Entomologi Forensik
Entomologi Forensik
TINJAUAN PUSTAKA
1. Defenisi
Entomologi forensik atau medikolegal adalah ilmu yang mempelajari serangga yang
berhubungan dengan jasad tubuh. Pada lingkungan yang sesuai serangga
akan
membentuk
koloni pada jasad tubuh beberapa saat setelah kematian. Perkembangan serangga seiring
dengan waktu dapat digunakan untuk menentukan waktu kematian dengan tepat.1
2.
Karakteristik serangga
Serangga adalah anggota dari kelas insekta hewan tidak bertulang belakang filum
artropoda. Serangga dapat berupa lalat, nyamuk, jengkrik, kecoa, rayap, kumbang, kupu-kupu,
ngengat, semut, tawon dan lebah. Serangga dewasa biasanya dapat dibedakan dari binatang
lainnya
dengan beberapa ciri khas yang jelas. Hampir beberapa di antaranya ditutupi
permukaan luar yang keras disebut exoskeleton, yang terbagi atas kepala, dada, perut, 3 pasang
kaki yang menempel pada dada, 1 pasang antena di kepala, mata yang besar dan 1 atau 2 pasang
sayap.
Serangga dewasa akan menetaskan telur dan serangga yang imatur akan keluar dari telur
dan beberapa kelompok terlihat sangat mirip dengan induknya, kecuali bila berukuran lebih kecil
dan tidak punya sayap. Serangga yang imatur ini disebut nimfa, secara periodik melepaskan
kulitnya dan bertambah besar. Nimfa melewati fase pergantian kulit dan menunjukkan semua
karakteristik dewasa. Jangkrik, kecoa dan turunan dari beberapa serangga yang dikenal, tumbuh
perlahan-lahan seperti siklus di atas. Tetapi, beberapa serangga melewati
3 stadium yang
berbeda dalam perkembangannya yaitu telur. larva, dan pupa. Tidak satupun dari stadium ini
yang menyerupai bentuk induknya. Larva yang menetas dari telurnya, umumnya memiliki tubuh
yang
lunak dan menyerupai ulat bulu, belatung. Dalam pertumbuhannya, larva melepaskan
kulitnya dan bertambah besar. Pada dasarnya, larva akan menyelubungi permukaan luar kulitnya
menjadi kepompong, yang akan menjalani stadium perkembangan sebelum dewasa. Stadium
ini disebut pupa. Serangga bentuk dewasa nantinya akan keluar dari pupa tersebut. Kupu-kupu,
rayap, lalat, kumbang, dan beberapa serangga lain berkembang dengan cara ini. Banyak dari
spesies serangga yang penting dalam forensik melewati tahap perkembangan yang terakhir ini.2
3.
yang
lazim digunakan
dalam membuat perkiraan saat kematian adalah pengukuran penurunan suhu tubuh (algor
mortis), interpretasi lebam (livor mortis) dan kaku mayat (rigor mortis),
interpretasi
proses
dekomposisi, pengukuran perubahan kimia pada vitreous, interpretasi isi dan pengosongan
lambung. Akan tetapi, parameter medis tersebut sering dipengaruhi oleh banyak variabel
lain, yang sampai sekarang masih tidak diketahui dengan pasti dan parameter medis tersebut
dinilai sedikit atau bahkan tidak dapat dipergunakan sama sekali bila lama kematian sudah lebih
dari 72 jam. Setelah melewati waktu lebih dari 72 jam, bukti entomologis merupakan bukti yang
paling akurat dan merupakan satu satunya metode yang tersedia untuk menentukan lama waktu
kematian. Walaupun
parameter
medis
sering digunakan
untuk memperkirakan
lama
kematian yang baru terjadi dalam beberapa jam, dalam keadaan normal serangga
selalu tertarik dengan jasad tubuh segera setelah kematian, sehingga serangga juga dapat
digunakan dalam memperkirakan waktu awal setelah kematian.3
Aplikasi
yang
paling
sering
dilakukan
pada
entomologi
adalah menentukan
waktu kematian, petunjuk adanya manipulasi pergerakan terhadap tubuh korban, letak luka,
tanda-tanda penyiksaan, ciri-ciri kriminalitas dan apakah korban menggunakan obat
obatan atau diracun. Serangga juga dapat digunakan untuk analisis toksikologi dan
sumber
materi DNA
untuk
kutu.3
4. Dasar penggunaan serangga sebagai indikator memperkirakan waktu kematian
Tubuh yang membusuk merupakan mikrohabitat yang baik sebagai sumber makanan bagi
beberapa organisme seperti bakteri, jamur, hewan pemakan bangkai. Dalam hal ini serangga
merupakan yang paling dominan. Serangga yang terdapat pada mayat biasanya menunjukkan
spesies tertentu yang hidup pada daerah tertentu. Sebagai contoh, di Hawaii, terdapat satu spesies
yang hanya ada di daerah tersebut, begitu juga di daerah tropis. Namun dengan perkembangan
zaman, perpindahan spesies dapat terjadi dengan mudah. Sehingga spesies yang awalnya
ditemukan di satu daerah, dapat ditemukan juga di daerah lain. Serangga yang tertarik pada
mayat, secara umum dapat dikategorikan menjadi empat kelompok :
1. Spesies Necrofagus
Ini merupakan spesies yang biasanya memakan jaringan tubuh mayat. Yang termasuk dalam
spesies ini Diptera (Caliiphoridae dan Sarcophagidae) dan Coleoptera (Silphidae dan
Dermestidae). Spesies dalam kelompok ini adalah yang paling
signifikan
untuk
Cheyletidae
dan
Raphignathidae
yang
memakan
kelompok
AcarinedanNematoda.2
Kepentingan Menentukan Lama Kematian
Menentukan lama kematian adalah hal yang sangat penting, baik kriminal ataupun tidak.
