Anda di halaman 1dari 33

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sarkoma osteogenik (Osteosarkoma) merupakan neoplasma tulang primer yang sangat
ganas. Tumor ini tumbuh di bagian metafisis tulang. Tempat yang paling sering terserang
tumor ini adal bagian ujung tulang panjang, terutama lutut. ( Price, 1962:1213.)
Menurut badan kesehatan dunia ( World Health Oganization ) setiap tahun jumlah
penderita kanker 6.25 juta orang. Di Indonesia diperkirakan terdapat 100 penderita kanker
diantara 100.000 penduduk per tahun. Dengan jumlah penduduk 220 juta jiwa terdapat
sekitar 11.000 anak yang menderita kanker per tahun. Di Jakarta dan sekitarnya dengan
jumlah penduduk 12 juta jiwa, diperkirakan terdapat 650 anak yang menderita kanker per
tahun. ( www.mail-archive.com).
Menurut Errol untung hutagalung, seorang guru besar dalam Ilmu Bedah Orthopedy
Universitas Indonesia, dalam kurun waktu 10 tahun (1995-2004) tercatat 455 kasus tumor
tulang yang terdiri dari 327 kasus tumor tulang ganas (72%) dan 128 kasus tumor tulang
jinak (28%). Di RSCM jenis tumor tulang osteosarkoma merupakan tumor ganas yang sering
didapati yakni 22% dari seluruh jenis tumor tulang dan 31 % dari seluruh tumor tulang ganas.
Dari jumlah seluruh kasus tumor tulang 90% kasus datang dalam stadium lanjut.
(www.kompas.com).
Angka harapan hidup penderita kanker tulang mencapai 60% jika belum terjadi
penyebaran ke paru-paru. Sekitar 75% penderita bertahan hidup sampai 5 tahun setelah
penyakitnya terdiagnosis. Sayangnya penderita kanker tulang kerap datang dalam keadaan
sudah lanjut sehingga penanganannya menjadi lebih sulit. Jika tidak segera ditangani maka
tumor dapat menyebar ke organ lain, sementara penyembuhannya sangat menyakitkan karena
terkadang

memerlukan

pembedahan

radikal

diikuti

kemotherapy.

Kanker

tulang

( osteosarkoma ) lebih sering menyerang kelompok usia 15 25 tahun ( pada usia


pertumbuhan ). ( Smeltzer. 2001: 2347 ).
Rata-rata penyakit ini terdiagnosis pada umur 15 tahun. Angka kejadian pada anak lakilaki sama dengan anak perempuan. Tetapi pada akhir masa remaja penyakit ini lebih banyak
di temukan pada anak laki-laki. Sampai sekarang penyebab pasti belum diketahui (
www.medicastore.com).
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :


1) Bagaimana Definisi Kanker Tulang ?
2) Bagaimana Epidemiologi Kanker Tulang ?
3) Bagaimana etiologi Kanker Tulang ?
4) Bagaimana Klarifikasi Kanker Tulang ?
5) Bagaimana patofisiologi Kanker Tulang ?
6) Bagaimana WOC Kanker Tulang ?
7) Bagaimana Manifestasi Klinis Kanker Tulang ?
8) Bagaimana Komplikasi Kanker Tulang ?
9) Bagaimana pemeriksaan Diagnostik dan Penunjang Kanker Tulang ?
10) Bagaimana Asuhan Keperawatan Kanker Tulang secara Teoritis ?
11) Bagaimana Asuhan Keperawatan Kanker Tulang berdasarkan kasus ?
1.3 Tujuan Penulisan
Berdasarkan Rumusan masalah , dapat dibuat tujuan penulisan sebagai berikut :
1) Bagaimana Definisi Kanker Tulang
2) Bagaimana Epidemiologi Kanker Tulang
3) Bagaimana etiologi Kanker Tulang
4) Bagaimana Klasifikasi Kanker Tulang
5) Bagaimana patofisiologi Kanker Tulang
6) Bagaimana WOC Kanker Tulang
7) Bagaimana Manifestasi Klinis Kanker Tulang ?
8) Bagaimana Komplikasi Kanker Tulang ?
9) Bagaimana pemeriksaan Diagnostik dan Penunjang Kanker Tulang ?
10) Bagaimana Asuhan Keperawatan Kanker Tulang secara Teoritis ?
11) Bagaimana Asuhan Keperawatan Kanker Tulang berdasarkan kasus ?
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Kanker Tulang
Sarkoma adalah tumor yang berasal dari jaringan penyambung (Danielle. 1999:
244 ). Kanker adalah neoplasma yang tidak terkontrol dari sel anaplastik yang
menginvasi jaringan dan cenderung bermetastase sampai ke sisi yang jauh dalam
tubuh.( Wong. 2003: 595 ).
Osteosarkoma ( sarkoma osteogenik ) adalah tumor yang muncul dari mesenkim
pembentuk tulang. ( Wong. 2003: 616 ).
Sarkoma osteogenik ( Osteosarkoma ) merupakan neoplasma tulang primer yang
sangat ganas. Tumor ini tumbuh di bagian metafisis tulang tempat yang paling sering
terserang tumor ini adalah bagian ujung tulang panjang, terutama lutut. ( Price. 1998:
1213 ).

Osteosarkoma ( sarkoma osteogenik ) merupakan tulang primer maligna yang


paling sering dan paling fatal. Ditandai dengan metastasis hematogen awal ke paru.
Tumor ini menyebabkan mortalitas tinggi karena sarkoma sering sudah menyebar ke
paru ketika pasien pertama kali berobat.( Smeltzer. 2001: 2347 ).
Tempat-tempat yang paling sering terkena adalah femur distal, tibia proksimal dan
humerus proksimal. Tempat yang paling jarang adalah pelvis, kolumna, vertebra,
mandibula, klavikula, skapula, atau tulang-tulang pada tangan dan kaki. Lebih dari
50% kasus terjadi pada daerah lutut. ( Otto.2003 : 72 ).
2.2 Epidemiologi Kanker Tulang
Osteosarkoma paling banyak menyerang anak remaja dan mereka yang baru
menginjak usia masa dewasa, tetapi dapat juga menyerang klien penyakit paget yang
berusia lebih dari 50 tahun. (Lukman, Ningsih, 2012).
Osteosarkoma (sarcoma osteogenik) merupakan 20% dari seluruh tumor ganas
tulang. Penyakit ini umumnya mengenai usia remaja pada dekade kedua selama masa
pertumbuhan maksimal. Tempat-tempat yang paling sering terkena adalah femur
distal, tibia proksimal, dan humerus proksimal. Tempat yang lebih jarang adalah
pelvis, kolumna vertebra, mandilbula, klavikula, scapula atau tulang-tulang pada
tangan dan kaki. Lebih dari 50% kasus terjadi pada daerah lutut. (Otto, Shirley, 2003).
Osteosarkoma merupakan tumor ganas yang paling sering ditemukan pada anakanak. Rata-rata penyakit ini terdiagnosis pada umur 15 tahun.angka kejadian pada
anak laki-laki dan anak perempuan adalah sama, tetapi pada akhir masa remaja
penyakit ini lebih banyakditemukan pada anak laki-laki. (Rahayu, 2011).
Tumor ganas tulang paling sering terjadi pada anak-anak dan orang muda. 60 %
penderita kanker tulang dengan tumor primer di bawah 20 tahun. Tumor paling ganas
paling banyak terjadi di tulang paha dan pangkal paha (panggul) dan lutut serta di
dalam tulang kering di sisi lutut. (Jong, Wim de, 2004).
Osteosarkoma biasanya merupakan penyakit pada anak-anak yang berusia lebih
tua dan adoselen, berjumlah 10 persen dari semua tumor pada masa adosen. Biasanya
tumor tumor ini tampak dengan rasa nyeri atau pembekakan pada tulang yang
terkena, mungkin ditemukan hanya setelah fraktur patologtis. Osteosarkoma dapat
terjadi dimana saja kerangka tubuh, tetapi kira-kira dua pertiga kasus berlokasi di
sekitar lutut. (Schein, 1997).

