PENDAHULUAN
A Latar Belakang
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pada era globalisasi
saat ini sangat pesat dan persaingan sangat ketat, sehingga diperlukan sumber
daya manusia yang berkualitas yang mampu bersaing dan mampu
menghadapi perubahan-perubahan yang tidak menentu. Salah satu pembinaan
sumber daya manusia yaitu melalui pendidikan. Oleh karena itu, pendidikan
perlu mendapat perhatian lebih oleh pemerintah dan masyarakat.
Seiring dengan peningkatan mutu pendidikan tersebut, matematika
merupakan salah satu bidang ilmu yang memegang peranan penting dalam
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Untuk memanfaatkan
teknologi di masa depan salah satunya diperlukan penguasaan matematika
yang kuat sejak dini. Hal tersebut disebabkan karena matematika merupakan
salah satu ilmu universal yang turut serta mendasari perkembangan teknologi
modern dan mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin ilmu dan
memajukan daya pikir manusia.
Bagi dunia keilmuan, matematika memiliki peran sebagai bahasa
simbolik yang memungkinkan terwujudnya komunikasi secara cermat dan
tepat. Sehingga dapat dikatakan bahwa perkembangan pesat di bidang
teknologi informasi dan komunikasi dewasa ini dilandasi oleh perkembangan
matematika. Mengingat peranan matematika tersebut, maka perlu adanya
peningkatan prestasi pada mata pelajaran matematika.
Matematika bukan alat untuk sekedar berpikir melainkan merupakan
alat untuk menyampaikan ide yang jelas dan tepat. Oleh karena itu,
alasan yang meyakinkan, (6) memahami nilai dari notasi dan peran
matematika dalam pengembangan gagasan matematika.
Kemampuan komunikasi, penalaran dan pemecahan
masalah
memberikan
respon
berdasarkan
dengan
Kelas
Nilai Rata-rata
Kemampuan Komunikasi
Matematik
VIII1
55.18
VIII2
58.9
VIII3
54.7
VIII4
47.14
VIII5
55.3
VIII6
25
VIII7
31.2
Rata-rata
46.77
masih
dengan
contoh-contoh
dan
tahapan
memberikan
berikutnya
materi-materi,
latihan-latihan
sehingga
pemahaman
tingkat
tinggi,
siswa
dapat
diterapkan
dengan
13
Kendari
setelah
diajar
dengan
menggunakan
model
C Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka
tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini sebagai berikut:
1 Untuk memperoleh gambaran kemampuan komunikasi matematik siswa
Kelas VIII SMP Negeri 13 Kendari sebelum diajar dengan pembelajaran
yang menggunakan model pembelajaran Contekstual Teaching and
2
Learning (CTL) .
Untuk memperoleh gambaran kemampuan komunikasi matematik siswa
Kelas VIII SMP Negeri 13 Kendari setelah diajar dengan pembelajaran
Contextual
Teaching
and
Learning
(CTL)
terhadap
kemampuan
Contextual
Teaching
and
Learning
(CTL)
untuk
Bagi sekolah, sebagai bahan masukan bagi sekolah yang dijadikan tempat
penelitian dalam upaya meningkatkan kemampuan komunikasi matematik
secara khusus dan dalam upaya meningkatkan prestasi belajar matematik
secara umum.
Sebagai bahan acuan dan tambahan referensi bagi mahasiswa atau peneliti
yang tertarik ingin mengangkat topik penelitian yang relevan dengan
penelitian ini.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A Deskripsi Teoritik
1 Hakikat Pembelajaran Matematika
Proses pembelajaran merupakan kegiatan inti dalam pendidikan.
Segala sesuatu yang telah diprogramkan akan dilaksanakan dalam proses
pembelajaran. Pembelajaran adalah suatu kegiatan yang bernilai edukatif.
Dalam proses pembelajaran siswa adalah subjek dan objek dari proses
pembelajaran (Djamarah, 1997: 10). Dalam suatu proses pembelajaran,
adanya unsur proses belajar memegang peranan yang sangat penting.
Belajar bukan suatu tujuan, tetapi belajar merupakan suatu proses untuk
mencapai tujuan (Hamalik, 2001: 29). Belajar menurut Fontana dalam
Suherman dkk (2003: 7) merupakan proses perubahan tingkah laku
individu yang relatif tetap sebagai hasil pengalaman.