Pada semua kasus
kematian,
merupakan
hal yang
mengetahui kapan korban meninggal. Menentukan waktu kematian juga diperlukan untuk
mengetahui lama dari suatu
penipuan
dilakukan. Sebagai
contoh
seseorang
mengaku
adalah satusatunya orang yang menjaga kedua kakaknya yang sudah berumur dan orang
tersebut menerima tunjangan pensiun untuk dirinya dan kedua kakaknya. Ketika orang tersebut
akhirnya meninggal, ditemukan bahwa sebenarnya kedua kakaknya sudah lebih dahulu
meninggal dan dimumifikasi. Dengan menentukan
lama kematian
maka
dapat dihitung
minggu
setelah
kematian.
adalah
yaitu banyaknya kolonisasi pada tubuh oleh serangga.Hal ini dapat digunakan sejak beberapa
minggu setelah kematian hingga yang tersisa hanya tulang tulang. Metode ini tergantung pada
umur dari sisa jasad dan jenis serangga yang ada.3
5. Perkembangan Larva Diptera
Lalat akan tertarik pada jasad tubuh segera setelah kematian. Lalat
tertarik dengan jasad umumnya adalah blow flies (berukuran besar, agak metalik, sering kali
terlihat dekat makanan atau tempat sampah), akan tetapi pada beberapa bagian dari dunia lalat
flesh flies yang terlebih dahulu tertarik dengan jasad. Blow flies tergolong pada family
Calliphoridae, ordo Diptera. Pada tahun 1958, ditemukan 13 spesies dari Calliphoridae
dan Sarcophagidae yang ditemukan pada mayat di Washington. Penelitian ini menjadi dasar
yang digunakan untuk memperkirakan usia belatung yang didapat pada mayat. Belakangan
ini, para peneliti mulai mengulang dan memperbaiki penelitian tentang siklus perkembangan dan
ukuran belatung yang dipengaruhi oleh suhu. Data yang paling banyak ditemukan
forensik adalah
temperatur tubuhnya
dipengaruhi
oleh
suhu
sekitar
lingkungan.
dalam
sehingga
Ketika
suhu
lingkungan meningkat, laju pertumbuhan serangga lebih cepat, sedangkan ketika suhu
lingkungan menurun, laju pertumbuhan serangga menjadi lebih lambat.
Perkembangan dari serangga dapat diperkirakan, analisis dari serangga paling tua yang
terdapat pada jasad, disertai dengan pengetahuan mengenai kondisi meteorologis dapat
digunakan untuk menentukan berapa lama serangga berkoloni di jasad, sehingga dapat
menentukan lama kematian.2
Pada penelitian tentang penguraian, aktivitas lalat biasanya dimulai 10 menit segera
setelah kematian, tapi hal ini tidak selalu sama pada beberapa kasus seperti
pada
kasus
tenggelam dan mayat dibungkus, aktivitas lalat bisa lebih lambat. Faktor iklim seperti
cuaca yang berawan, turun hujan, dapat menghambat atau menghentikan aktivitas lalat dewasa.
Lalat jantan dan betina memerlukan makanan protein sebelum ovari dan testis berkembang dan
oogenesis dan spermatogenesis terjadi. Blow flies berkembang dimulai dari telur melalui instar
stages 1, instar stages 2, instar stages 3, pupa dan dewasa.
Lalat yang terbang akan hinggap pada mayat dan menetaskan sampai 300 telur dan
sampai 3000 untuk sepanjang hidupnya. Stadium pertama larva akan ditetaskan dari telur. Pada
stadium ini larva sangat rentan dan mudah mengalami kekeringan. Larva tidak dapat keluar dari
kulit yang membungkusnya, sehingga mereka bergantung pada cairan protein sebagai asupan
makanan, karena itu lalat betina akan menaruh telur pada tempat yang memudahkan akses
makanan bagi telur. Luka merupakan sumber protein yang sangat baik, terutama darah, sehingga
luka luka merupakan tempat bertelur yang paling pertama. Apabila pada jasad tidak ada luka,
lalat betina akan menaruh telur di dekat orificium atau pada lapisan mukosa dikarenakan jaringan
tersebut lembab dan lebih mudah dipenetrasi bila dibandingkan
Daerah
wajah
umumnya
dengan
epidermis
normal.
disebabkan karena daerah genital hampir selalu ditutupi oleh pakaian. Pada kasus kasus
pemerkosaan benda benda seperti darah dan semen akan menarik perhatian lalat dengan cepat.3
Setelah melewati waktu waktu tertentu, dipengaruhi oleh suhu dan jenis spesies, larva
stadium 1 akan melepas kutikula dan mulutnya, dan memasuki instar stage 2 atau larva
stadium 2. Larva stadium 2 berukuran lebih besar, lebih bisa bertahan hidup dan dapat
mempenetrasi kulit dengan mengeluarkan enzim proteolitik dan menggunakan mulutnya yang
lebih kuat. Stadium ini adalah waktu bagi
larva
untuk
makan
kemudian
berkembang
memasuki instar stages 3, meninggalkan kutikula dan mulut yang dipakai selama stadium 2.