2.3 Etiologi Kanker Tulang


Penyebab pasti terjadinya tumor tulang tidak diketahui. Akhir-akhir ini, penelitian
menunjukkan bahwa peningkatan suatu zat dalam tubuh yaitu C-Fos dapat
meningkatkan kejadian tumor tulang. Radiasi sinar radio aktif dosis tinggi, keturunan,
beberapa kondisi tulang yang ada sebelumnya seperti penyakit paget (akibat pajanan
radiasi ), (Smeltzer. 2001).
Resiko osteosarkoma meninggi pada pasien yang pernah mempunyai
retinoblastoma heredeter (resiko relative 700 kali lipat), atau pernah menjalani terapi
radiasi keganasan lainnya (misalnya penyakit Hodgkin, sarcoma Ewing,dan sarcoma
jaringan lunak). (Schein, 1997).
Penyebab

yang

pasti

tidak

diketahui.

Bukti-bukti

mendukung

bahwa

osteosarcoma merupakan penyakit yang diturunkan. Osteosarkoma cenderung


tumbuh ditulang paha (ujung bawah), tulag lengan atas (ujung atas) dan tulang kering
(ujung atas). Ujung tulang-tulang tersebut merupakan daerah dimana terjadi
perubahan dan kecepatan pertumbuhan yang terbesar. Meskipun demikian
osteosarcoma juga bias tumbuh di tulang lainnya. (Rahayu, 2011)
Meskipun tidak ada penyebab tumor tulang yang pasti, ada beberapa factor yang
berhubungan dan memungkinkan menjadi faktor penyebab terjadinya tumor tulang
yang meliputi:
1. Genetik

Beberapa kelainan genetik dikaitkan dengan terjadinya keganasan tulang,


misalnya sarcoma jaringan lunak atau soft tissue sarcoma (STS). Dari data
penelitian diduga mutasi genetic pada sel induk mesinkin dapat menimbulkan
sarcoma. Ada beberapa gen yang sudah diketahui ,mempunyai peranan dalam
kejadian sarcoma, antara lain gen RB-1 dan p53. Mutasi p53 mempunyai peranan
yang jelas dalam terjadinya STS. Gen lain yang juga diketahui mempunyai
peranan adalah gen MDM-2 (Murine Double Minute 2). Gen ini dapat
menghasilkan suatu protein yang dapat mengikat pada gen p53 yang telah mutasi
dan menginaktivitas gen tersebut.
2. Radiasi
Keganasan jaringan lunak dapat terjadi pada daerah tubuh yang terpapar
radiasi seperti pada klien karsinoma mamma dan limfoma maligna yang mendapat
radioterapi. Halperin dkk. Memperkirakan resiko terjadinya sarcoma pada klien
penyakit Hodgkin yang diradiasi adalah 0,9 %. Terjadinya keganasan jaringan
lunak dan bone sarcoma akibat pemaparan radiasi sudah diketahui sejak 1922.
Walaupun jarang ditemukan, prognosisnya buruk dan umumnya high grade.
Tumor yang sering ditemukan akibat radiasi adalah malignant fibrous
histiocytoma (MFH) dan angiosarkoma atau limfangiosarkoma. Jarak waktu
antara radiasi dan terjadinya sarcoma diperkirakan sekitar 11 tahun.

3. Bahan Kimia
Bahan

kimia

seperti

Dioxin

dan

Phenoxyherbicide

diduga

dapat

menimbulkan sarkoma, tetapi belum dapat dibuktikan. Pemaparan terhadap


torium dioksida (Thorotrast), suatu bahan kontras, dapat menimbulkan
angiosarkoma, pada hepar, selain itu, abses juga diduga dapat menimbulkan
mosotelioma, sedangkan polivilin klorida dapat menyebabkan angiosarkoma
hepatik.

4. Trauma

Sekitar 30 % kasus keganasan pada jaringan lunak mempunyai riwayat


trauma. Walaupun sarkoma kadang-kadang timbul pada jaringan sikatriks lama,
luka bakar, dan riwayat trauma, semua ini tidak pernah dapat dibuktikan.

5. Limfedema kronis
Limfedema akibat operasi atau radiasi dapat menimbulkan limfangiosarkoma
dan kasus limfangiosarkoma pada ekstremitas superior ditemukan pada klien
karsinoma mammae yang mendapat radioterapi pasca-mastektomi.

6. Infeksi
Keganasan pada jaringan lunak dan tulang dapat juga disebabkan oleh infeksi
parasit, yaitu filariasis. Pada klien limfedema kronis akibat obstruksi, filariasis
dapat menimbulkan limfangiosrakoma.
2.4 Klasifikasi Kanker Tulang
Klasifikasi menurut kemampuan infiltrasinya Osteosarkoma dapat diklasifikasikan
sebagi berikut :
1. Local osteosarcoma Kanker sel belum tersebar di luar tulang atau dekat
jaringan di mana kanker berasal.
2. Metastatic osteosarcoma Kanker sel telah menyebar dari tulang yang kanker
berasal, ke bagian tubuh yang lain. Kanker yang paling sering menyebar ke
paru-paru. Mungkin juga menyebar ke tulang lain. Tentang satu dari lima
pasien dengan osteosarkoma dengan kanker yang telah metastasized pada saat
itu dapat terdiagnosa. Dalam multifocal osteosarkoma, tumor muncul dalam 2
atau lebih tulang, tetapi belum menyebar ke paru-paru.
3. Berulang Penyakit berulang berarti kanker telah datang kembali (recurred)
setelah itu telah dirawat. Hal itu dapat datang kembali dalam jaringan dimana
pertama kali atau mungkin datang kembali di bagian lain dari tubuh.
Osteosarkoma paling sering terjadi dalam paru-paru. Ketika osteosarkoma
ditemukan, biasanya dalam waktu 2 sampai 3 tahun setelah perawatan selesai.
Nanti kambuh lagi adalah mungkin terjadi, tetapi langka.

