BAB II FIX Print
BAB II FIX Print
TINJAUAN PUSTAKA
A. Fisiologi Jantung
1. Sirkulasi jantung
10
Gambar 2.2 Sistem Penjalaran Konduksi Jantung (Guyton & Hall, 2008)
1) SA Node ( Sino-Atrial Node )
Terletak dibatas atrium kanan (RA) dan vena cava superior (VCS). Sel-sel
dalam SA Node ini bereaksi secara otomatis dan teratur mengeluarkan
11
12
kertas grafik dengan skala waktu horizontal dan voltase vertikal. Makna
bentuk gelombang dan interval pada EKG adalah sebagai berikut :
13
14
periode ini, tetapi perubahan ini terlalu lemah dan tidak tertangkap pada
EKG. Penurunan abnormal segmen ST dikaitkan dengan iskemia
miokardium sedangkan peningkatan segmen ST dikaitkan dengan infark.
Penggunaan digitalis akan menurunkan segmen ST.
5) Gelombang T
Repolarisasi ventrikel akan menghasilkan gelombang T. Dalam keadaan
normal gelombang T ini agak asimetris, melengkung dan ke atas pada
kebanyakan sadapan. Inversi gelombang T berkaitan dengan iskemia
miokardium. Hiperkalemia (peningkatan kadar kalium serum) akan
mempertinggi dan mempertajam puncak gelombang T.
6) Interval QT
Interval ini diukur dari awal kompleks QRS sampai akhir gelombang T,
meliputi depolarisasi dan repolarisasi ventrikel. Interval QT rata rata
adalah 0,36 sampai 0,44 detik dan bervariasi sesuai dengan frekuensi
jantung. Interval QT memanjang pada pemberian obat obat antidisritmia.
3. Siklus jantung
Peristiwa yang terjadi pada jantung berawal dari permulaan sebuah
denyut jantung sampai akhirnya denyut jantung berikutnya disebut dengan
siklus jantung. Setiap siklus dimulai oleh pembentukan potensial aksi yang
spontan didalam nodus sinus, nodus sinus terletak pada dinding lateral
suporior atrium kanan dekat tempat masuk vena kava superior dan potensial
aksi menjalar dengan cepat melalui kedua atrium dan kemudian melalui AV
node ke ventrikel. Pengaturan khusus sistem konduksi dari atrium menuju ke
ventrikel, ditemukan keterlambatan selama lebih dari 1/10 detik sewaktu
15
16
yang
terutama
akibat
penyempitan
arteri
koroner
akan
17
menunjukan depresi segmen ST, gelombang T datar atau inversi dan juga
bisa menunjukan gambaran EKG yang normal (Hurst, 2015).
c. Unstable angina pectoris (UAP)
UAP dan NSTEMI merupakan suatu kesinambungan dengan kemiripan
patofisiologi
dan
gambaran
klinis
sehingga
pada
prinsipnya
18
arteri
koroner.