Hakikat belajar menurut teori kognitif dijelaskan sebagai suatu
aktivitas belajar yang berkaitan dengan penataan informasi, reorganisasi,
perseptual, dan proses internal. Budiningsih (2008: 58) menyatakan bahwa
belajar menurut pandangan konstruktivis merupakan suatu proses
pembentukan pengetahuan baru. Pembentukan pengetahuan baru ini harus
dilakukan oleh siswa. Siswa harus aktif melakukan kegiatan, aktif berpikir,
menyusun konsep, dan memberi makna tentang hal-hal yang sedang
dipelajari. Siswa dipandang memiliki kemampuan untuk mengkonstruksi
pembelajaran
matematika
adalah
membangun
generalisasi
yang
diperoleh
melalui
investigasi;
3)
serta
mejelaskan
dan
membuat
pertanyaan
tentang
hubungan matematika,
Memformulasikan definisi matematika dan generalisasi melalui
metode penemuan,
c
d
e
yang dipelajarinya,
Menghargai keindahan dan kekuatan notasi matematika dalam
mengembangkan ide matematika.
Herdian ( 2010: 1) mengungkapkan bahwa indikator kemampuan
d
e
f
matematika,
Mendengarkan, berdiskusi, dan menulis tentang matematika,
Membaca dengan pemahaman suatu presentasi matematik tertulis,
Membuat konjektur, menyusun argument, merumuskan defenisi, dan
generalisasi,
Menjelaskan dan membuat pertanyaan tentang matematika yang telah
dalam
bahasa
dan
simbol
dipelajari.
Baroody dalam (Wasiah, 2004: 1) mengungkapakan bahwa
komunikasi adalah kemampuan siswa yang dapat diukur melalui aspekaspek:
a
Representasi (Representating)
Representasi adalah bentuk baru sebagai hasil translasi dari suatu
masalah atau ide; translasi suatu diagram atau model fisik ke dalam
simbol kata-kata.
Mendengar (Listening)
Menulis (Writing)
Menulis adalah suatu aktivitas yang dilakukan dengan sadar untuk
mengungkapkan dan merefleksikan pikiran. Dengan menulis berarti
seseorang telah melalui tahap proses berpikir keras yang kemudian
dituangkan ke dalam kertas. Dalam komunikasi, menulis sangat
diperlukan untuk merangkum pembelajaran yang telah dilaksanakan,
dituangkan dalam bahasa sendiri sehingga lebih mudah dipahami dan
lebih lama tersimpan dalam ingatan.
Beberapa
penjelasan
tersebut
dapat
di
simpulkan
bahwa
CTL
adalah
suatu
pembelajaran
yang
konstruktivisme
(questioning),
(constructivism),
masyarakat
inkuiri
belajar
(inquiry),
(learning
bertanya
community),
dalam proses
siswa
untuk
menemukan
setiap
materi
yang
siswa
dalam
penguasaan
materi
pelajaran;
(2)
Misalnya
guru
memberikan
contoh
bagaimana
cara
siswa dapat
merupakan
proses
pengaktifan
pengetahuan
3. Pemahaman
pengetahuan
(understanding
knowledge),
artinya
artinya
pengetahuan
dan
pengalaman
yang
(reflecting
knowledge)
terhadap
strategi
Aspek
pembelajaran
Tahap perencanaan
Aktifitas Guru
Menyampaika
n tujuan
pembelajaran
sesuai dengan
pendekatan
CTL
Memberikan
apersepsi
Memotivasi
siswa.
2. Tahap Pelaksanaan
Menjelaskan
pelajaran
menggunakan
pendekatan
CTL
Menyiapkan
LKS
Membagikan
LKS
berdasarkan
pendekatan
CTL dan
membimbing
siswa dalam
mengisi LKS.
3. Tahap Evaluasi
Evaluasi
Memberikan
penghargaan.
Memeriksa
hasil jawaban
siswa.
- Menilai pekerjaan
siswa.
Aktifitas Siswa
Mencermati apa
yang disampaikan
oleh guru.
Menjawab hal-hal
yang diketahui
tentang materi
pelajaran.
Asas pembelajaran
CTL
- Konstrukti
visme
- Tanya jawab
- Inquiri
Menyimak
- Diskusi
penjelasan guru
dan mencatat hal- Pependekatanan
hal penting yang
berkaitan dengan
materi.
Mengerjakan tugas
dalam LKS sesuai
dengan pendekatan
CTL dan aktif
dalam bertanya.