Sedangkan klasifikasi menurut sifatnya Osteosarkoma dapat diklasifikasikan


sebagi berikut :
1. Osteokondroma Osteokondroma (eksostosis Osteokartilagionous) merupakan
tumor tulang jinak yang paling sering ditemukan. Biasanya menyerang usia 10
20 tahun. Tumor ini tumbuh pada permukaan tulang sebgai benjolan yang
keras. Penderita dapat memiliki satu atau beberapa benjolan. 10% dari
penderita yang memiliki beberapa osteokondroma, tetapi penderita yang
hanya memiliki satu osteokondroma, tidak akan menderita kondrosarkoma.
2. Kondroma Jinak Kondroma jinak biasanya terjadi pada usia 10 30 tahun,
timbul di bagian tengah tulang. Beberapa jenis kondroma menyebabkan nyeri.
Jika tidak menimbulkan nyeri, tidak perlu diangkat atau diobati. Untuk
memantau perkembangannya, dilakukan foto rontgen. Jika tumor tidak dapat
di diagnosis melalui foto rontren atau jika menyebabkan nyeri, mungkin perlu
dilakukan biopsy untuk menentukan apakah tumor tersebut bias berkembang
menjadi kanker atau tidak.
3. Kondroblastoma Kondroblastoma merupakan tumor yang jarang terjadi, yang
tumbuh pada ujung tulang.biasanya timbul pada usia 10 -20 tahun. Tumor ini
dapat menimbulkan nyeri, yang merupakan petunjuk adanya penyakit ini.
Pengobatan terdiri dari pengangkatan melalui pembedahan ; kadang setelah
dilakukan pembedahan, tumor bisa tumbuh kembali.
4. Fibroma Kondromiksoid Fibroma kondromiksoid merupakan tumor yang
sangat jarang, yang terjadi pada usia kurang dari 30 tahun. Nyeri merupakan
gejala yang biasa dikeluhkan. Tumor ini akan memberikan gambaran yang
khas pada foto rontgen. Pengobatannya adalah pengangkatan melalui
pembedahan.
5. Osteoid Osteoma Osteoid Osteoma adalah tumor yang sangat kecil, yang
biasanya tumbuh di lengan atau tungkai, tetapi dapat terjadi pada semua
tulang. Biasanya akan menimbulkan nyeri yang memburuk pada malam hari
dan berkurang dengan pemberian aspirin dosis rendah. Kadang otot disekitar
tumor akan mengecil ( atrofi) dan keadaan ini akan membaik setelah tumor
diangkat. Scaning tulang menggunakan pelacak radioaktif bias membantu
menentukan lokasi yang tepatdari tumor tersebut. Kadang-kadang tumor sulit
ditentukan lokasinya dan perlu dilakukan pemeriksaan tambahan seperti CT-

scan dan foto rontgen dengan tehnik yang khusus. Pengangkatan tumor
melalui pembedahan merupakan satu-satunya cara untuk mengurangi nyeri
secara permanen. Bila penderita enggan menjalani pembedahan, untuk
mengurangi nyri bias diberikan aspirin.
6. Tumor sel raksasa Tumor sel raksasa biasanya terjadi pada usia 20 dan 30
tahun. Tumor ini umumnya tumbuh di ujung tulang dan dapat meluas ke
jaringan disekitarnya. Biasanya menimbulkan nyeri. Pengobatan tergantung
dari ukuran tumor. Tumor dapat diangkat melalui pembedahan dan lubang
yang terbentuk bisa diisi dengan cangkokan tulang atau semen tulang buatan
agar struktur tulang tetap terjaga. Pada tumor yang sangat luas kadang perlu
dilakukan pengangkatan satu segmentulang yang terkena. Sekitar 10% tumor
akan muncul kembali setelah pembedahan. Walaupun jarang, tumor ini biasa
tumbuh menjadi kanker.
2.5 Patofisiologi Kanker Tulang
Berbagai jenis tumor ganas yang terjadi di tulang berasal dari sel tulang, sel
tulang rawan,dan sel jaringan penumpu sehingga di namai osteo,kondro,dan fibrosarkoma. Kanker ini tumbuh cepat dan hampir selalu terlebih dahulu menyebar
(hematogen) ke paru. Pada saat di diagnosis,50 % penderita sudah mempunyai
metastasis paru yang dapat di lihat pada foto rontgen. Presentasi ini dalam waktu
singkat meningkat menjadi 80%. Tanpa terapi,kebanyakan pasien meninggal dalam
waktu 1 tahun. Untuk terapi dan prognosis,sangatlah penting di tentukan apakah
tumornya masih terbatas sampai tulangnya atau sudah mencanpai permukaan luar
sambil menembus korteks tulang bersangkutan. Dalam hal keganasan tingkat
diferensiasi sel-sel tumor mempunyai arti yang sangat penting untuk kelangsungan
hidup penderita. (Jong, Wim de, 2004).
Metastasis: Pada sekitar 50% pasien remaja, tumor menyusup ke dalam lempeng
pertumbuhan kearah epifis. Metastasis sementara terjadi pada 20% pasien, metastasis
pulmonal secara klinis terdeteksi pada 10% pasien pada saat permulaan. Metastasis
terjadi melalui rute hematogen, dan biasanya tampak pertama di paru. (Otto, Shirley,
2003).
Osteosarkoma biasanya bermetastasis melalui saluran hematogen. Dengan
demikian pemeriksaan stadium harus termasuk foto dada dan, jika foto dada adalah

normal, pemeriksaan temografi computer dada. Osteosarkoma dapat melewati


persendian, meluas ke progsimal di sepanjang otot dan tendon, atau meluas didalam
rongga sumsum tulang. (Schein, 1997).
Adanya tumor di tulang menyebabkan reaksi tulang normal dengan respons
osteolitik (destruksi tulang) atau respons osteoblastik (pembentukan tulang).
Beberapa tumor tulang sering terjadi dan lainnya jarang terjadi, beberapa
tidak menimbulkan masalah, sementara lainnya ada yang sangat berbahaya dan
mengancam jiwa.
Tumor ini tumbuh di bagian metafisis tulang panjang dan biasa ditemukan
pada ujung bawah femur, ujung atas humerus dan ujung atas tibia. Secara histolgik,
tumor terdiri dari massa sel-sel kumparan atau bulat yang berdifferensiasi jelek dan
sring dengan elemen jaringan lunak seperti jaringan fibrosa atau miksomatosa atau
kartilaginosa yang berselang seling dengan ruangan darah sinusoid. Sementara tumor
ini memecah melalui dinding periosteum dan menyebar ke jaringan lunak sekitarnya;
garis epifisis membentuk terhadap gambarannya di dalam tulang.
Adanya tumor pada tulang menyebabkan jaringan lunak diinvasi oleh sel
tumor. Timbul reaksi dari tulang normal dengan respon osteolitik yaitu proses
destruksi atau penghancuran tulang dan respon osteoblastik atau proses pembentukan
tulang. Terjadi destruksi tulang lokal.. Pada proses osteoblastik, karena adanya sel
tumor maka terjadi penimbunan periosteum tulang yang baru dekat lempat lesi terjadi
sehingga terjadi pertumbuhan tulang yang abortif.