Spasme
arteri
dapat
19
20
maupun erosi endotel, matriks subendotelial akan terpapar darah yang ada di
sirkulasi. Hal ini menyebabkan adhesi trombosit yang diikuti aktivasi dan
agregasi trombosit, selanjutnya terbentuk trombus. Jika bekuan menjadi cukup
besar, maka bisa menghambat aliran darah koroner baik total maupun parsial
pada arteri koroner. Angina tak-stabil terjadi karena menurunnya perfusi ke
jantung (disrupsi plak menyebabkan terbentuknya trombus dan penurunan
perfusi) atau peningkatan kebutuhan oksigen. Trombus biasanya bersifat labil
dengan oklusi tidak menetap. Pada angina tak stabil, miokardium mengalami
stres tetapi bisa membaik kembali. NSTEMI terjadi bila perfusi miokardium
mengalami disrupsi karena oklusi trombus parsial. Adanya trombolisis
spontan, berhentinya
21
22
5. Woc
Endapan
lipoprotein di
tunika intima
Aterosklerosis
Penyempitan/obstruksi arteri
koroner
Iskemia miokardium
Pe
Infark
kontraktilitas miokard
MK : Penurunan curah
Tekanan darah sistemik
jantung
Vol. Akhir diastolic ventrikel kiri
Suplai darah ke jaringan tidak adekuat
MK :
Ketidakefektifan
perfusi jaringan
perifer
Vasokontriksi
perifer
Kelemahan fisik
Ekstremitas
dingin
ST elevasi
Denyut jantung
MK : Ansietas
MK : Intoleransi aktifitas
Biomarker jantung
kesehatan
Kebutuhan 02 ke jantung
Pe
Aktivitas vagal
MK : Nyeri akut
Nyeri didada
Lumen sempit
danparu
kaku
Oedem
Aliran
darah pengeluaran
Merangsang
MK:
zatPenurunan
kimia spt
Respon
nyeri
tersumbat
Nyeri
di dada
bradikinin, serotonin,
curah
histamin
jantung
Sesak napas
MK : Mual
Tekanan vena
Pembuluh
darah nekrotik
Tumbuh
jaringan
pulmonalis
Hipertensi
kapiler parut
Takikardia
Refleks vagal
Sesak napas
MK : Ketidakefektifan perfusi jaringan kardiak
MK :
Ketidakefektifan
perfusi jaringan
kardiak
Respon nyeri
Menurunya PH sel
Spinal cord
Merangsang pengeluaran
zat kimia spt bradikinin,
serotonin, histamin
Korteks serebri
23
6. Manifestasi klinis
Menurut Hurst, (2015) yaitu :
a. Nyeri dada (menjalar ke atas)
Penyempitan pembuluh darah koroner karena aterosklerosis, atau
rupturnya plak dengan bekuan darah menyumbat pembuluh darah
secara dramatis sehingga mengurangi atau memutus suplai oksigen
ke sebagian otot jantung. Asam laktat dari metabolisme anaerob
menyebabkan nyeri. Menurut Gray dkk, (2005) Gejala khas dan
dapat dibandingkan dengan serangan memanjang angina berat,
sementara serangan angina tidak khas berlangsung selama 5-10
menit, nyeri dada pada infark miokard biasanya berlangsung
minimal 30 menit.
b. Takikardia
Otot jantung yang rusak tidak dapat memompa secara efisien.
Penurunan curah jantung mengaktifkan stimulasi simpatis untuk
meningkatkan denyut jantung dalam upaya meningkatkan curah
jantung. Stimulasi simpatis juga menyebabkan nyeri dan cemas.
c. Ansietas (cemas)
Nyeri dada yang meremukkan disertai perasaan akan terjadi
malapetaka, yang memicu mekanisme melawan atau menghindar
degan semua sistem pada kode bahaya. Keadaan psikologi yang
tidak beristirahat menghasilkan respon cemas.
d. Mual
Kapan saja curah jantung turun tiba-tiba, aliran darah dialihkan
menjauh dari sirkulasi gastrointestinal (organ non vital). Menurut
24
terjadi
pula
pemanjangan
segmen
noninfark,
25
b. Gangguan hemodinamik
Gagal pemompaan (pump failure) merupakan penyebab utama
kematian di rumah sakit pada STEMI. Perluasan nekrosis iskemia
mempunyai korelasi yang baik dengan tingkat gagal pompa dan
mortalitas, baik pada awal (10 hari infark) dan sesudahnya. Tanda
tersering yang sering dijumpai adalah ronki basah di paru dan
bunyi jantung S3 dan S4 gallop. Pada pemeriksaan rontgen sering
dijumpai kongesti paru.
c. Syok kardiogenik
Syok kardiogenik terjadi karena penurunan curah jantung yang
sangat parah yang terjadi akibat kerusakan otot jantung / setelah
STEMI, pengisian ventrikel buruk, aliran keluar buruk karena
ventrikel kiri rusak tidak dapat berkontraksi secara efisien dan
aritmia ventrikular (Hurst, 2015).
