TINJAUAN PUSTAKA
1.1. DEFINISI
Morbili merupakan penyakit virus akut, menular yang ditandai dengan 3
stadium, yaitu stadium prodormal (kataral ), stadium erupsi dan stadium konvalisensi,
yang dimanifestasikan dengan demam, konjungtivitis dan bercak koplik.1,2
Morbili atau morbillia dan rubeola (bahasa Latin), yang kemudian dalam
bahasa Jerman disebut dengan nama masern, dalam bahasa Islandia dikenal dengan
nama mislingar dan measles dalam bahasa Inggris, dan dalam bahasa Indonesia
penyakit ini disebut dengan penyakit campak. Morbili merupakan penyakit infeksi
yang sangat menular yang disebabkan oleh virus, dengan gejala-gejala eksantem akut,
demam, kadang kataral selaput lendir dan saluran pernapasan, gejala-gejala mata,
kemudian diikuti erupsi makulopapula yang berwarna merah dan diakhiri dengan
deskuamasi dari kulit.1,2,3
1.2. ETIOLOGI
Penyakit ini disebabkan oleh golongan paramyxovirus (Anonim), yaitu virus
RNA dari famili Paramixofiridae, genus Morbillivirus. Hanya satu tipe antigen yang
diketahui. Selama masa prodromal dan selama waktu singkat sesudah ruam tampak,
virus ditemukan dalam sekresi nasofaring, darah dan urin. Virus dapat tetap aktif
selama sekurang-kurangnya 34 jam dalam suhu kamar. Virus campak dapat diisolasi
dalam biakan embrio manusia. Perubahan sitopatik, tampak dalam 5-10 hari, terdiri
dari sel raksasa multinukleus dengan inklusi intranuklear. Antibodi dalam sirkulasi
dapat dideteksi bila ruam muncul.2,3,4
Penyebaran virus maksimal adalah dengan tetes semprotan selama masa
prodromal (stadium kataral). Penularan terhadap kontak rentan sering terjadi sebelum
diagnosis kasus aslinya. Orang yang terinfeksi menjadi menular pada hari ke 9-10
sesudah pemajanan (mulai fase prodromal), pada beberapa keadaan awal hari ke 7
sesudah pemajanan sampai hari ke 5 sesudah ruam muncul.2,3
1.4. PATOFISIOLOGI
Sebagai reaksi terhadap virus maka terjadi eksudat yang serous dan proliferasi
sel mononukleus dan beberapa sel polimorfonukleus disekitar kapiler.
Kelainan
ini terdapat pada kulit, selaput lendir nasofaring, bronkus dan konjungtiva.
Penularannya secara droplet terutama selama stadium kataralis. Umumnya
menyerang pada usia 6 bulan sampai 5 tahun.1,2,3,4
Di kulit, reaksi terutama menonjol sekitar kelenjar sebasea dan folikel rambut.
Bercak koplik terdiri dari eksudat serosa dan proliferasi sel endotel serupa dengan
bercak pada lesi kulit. Reaksi radang menyeluruh pada mukosa bukal dan faring
meluas kedalam jaringan limfoid dan membrana mukosa trakeobronkial. Pneumonitis
interstisial akibat dari virus campak mengambil bentuk pneumonia sel raksasa Hecht.
Bronkopneumoni dapat disebabkan oleh infeksi bakteri sekunder.2,3,4
rinderpest virus
(RPV), Peste des petits ruminants virus (PPRV). Virus ini melakukan replikasi pada
organ limfoid yang kemudian menekan sistem imun yang ditandai dengan
limpopenia. CD46 merupakan molekul pertama yang ditemukan sebagai reseptor
morbili, CD46 juga sebagai reseptor in vivo. Virus ini kemudian memberi signal ke
limfosit yang selanjutnya akan mengaktivasi SLAM, yang diketahui juga sebagai
CD150 yang merupakan reseptor selular dari virus-virus ini. Protein SLAM tidak
hanya berfungsi sebagai co-reseptor untuk aktivasi limfosit dan/atau adhesi, tetapi
juga memiliki fungsi sebagai reseptor selular untuk jalan masuk virus morbili
(cellular entry receptors).4
1.5. GEJALA KLINIS1,2,3,5
Masa inkubasi sekitar 10-12 hari jika gejala-gejala prodromal pertama dipilih
sebagai waktu mulai, atau sekitar 14 hari jika munculnya ruam yang dipilih, jarang
masa inkubasi dapat sependek 6-10 hari. Kenaikan ringan pada suhu dapat terjadi 910 hari dari hari infeksi dan kemudian menurun selama sekitar 24 jam. Penyakit ini
dibagi dalam 3 stadium, yaitu :
1. Stadium Kataral (Prodromal).
Biasanya stadium ini berlangsung selama 4- 5 hari disertai panas (38,5 C),
malaise, batuk, nasofaringitis, fotofobia, konjungtivitis dan koriza. Menjelang akhir
stadium kataral dan 24 jam sebelum timbul enantema, timbul bercak koplik yang
patognomonik bagi morbili, tetapi sangat jarang dijumpai. Bercak koplik berwarna
putih kelabu, sebesar ujung jarum dan dikelilingi oleh eritema. Lokalisasinya di
mukosa bukalis berhadapan dengan molar bawah. Jarang ditemukan di bibir bawah
tengah atau palatum. Kadang-kadang terdapat makula halus yang kemudian
menghilang sebelum stadium erupsi. Gambaran darah tepi ialah limfositosis dan
leukopenia. Secara klinis, gambaran penyakit menyerupai influenza dan sering
didiagnosis sebagai influenza. Diagnosis perkiraan yang besar dapat dibuat bila ada
bercak koplik dan penderita pernah kontak dengan penderita morbili dalam waktu 2
minggu terakhir.