Menyimpulkan
materi pelajaran
dengan dibimbing
guru.
Refleksi
Penilaian nyata
skor
kemampuan
komunikasi
matematika
siswa
yang
C Kerangka Berpikir
Pembelajaran merupakan usaha membantu siswa mengkonstruksi
pengetahuan melalui proses. Proses pembelajaran dapat menjadi pengalaman
bagi siswa untuk membangun pengetahuan dan kemampuan komunikasinya.
Keberhasilan proses pembelajaran khususnya pembelajaran matematika dapat
dilihat dari tingkat pemahaman siswa pada materi yang diajarkan. Pemahaman
siswa yang baik jika didukung dengan kemampuan mengomunikasikan suatu
gagasan baik dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain menjadikan siswa
dapat meningkatkan keterampilan berpikir matematik tingkat tinggi.
Dibandingkan dengan model pembelajaran konvensional, model pembelajaran
Contextual Teaching and Learning (CTL) memiliki keunggulan-keunggulan
dalam mengembangkan pemahaman dan kemampuan komunikasi matematik
siswa.
Salah satu materi matematika yang membutuhkan pemahaman dan
kemampuan komunikasi matematik adalah Lingkaran. Materi Lingkaran
penting diketahui dan dipahami oleh siswa karena materi ini banyak
dimanfaatkan dalam menyelesaikan masalah yang ada dalam kehidupan
sehari-hari. Oleh karena itu,. Agar materi Teorema Pythagoras dapat dipahami
dengan baik, guru harus memperhatikan pemilihan model pembelajaran yang
sesuai. Salah satu alternatif yang dimaksud adalah dengan menggunakan
model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL).
Model
pembelajaran
berbasis
masalah
merupakan
model
: =0
lawan
H1
: >0
Keterangan:
BAB III
METODE PENELITIAN
A Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di SMP Negeri 13 Kendari, waktu
pelaksanaannya pada semester genap Tahun Ajaran 2016/2017. Pembelajaran
dilakukan sebanyak empat kali pertemuan. Pengambilan data dilakukan
sebanyak dua kali yaitu pada pretest dan posttest.
B Populasi dan Sampel
1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII di
SMP Negeri 13 Kendari yang terdaftar pada tahun ajaran 2016/2017 yang
tersebar pada enam kelas paralel yaitu kelas VIII 1 sampai VIII6. Distribusi
siswa kelas VIII SMP Negeri 13 Kendari dapat dilihat pada tabel 3.1
berikut.
Tabel 3.1 Distribusi Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Kendari, Semester
Ganjil Tahun Pelajaran 2013/2014.
No.
Kelas
Jumlah
1.
VIII1
34
2.
VIII2
34
3.
VIII3
35
4.
VIII4
35
5.
VIII5
35
6.
VIII6
34
7.
VIII7
35
Sampel
Penentuan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan teknik simple random sampling yaitu mengambil satu kelas
secara acak (random) untuk dijadikan kelas eksperimen yang kemudian
diajar menggunakan model pembelajaran Contextual Teaching and
Learning (CTL).
C Variabel, Definisi Operasional, dan Desain Penelitian
1 Variabel Penelitian
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari satu
variabel terikat dan satu variabel bebas. Variabel terikat disimbolkan
dengan Y dan variabel bebas disimbolkan dengan X.
a
(X).
Variabel terikat yaitu kemampuan komunikasi matematik siswa
setelah
dilakukan
pembelajaran
dengan
menggunakan
model
Untuk menghindari kesalahan-kesalahan dalam menafsirkan variabelvariabel dalam penelitian, maka perlu diberikan definisi operasional
sebagai berikut :
a Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) adalah model
pembelajaran dimana siswa secara aktif memecahkan permasalahan
yang kompleks dalam situasi yang nyata. Dalam implementasinya,
pemebelajaran berbasis masalah diawali dengan adanya masalah yang
harus dipecahkan oleh siswa, melalui serangkaian percobaan. Model
pembelajaran berbasis masalah memiliki sintaks sebagai berikut: (1)
orientasi siswa pada masalah, (2) mengorganisasi siswa untuk belajar,
(3)
membimbing
pengalaman
individu/kelompok,
(4)
atau
membuat
pertanyaan
atau
cerita
tentang
saja tanpa ada kelompok pembanding. Alur dari desain penelitian ini
adalah kelas yang digunakan untuk penelitian (kelas eksperimen) diberi
pretest kemudian dilanjutkan dengan pemberian perlakuan, yaitu
penerapan pendekatan saintifik model pembelajaran berbasis masalah
(PBM), setelah itu diberi posttest.