2.6

WOC Kanker Tulang


2.7 WEB OF CAUSION

GENETIKA

VIRUS
ONKOGENIK

KELAINAN GENETIK PADA


LENGAN PANJANG
KROMOSOM 13

TERPAPAR
RADIASI

TUMOR
MASUK KEDALAM TUBUH

TUMBUH KEDALAM JARINGAN METAFIN

TERJADI DELESI PADA TULANG

MENGEROSI KORTEKS

OSTEOLITIK

PERTUMBUHAN
TULANG ABNORMAL

OSTEOBLASTIK

OSTEOSARKOMA

JARINGAN LUNAK TERSERANG

TIMBUL LESI
DESTRUKTIF
IREGULAR

TULANG HUMERUS

TULANG RUSAK

PARU
NYERI TULANG RAWAN
METASTASIS PARU
MK:NYERI

MK:
TIMBUL BENJOLAN

INFEKSI

MK:KERUSAKAN
INTEGRITAS KULIT

TERAPI

MK:KOMPLIKASI
PENYAKIT

RADIASI X-RAY
BEDAH
KEMOTERAPI

MK:KELETIHAN
BIOPSI

MK:

AMPUTASI

ALOPESIA

MUAL/
MUNTAH

KERUSAKAN
INTEGRITAS
KULIT
MK:
MK:GANGGUAN
CITRA TUBUH

GANGGUAN
RASA
NYAMAN
MK:KERUSAKAN MOBILITAS FISIK

BERAT
BADAN
TURUN

MK:
PERUBAHAN
NUTRISI

2.8 Manifestasi Klinis Kanker Tulang


Pasien dengan tumor tulang datang dengan masalah yang berhubungan dengan
tumor tulang yang sangat bervariasi. Dapat tanpa gejala atau dapat juga nyeri ( ringan
dan kadang-kadang sampai konstan dan berat). Kecacatan yang berfariasi, dan pada
suatu saat adanya pertumbuhan tulang yang jelas. Kehilangan berat badan, malise,
demam dapat terjadi. Tumor kadang baru terdiagnosis saat terjadinya patah tulang
patologik.
Gejala yang paling sering ditemukan dengan nyeri. Sejalan dengan pertumbuhan
tumor, juga bisa terjadi pembengkakan dan pergerakan yang terbatas. Tumor

ditungkai menyebabkan penderita berjalan timpang, sedangkan tumor di lengan


menimbulkan nyeri ketika lengan dipakai untuk mengangkat sesuatu benda.
Pembengkakan pada tumor mungkin teraba hangat dan agak memerah. Tanda awl
dari penyakit ini bisa merupakan patah tulang ditempat tumbuhnya tumor disebut
fraktur patologis dan seringkali terjadi setelah suatu gerakan rutin
Dan adapun tanda dan gejala lainnya yaitu :
a. Rasa sakit (nyeri), Nyeri dan atau pembengkakan ekstremitas yang terkena
(biasanya menjadi semakin parah pada malam hari dan meningkat sesuai dengan
progresivitas penyakit).
b. Pembengkakan, Pembengkakan pada atau di atas tulang atau persendian serta
pergerakan yang terbatas (Gale. 1999: 245).
c. Keterbatasan gerak
d. Fraktur patologik.
e. Menurunnya berat badan
f. Teraba massa; lunak dan menetap dengan kenaikan suhu kulit di atas massa serta
g.

distensi pembuluh darah maupun pelebaran vena.


Gejala-gejala penyakit metastatik meliputi nyeri dada, batuk, demam, berat badan
menurun dan malaise (Smeltzer. 2001: 2347).

2.8 Komplikasi Kanker Tulang


Risiko- risiko utama yang berhubungan dengan operasi termasuk infeksi,
kekambuhan dari kanker, dan luka pada jaringan- jaringan yang mengelilinginya.
Dalam rangka untuk mengakat seluruh kanker dan mengurangi risiko kekambuhan,
beberapa jaringan normal yang mengelilinginya harus juga diangkat. Tergantung pada
lokasi dari kanker, ini mungkin memerlukan pengangkatan dari porsi-porsi dari
tulang , otot, syaraf- syaraf, atau pembuluh- pembuluh darah. Ini dapat menyebabkan
kelemahan, kehilangan sensasi , dan risiko dari patah tulang atau patah tulang dari
tulang yang tersisa.
1. Efek proses kemoterapi
Kemoterapi menggunakan obat-obat yang sangat kuat untuk mencoba
membunuh sel-sel kanker. Tetapi sebagai akibatnya beberapa sel-sel normal juga
terbunuh dalam prosesnya. Obat- obat dirancang untuk membunuh sel-sel yang
membelah atau tumbuh secara cepat. Sel-sel normal yang terpengaruh seringkali
termasuk rambut, sel-sel sampingan termasuk mual dan muntah, kehilangan
rambut, infeksi, dan kelelahan. Untungnya efek-efek sampingan ini biasanya

hilang setelah kemoterapi selesai. Nutrisi yang baik adalah penting untuk tubuh
untuk melawan kanker. Mungkin dirujuk pada ahli nutrisi untuk membantu
dengan ini, terutama jika mengalami mual dan kehilangan nafsu makan. Efek-efek
sampingan utama dari terapi radiasi termasuk kelelehan, kehilangan nafsu makan,
dan kerusakan pada kulit dan jaringan-jaringan lunak sekelilingnya. Terapi
operasi pada area yang sama
2. Kecacatan
Apabila dilakukan proses pengangkatan kanker melalui penghilangan
organ, maka kecacatan pasien tidak akan bisa dihindari. Kanker tulang bisanya
juga dapat menimbulkan patah tulang yang disebut fraktur patologis.
3. Kematian
Faktor yang penyebab kematiaan akibat kanker:
a) Kesulitan diagnosis oleh dokter patologi tulang, minimnya peralatan diagnosis
yag tersedia dan sulitnya mendeteksi sel-sel kanker yang diderita pasien apakah
tergoong jinak atau ganas
b) Umumnya pasien datang ketika penyakit sudah berada pada stadium akhir.
Pengobatanya akan menjadi sulit, dan angka harapan hidup semakin kecil.
c) Masalah sosial ekonomi. Penyakit kanker memang tergolong masih sulit
diobati, belum lagi biaya pengobatan sangat mahal. Masalahnya biaya sering
menjadi alasan pasien untuk tidak berobat. Bahkan, banyak pasien yang
menolak diopersi karena tidak memiliki biaya.
d) Pengobatan dengan kemoterapi memiliki efek samping yang menyakitkan,
sehingga membuat pasien menyerah dan menghentikan terapi
e) Kurangnya pengetahuan tentang kanker dan pengobatanya, membuat banyak
orang memutuskan untuk memilih pengobatan alternatif yang biayanya relatif
lebih murah, meskipun kenyataaanyaiyu mahal membahayakankehidupan
pasien ( Saferi Wijaya, Meriza Putri 2013).
2.9 Pemeriksaan Diagnostik Kanker Tulang
Diagnosis didasrkan pada riwayat, pemeriksaan fisik, dan penunjang diagnosis
seperti CT, bopsi, dan pemeriksaan biokimia darah dan urine. Pemeriksaan foto toraks
dilakukan sebagai prosedur rutin serta untuk follow- up adanya statis pada paru-paru.
Hiperkalsemia terjadi pada kanker tulang metastasis dari payudara, paru, dan ginjal.
Gejala hiperkalsemia meliputi kelemahan otot, keletihan, anoreksia, mual, muntah,
poliuria, kejang, koma. Hiperkalsemia harus diidentifikasi dan ditangani segera.