berkurang
meninggalkan
bekas
yang
berwarna
lebih
tua
sekitar 1 per 100.000 dan terjadi beberapa tahun setelah infeksi dimana lebih dari
50% kasus-kasus SSPE pernah menderita campak pada 2 tahun pertama umur
kehidupan. Penyebabnya tidak jelas tetapi ada bukti-bukti bahwa virus campak
memegang peranan dalam patogenesisnya. SSPE yang terjadi setelah vaksinasi
campak didapatkan kira-kira 3 tahun kemudian.
Bronkopneumonia
Dapat
disebabkan
oleh
virus
morbilia
atau
oleh
Pneuomococcus,
1.8. PENATALAKSANAAN2,3,7
Simtomatik yaitu antipiretika bila suhu tinggi, sedativum, obat batuk, dan
memperbaiki keadaan umum. Tindakan yang lain ialah pengobatan segera terhadap
komplikasi yang timbul:
1. Istirahat.
2. Pemberian makanan atau cairan yang cukup dan bergizi..
3. Medikamentosa :
- Antipiretik : parasetamol 7,5 10 mg/kgBB/kali, interval 6-8jam.
- Ekspektoran : gliseril guaiakolat anak 6-12 tahun : 50 100 mg tiap 2-6 jam,
dosis maksimum 600 mg/hari.
- Antitusif perlu diberikan bila batuknya hebat/mengganggu,narcotic
antitussive (codein) tidak boleh digunakan.
10
DAFTAR PUSTAKA
1.
2.
3.
4.
2004.
Sannat C, Chandel BS, Chauhan HC, dadawala AI. Morbilli virus and SLAM/CD
150 Receptors. International Journal of Pharmaceutical Research and Bio-
5.
6.
7.
FKUI 2000.
Atom. Campak. http://www.Medlinux.blogspot.com. [diakses 7 April 2015]
Haryowidjojo. Demam Campak. Http://www.Pediatrik.com. [diakses 7 April
2015]
UNIVERSITAS ANDALAS
11
FAKULTAS KEDOKTERAN
KEPANITERAAN KLINIK ROTASI TAHAP II
STATUS PASIEN
1. Identitas Pasien
a. Nama/Kelamin/Umur : Fadil / laki-laki/ 5 tahun
b. Pekerjaan/pendidikan : belum sekolah
c. Alamat
: Jalan Purus Atas II
2. Latar Belakang sosial-ekonomi-demografi-lingkungan keluarga
a. Status Perkawinan
: Belum Menikah
b. Jumlah Saudara
: 2 orang
c. Status Ekonomi Keluarga : Cukup,
penghasilan
ayah
pasien
berusia 2 tahun.
- Kesan : higiene dan sanitasi cukup
e. Kondisi Lingkungan Keluarga
- Pasien tinggal di lingkungan perkotaan yang cukup padat penduduk
- Lingkungan sekitar cukup bersih
3. Aspek Psikologis di keluarga
Hubungan dengan keluarga baik
12
timbul ruam-ruam kemerahan di belakang telinga dan leher sejak 2 hari yang
lalu dan menyebar ke seluruh tubuh.
-
7. Riwayat Kehamilan :
Selama
hamil
ibu
tidak pernah
menderita
13
Lahir spontan ditolong oleh bidan, cukup bulan, berat badan lahir 3000 gram,
panjang badan ibu lupa, langsung menangis kuat.
Riwayat Imunisasi :
BCG
DPT
Polio
Hepatitis B
Campak
: tidak ada
: 4 bulan
Duduk
: 6 bulan
Berdiri
: 8 bulan
Berjalan
: 12 bulan
7. Pemeriksaan Fisik :
Keadaan umum
Kesadaran
: sadar
Frekuensi nadi
: 90 x/mnt
Frekuensi nafas
: 22x / menit
14
Suhu
: 37,7 C
Berat badan
: 20 kg
Tinggi badan
: 120 cm
Status Gizi
BB/U
: 83,33%
TB/U
: 96%
BB/TB
: 90,90%
Mata
Hidung
Tonsil
Leher
Paru
Inspeksi
Palpasi
: fremitus kiri=kanan
Perkusi
: sonor
15
Auskultasi
Jantung
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Abdomen
Inspeksi
: tidak membuncit
Palpasi
Perkusi
: timpani
Auskultasi
Anus
Ekstremitas
8. Laboratorium Anjuran
:-
d.S1Rehabilitatif
:
- Segera bawa anak ke rumah sakit apabila gejala bertambah parah yaitu
kejang, sesak nafas, mata bernanah, dan telinga berair.
R/ Paracetamol tab 500 mg no.X
S 3 dd tab
S 3 dd cth
S ue
Pro
: Fadil
Umur
: 5 tahun
17
18