Desain ini dapat digambarkan seperti berikut:
O1
O2
Keterangan:
O1 = Tes awal (Pretest) dilakukan sebelum siswa diberikan perlakuan
dengan pendekatan saintifik model pembelajaran berbasis
masalah (PBM).
X = Perlakuan
(Treatment)
pembelajaran
diberikan
menggunakan
kepada
pendekatan
siswa
berupa
saintifik
model
Instrumen Penelitian
Penelitian ini mempunyai dua instrumen, yaitu instrumen berupa
lembar observasi kegiatan guru dan aktivitas siswa dan instrumen
kemampuan komunikasi matematik siswa.
Lembar Observasi
SKOR
Bentuk-Bentuk Komunikasi
3
perhitungan,
namun
sedikit
kesalahan
dalam
mendapatkan solusi
c
n i|i- i0|
V=
[ N ( c-1 ) ]
Keterangan:
V
= Indeks validitas isi
n
= Cacah dari titik skala hasil penilaian rater
i
= Titik skala ke-i (i = 1, 2, 3, 4, 5)
io
= Titik skala terendah
N
= Jumlah rater (ni)
c
= Banyaknya titik skala
Nilai V terletak antara 0-1 (dikatakan valid apabila nilai V 0,6)
Validitas uji coba instrumen
Uji validitas bertujuan untuk mengetahui ukuran yang
menunjukan tingkat keshahihan atau tingkat kevalidan suatu
instrumen, dan ini mesti dilakukan oleh peneliti untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan. Validitas butir soal hasil uji coba
instrumen dihitung dengan menggunakan rumus korelasi product
moment dengan angka kasar sebagai berikut :
rXY
X Y
X N Y Y
N XY
N X
Keterangan:
rxy
skor total
jumlah subjek
Jika
Jika
rXY
rXY
rtabel
rtabel
<
valid.
3
2
i
2
t
(Arikunto, 2005:109)
Keterangan:
r11
= reliabilitas,
i2
t2
= varians total
Selanjutnya
dalam
r11
pemberian
interpretasi
terhadap
reliabilitas : rendah
reliabilitas : sedang
reliabilitas : tinggi
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah itemitem yang valid dan reliabel dari seluruh item yang diuji panelis
dan uji coba.
D Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan pemberian
instrument berupa tes kemampuan komunikasi matematik siswa berbentuk
essay kepada siswa. Pada setiap pertemuan observer mengamati kegiatan
pembelajaran di kelas melalui lembar observasi. Observasi dilakukan pada
setiap
pertemuan
yaitu
sebanyak
empat
kali
pertemuan.
Hasilnya
pembelajaran
menggunakan
pendekatan
saintifik
model
nilai maksimum (
2
x max
x min
).
berarti nilai posttest siswa sangat tinggi, dan nilai pretest siswa sangat
rendah, sedangkan pada kelompok yang lain (misalnya kelompok B) nilai
gain rendah, karena kebanyakan siswa di kelompok tersebut memang
pandai-pandai. Jika gain kelompok A dan B akan dibandingkan, maka
didapatkan kesimpulan kelompok A lebih baik dari kelompok B.
Kesimpulan ini akan menimbulkan bias penelitian, karena pada pretest
kedua kelompok ini sudah berbeda. Untuk menghindari bias penelitian
seperti ini digunakan normal gain. Rumus normal gain menurut Meltzer
dalam Herlanti (2006: 71) adalah:
Ngain =
Uji Normalitas
Uji normalitas data dimaksudkan untuk mengetahui populasi
berdistribusi normal atau tidak. Pengujian normalitas data dalam
penelitian ini menggunakan statistik uji Kolmogorov-Smirnov.
Langkah-langkah yang diperlukan dalam pengujian ini adalah sebagai
berikut.
1 Data hasil pengamatan variabel Y diurutkan mulai dari data terkecil
2
Keterangan :
|Fa ( Y )Fe(Y )|
6
1,36
Dtabel = n
7
|Fa ( Y ) -Fe(Y)|
dengan nilai
berdistribusi normal.