Biopsi bedang dilakukan untuk identifikasi histologik. Biopsi harus dilakukan untuk
mencegah terjadinya penyebaran dan kekambuhan yang terjadi setelah eksisi tumor.
( Saferi Wijaya, Meriza Putri 2013).
2.10
Penatalaksanaan Kanker Tulang
1) Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan tergantung pada tipe dan fase dari tumor tersebut saat
didiagnosis. Tujuan penatalaksanaan secara umum meliputi pengangkatan tumor,
pencegahan amputasi jika memungkinkan dan pemeliharaan fungsi secara
maksimal dari anggota tubuh atau ekstremitas yang sakit. Penatalaksanaan
meliputi

pembedahan,

kemoterapi,

radioterapi,

atau

terapi

kombinasi.

Osteosarkoma biasanya ditangani dengan pembedahan dan / atau radiasi dan


kemoterapi. Protokol kemoterapi yang digunakan biasanya meliputi adriamycin
(doksorubisin) cytoksan dosis tinggi (siklofosfamid) atau metrotexate dosis tinggi
(MTX) dengan leukovorin. Agen ini mungkin digunakan secara tersendiri atau
dalam kombinasi.
Bila terdapat hiperkalsemia, penanganan meliputi hidrasi dengan
pemberian cairan normal intravena, diurelika, mobilisasi dan obat-obatan seperti
fosfat, mitramisin, kalsitonin atau kortikosteroid. ( Gale. 1999: 245 ).
2) Penatalaksanaan Keperawatan
1) Manajemen nyeri
Teknik manajemen nyeri secara psikologik (teknik relaksasi napas
dalam, visualisasi, dan bimbingan imajinasi) dan farmakologi (pemberian
analgetika).
2) Mengajarkan mekanisme koping yang efektif
Motivasi klien dan keluarga untuk mengungkapkan perasaan
mereka, dan berikan dukungan secara moril serta anjurkan keluarga untuk
berkonsultasi ke ahli psikologi atau rohaniawan.
3) Memberikan nutrisi yang adekuat
Berkurangnya nafsu makan, mual, muntah sering terjadi sebagai
efek samping kemoterapi dan radiasi, sehingga perlu diberikan nutrisi
yang adekuat. Antiemetika dan teknik relaksasi dapat mengurangi reaksi
gastrointestinal. Pemberian nutrisi parenteral dapat dilakukan sesuai
dengan indikasi dokter.
4) Pendidikan kesehatan

Pasien dan keluarga diberikan pendidikan kesehatan tentang


kemungkinan terjadinya komplikasi, program terapi, dan teknik perawatan
luka di rumah. (Smeltzer. 2001: 2350 ).
5) Jika diperlukan traksi, Prinsip Perawatan Traksi
a) Berikan tindakan kenyamanan ( contoh: sering ubah posisi, pijatan
punggung ) dan aktivitas terapeutik.
b) Berikan obat sesuai indikasi contoh analgesik relaksan otot.
c) Berikan pemanasan lokal sesuai indikasi.
d) Beri penguatan pada balutan awal / pengganti sesuai dengan indikasi,
gunakan teknik aseptic dengan tepat.
e) Pertahankan linen klien tetap kering, bebas keriput.
f) Anjurkan klien menggunakan pakaian katun longgar.
g) Dorong klien untuk menggunakan manajemen stress, contoh: bimbingan
imajinasi, nafas dalam.
h) Kaji derajat imobilisasi yang dihasilkan
i) Identifikasi tanda atau gejala yang memerlukan evaluasi medik, contoh:
edema, eritema.
2.11

Asuhan Keperawatan Kanker Tulang

A.Pengkajian
Tanggal pengkajian

Ruangan

1. Identitas klien
a. Nama
b. No. MR
c. Umur
d. Pekerjaan
e. Agama
f. Jenis kelamin
g. Alamat
h. Tanggal masuk RS
i. Alasan masuk RS
j. Cara masuk RS
k. Penanggung jawab
l. Riwayat alergi
1) Obat
2) Makanan
m. Alat bantu yang terpakai

:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:

2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama
Biasanya pasien datang ke RS dengan keluhan nyeri di daerah kaki atau tangan
yang mengalami pembengkakan, terjadi pembengkakan biasanya di daerah tulang
panjang.
b. Riwayat kesehatan dahulu
Untuk tumor metastatik dapat berupa menderita tumor primer diorgan lain
c.

sebelumnya misalnya payudara, prostate, paru dan ginjal.


Riwayat kesehatan sekarang
Biasanya pasien mengalami adanya masa / pembengkakan pada tulang, demam,
nyeri progresif, kelemahan, parestesia, paraplegia, retensi urine, anemia, tumor tungkai
menyebabkan penderita berjalan timpang, sedangkan tumor dilengan meninbulkan nyeri
ketika lengan dipakai untuk mengangkat sesuatu benda. Pembengkakan pada tumor
mungkin teraba hangat dan agak memerah, patah tulang(fraktur patologis), leukositosis,
malaise, anoreksia, vomiting, menderita penyakit infeksi tertentu( seperti flu,

streptococcus aureus, dll)


d. Riwayat kesehatan keluarga
Biasanya adanya keluarga ( keturunan sebelumnya) yang menderita kanker tulang
3.

tumor lainnya.
Tanda- tanda vital
Tekanan darah : biasanya lebih dari 130/90 mmHg
Nadi
: biasanya lebih dari 80x/i
Pernafasan
: biasanya lebih 24x/i
Suhu
: biasanya normal 35,5- 37

4. Pemeriksaan fisik
a.

Keadaan umum klien


1) Timgkat kesadaran :
2) Berat badan
:
3) Tinggi badan
:
b. Rambut
Biasanya keadaan kulit kepala bersih, tidak ada ketombe, rambutnya rontok, tidak
ada lesi,warna rambut hitam, tidak bau dan tidak ada edema
Wajah
Biasanya tidak ada edema/hematome, tidak ada bekas luka dan tidak ada lesi
d. Mata
Biasanya mata simetris kiri dan kanan, reflek cahaya normal yaitu pupil mengecil,
c.

e.

konjungtiva anemis, sclera tidak ikterik


Hidung

Biasanya simetris kiri dan kanan, tidak menggunakan cupping hidung, tidak ada
polip, dan tidak ada lesi
f. Telinga
Biasanya simetris kiri dan kanan, fungsi pendengaran baik.
g. Mulut
Biasanya berwarna pucat dengan sianosis bibir, tidak terjadi stomatitis, tidak
terdapat pembesaran tongsil, lidah putih.
h. Leher
Biasanya tidak ada pembesaran pada kelenjer tiroid, tidak ada gangguan fungsi
menelan, tidak ada pembesaran JVP
Dada dan Thorax :
Inspeksi
: Biasanya dada simetris kiri dan kanan, pergerakan dada simetris,
Palpasi
: Biasanya getaran dada kiri dan kanan sama (vocal premitus).
Perkusi
: Biasanya bunyi suaranya sonor.
Auskultasi
: Bunyi pernapasnya vesikuler.
j. Kardiovaskuler :
Inspeksi
: ictus cordis terlihat
Palpasi
: ictus cordis teraba 1 jari
Perkusi
: di intercosta V media klavikularis sinistra bunyinya pekak
Auskultasi
: irama denyut jantung normal tidak ada bunyi tambahan
k. Abdomen :
Inspeksi
: Biasanya bentuk perut tidak membuncit dan dinding perut
i.

