PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sarkoma osteogenik (Osteosarkoma) merupakan neoplasma tulang primer yang sangat
ganas. Tumor ini tumbuh di bagian metafisis tulang. Tempat yang paling sering terserang
tumor ini adal bagian ujung tulang panjang, terutama lutut. ( Price, 1962:1213.)
Menurut badan kesehatan dunia ( World Health Oganization ) setiap tahun jumlah
penderita kanker 6.25 juta orang. Di Indonesia diperkirakan terdapat 100 penderita kanker
diantara 100.000 penduduk per tahun. Dengan jumlah penduduk 220 juta jiwa terdapat
sekitar 11.000 anak yang menderita kanker per tahun. Di Jakarta dan sekitarnya dengan
jumlah penduduk 12 juta jiwa, diperkirakan terdapat 650 anak yang menderita kanker per
tahun. ( www.mail-archive.com).
Menurut Errol untung hutagalung, seorang guru besar dalam Ilmu Bedah Orthopedy
Universitas Indonesia, dalam kurun waktu 10 tahun (1995-2004) tercatat 455 kasus tumor
tulang yang terdiri dari 327 kasus tumor tulang ganas (72%) dan 128 kasus tumor tulang
jinak (28%). Di RSCM jenis tumor tulang osteosarkoma merupakan tumor ganas yang sering
didapati yakni 22% dari seluruh jenis tumor tulang dan 31 % dari seluruh tumor tulang ganas.
Dari jumlah seluruh kasus tumor tulang 90% kasus datang dalam stadium lanjut.
(www.kompas.com).
Angka harapan hidup penderita kanker tulang mencapai 60% jika belum terjadi
penyebaran ke paru-paru. Sekitar 75% penderita bertahan hidup sampai 5 tahun setelah
penyakitnya terdiagnosis. Sayangnya penderita kanker tulang kerap datang dalam keadaan
sudah lanjut sehingga penanganannya menjadi lebih sulit. Jika tidak segera ditangani maka
tumor dapat menyebar ke organ lain, sementara penyembuhannya sangat menyakitkan karena
terkadang
memerlukan
pembedahan
radikal
diikuti
kemotherapy.
Kanker
tulang
yang
pasti
tidak
diketahui.
Bukti-bukti
mendukung
bahwa
3. Bahan Kimia
Bahan
kimia
seperti
Dioxin
dan
Phenoxyherbicide
diduga
dapat
4. Trauma
5. Limfedema kronis
Limfedema akibat operasi atau radiasi dapat menimbulkan limfangiosarkoma
dan kasus limfangiosarkoma pada ekstremitas superior ditemukan pada klien
karsinoma mammae yang mendapat radioterapi pasca-mastektomi.
6. Infeksi
Keganasan pada jaringan lunak dan tulang dapat juga disebabkan oleh infeksi
parasit, yaitu filariasis. Pada klien limfedema kronis akibat obstruksi, filariasis
dapat menimbulkan limfangiosrakoma.
2.4 Klasifikasi Kanker Tulang
Klasifikasi menurut kemampuan infiltrasinya Osteosarkoma dapat diklasifikasikan
sebagi berikut :
1. Local osteosarcoma Kanker sel belum tersebar di luar tulang atau dekat
jaringan di mana kanker berasal.
2. Metastatic osteosarcoma Kanker sel telah menyebar dari tulang yang kanker
berasal, ke bagian tubuh yang lain. Kanker yang paling sering menyebar ke
paru-paru. Mungkin juga menyebar ke tulang lain. Tentang satu dari lima
pasien dengan osteosarkoma dengan kanker yang telah metastasized pada saat
itu dapat terdiagnosa. Dalam multifocal osteosarkoma, tumor muncul dalam 2
atau lebih tulang, tetapi belum menyebar ke paru-paru.
3. Berulang Penyakit berulang berarti kanker telah datang kembali (recurred)
setelah itu telah dirawat. Hal itu dapat datang kembali dalam jaringan dimana
pertama kali atau mungkin datang kembali di bagian lain dari tubuh.
Osteosarkoma paling sering terjadi dalam paru-paru. Ketika osteosarkoma
ditemukan, biasanya dalam waktu 2 sampai 3 tahun setelah perawatan selesai.
Nanti kambuh lagi adalah mungkin terjadi, tetapi langka.
scan dan foto rontgen dengan tehnik yang khusus. Pengangkatan tumor
melalui pembedahan merupakan satu-satunya cara untuk mengurangi nyeri
secara permanen. Bila penderita enggan menjalani pembedahan, untuk
mengurangi nyri bias diberikan aspirin.