Larva stadium tiga memiliki siklus hidup yang lebih panjang dari larva stadium satu dan dua dan
akan bertumbuh menjadi 7-8 kali ukuran awal. Pada instar stage 3 larva menjadi banyak makan
dan berkumpul sebagai satu masa yang besar sehingga dapat menghasilkan panas yang
signifikan. Kumpulan larva ini dapat menghabiskan banyak jaringan dalam waktu yang singkat.
Pada stadium ini bagian penyimpanan makanan yang terletak di foregut dapat terlihat dengan
warna hitam dan bentuk oval pada jaringan translusent dari belatung.1
Setelah periode makan yang intensif, instar stage 3 akan memasuki
stadium nonfeeding stage atau wandering stage. Pada stadium ini tidak ditemukan perubahan
fisik, walaupun terjadi perubahan fisiologis pada organ internal, tetapi dapat
perubahan
sikap
yang signifikan.
Ketika
larva
ditemukan
menjauh dari sumber makanan dan mencari tempat yang sesuai untuk menjadi pupa. Tempat itu
antara lain adalah tanah disekitar, karpet, rambut atau baju dari jasad. Larva mungkin akan
mengubur diri beberapa sentimeter didalam tanah atau merangkak bermeter meter untuk
mendapatkan tempat
yang
dengan prepupa.Pada
cocok
akhir
untuk
stadium
menjadi
ini
pupa. Pada
larva
akan
stadium
memendek
ini
dan
disebut
menjadi
translusen. Pupasi akan dimulai sejak belatung prepupa mulai berkontraksi. Belatung tidak akan
mengelupaskan
kutikula
tersebut
menghilang
akan
yang
tumbuh
sedikit
pada instar
demi
sedikit
stage
dan
3,
serangga
hitam
untuk
membentuk
puparium.
akan
tetapi kutikula
akan mensekresikan
menjadi
keras
dan
serangga yang hidup, dengan bagian kantung pupa yang mengalami pengerasan atau puparium
yang berguna sebagai struktur nonvital
yang
membungkus
umumnya yang dianggap sebagai pupa adalah bagian puparium dan serangga yang hidup
dalamnya, sedangkan kantung pupa yang ditinggalkan setelah lalat terbang disebut sebagai
kantung pupa.3
Didalam kantung pupa yang mengalami pengerasan, serangga bermetamorfosis
atau berubah menjadi lalat dewasa. Pada masa ini, jaringan jaringan imatur akan rusak dan
akan
digantikan dengan
merobek
ujung
kantung
jaringan
pupa
yang
matur. Setelah
selesai
lalat
dewasa
akan
(kantung yang berisi darah yang terdapat pada kepala). Bagian ujung dari kantung pupa atau
operkulum akan robek dan membelah menjadi dua bagian. Lalat dewasa yang baru akan
meninggalkan kantung pupa dan robekan operkulum sebagai bukti bahwa sudah melewati siklus
dengan sempurna. Lalat yang baru keluar dari pupa tidak memiliki warna biru metalik atau
kehijauan seperti pada lalat dewasa. Sayap dari lalat baru keluar terlipat lipat, dengan kaki yang
tinggi, kurus, dan lemah, badan berwarna abu abu dan bagian kepala belum terbentuk
sempurna karena adanya ptilinum yang belum mengalami retraksi. Pada stadium ini lalat sangat
mudah dimangsa dan walaupun tidak dapat terbang lalat tersebut dapat berlari dengan cepat dan
akan bersembunyi hingga sayapnya kering dan dapat terbang. Setelah itu tubuh lalat akan terlihat
dewasa
yang
terbang
merupakan
tanda
forensik
yang
signifikan karena mengindikasikan bahwa siklus dari lalat blow flies telah lengkap terjadi pada
jasad. Lalat yang dapat terbang tidak dapat digunakan sebagai identifikasi karena tidak bisa
dibedakan antara lalat yang baru datang atau sudah berkembang, tetapi lalat yang baru saja
keluar dari pupa dan belum dapat terbang dapat digunakan untuk memperkirakan
waktu kematian. Ditemukannya pupa yang kosong juga mengindikasikan bahwa siklus dari
lalat pada jasad telah lengkap.Seluruh siklus hidup dari lalat dapat diprediksi. Siklus
tersebut sangat dipengaruhi oleh temperatur lingkungan, spesies, nutrisi, kelembapan dan lain
lain.
Akan
tetapi
dari
semua
faktor
diatas
yang
paling
berpengaruh
adalah
temperatur. Ketika menggunakan perkembangan lalat untuk menentukan waktu kematian perlu
mengetahui beberapa hal antara lain:
a. Stadium tertua dari blow flies yang berhubungan dengan jasad
Sangatlah penting untuk mengetahui sampai sejauh mana siklus hidup dari lalat yang
sudah terjadi. Seperti halnya temperatur yang mempengaruhi perkembangan serangga, serangga
yang mengalami perkembangan paling depan
adalah
serangga
yang
pertama
kali
mencapai jasad. Tidak ada gunanya menentukan larva yang berada pada instar stage 2
bila dapat ditemukan pupa kosong. Pupa yang kosong mengindikasikan bahwa ada serangga
yang sudah menyelesaikan siklus hidupnya. Apabila pada pemeriksaan didapatkan larva
pada stadium instar stage 3 pemeriksa harus memeriksa daerah baju, rambut dan sekitarnya
untuk menentukan apakah sudah ada larva yang memasuki nonfeeding stage. Apabila
ditemukan larva pada nonfeeding stage pemeriksa harus mencari apakah ada pupa atau tidak.
