu 10 menit kemudian lanjutkan lagi sampai diare
berhenti.
b. Memberi makanan
Saat diare, tetap harus diberi makanan yang memadai, jangan
pernah mengurangi makanan yang biasa dikonsumsi . Hindari
makanan yang dapat merangsang pencernaan seperti makanan
yang asam, pedas atau buah-buahan
yang mempunyai sifat
pencahar.
2. Penanggulangan diare di tempat pelayanan kesehatan
Penatalaksanaan penderita diare di tempat pelayanan kesehatan
atau penatalaksanaan secara medis (Ngastiyah, 2005):16
1) Pemberian cairan
a. Cairan peroral, diberikan pada pasien dengan dehidrasi
rungan atau sedang bisa diberi oralit
b. Cairan parenteral, pemberiannya dapat diberikan dengan
cara melalui intra vena misalnya cairan Ringer Laktat (RL)
yang selalu tersedia di fasilitas kesehatan di mana saja.
c. Pengobatan Diatetik
2) Obat-Obatan
Prinsip pengobatan diare ialah menggantikan cairan yang hilang
melalui tinja dengan atau tanpa muntah, dengan cairan yang
mengandung elektrolit dan glukosa atau karbohidrat lain :
a) Asetosal dosis 25 mg/kg BB/hari
b) Khlorpromazin dosis 0,5-1 mg/kg BB/hari.

2.8 Akibat Penyakit Diare


1. Dehidrasi

Dehidrasi akan menyebabkan gangguan keseimbangan


metabolisme tubuh. Gangguan ini dapat mengakibatkan kematian
pada bayi. Kematian ini lebih disebabkan bayi kehabisan cairan
tubuh. Soalnya, asupan cairan itu tidak seimbang dengan
pengeluaran melalui muntah dan berak, meskipun berlangsung
sedikit demi sedikit.
2. Gangguan pertumbuhan
Gangguan ini terjadi karena asupan makanan terhenti
sementara pengeluaran zat gizi terus berjalan. Jika diare dapat
disembuhkan tetapi sering terjadi lagi akan menyebabkan berat
badan anak terus merosot. Akibatnya, anak akan kekurangan gizi
yang menghambat pertumbuhan fisik dan jaringan otaknya.
2.9 Pengertian Zink
Zinc (seng) adalah sebuah mineral penting dengan berbagai fungsi
dalam tubuh manusia. Zinc merupakan komponen dari lebih dari 300
enzim yang diperlukan untuk memperbaiki luka, mempertahankan
kesuburan pada orang dewasa dan pertumbuhan pada anak-anak,
mensintesis protein, membantu sel bereproduksi, mempertahankan visi,
meningkatkan kekebalan tubuh, dan melindungi terhadap radikal bebas.
Zinc (seng) adalah salah satu mikronutrien atau mineral yang
esensial bagi manusia. Zinc diperlukan oleh berbagai jenis enzim dalam
menjalankan fungsinya, antara lain sintesa dan perombakan protein,
karbohidrat, dan lemak. Zincum (Zn) juga diperlukan oleh berbagai protein
lain, serta oleh biomembran. Dalam hal ini, zinc berperan penting dalam
metabolisme tingkat seluler, antara lain sintesa DNA dan RNA. Bahkan,
kehadiran zinc dalam tubuh kita akan sangat mempengaruhi fungsi
kekebalan tubuh, sehingga berperan penting dalam pencegahan infeksi
oleh berbagai jenis bakteri patogen. Oleh karena itu, sangat penting untuk
mengkonsumsi zinc.
Kebutuhan Zinc seharinya sekitar 10-15 mg, sedangkan pada
kasus defisiensi dibutuhkan sekitar 50 mg Zinc per harinya. Zinc dapat
diperoleh dari daging, ikan, kerang, kepiting, susu, produk olahan
gandum, ragi, dan kacang-kacangan. Penyerapan Zinc (Zn) dari usus