6. Tumor sel raksasa Tumor sel raksasa biasanya terjadi pada usia 20 dan 30
tahun. Tumor ini umumnya tumbuh di ujung tulang dan dapat meluas ke
jaringan disekitarnya. Biasanya menimbulkan nyeri. Pengobatan tergantung
dari ukuran tumor. Tumor dapat diangkat melalui pembedahan dan lubang
yang terbentuk bisa diisi dengan cangkokan tulang atau semen tulang buatan
agar struktur tulang tetap terjaga. Pada tumor yang sangat luas kadang perlu
dilakukan pengangkatan satu segmentulang yang terkena. Sekitar 10% tumor
akan muncul kembali setelah pembedahan. Walaupun jarang, tumor ini biasa
tumbuh menjadi kanker.
2.5 Patofisiologi Kanker Tulang
Berbagai jenis tumor ganas yang terjadi di tulang berasal dari sel tulang, sel
tulang rawan,dan sel jaringan penumpu sehingga di namai osteo,kondro,dan fibrosarkoma. Kanker ini tumbuh cepat dan hampir selalu terlebih dahulu menyebar
(hematogen) ke paru. Pada saat di diagnosis,50 % penderita sudah mempunyai
metastasis paru yang dapat di lihat pada foto rontgen. Presentasi ini dalam waktu
singkat meningkat menjadi 80%. Tanpa terapi,kebanyakan pasien meninggal dalam
waktu 1 tahun. Untuk terapi dan prognosis,sangatlah penting di tentukan apakah
tumornya masih terbatas sampai tulangnya atau sudah mencanpai permukaan luar
sambil menembus korteks tulang bersangkutan. Dalam hal keganasan tingkat
diferensiasi sel-sel tumor mempunyai arti yang sangat penting untuk kelangsungan
hidup penderita. (Jong, Wim de, 2004).
Metastasis: Pada sekitar 50% pasien remaja, tumor menyusup ke dalam lempeng
pertumbuhan kearah epifis. Metastasis sementara terjadi pada 20% pasien, metastasis
pulmonal secara klinis terdeteksi pada 10% pasien pada saat permulaan. Metastasis
terjadi melalui rute hematogen, dan biasanya tampak pertama di paru. (Otto, Shirley,
2003).
Osteosarkoma biasanya bermetastasis melalui saluran hematogen. Dengan
demikian pemeriksaan stadium harus termasuk foto dada dan, jika foto dada adalah
2.6
GENETIKA
VIRUS
ONKOGENIK
TERPAPAR
RADIASI
TUMOR
MASUK KEDALAM TUBUH
MENGEROSI KORTEKS
OSTEOLITIK
PERTUMBUHAN
TULANG ABNORMAL
OSTEOBLASTIK
OSTEOSARKOMA
TIMBUL LESI
DESTRUKTIF
IREGULAR
TULANG HUMERUS
TULANG RUSAK
PARU
NYERI TULANG RAWAN
METASTASIS PARU
MK:NYERI
MK:
TIMBUL BENJOLAN
INFEKSI
MK:KERUSAKAN
INTEGRITAS KULIT
TERAPI
MK:KOMPLIKASI
PENYAKIT
RADIASI X-RAY
BEDAH
KEMOTERAPI
MK:KELETIHAN
BIOPSI
MK:
AMPUTASI
ALOPESIA
MUAL/
MUNTAH
KERUSAKAN
INTEGRITAS
KULIT
MK:
MK:GANGGUAN
CITRA TUBUH
GANGGUAN
RASA
NYAMAN
MK:KERUSAKAN MOBILITAS FISIK
BERAT
BADAN
TURUN
MK:
PERUBAHAN
NUTRISI
hilang setelah kemoterapi selesai. Nutrisi yang baik adalah penting untuk tubuh
untuk melawan kanker. Mungkin dirujuk pada ahli nutrisi untuk membantu
dengan ini, terutama jika mengalami mual dan kehilangan nafsu makan. Efek-efek
sampingan utama dari terapi radiasi termasuk kelelehan, kehilangan nafsu makan,
dan kerusakan pada kulit dan jaringan-jaringan lunak sekelilingnya. Terapi
operasi pada area yang sama
2. Kecacatan
Apabila dilakukan proses pengangkatan kanker melalui penghilangan
organ, maka kecacatan pasien tidak akan bisa dihindari. Kanker tulang bisanya
juga dapat menimbulkan patah tulang yang disebut fraktur patologis.