Jika Dmaks > Dtabel maka data berasal dari populasi yang tidak
(n 1) S 2
02
2
2 12/ 2
12/ 2 2 121 / 2
, serta tolak H0 jika
12/ 2
dimana nilai
2 121 / 2
atau
121/ 2
dan
2
2
H1 : 0
Keterangan:
H0 = Varians kelompok data homogen terhadap varians populasi
H1 = Varians kelompok data tidak homogen terhadap varians populasi
c
Uji Hipotesis
Uji hipotesis dengan uji-t satu sampel (one sample t-test) untuk
mengetahui lebih lanjut pengaruh dari pemberian perlakuan
pendekatan saintifik model pembelajaran berbasis masalah (X)
terhadap kemampuan komunikasi matematik siswa (Y). Data yang
akan diolah dalam uji-t ini menggunakan skor Normallized Gain (NGain).
Uji hipotesis hanya dilakukan jika data berdistribusi normal
dan homogen. Untuk menguji pengaruh pendekatan saintifik model
pembelajaran
berbasis
masalah
(PBM)
terhadap
kemampuan
komunikasi matematik siswa, digunakan uji-t satu sampel. Rumus ujit yang digunakan adalah:
X 0
S
(Sugiyono,
2011:
96)
Keterangan:
X = rata- rata sampel
0
S
n
= nilai parameter
= standar deviasi sampel
= jumlah sampel
Dengan kriteria pengujian yaitu terima H0 jika thitung ttabel,
0
H1 :
Keterangan:
= nilai rata-rata N-Gain kemampuan komunikasi matematik siswa
Hipotesis yang diajukan:
H0 = Tidak terdapat pengaruh yang signifikan pendekatan saintifik
model
pembelajaran
berbasis
masalah
(PBM)
terhadap
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek Edisi Revisi V.
Rineka Cipta. Jakarta.
_______, 2005. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi). Bumi Angkasa. Jakarta.
Atsnan, M.F. dan Rahmita Y.G. 2013. Penerapan Pendekatan Scientific dalam Pembelajaran
Matematika SMP Kelas VII Materi Bilangan (Pecahan). UNY. Yogyakarta.
Budiningsih, Asri. 2008. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta.
Djaali dan Muljono, Pudji. 2004. Pengukuran Dalam Bidang Pendidikan. Program Pascasarjana
UNJ. Jakarta.
Djamarah, Syaiful Bahri, 1997. Strategi Belajar Mengajar. PT. Rineka Cipta. Jakarta.
Hamalik, Oemar. 2001. Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara. Jakarta.
Hasminah. 2012. Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Terhadap Hasil
Belajar Melalui Kemampuan Komunikasi Matematik Siswa. Universitas Halu Oleo.
Kendari.
Herdian.
2010.
Kemampuan
Komunikasi
Matematika.
Disajikan
http://herdy07.wordpress.com/2014/07/04/kemampuan-komunikasi-matematika.
Diakses tanggal 4 Juli 2014.
di
Herlanti, Yanti. 2006. Tanya Jawab Seputar Penelitian Pendidikan Sains. Tersedia di:
http://dhetik.weebly.com/uploads/8/1/1/5/8115637/tanya-jawab-seputar-penelitianpendidikan.pdf Diakses tanggal 30 Juli 2014.
Kadir. 2009. Meningkatkan Kualitas Pendidikan Melalui Pembelajaran Inovatif Untuk
Mendukung Terciptanya Manusia Cerdas. Lembaga Penelitian Universitas Lampung
FKIP Universitas Lampung. Prosiding Seminar nasional pendidikan.ISBN: 978-97918755-1-6.
Kemendikbud. 2013. Materi Pelatihan Guru Implementasi Kurikulum 2013 SMP/MTs
Matematika. Kemediknas. Jakarta.
_______. 2013. Pendekatan dan Strategi Pembelajaran Kurikulum 2013. Kemendiknas. Jakarta.
Mia.
2012.
Komunikasi
Matematika.
Disajikan
di
http://miamtk.wordpress.com/2012/01/09/19. Diakses tanggal 19 Agustus 2014.
NCTM. (1989). Curriculum and Evaluation Standards for School Mathematics. Reston, VA:
NCTM.
Disajikan di: http://herdy07.wordpress.com/2014/07/04/kemampuankomunikasi-matematika. Diakses tanggal 4 Juli 2014.
Permana, Lis & Purtadi. (2010). Pembelajaran Kimia Tematik Pada Mata Kuliah Kimia
Dasar Sebagai Model Pembelajaran Berbasis Masalah. Jurnal Cakrawala Pendidikan Th.
XXIX, No.3
Pusat