Anda di halaman 1dari 2

Menuliskan Kehidupan

Penulis: Hernowo
Saya baru paham benar pentingnya "menuliskan kehidupan" setelah menyampaikan materi
"quantum writing" di Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung, pada Rabu, 25 Februari 2004.
Pemahaman saya tersebut tiba-tiba muncrat tak terkira begitu pikiran saya berinteraksi dengan
pikiran para peserta yang ikut mendengarkan "kuliah" saya.
Di tempat acara berlangsung, secara tegas saya membedakan antara menuliskan kalimatkalimat sebagaimana biasa kita lakukan sewaktu menjalankan kegiatan menulis dengan
"menuliskan kehidupan". "Menuliskan kehidupan" ini berarti kita mengeluarkan secara bebas halhal yang pernah kita alami lewat "kendaraan" bernama kata-kata.
Jika kita hanya menuliskan kalimat, kita dapat terjebak pada aturan berbahasa tulis. Kita harus,
seolah-olah, mampu lebih dahulu menyusun sebuah kalimat yang terdiri atas subjek, predikat,
dan objek. Atau kita dibingungkan lebih dahulu tentang bagaimana kalimat pembuka, dan
sebagainya.
Sementara itu, "menuliskan kehidupan" tidak mempersoalkan aturan berbahasa tulis dan bisa
dimulai dari mana saja. "Menuliskan kehidupan" lebih bebas ketimbang menuliskan kalimat. Di
sini, tampak jelas bahwa menuliskan kalimat lebih mementingkan "kendaraan"-nya, sementara
"menuliskan kehidupan" lebih mementingkan "isi"-nya.
Apakah kemudian kegiatan "menuliskan kehidupan" lantas boleh bebas melanggar kaidah-kaidah
kebahasaan? Ada kemungkinan, pada tahap awal ya! Kan pada tahap awal menulis itu hasil
tulisan kita tidak langsung sempurna bukan? Bagaimana kita dapat menulis jika kita sudah
dipenjara oleh kaidah-kaidah kebahasaan?
Jadi, memang, jika Anda ingin berpindah dari sekadar menuliskan kalimat ke tahap "menuliskan
kehidupan", Anda perlu menyadari bahwa "menuliskan kehidupan" tidak bisa langsung
sempurna. Ada kemungkinan, pada saat awal menulis, tulisan Anda berantakan. Anda harus
menerima lebih dahulu keadaan ini.
Yang lebih ditekankan pada saat Anda pertama kali "menuliskan kehidupan" adalah kebebasan,
yang hampir-hampir mutlak, dalam mengalirkan semua hal yang memang ingin Anda alirkan. Jika
sebelum Anda berniat menulis ada keinginan menulis tentang kehidupan Anda yang kaya,
misalnya, tetapi setelah masuk ke praktik penulisan ternyata yang Anda tulis malah kehidupan
Anda yang miskin, ya terus saja menulis.
Apa pun yang Anda pikirkan, ada kemungkinan setelah mewujud menjadi sederet tulisan, pada
tahap penulisan awal, ada kemungkinan tidak sama. Inilah "menuliskan kehidupan" itu. Anda
harus menerima keadaan tersebut. Bisa jadi isi kepala dan hati Anda jika dituangkan memang
lain dengan yang dipikirkan dan dirasakan sebelumnya. Inilah, sekali lagi, arti "menuliskan
kehidupan".
Nah, tahap lanjut "menuliskan kehidupan", setelah hal-hal awal tadi, adalah mengendapkan lebih
dahulu bahan-bahan tulisan yang sudah Anda keluarkan dari kedalaman diri Anda. Jangan
langsung memperbaiki tulisan kehidupan Anda. Anda bisa frustrasi jika membarengkan kegiatan
mengeluarkan bahan dengan memperbaiki tulisan. Anda perlu mendiamkannya beberapa jam
atau bahkan sehari.