3. Kematian
Faktor yang penyebab kematiaan akibat kanker:
a) Kesulitan diagnosis oleh dokter patologi tulang, minimnya peralatan diagnosis
yag tersedia dan sulitnya mendeteksi sel-sel kanker yang diderita pasien apakah
tergoong jinak atau ganas
b) Umumnya pasien datang ketika penyakit sudah berada pada stadium akhir.
Pengobatanya akan menjadi sulit, dan angka harapan hidup semakin kecil.
c) Masalah sosial ekonomi. Penyakit kanker memang tergolong masih sulit
diobati, belum lagi biaya pengobatan sangat mahal. Masalahnya biaya sering
menjadi alasan pasien untuk tidak berobat. Bahkan, banyak pasien yang
menolak diopersi karena tidak memiliki biaya.
d) Pengobatan dengan kemoterapi memiliki efek samping yang menyakitkan,
sehingga membuat pasien menyerah dan menghentikan terapi
e) Kurangnya pengetahuan tentang kanker dan pengobatanya, membuat banyak
orang memutuskan untuk memilih pengobatan alternatif yang biayanya relatif
lebih murah, meskipun kenyataaanyaiyu mahal membahayakankehidupan
pasien ( Saferi Wijaya, Meriza Putri 2013).
2.9 Pemeriksaan Diagnostik Kanker Tulang
Diagnosis didasrkan pada riwayat, pemeriksaan fisik, dan penunjang diagnosis
seperti CT, bopsi, dan pemeriksaan biokimia darah dan urine. Pemeriksaan foto toraks
dilakukan sebagai prosedur rutin serta untuk follow- up adanya statis pada paru-paru.
Hiperkalsemia terjadi pada kanker tulang metastasis dari payudara, paru, dan ginjal.
Gejala hiperkalsemia meliputi kelemahan otot, keletihan, anoreksia, mual, muntah,
poliuria, kejang, koma. Hiperkalsemia harus diidentifikasi dan ditangani segera.
Biopsi bedang dilakukan untuk identifikasi histologik. Biopsi harus dilakukan untuk
mencegah terjadinya penyebaran dan kekambuhan yang terjadi setelah eksisi tumor.
( Saferi Wijaya, Meriza Putri 2013).
2.10
Penatalaksanaan Kanker Tulang
1) Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan tergantung pada tipe dan fase dari tumor tersebut saat
didiagnosis. Tujuan penatalaksanaan secara umum meliputi pengangkatan tumor,
pencegahan amputasi jika memungkinkan dan pemeliharaan fungsi secara
maksimal dari anggota tubuh atau ekstremitas yang sakit. Penatalaksanaan
meliputi
pembedahan,
kemoterapi,
radioterapi,
atau
terapi
kombinasi.
A.Pengkajian
Tanggal pengkajian
Ruangan
1. Identitas klien
a. Nama
b. No. MR
c. Umur
d. Pekerjaan
e. Agama
f. Jenis kelamin
g. Alamat
h. Tanggal masuk RS
i. Alasan masuk RS
j. Cara masuk RS
k. Penanggung jawab
l. Riwayat alergi
1) Obat
2) Makanan
m. Alat bantu yang terpakai
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama
Biasanya pasien datang ke RS dengan keluhan nyeri di daerah kaki atau tangan
yang mengalami pembengkakan, terjadi pembengkakan biasanya di daerah tulang
panjang.
b. Riwayat kesehatan dahulu
Untuk tumor metastatik dapat berupa menderita tumor primer diorgan lain
c.
tumor lainnya.
Tanda- tanda vital
Tekanan darah : biasanya lebih dari 130/90 mmHg
Nadi
: biasanya lebih dari 80x/i
Pernafasan
: biasanya lebih 24x/i
Suhu
: biasanya normal 35,5- 37
4. Pemeriksaan fisik
a.
e.
Biasanya simetris kiri dan kanan, tidak menggunakan cupping hidung, tidak ada
polip, dan tidak ada lesi
f. Telinga
Biasanya simetris kiri dan kanan, fungsi pendengaran baik.
g. Mulut
Biasanya berwarna pucat dengan sianosis bibir, tidak terjadi stomatitis, tidak
terdapat pembesaran tongsil, lidah putih.
h. Leher
Biasanya tidak ada pembesaran pada kelenjer tiroid, tidak ada gangguan fungsi
menelan, tidak ada pembesaran JVP
Dada dan Thorax :
Inspeksi
: Biasanya dada simetris kiri dan kanan, pergerakan dada simetris,
Palpasi
: Biasanya getaran dada kiri dan kanan sama (vocal premitus).
