KIMIA INSTRUMENTASI
PERCOBAAN V
PENENTUAN KONSENTRASI RHODAMIN B DENGAN
SPEKTROFOTOMETER UV VIS
OLEH :
NAMA
: TUTRIYANTI
NIM
: J1B112025
KELOMPOK
: X (SEPULUH)
ASISTEN
: TANTRIATI
PERCOBAAN V
PENENTUAN KONSENTRASI RHODAMIN B MENGGUNAKAN
SPEKTROFOTOMETER UV VIS
I.
TUJUAN PERCOBAAN
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk menentukan konsentrasi rhodamin B
secara spektrofotometer ultraviolet.
II.
TINJAUAN PUSTAKA
Dalam penggunaan dewasa ini, istilah spektrofotometri menyiratkan
pengukuran jauhnya pengabsorbsian energi cahaya oleh suatu sistem kimia itu
sebagai suatu fungsi dari panjang gelombang radiasi, demikian pula pengukuran
pengabsorpsian yang menyendiri pada suatu panjang gelombang tertentu (Day &
Underwood, 2001).
Sebuah
spektrofotometer
adalah
suatu
instrumen
yang
mengukur
manual atau merekam atau sebagai: berkas tunggal atau berkas rangkap (Day &
Underwood, 2001).
Serapan cahaya dalam daerah ultraviolet dan daerah tampak tergantung pada
struktur elektronik dari molekul. Spektra ultraviolet dan tampak dari senyawasenyawa organik berkaitan erat dengan transisi-transisi diantara tingkat-tingkat
tenaga elektronik. Disebabkan hal ini, maka serapan radiasi elektronik/tampak
sering dikenal sebagai spektroskopi elektronik. Transisi-transisi tersebut biasanya
antara orbital-orbital, ikatan atau orbital pasangan bebas dan orbital non ikatan tak
jenuh atau anti ikatan.
orbital segera dapat diukur dan spektra yang diperoleh memberikan banyak
keterangan. Dalam praktik spektrofotometri ultraviolet digunakan terbatas pada
sistem-sistem terkonjugasi (Khopkar, 2002).
Sebuah spektrofotometer adalah suatu instrumen yang mengukur transmitan
atau absorban suatu sampel sebagai fungsi panjang gelombang, pengukuran
terhadap sederetan sampel pada suatu panjang gelombang tunggal dapat pula
dilakukan.
merekam atau sebagai berkas tunggal atau berkas rangkap (Day & Underwood,
2001).
Suatu spektrofotometer standar terdiri atas spektrofotometer untuk
menghasilkan cahaya dengan panjang gelombang terseleksi yaitu bersifat
monokromatik serta suatu fotometer yaitu suatu piranti untuk mengukur intensitas
berkas monokromatik, digabungkan bersama dinamakan sebagai spektrofotometer
(Khopkar, 2002).
Spektrum absorbsi dalam daerah-daerah ultraungu dan tampak umumnya
terdiri dari satu atau beberapa pita absorpsi yang lebar. Semua molekul dapat
menyerap radiasi dalam daerah UV-tampak, oleh karena mereka mengandung
elektron, baik yang dipakai bersama maupun tidak, yang dapat dieksitasi ke
tingkat energi yang lebih tinggi. Panjang gelombang pada waktu absorbsi terjadi
tergantung pada bagaimana erat elektron terikat di dalam molekul.
Elektron
dalam satu ikatan kovalen tunggal terikat erat, dan radiasi dengan energi tinggi,
atau panjang gelombang pendek, diperlukan untuk eksitasinya (Day &
Underwood, 2001).
Pengukuran absorbansi atau transmitansi dalam spektroskopi ultraviolet dan
daerah tampak digunakan untuk analisis kualitatif dan kuantitatif spesies kimia.
Absorbansi spesies ini berlangsung dalam dua tahap, yang pertama yaitu M + hv =
M*, merupakan eksitasi spesies akibat absorpsi foton (hv) dengan waktu hidup
terbatas (10-8 10-9 detik). Tahap kedua adalah relaksasi dengan berubahnya M*
menjadi spesies baru dengan reaksi fotokimia. Absorbsi dalam daerah ultraviolet
dan daerah tampak menyebabkan eksitasi elektron ikatan. Puncak absorbsi (maks)
dapat dihubungkan dengan jenis ikatan-ikatan yang ada dalam spesies.
Spektroskopi absorbsi berguna untuk mengkarakterisasikan gugus fungsi dalam
suatu molekul dan untuk analisis kuantitatif. Spesies yang mengabsorpsi dapat
melakukan transisi yang meliputi (a) elektron,, , n (b) elektron-elektron d dan f
(c) transfer muatan elektron (Khopkar, 2002).