Bila tidak ditemukan pupa maka pemeriksa dapat mengambil kesimpulan bahwa stadium
terdepan yang dialami lalat adalah nonfeeding stage atau prepupal third instar stage.2
b. Spesies serangga
Entomologis harus dapat mengidentifikasi spesies dari
blow flies.
Setiap spesies
memiliki perkembangan siklus yang berbeda beda, akibatnya setiap spesies harus dapat
dikenali.
Lalat
dewasa
memiliki
dengan antara yang satu dengan yang lain, sedangkan larva harus dibedakan dari bagian mulut
dan bentuk morfologis lainnya. Pemeriksaan DNA juga dapat digunakan untuk menentukan
spesies serangga terutama pada keadaan seperti larva pada instar stage 1 yang sulit untuk
dibedakan dan bila spesimen mengalami kerusakan.2
c. Data temperatur
Serangga sangat bergantung pada temperatur, karena itu sangat penting untuk
mengetahui temperatur dilokasi. Biasanya temperatur ditentukan dengan mengambil data
dari Badan Meteorologi Geofisika. Sering terjadi kesalahan dalam menentukan temperatur di
tempat kejadian karena data temperatur yang digunakan terkadang diambil bukan dari
lokasi
jasad, sehingga
data
temperatur
yang
diperkirakan
tidak
mencerminkan
temperatur yang dialami serangga. Untuk mengatasi hal ini biasanya digunakan alat
perekam temperatur di lokasi yang akan mencatat temperatur selama 2 hingga 3 minggu.2
d. Data perkembangan
Untuk dapat menentukan umur serangga yang paling tua, entomologi harus
mengetahui kecepatan perkembangan siklus dari spesies serangga yang berkoloni. Informasi
ini dapat diambil dari literatur yang menerangkan perkembangan siklus setiap spesies
disertai dengan pengaruh temperatur pada perkembangan serangga.
Setelah mendapatkan ke 4 informasi diatas kita dapat menjawab pertanyaan
Dalam
kondisi
seperti
ini,
berapa
lama
waktu
yang
mencapai stadium ini. Waktu kematian merupakan salah satu hal yang menjadi pertanyaan yang
biasanya diajukan pada kasus pembunuhan, tetapi sangat sulit untuk dipecahkan. Entomologi
dapat memberikan titik terang untuk permasalahan ini.2
6.
Penguraian
Banyak penelitian tentang penguraian yang dilakukan di seluruh negara dan kondisi
lingkungan yang berbeda. Mayoritas dari penelitian dilakukan pada daerah tropis dan
subtropis.Penelitian tersebut membagi proses penguraian ke dalam lima stadium. :
ini
dimulai
saat
kematian
dan
berakhir
Calliphoridae
dan
Sarcophagidae. Betina dewasa akan mencari mayat, kemudian memakan dan menetaskan telur
disekitar mayat,umumnya
dimulai dari
bagian
tempat kedua yang menarik bagi spesies daerah tropis di Hawaii, tetapi juga dapat menjadi
tempat utama.3
2. Bloated Stage (Stadium Pembengkakan)
Pembusukan merupakan komponen utama dari penguraian, dimulai dari stadium ini. Gas
diproduksi dari aktivitas metabolik oleh bakteri anaerobik yang
menyebabkan
sedikit
pengembangan dari abdomen dan pada akhirnya mayat akan tampak seperti balon.
Temperatur
pembusukan
tubuh
yang meningkat
selama
stadium
ini
mengakibatkan
proses
sangat menyukai mayat pada stadium ini. Saat mayat membengkak, cairan dipaksa keluar dari
rongga-rongga tubuh dan meresap ke dalam tanah. Cairan
ini
berkombinasi
dengan
produksi amoniak yang berasal dari aktivitas metabolik larva diptera, menyebabkan
tanah di bawah mayat tersebut menjadi alkalin dan binatang yang tinggal pada tanah tersebut
menjauh.3
3. Decay Stage (Stadium penghancuran)
Pada stadium ini dimulai dengan pengelupasan kulit, menyebabkan keluarnya gas
dan mayat mulai mengempis. Pada akhir dari stadium ini, larva Diptera telah menghabiskan
hampir seluruh daging mayat. Sedangkan pada Calliphoridae dan Sarcophagidae pada
akhir
Pada stadium ini hanya tertinggal tulang dan rambut, sudah tidak terdapat daging bangkai
dan mulai kembalinya binatang yang tinggal pada tanah di bawah mayat tersebut. Tidak ada
ketentuan lamanya stadium ini, stadium ini dapat ditentukan lamanya dari variasi binatang
normal pada tanah serta kondisi lokal di mana mayat ditemukan.Pada dasarnya, perkiraan usia
dari belatung yang ditemukan pada mayat dapat menunjukan waktu minimal sejak kematian.
Misalnya jika usia belatung diperkirakan
lima
hari
maka
kesimpulannya
kematian
seharusnya telah terjadi paling sedikit lima hari tetapi kematian juga dapat terjadi 6 hari, 7 hari
atau lebih.