Perkusi
: Biasanya bunyi suaranya sonor.
Auskultasi
: Bunyi pernapasnya vesikuler.
j. Kardiovaskuler :
Inspeksi
: ictus cordis terlihat
Palpasi
: ictus cordis teraba 1 jari
Perkusi
: di intercosta V media klavikularis sinistra bunyinya pekak
Auskultasi
: irama denyut jantung normal tidak ada bunyi tambahan
k. Abdomen :
Inspeksi
: Biasanya bentuk perut tidak membuncit dan dinding perut
i.
Auskultasi
Palpasi
sirkulasi kolateral.
: Biasanya tidak ada bising usus.
: Biasanya tidak ada pembesaran pada abdomen,tidak kram pada
abdomen.
: Biasanya tympani
l.
Perkusi
Genitaurinaria :
Biasanya adanya terdapat lecet pada area sekitar anus. Feses berwarna kehijauan
karena bercampur dengan empedu dan bersifat banyak asam laktat yang berasal dari
No
Data
Etiologi
Masalah
DS :
Patologis penyakit
Nyeri
Resiko terhadap
Cedera
DO :
-
meringis
Pasien biasannya Tanda Vital
meningkat
Pasien biasaanya tampak
gelisah
DS :
-
trombositopenia
DS :
takut
ketidaktahuan
tentang
Ketidakefektifan
koping
lemah
Pasien biasannya tampak
mobilitas terbatas
Hilangnya bagian tubuh
DS :
peran
C.Diagnosa Keperawatan
1) Nyeri berhubungan dengan proses patologik
2) Resiko terhadap cedera berhubungan dengan supresi sumsum tulang sebagai akibat dari
trombositopenia
3) Intoleransi aktifitas berhubungan dengan amputasi ekstremitas
4) Ketidakefektifan koping berhubungan dengan rasa takut tentang ketidaktahuan
5) Gangguan harga diri berhubungan dengan hilangnya bagian tubuh atau perubahan kinerja
peran
D.Intervensi
No
1
Diagnosa
Nyeri
NOC
o Pain level
o Pain kontrol
o Compor
Definisi : Pengalaman
sensori dan emosional
yang
tidak
menyenangkan
yang
nyeri,
kerusakan sedekimikian
(international)
Association
for
the
tiba-tiba
lambat
dari
ringan
hingga
berat
misal:
bioterapi,
non-
dan
terapi
radiasi,
kemoterapi,
ajarkan
pasien
farmakologi
untuk
yang diharapkan
Berikan
tindakan
mencari
resposisi,
bantuan )
Melaporkan
punggung
diantisipasi
berkurang dengan
nyeri
gosokan
dan
aktifitas
penggunaan
manajemen nyeri
Mampu
keterampilan
manejemen
menggunakan
Batasan karakteristik
-
tertentu
sadari
teknik
bahwa
Perubahan
mengennali nyeri
relaksasi,
visualisasi,
makan
Perubahan tekanan
( skala intensitas,
bimbingan
imajinasi),
darah
Perubahan
frekuensi,
selera
digunakan
Evaluasi/
pembedahan,
nyeri,
durasi,
menggunakan
nyeri,
intensits
lokasi
penyebab mampu
mengurangi
atau
nyeri,
mengontrol nyeri
riwayat
frekuensi,
Mampu
(tahu
Tentukan
misal:
Kriteria hasil
atau
rupa
level
NIC
Pain managemen
frekuensi jantung
Perubahan
dan
tanda nyeri)
Menyatakan rasa nyaman setelah
nyeri(misal:
teraupetik.
Evaluasi
teknik
penghilangan
frekuensi
nyeri berkurang
pernafasan
Faktor
yang
berhubungan
2.