Serapan cahaya dalam daerah ultraviolet dan daerah tampak tergantung pada
struktur elektronik dari molekul. Spektra ultraviolet dan tampak dari senyawasenyawa organik berkaitan erat dengan transisi-transisi diantara tingkat-tingkat
tenaga elektronik. Disebabkan hal ini, maka serapan radiasi elektronik/tampak
sering dikenal sebagai spektroskopi elektronik. Transisi-transisi tersebut biasanya
antara orbital-orbital, ikatan atau orbital pasangan bebas dan orbital non ikatan tak
jenuh atau anti ikatan. Panjang gelombang serapan merupakan ukuran dari
pemisahan tingkatan-tingkatan tenaga dari orbital-orbital yang bersangkutan
pemisahan tenaga paling tinggi diperoleh bila elektron-elektron dalam ikatan
tereksitasi yang menimbulkan serapan dalam daerah daerah dari 120 hingga 200
nm, daerah ini dikenal sebagai daerah ultraviolet vakum dan relatif tidak banyak
memberikan keterangan. Di atas 200 nm eksitasi elektron dari orbital p dan d dan
orbital segera dapat diukur dan spektra yang diperoleh memberikan banyak
keterangan. Dalam praktik spektrofotometri ultraviolet digunakan terbatas pada
sistem-sistem terkonjugasi (Khopkar, 2002).
Rhodamin B adalah zat pewarna berupa kristal yang tidak berbau dan
berwarna hijau atau ungu kemerahan yang beredar di pasar untuk industri sebagai
zat pewarna tekstil. Dengan mengkomsumsi rhodamin B yang cukup besar dan
berulang-ulang akan menyebabkan iritasi pada saluran penapasan, iritasi pada
kulit, iritasi pada mata, ritasi pada pencernaan, keracunan, gangguan fungsi hati
dan kanker hati. Penelitian yang sudah dilakukan oleh Mudjajanto dari Institut
Pertanian Bogor (IPB), menemukan zat pewarna rhodamin B pada produk
makanan industri rumah tangga seperti kerupuk, sirup, cendol, manisan, sosis,
minuman ringan, ikan asap dan kue-kue lainnya. Beberapa produsen yang menjual
makanan dan minuman yang menggunakan zat pewarna rhodamin B yang
dilarang tersebut memiliki warna yang cerah, praktis digunakan, harganya relatif
murah, serta tersedia dalam kemasan kecil di pasaran untuk memungkinkan
masyarakat umum membelinya (Dawile dkk, 2013).
III.
Alat
Alat-alat yang digunakan pada percobaan ini adalah spektrofotometer UV-
VIS DMS 100, monitor BMC internasional, labu ukur 50 mL, kuvet, botol
semprot, pipet tetes, propipet, tube film, dan pipet volume.
B.
Bahan
Bahan-bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah larutan standar
PROSEDUR KERJA
A. Pembuatan Larutan Sampel Rhodamin B 1 ppm
1. Mengencerkan larutan rhodamin B dengan HCl sampai 50 mL sampai
konsentrasinya menjadi 1 ppm dari larutan induk 300 ppm
(memerlukan beberapa kali pengenceran).
2. Mengambil beberapa mL, kemudian memasukkannya ke dalam botol
vial untuk dianalisis.
3. Mengukur absorbansinya
pada
panjang
gelombang
maksimum
rhodamin B.
B. Penggunaan Spektrofotometer UV-Vis
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
panjang
A. Hasil
Tabel 1. Hasil Absorbansi Larutan Rhodamin B pada
KonsentrasiLarutanRhodamin B
0,2 ppm
0,4 ppm
0,6 ppm
0,8 ppm
1,0 ppm
maks=
560 nm
Absorbansi
0,151
0
0
0,012
0,004
Absorbansi
0,045
-0,025
0,016
0,006
-0,016
Kurva Kalibrasi
Konsentrasi Larutan Rhodamin B Vs Absorbansi
Kurva Kalibrasipada maks = 560 nm
Konsentrasi Larutan
Rhodamin B Vs
Absorbansi pada
maks = 560 nm
0.2
0.15
Absorbansi
Konsentrasi
Perhitungan :
Untuk sampel larutan Rhodamin B kelompok 10
Diketahui : A sampel = -0,016
y = -0,141x + 0,118
R = 0,4575
A sampel = y
Ditanya : Konsentrasi cuplikan (x) ?
Jawab :
y
= -0,141x + 0,118
-0,016
= -0,141x + 0,118
= 0,950 M
Pembahasan
Pada percobaan kali ini alat yang digunakan adalah spektrofotometer
ultraviolet atau ultraungu. Dimana tersusun dari sumber spektrum tampak yang
kontinu, monokromator, sel pengabsorbsi untuk larutan sampel atau blanko dan
suatu alat untuk mengukur perbedaan absorbsi antara sampel dan blanko ataupun
pembanding.
1. Sumber lampu hidrogen atau lampu deutrium digunakan untuk sumber pada
daerah UV, kebalikan dari lampu wolfram dimana energi radiasi yang dibebaskan
tidak bervariasi pada berbagai panjang gelombang. Untuk memperoleh tegangan
yang stabil dapat digunakan tranformator. Jika potensial tidak stabil, kita akan
mendapatkan energi yang bervariasi. Untuk kompensasi hal ini maka dilakukan
pengukuran transmitan larutan sampel lalu disertai larutan pembanding.