Dasar ilmu forensik entomologi adalah mengukur lama serangga berkoloni pada jasad,
bukan menentukan waktu terjadinya kematian. Telur lalat dapat diletakkan pada jasad
dalam hitungan menit atau 1 hari kemudian jika jasad dalam keadaan terkubur, terbungkus atau
berada pada lokasi dengan temperatur yang rendah
serangga.
Bila
kondisi
sehingga
menghambat
kolonisasi
setelah kematian, terdapat hal hal lain yang dapat mempengaruhi proses kolonisasi, contohnya
pada satu kasus dimana seseorang dibunuh dimusim panas, ketika siang hari dan ditinggal dalam
keadaan berlumuran darah, maka dapat diperkirakan bahwa serangga akan segera berkoloni
dalam hitungan menit pada jasad. Akan tetapi hal itu belum tentu benar.
Pada kasus kasus tertentu serangga memang menaruh telur pada jasad dalam hitungan
menit,
tetapi mayoritas
kali
oleh
predator Vespa sp. Dalam jumlah yang besar Vespa sp. dapat memakan semua telur
yang
diletakkan
pada
hari
pertama,
sehingga
beberapa hari kemudian hanya akan didapatkan spesimen dalam usia yang muda. Selain itu
terdapat kemungkinan penyimpangan waktu
maksimum setelah kematian ditentukan
sebesar
berdasarkan
serangga
yang
ditemukan
pada
jasad. Hal ini dapat menyebabkan kesalahan yang signifikan. Sebagai contoh pada
satu kasus seseorang ditemukan 3 hari kemudian dalam keadaan meninggal, artinya waktu lama
minimal kematian yang diperkirakan oleh entomologisnya adalah 2 hari, hal itu adalah benar
walaupun tidak benar benar tepat. Karena itu menentukan waktu minimal kematian
lebih aman dan terjamin oleh entomologis.
Hal hal yang biasa digunakan sebagai acuan oleh entomologis adalah waktu minimal
kematian dan perkembangan siklus serangga. Beberapa serangga mungkin akan berkembang
lebih lama dari perkiraan karena itu menggunakan waktu minimal kematian dapat meningkatkan
keakuratan.Perkiraan waktu kematian sangat penting untuk kepentingan investigasi dalam
mendukung atau menolak kesaksian. Sebagai contoh pada kasus ditemukannya jasad
yang sudah mengalami dekomposisi, kemudian seseorang datang dengan kesaksian bahwa
dia baru saja melihat kejadian pembunuhan yang terjadi
pada
jasad
tersebut;
dapat
dipastikan bahwa kesaksiannya tidak dapat digunakan. Pada kasus lain dapat ditemukan dua
kesaksian yang subjektif dan sangat bertolak belakang, dengan menggunakan bukti bukti
entomologi yang bersifat objektif maka akan dapat diketahui kesaksian mana yang benar.2
Kolonisasi pada Jasad
Jasad
dari
suatu
hewan
atau
manusia
merupakan
sumber
nutrisi
yang
memfasilitasi perubahan ekosistem yang cepat. Dalam hitungan menit atau bahkan
detik
setelah
membentuk koloni. Seiring dengan proses dekomposisi, jasad semakin tidak menarik
bagi koloni yang pertama dan menarik serangga lainnya. Perubahan biologis, kimia dan fisik
akan menarik serangga lain dan mengubah komposisi koloni yang akan terus terjadi hingga tidak
ada nutrisi yang dapat digunakan dari jasad. Jenis serangga yang akan membentuk koloni pada
jasad dipengaruhi oleh keadaan nutrisi pada jasad, keadaan geografis, habitat, musim,
kondisi meteorologis.
Selain itu, juga dapat memperkirakan waktu kematian berdasarkan adanya
fakta bahwa serangga yang ditemukan pada tubuh akan berganti seiring berjalannya
waktu dan terjadinya proses pembusukan. Tidak hanya jenis serangga pada tubuh mayat saja
yang dapat digunakan untuk menentukan waktu kematian, jika tubuh mayat terbaring pada tanah
untuk beberapa periode waktu, serangga dan hewan tidak bertulang belakang lainnya yang ada
pada tanah di bawah mayat tersebut juga akan berganti. Jumlah spesies akan berkurang setelah
komunitas baru dari spesies lain berkembang. Pengetahuan tentang kejadian ini dapat
memungkinkan para entomologis untuk memperkirakan seberapa lama tubuh terbaring
pada lokasi ditemukannya. Benda benda lain yang dapat digunakan untuk kepentingan
entomologis antara lain adalah kulit larva, feses dan membrana peritropik yang berasal dari
Coleoptera : Dermestidae. Membran peritropik memberi garis pada bagian perut dari serangga
dan terbuang bersamaan ketika serangga tersebut defekasi pada kasus kasus terkadang dapat
kematian
minimal.
Salah
satunya
adalah
untuk
menentukan apakah
selain
setelah
kematian jasad dipindahkan atau tidak. Tempat dimana tubuh korban ditemukan tidak
selalu menunjukkan tempat dia mati, seringnya tubuh dipindahkan dari tempat awal dari
kejadian kriminal. Sebagai contoh, seseorang dibunuh suatu tempat, kemudian jasadnya
dipindahkan ke tempat lain dengan maksud untuk disembunyikan. Segera setelah kematian,
serangga yang berada di tempat itu akan hinggap di luka luka atau di orifisium yang ada pada
jasad dan berkoloni. Ketika jasad tersebut dibawa ke tempat baru maka serangga serangga dari
tempat lokasi pembunuhan terbawa ke tempat baru.