psikologis)
Resiko terhadap cedera
Defenisi
Environment
Risk control
lingkungan/perilak
lingkungan
u personal
Mampu
berbahaya
memodifikasigaya
-
perabotan)
membatasi pengunjung
menganjurkan keluarga
dari kebisingan
memindahkan barang-
hidup
-
untuk
mencegah njuri
Menggunakan
yang ada
Mampu mengenali
perubahan
kesehatan
(misalnya
memindahkan
fasilitas kesehatan
-
yang
barang
status
-
yang
dapat
membahayakan
berikan penjelasan pada
pasien dan keluarga atau
Ketidakefektifan
koping
Definisi:
ketidakmampuan
membentuk
valid
untuk
penilaian
tentang
atau
ketidakmampuan
menggunakan
untuk
sumber
Perubahan
pola
yang biasa
Penurunan
penggunaan
verbal
tentang
koping
telah
-
kesehatan
dan
Menginformasikan pasien
penanganan
Memfasilitasi pasien untuk
membuat keputusan
Bantu
pasien
mengidentifikasi
keuntungan, kerugian dari
keadaan role inhancemet
Bantu
pasien
untuk
identifikasi
menerima
mengidentifikasi
tentang
bermacam-
tentang keadaanya
Mampu
strategi
status
penurunan stress
Klien mengatakan
perubahan
positif
untuk
koping
Anjurkan
pasien
untuk
mengidentifikasi gambaran
dukungan social
Perilaku destruktif
realities
Gunakan
secra
yang efektif
Mengatakan
dalam
komunikasi
efektif
Mengungkapkan
Mengidentifikasi
adanya
menyebabkan penyakit.
Dicion making
Kriteria hasil
stessor,
Decision making
Role inhasmet
Sosial support
pengunjung
perubahan
peran
yang
pendekatan
tekait
diagnosis,
terapi
dengan
dan
Personal
identy,
persepsi negative tentang
disturbed
harga diri sebagai respon Healty behavior, risk
Self esteem situasional,terhadap situasi saat ini
low
Batasan karakteristik:
Kriteria hasil
Evaluasi diri bahwa
Adaptif
terhadap
individu
tidak
ketunandayan
fisik:
mampu menghadapi
respon adaptif klien
peristiwa
tantangan Evaluasi diri bahwa terhadap
penting
individu
tidak fungsional
ketunandayan
mampu menghadapi akibat
fisik
situasi
Resolusi
berduka:
Perilaku bimbang
kemampuan
pasien
tantangan bar
Perilaku tidak asertif penyesuaian
dengan
- Kaji alasan alasan untuk
Secara
verbal kehilangan aktual atau
mengkritik atau menyalahkan
melaporkan
kehilangan yang akan
diri sendiri
tantangan situsional terjadi
- Kolaborasi dengan sumber
Penyesuaia
psikososial:
saat ini terhadap
sumber lain
harga diri
prognosis
Self Esteem Enhancement:
perubahan
hidup,
respon
psikososial
adaptif
individu
perubahan
terhadap
Body
image
enhancement
counseling
Menggunakan
proses
Meggunakan strategi
koping efektif
BAB 3
AKEP KASUS
Asuhan Keperawatan
dengan Kasus Osteokarsinoma
A. Pengkajian
I.
IDENTITAS
Nama
Jenis Kelamin
: -
Umur
Status Perkawinan
:-
Penanggung Jawab
:-
Suku/Bangsa : -
Agama
: -
Pekerjaan
: -
Pendidikan
: -
Alamat
: -
a.
b.
Riwayat Alergi
Klien mengaku tidak memiliki riwayat alergi
Riwayat Trauma dan Operasi
Klien mengaku tidak pernah mengalami kecelakaan ataupun operasi sebelumnya
PEMERIKSAAN FISIK
a. Keadaan umum : Tampak Sakit Sedang
TD
: 110/80 mmHg
Nadi
: 80 x/menit
Respirasi
Suhu : 36,4 C
Kepala :
: 20 x/menit
Leher :
KGB : Tidak ada pembesaran
Thoraks:
Pulmo anterior:
Inspeksi :
Permukaan dada simetris +/+
Palpasi :
Massa -/Nyeri tekan -/-
Perkusi :
Sonor diseluruh lapang paru dextra/sinistra
Auskultasi :
Vesikular diseluruh lapang paru dextra/sinistra
Pulmo posterior :
Inspeksi :
Vertebrae normal
Palpasi
Nyeri tekan -/Massa -/Perkusi
Sonor dextra/sinistra
Auskultasi
Vesikuler dextra/sinistra
Cor :
Inspeksi :
Ictus cordis tidak terlihat
Auskultasi :
Bunyi jantung I-II murni regular
Abdomen
Inspeksi :
Perut tampak datar
Auskultasi
Bising usus tidak meningkat
Palpasi
Perut datar, lembut
Perkusi :
Tympani seluruh lapang perut
Ekstremitas :
Teraba benjolan sebesar telur ayam dipaha posterior sinistra , konsistensi keras,
Pemeriksaan Diagnostik
Lakukan pemeriksaan radiografi, pemindaian tulang, dan biopsi tulang.