Auskultasi
Palpasi

sirkulasi kolateral.
: Biasanya tidak ada bising usus.
: Biasanya tidak ada pembesaran pada abdomen,tidak kram pada
abdomen.
: Biasanya tympani

l.

Perkusi
Genitaurinaria :
Biasanya adanya terdapat lecet pada area sekitar anus. Feses berwarna kehijauan
karena bercampur dengan empedu dan bersifat banyak asam laktat yang berasal dari

laktosa yang tidak dapat diserat oleh usus.


m. Lengan-Lengan Tungkai :
Ekstemitas atas dan bawah : Biasanya kekuatan otot berkurang. Rentang gerak
pada ekstremitas pasien menjadi terbatas karena adanya masa,nyeri, atau fraktur
patologis, biasanya terabanya benjolan atau masa pada daerah sekitar tulang.
n. Sistem Persyarapan :
Biasanya kelemahan otot dan penurunan kekuatan
B.Analisa Data

No

Data

Etiologi

Masalah

DS :

Patologis penyakit

Nyeri

Supresi Sumsum tulang

Resiko terhadap

sebagai akibat dari

Cedera

Pasien biasanya mengatakan


nyeri pada daerah tulang

DO :
-

Pasirn biasannya tampak

meringis
Pasien biasannya Tanda Vital

meningkat
Pasien biasaanya tampak
gelisah

DS :
-

Pasien biasannya mengatakan

kesakitan pada daerah tulang


Pasien biasannya mengatakan

trombositopenia

mengatakan tulang tidak bias


digerakkan
DO :
-

Pasien biasannya tampak letih


Pasien biasannya tampak
Tekanan Darah , nadi
meningkat
Rasa

DS :

takut

ketidaktahuan

tentang
Ketidakefektifan
koping

Pasien biasannya mengatakan


sangat takut jika penyakitnya

berpengaruh pada masa depan


DO :
-

Pasien biasannya tampak

lemah
Pasien biasannya tampak
mobilitas terbatas
Hilangnya bagian tubuh

DS :

atau perubahan kinerja

Pasien biasannya mengatakan

tidak percaya diri


Pasien biasannya mengatakan

Gangguan harga diri

peran

tidak dapat bergerak seperti


biasannya
DO :
-

Pasien biasannya tampak

hilangnya fungsi gerak


Pasien biasannya tampak
mobilisasi terbatas

C.Diagnosa Keperawatan
1) Nyeri berhubungan dengan proses patologik
2) Resiko terhadap cedera berhubungan dengan supresi sumsum tulang sebagai akibat dari
trombositopenia
3) Intoleransi aktifitas berhubungan dengan amputasi ekstremitas
4) Ketidakefektifan koping berhubungan dengan rasa takut tentang ketidaktahuan
5) Gangguan harga diri berhubungan dengan hilangnya bagian tubuh atau perubahan kinerja
peran

6) Resiko Infeksi berhubungan dengan penatalaksanaan kemoterapi

D.Intervensi
No
1

Diagnosa
Nyeri

NOC
o Pain level
o Pain kontrol
o Compor

Definisi : Pengalaman
sensori dan emosional
yang

tidak

menyenangkan

yang

muncul akibat kerusakan

nyeri,

kerusakan sedekimikian
(international)

Association

for

the

studay of pain: awitan


yang

tiba-tiba

lambat

dari

ringan

hingga

berat

misal:

bioterapi,

non-

dan

terapi
radiasi,

kemoterapi,

ajarkan

pasien

farmakologi

atau orang terdekat apa

untuk

yang diharapkan
Berikan

tindakan

kenyamanan dasar, misal:

mencari

resposisi,

bantuan )
Melaporkan

punggung

diantisipasi

berkurang dengan

nyeri

gosokan
dan

aktifitas

hiburan misal: musik dan


televise
Dorong

penggunaan

manajemen nyeri
Mampu

keterampilan

manejemen

diprediksi > 6 bln

menggunakan

Batasan karakteristik
-

tertentu

sadari

teknik

bahwa

Perubahan

mengennali nyeri

relaksasi,

visualisasi,

makan
Perubahan tekanan

( skala intensitas,

bimbingan

imajinasi),

darah
Perubahan

frekuensi,

tertawa, musik dan sentuhan

selera

digunakan
Evaluasi/

pembedahan,

dengan akhir yang dapat


atau

nyeri,

durasi,

menggunakan

nyeri,

intensits

lokasi

tindakan penghilangan yang

penyebab mampu

mengurangi

atau

nyeri,

intensita (skala 0-10), dan

mengontrol nyeri

digambarkan dalam hal

riwayat

frekuensi,

Mampu
(tahu

Tentukan
misal:

Kriteria hasil

atau

rupa

level

jaringan yang aktual atau


potensial

NIC
Pain managemen

frekuensi jantung
Perubahan

dan

tanda nyeri)
Menyatakan rasa nyaman setelah

nyeri(misal:

teraupetik.
Evaluasi

teknik

penghilangan

nyeri/kontrol nilai aturan

frekuensi

nyeri berkurang

pengobatan bila perlu

pernafasan
Faktor

yang

berhubungan

Agen cedera (mis,


biologis, zat kimia, fisik,

2.

psikologis)
Resiko terhadap cedera
Defenisi

Environment

Risk control

berisiko Kriteria hasil


management(manajemen
mengalami
cedera - Klien terbebas dari lingkungan)
sebagai akibat kondisi
- Sediakan
lingkungan
cedera
mampu
lingkungan
yang - Klien
yang aman untuk pasien
Identifikasi kebutuhan
menjelaskan cara/
berinteraksi
dengan
keamanan pasien, sesuai
metode
untuk
sumber
adaftif
dan
dengan kondisi fisik dan
mencegah
sumber defensif individu
fungsi kognitif pasien
injury/cedera
- Klien
mampu
dan riwayat penyakit
menjelaskan faktor
terdahulu pasien
- Menghindarkan
risiko
dari