Serangga
dan
spesies
hewan
tidak
bertulang
belakang
korban yang berada di dalam tanah berbeda dengan yang di lingkungan terbuka. Perbedaan
binatang ini juga menjadi dasar untuk menentukkan apakah korban telah dikuburkan sejak awal
kematian atau berada di lingkungan terbuka sebelum dikuburkan.3
Posisi Luka
Cara kematian berbeda dengan penyebab kematian. Sebagai contoh cara kematian dengan
tikaman atau bacokan, sedangkan penyebab kematian karena kehilangan
darah.
Penyebab
kecil. Lalat betina dapat mendeteksi adanya luka dalam ukuran yang kecil untuk dapat menaruh
telur telurnya, lalat bahkan dapat mendeteksi adanya bekas punksi vena yang
menggunakan jarum paling kecil dimana tidak dapat dilihat oleh ahli patologis.
Pada tahap dekomposisi lebih lanjut, kolonisasi dari serangga dapat digunakan
untuk memperkirakan posisi luka, akan tetapi yang berhak untuk menyatakan posisi
lukaluka adalah forensik patologis, sedangkan entomologis berhak untuk menyatakan bahwa
ada pola kolonisasi serangga yang tidak umum yang mungkin mengindikasikan adanya luka.
Sebagai contoh, pada suatu kasus ditemukan
adanya
seorang
wanita
yang
jasadnya
ditemukan dalam tahap dekomposisi yang lanjut. Didapatkan pola kolonisasi yang tidak umum
berupa lebih banyak kolonisasi pada daerah dada dan tangan dibandingkan dengan kepala.
Atas pernyataan itu dilakukan pemeriksaan lebih lanjut dan akhirnya ditemukan adanya
tanda tanda bekas luka tusukan benda tajam disekitar dada dan tangan.
Pemeriksaan untuk memeriksa bekas luka berdasarkan kolonisasi serangga harus
dilakukan dengan hati hati. Sebagai contoh, seringkali adanya belatung pada daerah genital
dianggap sebagai kasus pemerkosaan. Apabila pada pemeriksaan lebih lanjut ditemukan
bahwa serangga yang berkoloni di daerah genitalia adalah yang paling tertua, hal ini
mengindikasikan adanya pemerkosaan (luka atau semen pada daerah genital mengakibatkan
serangga tertarik), tetapi bila pada pemeriksaan lebih lanjut ditemukan bahwa kolonisasi pada
daerah genitalia dan daerah lainnya sama atau bahkan lebih lambat hal itu menunjukan bahwa
kolonisasi yang terjadi adalah normal, tidak mengindikasikan pemerkosaan.3
Menghubungkan Tersangka dengan Kejadian
Sebagai
contoh,
terjadi
suatu
pemerkosaan
pada
pertengahan
musim panas.
Korban wanita mengaku bahwa pelaku menggunakan topeng ski. Seorang suspek teridentifikasi
dan dalam proses penggeledahan rumahnya didapatkan topeng ski, suspek mengaku bahwa
tidak menggunakannya sejak musim dingin tahun
ditemukan
pada
topeng
tersebut didapatkan
lalu.
Pada
sedikit
pemeriksaan
kecacatan
berupa
lebih
lanjut
lekukan dan
didalam lekukan tersebut didapatkan ulat. Setelah dilakukan analisis didapatkan bahwa topeng
ski tersebut dipastikan
digunakan
pada
musim
panas.
Setelah
menunjukan bukti
Obat
Serangga yang berkolonisasi pada jasad memakan jaringan jasad sehingga secara tidak
langsung mengkonsumsi substansi yang terdapat pada jasad. Zat zat tersebut dapat berupa
alkohol, racun dan obat. Alkohol adalah produk normal yang
dekomposisi, sehingga
serangga
umumnya
dihasilkan
dari
proses
alkohol. Apabila kematian disebabkan oleh racun atau obat, baik dalam maksud terapeutik
atau pembunuhan, maka akan mengakibatkan perkembangan dari serangga.
Pada kasus pembunuhan dan keracunan jaringan tubuh hampir seluruhnya dimakan oleh
belatung.
Belatung
mempunyai
kemampuan
untuk
toksik sehingga dapat digunakan untuk analisa toksikologi. Walaupun tidak seluruh mayat
dimakan oleh belatung, tetapi masih lebih baik melakukan tes pada belatung daripada pada sisa
pembusukan manusia, karena jaringan hidup akan lebih mudah untuk di analisa toksikologinya
daripada tubuh yang sudah membusuk. Analisis serangga untuk menentukan racun atau obat
dapat dilakukan pada larva dan diptera dan coleoptera dewasa dan coleoptera exuviae. Obat
dapat mempengaruhi perkembangan dari serangga, yaitu mempercepat atau memperlambat
perkembangan, karena itu entomologis harus memperhatikan pernyataan dari ahli toksikologi.2
Kelalaian Manusia
Pada kasus kasus ditemukan bahwa larva hanya memakan bagian jaringan
sudah
nekrotik,
ganggren dan
jaringan-jaringan
yang
yang
pengadilan entomologis dapat memberi pernyataan bahwa popok seorang bayi tidak diganti
selama 5 hari karena dalam 4 5 hari pada pemeriksaan didapatkan belatung yang memakan
jaringan jaringan yang sudah rusak.