d. Edema paru akut
Edema paru merupakan tanda adanya kongesti paru yang terjadi
jika dasar vaskular paru menerima darah berlebihan dari ventrikel
kanan yang tidak mampu diakomodasi dan diambil dari jantung
kiri. Sedikit ketidakseimbangan antara aliran masuk pada sisi kanan
dan aliran keluar pada sisi kiri jantung tersebut mengakibatkan
konsekuensi yang berat (Muttaqin, 2012).
e. Infark ventrikel kanan
Sekitar sepertiga pasien dengan infark inferior menunjukkan
sekurang-kurangnya nekrosis ventrikel kanan derajat ringan. Jarang
pasien dengan infark terbatas primer pada ventrikel kanan. Infark
ventrikel kanan secara klinis menyebabkan tanda gagal ventrikel
kanan yang berat (distensi vena jugularis, dan tanda kusmaul serta
26
saraf
autonom,
gangguan
elektrolit,
iskemia
dan
standarnya
adalah
27
Berat
molekul,
Da
CK-MB
86000
Rentang
waktu
untuk
meningkat
3-12 jam
Rerata waktu
Waktu kembali
elevasi puncak
ke
(non reperfusi) rentang normal
cTnI
23500
3-12 jam
24 jam
cTnT
33000
3-12 jam
Myoglobin
17800
1-4 jam
6-7 jam
24 jam
48-72 jam
5-10 hari
24 hari
28
dinding
setiap
penyempitan
pembuluh
darah
koroner.
9. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan medis
1) Menurut Sudoyo, (2006). Tatalaksana umum yaitu :
a) Oksigen
Suplemen oksigen harus diberikan pada pasien dengan saturasi
oksigen arterri 90%. Pada semua STEMI tanpa komplikasi
dapat diberikan oksigen selama 6 jam pertama.
b) Nitrogliserin (NTG)
Nitrogliserin untuk mengurangi nyeri dada, NTG juga dapat
menurunkan kebutuhan oksigen miokard dan meningkatkan
suplai oksigen miokard dengan cara dilatasi pembuluh koroner
yang terkena infark atau pembuluh kolateral. NTG intravena
juga diberikan untuk mengendalikan hipertensi atau edema
paru. Terapi nitrat harus dihindari pada pasien dengan tekanan
darah sistolik 90 mmHg atau pasien yang dicurigai menderita
infark ventrikel kanan (infark inferior pada EKG, JVP
meningkat, paru bersih dan hipotensi) nitrat juga harus
dihindari pada pasien yang menggunakan phosphodiesterase-5
29
derajat
disfungsi
dilatasi
ventrikel
saling
30
dilakukanya
bedah
jantung
terbuka.
(b) Heparinoids (berat molekul rendah) : enoksaparin
(Lovenox), danaparoid (Orgaran) mempunyai efek
yang lebih panjang, memberikan efek antikoagulasi
yang lebih lama.
(c) Bivalirudin (angiomax) menghambat trombin dengan
mengikatnya ke sisi reseptor, mencegah konversi
fibrinogen
menjadi
fibrin,
menghambat
adhesi
oksigenasi
untuk
mempertahankan saturasi O2 93 %.
(a) Oksigen
(b) Nitrogliserin : Nitrostat, NitroQuick, Nitro-Bid IV,
Nitrolingual (spray)
31
tempat
kateter
dan
kawat
pemandu
32
untuk
33
untuk
merencanakan
tindakan
selanjutnya.