lingkungan/perilak

lingkungan

u personal
Mampu

berbahaya

memodifikasigaya
-

perabotan)
membatasi pengunjung
menganjurkan keluarga

untuk menemani pasien


mengontrol lingkungan

dari kebisingan
memindahkan barang-

hidup
-

untuk

mencegah njuri
Menggunakan
yang ada
Mampu mengenali
perubahan
kesehatan

(misalnya

memindahkan

fasilitas kesehatan
-

yang

barang

status
-

yang

dapat

membahayakan
berikan penjelasan pada
pasien dan keluarga atau

Ketidakefektifan
koping
Definisi:
ketidakmampuan
membentuk
valid

untuk

penilaian

tentang

atau

ketidakmampuan
menggunakan

untuk
sumber

Perubahan
pola

yang biasa
Penurunan
penggunaan

verbal

tentang

koping

telah
-

kesehatan

dan

Menginformasikan pasien

penanganan
Memfasilitasi pasien untuk

membuat keputusan
Bantu
pasien
mengidentifikasi
keuntungan, kerugian dari
keadaan role inhancemet
Bantu
pasien
untuk
identifikasi

menerima

mengidentifikasi
tentang

bermacam-

macam nilai kehidupan


Bantu pasien identifikasi
strategi

tentang keadaanya
Mampu
strategi

status

alternatif atau solusi lain

penurunan stress
Klien mengatakan

perubahan

positif

untuk

mengatur pola nilai yang


dimiliki
Coping enhancement
-

koping

Anjurkan

pasien

untuk

mengidentifikasi gambaran

dukungan social
Perilaku destruktif

terhadap orang lain


Perilaku destruktif

realities
Gunakan

terhadap diri sendiri


Letih,
angka

tenang dan menyakitkan


Hindari
pengambilan

penyakit yang tinggi


Ketidakmampuan
memerhatikan
informasi

secra
yang efektif
Mengatakan

dalam

komunikasi

efektif
Mengungkapkan

daya yang tersedia


Batasan karakteristik:

pola koping yang

respon yang dilakukan


dan

Mengidentifikasi

adanya

menyebabkan penyakit.
Dicion making

Kriteria hasil

stessor,

ketidak adekuatan pilihan

Decision making
Role inhasmet
Sosial support

pengunjung

perubahan

peran

yang

pendekatan

keputusan pada saat pasien


-

berada dalam stess berat


Berikan informasi actual
yang

tekait

diagnosis,

terapi

dengan
dan

Body image, disiturbed


Coping, ineffective
Definisi: perkembangan

Personal
identy,
persepsi negative tentang
disturbed
harga diri sebagai respon Healty behavior, risk
Self esteem situasional,terhadap situasi saat ini
low
Batasan karakteristik:
Kriteria hasil
Evaluasi diri bahwa

Adaptif
terhadap
individu
tidak
ketunandayan
fisik:
mampu menghadapi
respon adaptif klien
peristiwa
tantangan Evaluasi diri bahwa terhadap
penting
individu
tidak fungsional
ketunandayan
mampu menghadapi akibat
fisik
situasi

Resolusi
berduka:
Perilaku bimbang

Gangguan harga diri

Tunjukan rasa percaya diri


terhadap

kemampuan

pasien

untuk mengatasi situasi


Dorong pasien mengidentifikasi
kekuatan dirinya
Ajarkan keterampilan perilku
yang positif mlalui bermain
pern, moden peran, diskusi
Dukung peningkatan tangguang
jawab diri, jika diperlukan
Buat statement positif terhadap
pasien
Monitor frekuensi komuniksi
verbal pasien yang negative
Dukung pasien untuk menerima

tantangan bar
Perilaku tidak asertif penyesuaian
dengan
- Kaji alasan alasan untuk
Secara
verbal kehilangan aktual atau
mengkritik atau menyalahkan
melaporkan
kehilangan yang akan
diri sendiri
tantangan situsional terjadi
- Kolaborasi dengan sumber
Penyesuaia
psikososial:
saat ini terhadap
sumber lain
harga diri

prognosis
Self Esteem Enhancement:

perubahan

hidup,

respon

psikososial

adaptif

individu
perubahan

terhadap

Body

image

enhancement

counseling
Menggunakan

proses

pertolongan interaktif yang


bermakna dalam hidup
berfokus
pada
kebutuhan,
Menunjukan penilaian
masalah, atau perasaanpasien
pribadi tentang harga
dan orang terdekat ntuk
diri

Mengungkapkan meningkatkan atau mendukung


penerimaan diri
koping, pemecahan masalah
Komunikasi terbuka
Mengatakan optimisme
tentang masan depan

Meggunakan strategi
koping efektif

BAB 3
AKEP KASUS
Asuhan Keperawatan
dengan Kasus Osteokarsinoma

A. Pengkajian
I.

IDENTITAS
Nama

Jenis Kelamin

: -

Umur

Status Perkawinan

:-

Penanggung Jawab

:-

Suku/Bangsa : -

Agama

: -

Pekerjaan

: -

Pendidikan

: -

Alamat

: -

II. RIWAYAT SAKIT DAN KESEHATAN


Keluhan Utama : Benjolan di paha belakang sebelah kiri
Riwayat Penyakit Sekarang : Klien datang dengan keluhan muncul benjolan di paha
belakang sebelah kiri. Benjolan di paha belakang sebelah kiri sudah muncul sejak 13
tahun yang lalu. Benjolan berukuran sebesar telur ayam, dan benjolan teraba keras.
Benjolan tersebut tidak terasa nyeri dan tidak terasa panas. Benjolan dirasakan hanya
muncul di paha bagian dalam sebelah kiri. Awalnya benjolan berukuran kecil sebesar
kelereng, namun, semakin lama benjolan terasa membesar. Pasien tidak mengalami
kesulitan ketika berjalan. Pasien tidak mengalami demam.
Riwayat Kesehatan Keluarga : Hanya klien yang memiliki keluhan benjolan di paha
bagian belakang sebelah kiri.

a.
b.

Riwayat Kesehatan Dahulu :


Tidak pernah mengalami keluhan seperti ini sebelumnya.
Tidak ada penyakit lain sebelum mengalami keluhan ini
Riwayat Pengobatan
Sudah pernah berobat ke dokter dan dilakukan rontgen kaki 4 tahun yang lalu

Riwayat Alergi
Klien mengaku tidak memiliki riwayat alergi
Riwayat Trauma dan Operasi
Klien mengaku tidak pernah mengalami kecelakaan ataupun operasi sebelumnya

PEMERIKSAAN FISIK
a. Keadaan umum : Tampak Sakit Sedang

b. Kesadaran : Kompos Mentis


c. Vital sign
:

TD

: 110/80 mmHg

Nadi

: 80 x/menit

Respirasi

Suhu : 36,4 C

Kepala :

: 20 x/menit

Mata: Konjungtiva Anemis -/

Leher :
KGB : Tidak ada pembesaran

Thoraks:
Pulmo anterior:

Inspeksi :
Permukaan dada simetris +/+

Palpasi :
Massa -/Nyeri tekan -/-

Perkusi :
Sonor diseluruh lapang paru dextra/sinistra

Auskultasi :
Vesikular diseluruh lapang paru dextra/sinistra

Pulmo posterior :
Inspeksi :
Vertebrae normal

Palpasi
Nyeri tekan -/Massa -/Perkusi
Sonor dextra/sinistra
Auskultasi

Vesikuler dextra/sinistra

Cor :

Inspeksi :
Ictus cordis tidak terlihat

Auskultasi :
Bunyi jantung I-II murni regular

Abdomen

Inspeksi :
Perut tampak datar

Auskultasi
Bising usus tidak meningkat

Palpasi
Perut datar, lembut

Perkusi :
Tympani seluruh lapang perut

Ekstremitas :
Teraba benjolan sebesar telur ayam dipaha posterior sinistra , konsistensi keras,

Pemeriksaan Diagnostik
Lakukan pemeriksaan radiografi, pemindaian tulang, dan biopsi tulang.