6.
bukti
bukti
entomologis
dikumpulkan
oleh seorang
ahli
Bukti bukti entomologis yang diambil harus berasal dari lokasi kejadian. Pada suatu
kasus yang besar, setiap sentimeter dari lantai harus diperiksa dengan teliti dan setiap bukti
potensial harus difoto, dibuat sketsanya dan dikumpulkan. Sebelum bukti entomologis diambil
dari lokasi, lingkungan di sekitar lokasi harus diamati dan difoto terlebih dahulu.
Deskripsi hasil juga meliputi:
1. Daerah geografi: kota, desa, alamat jika ada, dsb
2.Tipe Habitat: gurun, hutan, di dalam apartmen, daerah kumuh, padang
rumput dsb.
3. Area : berbatu, pegunungan, atau dataran rendah
4. Tipe vegetasi: tanaman yang ada., jika spesifik dikirim ke botanis
5. Tipe tanah: berpasir, berkerikil, berlumpur, atau artificial (semen, batubatuan dsb)
Deskripsi tentang mayat termasuk:
1.Jenis kelamin, berat badan, tinggi badan
2. Ada atau tidaknya pakaian dan deskripsi tentang pakaian.
3. Postur mayat: duduk, berbaring, tengkurap dsb
4. Benda benda di sekitar mayat: terbungkus, tertutup dengan tanaman.
5. Kerusakan fisik: luka terbuka, memar dan daerah kerusakan.
6. Penyebab kematian
7. Stadium pembusukan
8. Serangga yang ditemukan,jika memungkinkan termasuk fotografi lengkap.
Dicatat juga data tentang iklim yang lengkap tiap jam. perkembangan serangga berupa
aktivitas dewasa, termasuk penetasan telur dan perkembangan imatur. Juga dicatat halhal yang aneh ditemukan pada TKP. Jika terdapat konsentrasi belatung, temperatur
pada
setiap
konsentrasi harus
dihitung
dengan
cara
meletakkan
termometer
secara
perlahan diatas konsentrasi belatung, kemudian tekan dengan lembut pada permukaan. Hal ini
akan mengakibatkan belatung belatung bergerak disekitar termometer sehingga mengurangi
kemungkinan kerusakan pada jasad.3
Pengumpulan bukti blow flies
Perkembangan blow flies adalah bukti entomologis yang paling penting untuk
menentukan waktu kematian pada hari pertama dan seminggu setelahkematian. Setiap
stadium sangat penting. Berikut adalah ringkasan teknik mengumpulkan bukti entomologis
blow flies.
Telur
Lokasi
Koleksi hidup : Simpan setengah dari sampel untuk keperluan identifikasi nanti
letak dalam
vial diatas potongan hati sapi dan tutup menggunakan 2 lapis handuk dan ikat menggunakan
karet pengikat. Tulis pada vial tempat dan waktu pengambilan sampel.
Koleksi cadangan
atau isopropil alkohol 50% dengan segera setelah pengambilan sampel. Tulis pada
vial tempat dan waktu pengambilan sampel.
Catatan
:Kumpulkan sampel secara terpisah dengan cara mengambil dari beberapa area
observasi dan catat waktu menetasnya telur. Telur menjadi bukti yang tidak penting jika
sudah didapatkan belatung.
Feeding larvae
: Pada tubuh, luka atau orifisium dapat ditemukan pada konsentrasi belatung dapat ditemukan
diseluruh tubuh.
Koleksi hidup : Sama seperti telur
Koleksi cadangan
:Sama seperti telur, jika memungkinkan, taruh larva pada air panas dengan
tempat berbeda dan simpan terpisah, ambil menggunakan forcep tumpul, kuas kecil atau
spatula. Jangan menaruh larva berlebihan pada 1 vial.
Prepupal nonfeeding larvae
Lokasi
Koleksi hidup
Koleksi cadangan
Catatan
Pupae
Lokasi
Koleksi hidup : Simpan pada vial dengan sedikit potongan handuk yang lembab untuk
mencegah kerusakan, tutup menggunakan handuk kering dan ikat dengan karet pengikat, tidak
perlu memberikan makanan.
: Pupae bewarna coklat gelap dan sering ditemukan jauh dari jasad, seringkali terlihat seperti
bagian dari tanaman. Dapat berukuran sangat kecil dari milimeter hingga 1,5 sentimeter.
Puparia atau kantung pupa
Lokasi
Koleksi hidup
Koleksi cadangan
sebagai bantal untuk puparia dalam vial, tutup menggunakan tutup vial.
: Kantung pupa menandakan bahwa siklus hidup sudah lengkap.
Blow flies dewasa
: Diseluruh bagian jasad. Ambil menggunakan kuas kecil yang basah.
Koleksi hidup : Simpan pada vial, tidak memerlukan udara.
Koleksi cadangan
kering dan biarkan mongering, beri tanda sebagai lalat yang baru menetas.
Catatan
udara.
Koleksi imatur: Simpan dan jaga agar tetap
hidup
dalam
vial
basah. Simpan sebagian dalam alkohol. Semua pupa sebaiknya disimpan dalam keadaan hidup.
: Serangga yang dewasa dan imatur sangat penting
Koleksi imatur: Simpan dalam keadaan hidup dengan handuk basah simpan per individu
karena beetles punya sifat kanibalisme. Simpan
sebagian
dalam
alkohol.