ANALISA DATA
Data
DS : klien mengatakan nyeri
Etiologi
Proses patologik dan
pembedahan
Masalah Keperawatan
Nyeri
DO :
Skala nyeri 8
Klien
tampak
meringis
DS :
tidak adekuat
Status hipermetabolik
berkenaan dengan
kanker.
Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri yang berhubungan dengan proses patologik dan pembedahan
b. Koping tidak efektif berhubungan dengan rasa takut tentang ketidak tahuan, persepsi tentang
proses penyakit, dan sistem pendukung tidak adekuat.
c. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan status hipermetabolik berkenaan
dengan kanker.
NOC
NIC
Pain Level
Pain Control
Comfort Level
Pain Management
mengontrol
nyeri
nonfarmakologi
ketidaknyamanan
Gunakan teknik k
untuk
karakteristik, duras
(tahu
pengka
komprehensif
Kriteria Hasil
Mampu
Lakukan
untuk mengetahui
pasien
Kaji kultur yang m
nyeri
Evaluasi pengalama
Evaluasi bersama
dan menemukan du
Kontrol
lingkun
mempengaruhi
ruangan, pencahaya
Kurangi faktor pres
Pilih dan lakukan
(farmakologi,
non
interpersonal)
Kaji tipe dan su
menentukan interve
Ajarkan tentang tek
Berikan analgetik
nyeri
Evaluasi keefektifan
Tingkatkan istirahat
Kolaborasikan den
28
Analgesic Administrati
Tentukan lokasi, k
dan derajat nyeri
obat
Cek instruksi dokt
dari
pengoabatan nyeri s
Monitor vital sign
pemberian analgesi
Berikan analgesik
gejala
Decision making
Dicision Making
Role inhasmet
Menginformasikan
Sosial support
solusi lain penangan
Kriteria Hasil
Memfasilitasi pasi
Mengidentifikasi pola koping yang
efektif
Mengungkapkan secara verbal tentang
keputusan
Bantu
pasien
keuntungan, kerugia
koping yang efektif
Mengatakan penurunan stress
Role Inhancemet
Klien mengatakan telah menerima
Bantu
pasien
tentang keadaannya
bermacam-macam n
29
Mampu
mengidentifikasi
strategi
tentang koping
Anjurkan pasien u
gambaran perubaha
Gunakan pendek
menyakinkan
Hindari penngamb
dengan diagnosis, te
Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan status
hipermetabolik berkenaan dengan
kanker.
Anticipatory Guidance
Nutritional Status
Nutrition Management
Nutritional Status : food and fluid Kaji adanya alergi m
Kolaborasi denga
intake
Nutritional Status : nutrient intake
menentukan jumla
Weight control
yang dibutuhkan pa
Kriteria Hasil :
Anjurkan pasien
Adanya peningkatan berat badan sesuai
intake Fe
dengan tujuan
Berat badan ideal sesuai dengan tinggi
Anjurkan pasien
badan
Mampu
mengidentifikasi
kebutuhan
nutrisi
Tidak ada tanda tanda malnutrisi
Menunjukkan
peningkatan
fungsi
pengecapan dari menelan
Tidak terjadi penurunan berat badan
mengandung
tinn
mencegah konstipas
Berikan makanan
dikonsultasikan den
Ajarkan pasien b
catatan makanan ha
Monitor jumlah nu
kalori
Berikan informasi
nutrisi
Kaji
kemampua
yang berarti
30
mendapatkan nutris
Nutrition Monitoring
BB pasien dalam ba
Monitor adanya pen
Monitor tipe dan j
biasa dilakukan
Monitor interaksi
selama makan
Monitor lingkungan
Jadwalkan pengoba
pigmentasi
Monitor turgor kuli
Monitor kekeringan
mudah patah
Monitor mual dan m
Monitor kadar albu
dan kadar Ht
Monitor pertumbuh
Monitor pucat,
kekeringan konjung
Monitor kalori dan
Catat
adanya
hipertonik papilla li
Catat jika lidah
scarlet
BAB 4
KESIMPULAN
4.1 Kesimpulan
31
DAFTAR PUSTAKA
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia: Panduan Nasional Penanganan Kanker Tulang
(Osteosarkoma) versi 1,0. 2015
32
Price, Sylvia A., dkk. 1995. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, edisi 4.
Jakarta : EGC
Carpenito, Linda Jual. 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan edisi 8. Jakarta : EGC
Akses internet tanggal 28 November 2016
33