10

tubuh diperbesar oleh vitamin C dan asam-asam amino, namun diperkecil


oleh kalsium, fosfor, Fe (zat besi), dan Cu (tembaga).
Zinc juga berperan dalam mengatasi diare pada bayi dan anakanak. Konsumsi zinc pada pasien diare dapat menurunkan jumlah
ekskresi feses sampai 31%. Tidak hanya itu frekuensi BAB juga berkurang
sampai 40% dengan pemberian suplemen zinc. Efektifitas zinc dalam
mengatasi diare tidak dipengaruhi oleh umur pasien serta jenis zinc yang
diberikan (tipe garam zinc: zinc sulfat, zinc acetate, atau zinc gluconate).
Pemberian larutan oralit dan pemberian sirup zinc secara terpisah (tidak
boleh dicampurkan) telah terbukti lebih baik dalam mengatasi diare
dibandingkan dengan pemberian larutan oralit saja. Zinc terbukti dapat
meningkatkan absorpsi air dan elektrolit dengan cara membantu proses
regenerasi mukosa intestinal. Zinc juga dapat membantu proses restorasi
enzim-enzim di saluran pencernaan, sehingga proses pencernaan dapat
pulih kembali seperti semula, tidak hanya

itu zinc juga dapat

meningkatkan fungsi kekebalan tubuh.


2.10 Hubungan antara Zink dengan Diare
Seng berpengaruh baik secara langsung pada sistem gastrointestinal
maupun secara tidak langsung dalam sistem imun. Seng berperan dalam
menjaga integritas mukosa usus melalui fungsinya dalam regenerasi sel
dan stabilitas membran sel. Defisiensi seng merusak epidermis dan
mukosa saluran cerna sehingga memudahkan invasi kuman pada saluran
cerna.
Beberapa penelitian menyatakan pemberian seng selain berperan
dalam sistim imun nonspesifik dan spesifik, juga berperan penting dalam
metabolisme dan transport vitamin A. Vitamin A berperan pada proliferasi
dan diferensiasi sel serta sistem imunologi. Bila terjadi defisiensi vitamin A
akan menyebabkan anak rentan terhadap penyakit diare. Seng berperan
dalam sintesis retinol binding protein (RBP). Jika terjadi defisiensi seng
maka akan menimbulkan gangguan dalam proses sintesis RBP, sehingga

11

vitamin A akan banyak dalam hati dan rendah dalam sirkulasi darah,
berakibat vitamin A tidak dapat berfungsi secara optimal.
Hal ini akan berpengaruh dalam sistim imun yang menyebabkan anak
akan mudah menderita ISPA dan diare. Kadar seng rendah akan
berpengaruh pada fungsi seng sebagai salah satu faktor yang
mempengaruhi imunitas tubuh. Seng diperlukan dalam aktifitas biologis
tymulin, yaitu suatu hormon nonpeptida yang disekresi oleh sel-sel epitelia
tymus yang berguna untuk pematangan limfosit T dan produksi
interleukin-2. Aktifitas

tymulin

baik

invitro

maupun

invivo

sangat

dipengaruhi konsentrasi seng dalam serum.


Defisiensi seng juga menyebabkan rendahnya kadar vitamin A yang
menyebabkan terganggunya peran vitamin A dalam sistem kekebalan
tubuh untuk deferensiasi limfosit T dan limfosit B, penghambatan
apoptosis, serta mempertahankan integritas dan fungsi permukaan
mukosa.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Diare dapat didefinisikan sebagai gejala buang air besar dengan
konsistensi feses (tinja) lembek, atau cair, bahkan dapat berupa air saja.
Frekuensinya bisa terjadi lebih dari dua kali sehari dan berlangsung dalam
jangka waktu lama tapi kurang dari 14 hari. Seperti diketahui, pada kondisi
normal, orang biasanya buang air besar sekali atau dua kali sehari
dengan konsistensi feses padat atau keras.
Penularan diare dapat terjadi melalui mulut yang memakan
makanan yang tidak higienis , feses yang mengandung kuman , serta
pengolahan makanan yang kurang higienis sehingga menyebabkan
kuman diare berkembang biak didalamnya. Gejala diare seperti badan

12

lesu , tidak nafsu makan , mual , muntah , dan masih banyak lagi
tergantung klasifikasinya masing-masing.
Jenis diare ada dua macam yaitu diare akut yang terjadi sewaktuwaktu tetapi gejalanya dapat berat , dan diare kronis atau biasa disebut
diare menahun yang kejadiannya lebih kompleks. Faktor penyebab diare
ada 5 yaitu faktor infeksi, faktor umur, faktor status gizi, faktor lingkungan,
dan faktor susunan makanan.
Pada dasarnya ada tiga tingkatan pencegahan penyakit diare .
Pencegahan primer penyakit diare dapat ditujukan pada faktor penyebab,
lingkungan dan faktor pejamu. Untuk faktor penyebab dilakukan berbagai
upaya agar mikroorganisme