Setiap
pupa
tanah
dan
hewan
tidak
bertulang
belakang
sebaiknya tidak
usah
dengan
badan
lunak.
Tindakan
terhadap serangga
yang
berbadan
keras
dilakukan sama halnya dengan serangga yang terbang. Untuk yang berbadan lunak
perlu perlakuan khusus, karena lebih susah diidentifikasi. Mereka terdiri dari dewasa dan belum
matur. Serangga yang belum matur lebih susah
mereka
dibiarkan terlebih
dahulu.
untuk
Serangga
ini
diidentifikasi,
dibagi
sehingga
menjadi
dua
biasanya
kelompok,
kelompok yang pertama akan dibunuh dan dianalisa entomologi, sedangkan kelompok yang
kedua
dibiarkan
hidup
berupa belatung, dibunuh dan dimasukkan kedalam solusi KAA selama 5-10 menit tergantung
ukuran belatung kemudian dipindahkan ke etil alkohol 70% atau isopropyl alkohol yang
ditambah
air
dengan perbandingan
1:1.
Solusi
KAA digunakan
untuk
melepaskan
bagian luar permukaan serangga atau kutikula. . Jika tidak dilakukan, alkohol akan
masuk
ke
dalam
tubuh
dan
KAA terdiri atas 1 bagian asam asetat, 1 bagian minyak tanah, 30 bagian etil alkohol 95%. Jika
KAA tidak ada, dapat digunakan air panas76,7 oC selama 2-3 menit dan ditransfer ke etil
alkohol 70% untuk penyimpanan.1
3. Pemberian Label
a. Tanggal pengumpulan
b. Waktu pengumpulan
c. Lokasi ditemukan pada tubuh, sespesifik mungkin.
d. Tempat ditemukan tubuh: di dalam rumah, di semak-semak, di pegunungan
e.Daerah tubuh dimana spesimen ditemukan, jangan bercampur dengan specimen dari daerah
tubuh lain.
f.Nama, alamat, dan nomor telepon dari kolektor.
Myasis
Myasis adalah suatu penyakit yang disebabkan masuknya belatung ke jaringan
hidup. Beberapa spesies lalat termasuk yang umum ditemukan pada orang atau binatang
hidup. Salah satu manifestasi yang ditemukan sheep-strike. Dimana lalat meletakkan telurnya
pada kulit yang tidak terluka, binatang menjadi lemah
Kemungkinan
orang-orang
dan
kematian
pun
mulai
terjadi.
disebutkan
sebelumnya
bahwa
temperatur
sangat
statistik
yang
lengkap
pada
lokasi
secara
langsung.
untuk memprediksi
temperatur yang ada di lokasi dengan memperbandingkan data dari stasiun cuaca dan data dari
lokasi.
Musim
Perkembangan serangga dipengaruhi oleh musim. Pada musim musim tertentu dimana
temperaturnya sangat rendah akan menghambat perkembangan.
Eksklusi Serangga
Serangga dapat pergi dari jasad dengan beberapa alasan. Jasad mungkin mengalami
pembekuan sehingga serangga yang sudah berkoloni akan pergi. Pembekuan juga dapat
mempengaruhi dekomposisi, sehingga akan mempengaruhi kolonisasi serangga.Penguburan juga
mempengaruhi kolonisasi serangga hal ini disebabkan karena
sangat
mempengaruhi.
Pembungkus
akan
untuk
mencapai
jenis
tanah
jasad
yang
dibungkus
dan
kedalaman
Laporan entomologis akan sangat berguna untuk kepentingan penyelidikan dan juga
dapat digunakan sebagai bukti di pengadilan. Laporan yang digunakan untuk pengadilan harus
dipisahkan
dari
laporan
lainnya
agar
pembaca
mengenai dari entomologi sehingga mereka dapat mengambil kesimpulan tanpa perlu mencari
literatur lebih lanjut. Laporan sebaiknya dimulai dengan deskripsi singkat mengenai kejadian,
tempat kejadian, korban dan kumpulan sampel yang ditemukan yang berkaitan dengan
entomologi. Pada laporan harus dijelaskan mengenai bagaimana, kapan dan siapa yang
menghubungi ahli entomologi serta bagaimana bukti entomologi tersebut diterima oleh ahli
entomologi. Harus dijelaskan pula mengenai prosedur yang digunakan, data yang digunakan dan
hasil identifikasi dari serangga. Selain itu, di dalam laporan juga harus terdapat mengenai latar
belakang ilmu forensik ilmu entomologi dan harus dapat menyimpulkan mengenai spesies mana
yang terlibat dan bagaimana perkembangan spesies tersebut sesuai dengan literatur.2
DAFTAR PUSTAKA
1. Erzinclioglu, Z. 2003. Role of and Technique in Forensic Entomology. In : In : Freedy Richard
C.
p. 747 754.
2. James, Stuart H dan Hordby, Jon J. 2005. Forensic Entomology. In: Sorg, Marcella
K. Forensic Science An Introduction to Scientific and Investigative Technique second
edition. US : CRC Prers. p. 135 164.
3. Lord, Wayne D, Goff M.Lee. 2003. Forensic Entomology : Application of Entomological
Method to the Investigation of Death. In : Freedy Richard C. Handbook of Forensic
Pathology second edition. Illionis :College of American Pathology. p. 423 432.