ANALISA DATA
Data
DS : klien mengatakan nyeri

Etiologi
Proses patologik dan

pada bekas pembedahan

pembedahan

Masalah Keperawatan
Nyeri

DO :

Skala nyeri 8
Klien
tampak
meringis

DS :

Rasa takut tentang

Koping tidak efektif

ketidak tahuan, persepsi


tentang proses penyakit,
dan sistem pendukung
DS :

tidak adekuat
Status hipermetabolik
berkenaan dengan

Nutrisi kurang dari kebutuhan


tubuh

kanker.

Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri yang berhubungan dengan proses patologik dan pembedahan
b. Koping tidak efektif berhubungan dengan rasa takut tentang ketidak tahuan, persepsi tentang
proses penyakit, dan sistem pendukung tidak adekuat.
c. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan status hipermetabolik berkenaan
dengan kanker.

NURSING CARE PLANNING


Diagnosa
Nyeri yang berhubungan dengan
proses patologik dan pembedahan

NOC

NIC

Pain Level
Pain Control
Comfort Level

Pain Management

mengontrol

nyeri

nonfarmakologi

dan faktor presipita


Observasi
reaksi

ketidaknyamanan
Gunakan teknik k

untuk

mengurangi nyeri, mencari bantuan)


Melaporkan bahwa nyeri berkurang
dengan menggunakan manajemen nyeri
Mampu mengenali nyeri (skala,
intensitas, frekuensi dan tanda nyeri)
Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri
berkurang

karakteristik, duras

(tahu

penyebab nyeri, mampu menggunakan


teknik

pengka

komprehensif

Kriteria Hasil
Mampu

Lakukan

untuk mengetahui

pasien
Kaji kultur yang m

nyeri
Evaluasi pengalama
Evaluasi bersama

kesehatan lain ten

control nyeri masa l


Bantu pasien dan ke

dan menemukan du
Kontrol
lingkun
mempengaruhi

ruangan, pencahaya
Kurangi faktor pres
Pilih dan lakukan
(farmakologi,

non

interpersonal)
Kaji tipe dan su

menentukan interve
Ajarkan tentang tek
Berikan analgetik

nyeri
Evaluasi keefektifan
Tingkatkan istirahat
Kolaborasikan den
28

keluhan dan tindaka


Monitor penerima
manajemen nyeri

Analgesic Administrati

Tentukan lokasi, k
dan derajat nyeri

obat
Cek instruksi dokt

dosis, dan frekuensi


Cek riwayat alergi
Pilih analgetik ya
kombinasi

Koping tidak efektif berhubungan


dengan rasa takut tentang ketidak
tahuan, persepsi tentang proses
penyakit, dan sistem pendukung tidak
adekuat.

dari

pemberian lebih dar


Tentukan pilihan

tipe dan beratnya ny


Tentukan
analge

pemberian, dan dos


Pilih rute pemberia

pengoabatan nyeri s
Monitor vital sign

pemberian analgesi
Berikan analgesik

saat nyeri hebat


Evaluasi efektifitas

gejala
Decision making
Dicision Making
Role inhasmet
Menginformasikan
Sosial support
solusi lain penangan
Kriteria Hasil

Memfasilitasi pasi
Mengidentifikasi pola koping yang
efektif
Mengungkapkan secara verbal tentang

keputusan
Bantu
pasien

keuntungan, kerugia
koping yang efektif
Mengatakan penurunan stress
Role Inhancemet
Klien mengatakan telah menerima
Bantu
pasien
tentang keadaannya
bermacam-macam n
29

Mampu

mengidentifikasi

strategi

tentang koping

Bantu pasien men

positif untuk meng


dimiliki
Coping Enhancement

Anjurkan pasien u

gambaran perubaha
Gunakan pendek

menyakinkan
Hindari penngamb

saat pasien berada d


Berikan informasi

dengan diagnosis, te
Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan status
hipermetabolik berkenaan dengan
kanker.

Anticipatory Guidance
Nutritional Status
Nutrition Management
Nutritional Status : food and fluid Kaji adanya alergi m
Kolaborasi denga
intake
Nutritional Status : nutrient intake
menentukan jumla
Weight control
yang dibutuhkan pa
Kriteria Hasil :
Anjurkan pasien
Adanya peningkatan berat badan sesuai
intake Fe
dengan tujuan
Berat badan ideal sesuai dengan tinggi

Anjurkan pasien

badan
Mampu

protein dam vitamin


Berikan substansi g
Yakinkan
diet

mengidentifikasi

kebutuhan

nutrisi
Tidak ada tanda tanda malnutrisi
Menunjukkan
peningkatan
fungsi
pengecapan dari menelan
Tidak terjadi penurunan berat badan

mengandung

tinn

mencegah konstipas
Berikan makanan

dikonsultasikan den
Ajarkan pasien b

catatan makanan ha
Monitor jumlah nu

kalori
Berikan informasi

nutrisi
Kaji
kemampua

yang berarti

30

mendapatkan nutris
Nutrition Monitoring

BB pasien dalam ba
Monitor adanya pen
Monitor tipe dan j

biasa dilakukan
Monitor interaksi

selama makan
Monitor lingkungan
Jadwalkan pengoba

selama jam makan


Monitor kulit ke

pigmentasi
Monitor turgor kuli
Monitor kekeringan

mudah patah
Monitor mual dan m
Monitor kadar albu

dan kadar Ht
Monitor pertumbuh
Monitor pucat,

kekeringan konjung
Monitor kalori dan
Catat
adanya

hipertonik papilla li
Catat jika lidah
scarlet

BAB 4
KESIMPULAN

4.1 Kesimpulan
31

Sarkoma osteogenik (Osteosarkoma) merupakan neoplasma tulang primer yang


sangat ganas. Tumor ini tumbuh di bagian metafisis tulang. Tempat yang paling sering
terserang tumor ini adal bagian ujung tulang panjang, terutama lutut
Penyebab pasti terjadinya tumor tulang tidak diketahui. Akhir-akhir ini, penelitian
menunjukkan bahwa peningkatan suatu zat dalam tubuh yaitu C-Fos dapat meningkatkan
kejadian tumor tulang. Radiasi sinar radio aktif dosis tinggi, keturunan, beberapa kondisi
tulang yang ada sebelumnya seperti penyakit paget (akibat pajanan radiasi )

DAFTAR PUSTAKA
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia: Panduan Nasional Penanganan Kanker Tulang
(Osteosarkoma) versi 1,0. 2015

32

Price, Sylvia A., dkk. 1995. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, edisi 4.
Jakarta : EGC
Carpenito, Linda Jual. 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan edisi 8. Jakarta : EGC
Akses internet tanggal 28 November 2016

33

Anda mungkin juga menyukai