penyebab diare dihilangkan. Pencegahan

Sekunder ditujukan kepada sianak yang telah menderita diare atau yang
terancam akan menderita yaitu dengan menentukan diagnosa dini dan
pengobatan

yang cepat dan tepat, serta untuk mencegah terjadinya

akibat samping dan komplikasi. Pencegahan Tertier penderita diare


diusahakan pengembalian fungsi fisik, psikologis semaksimal mungkin.
Berbagai pengendalian dapat kita lakukan untuk mencegah diare
seperti memberi tambahan makanan , memberi tambahan cairan maupun
obat-obatan agar tidak terjadi dehidrasi maupun gangguan pertumbuhan.
Zinc (seng) adalah salah satu mikronutrien atau mineral yang
esensial bagi manusia. Zinc juga berperan dalam mengatasi diare pada
bayi dan anak-anak. Konsumsi zinc pada pasien diare dapat menurunkan
jumlah ekskresi feses sampai 31%. Tidak hanya itu frekuensi BAB juga
berkurang sampai 40% dengan pemberian suplemen zinc. Efektifitas zinc
dalam mengatasi diare tidak dipengaruhi oleh umur pasien serta jenis zinc
yang diberikan (tipe garam zinc: zinc sulfat, zinc acetate, atau zinc
gluconate).
Jadi, tentu saja zinc berkaitan dengan penyakit diare , karena
defisiensi zinc merusak epidermis dan mukosa saluran cerna sehingga
memudahkan invasi kuman pada saluran cerna. Hal ini akan berpengaruh
dalam sistim imun yang menyebabkan anak akan mudah menderita ISPA

13

dan diare. Kadar seng rendah akan berpengaruh pada fungsi seng
sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi imunitas tubuh.
3.2 Saran
Diare lebih sering terjadi pada anak-anak usia sekolah dasar, dimana
mereka yang munyukai jajan sembarangan, dan kurangnya pengawasan
orang tua terhadap asupan makanan anak mereka. Diharapkan orang tua
lebih waspada terhadap pola bermain serta konsumsi makanan anak pada
saat di sekolah. Serta menerapkan pola hidup sehat kepada anak, seperti
cuci tangan sebelum makan. Dari tahap kecil tersebut dapat mengurangi
tingkat terjangkitnya diare.

DAFTAR PUSTAKA

1. Depkes RI. (2005). Pedoman Teknis Imunisasi Tingkat Puskesmas.


Depkes RI.
2. Simadibrata, M, Setiati S. (2006). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.
Edisi IV. Pusat Penerbitan Departemen.
3. Soegijanto S. 2006. Ilmu Penyakit

Anak

Diagnosa

dan

Penatalaksanaan. Surabaya: Airlangga University Press.


4. Farida, Nur. Kid and Global Disease. Jakarta: Grasindo, 2010.
5. Widjaja, M C. Mengatasi Diare dan Keracunan pada Balita. Jakarta:
Kawan Pustaka, 2008.
6. Pedoman MTBS (2008).
7. http://repository.usu.ac.id/xmlui/bitstream/handle/123456789/19780/
Chapter%20II.pdf?sequence=4
8. http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/122/jtptunimus-gdl-umarotuzuh6076-2-babii.pdf

14

9. Rahman MM, Wahed MA, Fuchs GJ, Baqui AH, Alvarez JO.
Synergistic effect of seng and vitamin A on the biochemical indexes
of vitamin A nutrition in children. Am J Clin Nutr 2002;75:92-8.
10. Christian P, Keith PW Jr. Interaction between zinc and vitamin A: an
update. Am J Clin Nutr1998;(68suppl):435s- 41s.
11. Sommer A, Katz J, Tarwotjo I. Increased risk of respiratory disease
and diarrhea in children with preexizting mild vitamin A deficiency.
Am J Clin Nutr 1984;40:1090-95.
12. Shankar AH, Prasad AS. Zinc and immune function: the biological
basis of altered resistance to infection. Am J
13. http://kamuskesehatan.com/arti/zinc/
14. http://informasitips.com/zinc-mineral-esensial-untuk-kesehatan
15. eprints.undip.ac.id/33641/3/Bab_2.pdf di akses pada tanggal 02
oktober 2013 pukul 19:20

15

Anda mungkin juga menyukai