Perawat
34
35
obat dan reaksi alergi apa yang timbul. Sering kali klien tidak bisa
membedakan antara reaksi alergi dengan efek samping.
e. Riwayat keluarga
Menanyakan tentang penyakit yang pernah dialami oleh keluarga
serta bila ada anggota keluarga yang meninggal, maka penyebab
kematian juga ditanyakan. Penyakit jantung iskemik pada orang
tua yang timbulnya pada usia muda merupakan faktor resiko
utama untuk penyakit janutng iskemik pada keturunanya.
f. Riwayat pekerjaan dan kebiasaan
Menanyakan situasi tempat bekerja dan lingkunganya. Kebiasan
sosial di tayakan dengan menanyakan kebiasaan dalam pola
hidup, misalnya minum alkohol, atau obat tertentu. Kebiasaan
merokok juga harus dikaji dengan menanyakan tentang kebaisaan
merokok sudah berapa lama, berapa batang per hari, dan jenis
rokok.
g. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik klien terdiri atas keadaan umum dan B1-B6.
1) Keadaan umum
Pada pemeriksaan keadaan umum biasanya didapatkan
kesadaran baik atau compos mentis dan akan berubah sesuai
tingkat gangguan yang melibatkan perfusi sistem saraf pusat.
2) B1 (Breathing)
Terlihat sesak, frekuensi napas melebihi normal, dan keluhan
napas seperti tercekik.
3) B2 (Bleeding)
Pemeriksaan B2 yang dilakukan dapat melalui teknik inspeksi,
palpasi, dan auskultasi.
a) Inspeksi : inspeksi adanya parut
b) Palpasi : denyut nadi perifer melemah.
c) Auskultasi : tekanan darah biasanya menurun akibat
penurunan volume sekuncup.
36
terdapat
37
(Judith et al,
2012). perencanaan
adalah :
No
Diagnosa
Keperawatan
1.
Tujuan &
Kriteria Hasil
NOC :
Kontrol nyeri :
1: Tidak pernah
2: Jarang
3: Kadang-kadang
4: Sering
Intervensi
NIC :
Manajemen Nyeri
1.
1.
38
5: Secara konsisten
dengan kriteria :
1
2.
3.
dan karakteristik
Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau
Observasi reaksi nonverbal dari
4.
ketidaknyamanan
Gunakan teknik komunikasi terapeutik
Menggambarkan
faktor penyebab
3
Menggunakan jurnal
5.
harian untuk
4
5
Menggunakan tindkan
2012)
Kurangi faktor presipitasi nyeri
Ajarkan tentang teknik non farmakologi
Dengan cara relaksasi pernapasan dalam
pencegahan
6.
7.
Menggunakan
analgesik yang
8.
Melaporkan gejala
yang tidak terkontrol
pada profesional
kesehatan
Menggunakan sumber
daya yang tersedia
10 Melaporkan nyeri
yang terkontrol
Indikator Tingkat Nyeri:
1: Berat
2: Cukup berat
3: Sedang
4: Ringan
5: Tidak ada
dengan kriteria :
1. Nyeri yang dilaporkan
berkurang
Melaporkan perubahan
pada profesional
6.
7.
direkomendasikan
6
klien
Manajemen lingkungan : lingkungan
tenang dan batasi pengunjung (Muttaqin,
2.
3.
4.
5.
Pemberian analgesik
9.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
39
2.
3.
tidak memanjang
Mengerang dan
4.
16.
17.
18.
berkurang
Ketegangan otot tidak
ada
2.
Penurunan curah
NOC :
jantung b/d
Status Sirkulasi :
1: Deviasi berat
2: Deviasi cukup
penurunan
kontraktilitas
besar
3: Deviasi Sedang
4: Deviasi Ringan
5: Tidak ada
jantung
deviasi
dengan kriteria :
1. Tekanan darah
sistolik, diastolik dan
rerata rentang
tekanan darah normal
Frekuensi nadi
NIC :
Perawatan Jantung
1.
1.
2.
3.
2.
4.
5.
cardiac output
Monitor status kardiovaskuler
Monitor status pernafasan yang menandakan
6.
7.
gagal jantung
Monitor adanya perubahan tekanan darah
Monitor respon klien terhadap efek
8.
pengobatan
Atur periode latihan dan istirahat untuk
menghindari kelelahan
9. Monitor toleransi aktivitas klien
10. Monitor adanya dispnea, fatigue, takipnea
3.
baik
Frekuensi nadi kanan
dan ortopnea
11. Anjurkan untuk menurunkan stress
4.