Biarkan bahan-bahan itu hidup sendiri. Biarkan pula pikiran Anda tumbuh meninggalkan bahanbahan tulisan Anda pertama kali yang, mungkin, masih berantakan. Biarkan. Dan Anda harus
menerima kondisi seperti ini. "Menuliskan kehidupan" perlu kesabaran tinggi dan perlu ada jeda!
Saya yakin, jika Anda sudah terbiasa mengalami tahap-tahap sebagaimana yang saya jelaskan
di atas, Anda akan mengalami peningkatan pesat dalam upaya "menuliskan kehidupan" Anda.
Anda lantas tak terjebak dengan aturan kebahasaan. Anda sudah mulai berani untuk
mengeluarkan apa saja. Anda kemudian--ini yang luar biasa--menemukan sesuatu yang
bermakna dalam menjalani proses "menuliskan kehidupan" Anda.
Jika Anda sudah terbiasa "menuliskan kehidupan"--misalnya menuliskan kehidupan Anda setiap
hari dengan bahasa khas milik Anda--Anda akan menjumpai bahwa ternyata tulisan Anda bisa
mengalir dan enak dibaca. Siapa yang menentukan bahwa tulisan Anda mengalir dan enak
dibaca? Ya, Anda sendiri, bukan ahli bahasa!
Andalah yang harus merasakan apakah tulisan kehidupan Anda itu dapat Anda pahami atau
tidak. Bagaimana orang lain akan paham tulisan Anda jika Anda sendiri kesulitan memahami
tulisan Anda sendiri? Jadi, "menuliskan kehidupan" berarti juga Anda sedang berkomunikasi-tepatnya berinteraksi--dengan diri Anda sendiri.
Lewat interaksi yang intens--ada kemungkinan Anda perlu memperbaiki tulisan Anda berkali-kali
sehingga Anda menemukan sendiri bahasa khas miliki Anda--saya yakin bahasa-ungkap-tulis
Anda akan sedikit demi sedikit terperbaiki. Saya yakin sekali jika bahan yang Anda tuliskan itu
memang merupakan pengalaman Anda, dan Anda jujur dalam menuliskannya, bahasa Anda
akan mengalir.
Perlu waktu berapa lamakah latihan "menuliskan kehidupan" itu sehingga yang berlatih dapat
merasakan keberhasilannya? Saya tidak tahu. Andalah yang dapat mengukur keberhasilan diri
Anda sendiri. Waktunya bisa sangat panjang, dan bisa sangat pendek, bergantung kemauan-kuat
Anda. Apakah cepat-lambatnya keberhasilan itu juga bergantung pada "isi" kehidupan yang
dituliskan?
Saya kira tidak. Saya yakin setiap orang punya pengalaman yang berbeda dengan orang lain.
Kualitas kehidupan Anda akan semakin membaik jika dituliskan. Sebab, lewat proses penulisan
kehidupan Anda, Anda akan mampu melihat secara gamblang proses kehidupan yang Anda
jalani. Apakah tulisan Anda merekam kehidupan Anda yang membosankan, atau yang itu-itu saja,
atau ada kehidupan yang membanggakan Anda?
Apa pun hasil tulisan Anda, jika Anda berhasil "menuliskan kehidupan" Anda, Anda memiliki
peluang mengubahnya secara cepat dan drastis. Anda dapat mengendalikan dan mengarahkan
kehidupan Anda dengan bantuan tulisan kehidupan Anda. Andalah tuan dari "takdir" Anda yang
akan Anda jalani.
Inilah manfaat-hebat dari "menuliskan kehidupan". Ada kemungkinan Anda jadi bersemangat
untuk mengubah hidup Anda yang tampak biasa menjadi "berharga". Ada kemungkinan pula
Anda mau mencetak kehidupan yang membanggakan diri Anda dan mewariskannya kepada
anak cucu Anda. Inilah manfaat lebih jauh dari "menuliskan kehidupan".
Jadi, tunggu apa lagi? Ubahlah paradigma Anda tentang menulis. Segeralah perbaiki cara Anda memandang kehidupan
Anda lewat menulis. Dikarenakan "menuliskan kehidupan" ini tak berpijak pada aturan-aturan menulis secara
kebahasaan, ada kemungkinan Anda--siapa pun Anda--dapat "menuliskan kehidupan" Anda yang bermakna dan
berharga untuk dibaca oleh orang lain.
Selamat "menuliskan kehidupan" Anda yang hebat dan bermanfaat bagi orang lain. Senang dapat membantu Anda. (Bandung, 25
Februari 2004)

Anda mungkin juga menyukai