2. Monokromator digunakan untuk memperoleh sumber sinar yang monokromatis.
Alatnya dapat berupa prisma ataupun grating. Untuk mengarahkan sinar
monokromatis yang diinginkan dari hasil penguraian ini dapat digunakan celah.
Jika celah posisinya tetap, maka prisma atau gratingnya yang dirotasikan untuk
mendapatkan yang diinginkan.
3. Sel absorbsi pada pengukuran di daerah tampak kuvet kaca atau kuvet corex dapat
digunakan, tetapi untuk pengukuran pada daerah UV kita harus menggunakan sel
kuarsa karena gelas tidak tembus cahaya pada daerah ini.
Umumnya tebal
kuvetnya adalah 10 mm, tetapi yang lebih kecil atau lebih besar dapat digunakan.
Sel yang biasa digunakan berbentuk persegi, tetapi bentuk silinder juga dapat
digunakan. Kita harus menggunakan kuvet yang bertutup untuk pelarut organik.
Sel yang baik adalah kuarsa atau gelas hasil leburan serta seragam
keseluruhannya.
4. Detektor peranan detektor penerima adalah memberikan respon terhadap cahaya
pada berbagai panjang gelombang.
Ada 3 penyimpangan yang mungkin terjadi yaitu :
1.
Penyimpangan nyata
ketika sampel terdiri dari beberapa konsentrasi akan terjadi pergeseran
kedudukan indeks bias maka sangat tidak akurat analisis yang digunakan.
2. Penyimpangan kimia
Karena ada hukum kesetimbangan atau pergeseran kesetimbangan jika
mengenai sinar sampel sehingga terjadi pergeseran kesetimbangan.
3. Penyimpangan instrumental
2.
yang pada
normalnya empat kali. Larutan tersebut dibuat dengan penambahan HCl, yang
nantinya akan di analisis menggunakan spektronik Uv-Vis.
2.
KESIMPULAN
1. Spektrofotometer Ultraviolet terdiri dari sumber, monokromator, sel
absorbsi dan detektor.
DAFTAR PUSTAKA
I.
JUDUL
Analisis Zat Pewarna Rhodamin B pada Kerupuk yang Beredar di Kota
Manado.
II.
TUJUAN
Tujuan dari jurnal penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menentukan
2.
3.
No. 1.
Larutan dipindahkan ke dalam gelas kimia kemudian dipanaskan di atas
4.
hot plate.
Residu dari penguapan dilarutkan dalam 10 ml air yang mengandung
asam (larutan asam dibuat dengan mencampurkan 10 ml air dan 5 ml
5.
6.
7.
8.
9.
larutan basa.
Larutan basa yang di dapat selanjutnya akan digunakan sebagai
cuplikan sampel pada analisis kromatografi lapis tipis.
B.
C.
Sampel ditotolkan pada plat KLT dengan menggunakan pipa kapiler pada
jarak 1,5 cm dari bagian bawah plat, jarak antara noda adalah 2 cm.
Kemudian dibiarkan beberapa saat hingga mengering. Plat KLT yang telah
mengandung cuplikan dimasukkan ke dalam chamber yang lebih terdahulu
telah dijenuhkan dengan fase gerak berupa nbutanol : etil asetat : ammonia
(10:4:5). Dibiarkan hingga lempeng terelusi sempurna, kemudian plat KLT
diangkat dan dikeringkan. Diamati warna secara visual dan dibawah sinar
UV, jika secara visual noda berwarna merah jambu dan dibawah sinar UV
254 nm dan 366 nm berfluoresensi kuning atau orange, hal ini menunjukkan
adanya rhodamin B
D.
IV.
HASIL
Hasil penelitian analisis zat pewarna Rhodamin B pada kerupuk yang
beredar di kota Manado adalah sepuluh sampel yang telah diuji dengan dua
kali pengujian (duplo), yaitu sembilan sampel T1, T2, T3, P1, P2, P3, 452, B1, dan
B2 negatif tidak mengandung rhodamin B dan satu sampel dari pasar 45 1
positif mengandung rhodamin B. Hal ini dapat dilihat dangan fluoresensi
kuning pada KLT yang di sinari lampu UV dengan panjang gelombang 366
nm. sampel 451 positif mengandung rhodamin B. Rhodamin B pada sampel
dari pasar 451 yaitu sebesar 0,28 g/ml. Hal ini membahayakan konsumen,
karena semakin banyak rhodamin B masuk dalam tubuh maka besar efek
toksik yang akan timbul. Rhodamin B ditambahkan pada kerupuk untuk
menambah kualitas pewarna agar lebih menarik sehingga konsumen lebih
tertarik untuk membelinya. Selain itu banyak penjual masih menggunakan