2.
5.
6.
pulmonal normal
PaO2 dan PaCO2
Normal
Status kognitif baik
Status Sirkulasi :
1: Berat
2: Cukup berat
3: Sedang
4: Ringan
5: Tidak ada
dengan kriteria :
1. Hipotensi ortostatik
tidak terjadi
15.
16.
17.
18.
setelah aktivitas
Monitor kualitas dari nadi
Monitor frekuensi dan irama jantung
Monitor bunyi jantung
Monitor pola, frekuensi dan irama
19.
20.
21.
22.
pernapasan
Auskultasi suara paru
Monitor suhu, warna, dan kelembaban kulit
Monitor sianosis perifer
Monitor adanya crushing triad (tekanan nadi
yang melebar, bradikardi, peningkatan
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
40
2.
Suara napas
3.
4.
tidak ada
Edema perifer tidak
5.
6.
ada
Asites tidak ada
Bruit pembuluh
sistolik)
23. Identifikasi penyebab dari perubahan tanda-
16.
tanda vital
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
3.
Ketidakefektifan
perfusi jaringan
kardiak b/d
penurunan
pertukaran sel
NOC
Perfusi jaringan kardiak :
1 : Deviasi berat
2 : Deviasi cukup besar
3 : Deviasi sedang
4 : Deviasi ringan
5 : Tidak ada deviasi
Dengan kriteria :
1. Temuan
elektrokardigram
normal
2. Enzim jantung tidak
meningkat/ normal
3. Hasil angiogram
koroner baik
NIC
Manajemen sensasi kardiak
1.
1.
3.
pasien
Pantau perubahan frekuensi dan irama
4.
5.
6.
7.
2.
3.
4.
5.
41
6.
7.
4.
Ketidakefektifan
NOC :
perfusi jaringan
perifer b/d
penurunan curah
jantung (cardiac
output)
NIC :
Manajemen sensasi perifer
1.
1M
(Taylor, 2015)
Monitor adanya daerah tertentu yang hanya
baik
Pengisian kapiler jari
4.
kaki baik
Suhu kulit ujung kaki
5.
6.
2K
3In
4va
5M
6D
7M
8Pe
(Taylor, 2015)
Dorong klien untuk latihan ROM aktif/pasif
8.
pada kaki
Jangan berikan kompres panas secara
langsung pada ekstremitas pasien
(Taylor,2015 )
9. Monitor adanya tromboplebitis
10. Pantau pemasukan dan catat haluaran urine
9A
10P
11
12
Kolaborasi :
11. Kolaborasi pemantauan data laboratorium
(GDA, BUN, kreatinin, elektrolit )
12. Kolaborasi dalam pemberian antikoagulan
menggunakan heparin
13. Kolaborasi dalam pemberian terapi
farmakologis trombolitik (Muttaqin, 2012)
13
42
NOC:
fisiologi nyeri
faktor-faktor penyebab
Mengenali pencetus
4.
mual
Menghindari faktorfaktor penyebab
NIC :
Manajemen mual
1. Kaji penyebab mual pasien
2. Lakukan penilaian lengkap terhadap mual,
1. M
2. M
tand
inter
3. m
(Sudoyo, 2006)
5. Ajarkan teknik relaksasi dan bantu pasien
menggunakan teknik tersebut selama waktu
pe
4. L
5. M
6. M
na
7. F
m
6. Intoleransi aktifitas
b/d
ketidakseimbangan
antara suplai dan
kebutuhan oksigen
NOC :
NIC :
Manajemen Energi
Konservasi energi :
1: Tidak pernah
1. Anjurkan pasien istirahat dalam 12 jam
2: Jarang
pertama (Sudoyo, 2006)
3: Kadang-kadang
2. Observasi adanya pembatasan klien dalam
4: Sering
5: Secara konsisten
melakukan aktivitas
3. Dorong klien untuk mengungkapkan perasaan
dengan kriteria :
1. Menyeimbangkan
terhadap keterbatasan
4. Kaji adanya faktor yang menyebabkan
aktivitas dan
kelelahan
istirahat
5. Monitor klien akan adanya kelelahan fisik dan
2. Menyadari
emosi secara berlebihan
keterbatasan energi
6. Monitor pola tidur dan lamanya tidur/istirahat
3. Mengatur jadwal
klien
aktivitas untuk
7. Tingkatkan tirah baring, istirahat (di tempat
menghemat energy
tidur/kursi)
4. Melaporkan
8. Batasi pengunjung
kekuatan yang
9. Anjurkan klien menghindari peningkatan
cukup untuk
tekanan abdomen
beraktivitas
Terapi Aktivitas
10. Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas
Toleransi aktivitas :
1: Sangat
terganggu
2: Banyak
terganggu
43
3: Cukup
terganggu
4: Sedikit
terganggu
5: Tidak terganggu
dengan kriteria :
1. Saturasi oksigen saat
2.
beraktivitas baik
Frekuensi pernapasan
disukai
14. Bantu klien untuk membuat jadwal latihan
diwaktu luang
15. Bantu klien/keluarga untuk mengidentifikasi
kekurangan dalam beraktivitas
16. Sediakan penguatan positif bagi yang aktif
beraktivitas
saat beraktifitas
3.
normal
Kemampuan untuk
berbicara saat
beraktifitas fisik baik
7. Ansietas b/d
perubahan status
kesehatan
NOC
Pengurangan kecemasan
Tingkat kecemasan:
1. Kaji dan dokumentasi tingkat kecemasan pasien
1 : Berat
2. Gunakan pendekatan yang tenang dan
2 : Cukup berat
3 : Sedang
meyakinkan
4 : Ringan
3. Bantu klien mengekspresikan perasaan marah,
5 : Tidak ada
kelhilangan dan takut (Muttaqin, 2012)
Dengan kriteria :
4. Kaji tanda verbal dan non verbal kecemasan, serta
1. Dapat beristirahat
2. Perasaan gelisah
dampingi klien dan lakukan ti dakan bila
3.
tidak ada
Ekspresi wajah
4.
5.
tidak tegang
Konsentrasi baik
Rasa takut tidak
6.
2.
3.
4.
5.
1.
6.
7.
8.
9.
44
(Muttaqin, 2012)
10.
11.
(Modifikasi : Bulechek, dkk 2016 & Muttaqin, 2012 & Sudoyo, 2006 & Taylor,
2015)
45
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi yang merupakan komponen dari proses keperawatan
adalah kategori dari perilaku keperawatan dimana tindakan yang
diperlukan untuk mencapai tindakan dan hasil yang diperkirakan dari
asuhan keperawatan dilakukan dan diselesaikan (Potter & Perry, 2010).
Implementasi menuangkan rencana asuhan kedalam tindakan.
Setelah rencana dikembangkan, sesuai dengan kebutuhan dan prioritas
klien, perawat melakukan intervensi keperawatan spesifik, yang
mencakup tindakan perawat. Rencana keperawatan dilaksanakan sesuai
dengan intervensi. Tujuan dari implementasi adalah membantu klien
dalam mencapai peningkatan kesehatan baik yang dilakukan secara
mandiri maupun kolaborasi dan rujukan (Potter & Perry, 2010).
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah proses keperawatan mengukur respon klien terhadap
tindakan keperawatan dan kemajuan klien kearah pencapaian tujuan.
Tahap akhir yang bertujuan untuk mencapai kemampuan klien dan tujuan
dengan melihat perkembangan klien. Evaluasi klien SKA dilakukan
berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya pada tujuan dan
menggunakan SOAP (subjektif, objektif, analisa dan perencanaan)
(Potter & Perry, 2010).
DAFTAR PUSTAKA
46
47