Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pemberantasan hama dan penyakit tanaman dengan menggunakan pestisida dapat
menimbulkan masalah ekologi yang rawan. Keadaan ini mengakibatkan pencemaran tanah dan
air, adanya resiko yang tinggi keracunan bagi manusia yang memperlakukan pestisida dan
tanaman, kemungkinan adanya residu pestisida yang tinggi pada produk-produk yang dipasarkan
dan biaya produksi yang tinggi
Dewasa ini kasus mengenai residu atau pencemaran pestisida pada hasil pertanian menjadi
sorotan tajam. Hal ini disebabkan karena residu pestisida yang terkandung pada tanaman yang
dikonsumsi dapat mengganggu kesehatan manusia bahkan membahayakan manusia. Dalam
kaitan ini, pengujian analisis residu pestisida di laboratorium selalu digunakan sebagai ukuran
untuk menentukan apakah hasil pertanian ada pada tingkat yang aman atau tidak untuk
dikonsumsi
Pestisida merupakan saraina untuk membunuh hama-hama tanaman, dalam Konsep
Pengendalian Hama Terpadu pestisida berperan sebagai salah satu komponen pengendalian.
Pestisida dengan cepat menurtrnkan populasi hama hingga meluasnya serangan dapat dicegah,
dan kehilangan hasil panen dapat dikurangi. Tetapi, benefit bagi produksi pertanian tanaman
tersebut bukan tidak menimbulkan dampak.
Pestisida yang merupakan salah satu alat produksi utama yang digunakan dalam revolusi
hijau selain benih hibrida, pupuk kimia, mesin pertanian dan irigasi. Pestisida digunakan
perusahaan kimia pertanian pertanian sebagai alat monopoli dan control perdagangan pertanian
dunia. Tercatat di tahun 2000, ada 6 perusahaan kimia pertanian besar (sygenta, Monsanto,
dupont, Aventis, BASF dan down chemical Co) (Pesticide action network asia and the pacific,
2005)
Para ahli menyatakan bahwa salah satu penyebab terbesar penyakit dan penuaan dini pada
manusia adalah banyaknya bahan kimia yang ada di lingkungan kit4 dan rekayasa genetika yang
kerap dilalrukan pada budidaya bahan pangan non-organik merupakan salah satu penyebabnya.
Sekitar 40 % kematian di dunia disebabkan oleh pencemaran lingkungan termasuk tanaman-

tanaman yang dikonsumsi manusi4 sementara dari 80 ribu jenis pestisida dan bahan kimia lain
yang diguoakan saat ini, hampir 10 % bersifat karsinogenik atau dapat menyebabkan kanker.
Sebuah penelitian tentang kanker juga pernah menyatakan bahwa sekitar 1,4 juta kanker di dunia
disebabkan oleh pestisida.
Dalam penerapan di bidang pertanian, ternyata tidak semua pestisida mengenai sasaran.
Kurang lebih hanya 20 persen pestisida mengenai sasaran sodangkan 80 persen lainnya jatuh ke
tanah. Akumulasi residu pestisida tersebut mengakibatkan pencemaran lahan pertanian. Apabila
masuk ke dalam rantai makanan, sifat beracun bahan pestisida dapat menimbulkan berbagai
penyakit seperti kanker, mutasi, bayi lahir cacat, CAIDS (Chemically Acquired Deficiency
Syndrom) dan sebagainya.
Pada masa sekarang ini dan masa mendatang, orang lebih menyukai produk pertanian yang
alami dan bebas dari pengaruh pestisida walaupun produk pertanian tersebut di dapat dengan
harga yang lebih mahal dari produk pertanian (Bingham, 2007)
1.2 Rumusan Masalah
Apa Perngertian pestisida?
Apa saja Jenis-jenis Pestisida?
Apa saja Dampak Possitive dan Negative Pestisida Pada lingkungan ?
Bagaiamana cara penanggulangan dampak dari pestisida?
1.3 Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengetahui
Bahaya pestisida terhadap lingkungan yaitu mengetahui pengertian dari pestisida, jenis-jenis
pestisida, dampak positive dan negative pestisida dalam lingkungan dan penanggulangan
dampak dari pestisida
1.4 Manfaat Penulisan
Adapun manfaat dari penulisan ini, adalah kita sebagai mahasiswa Fakultas kedokteran
hewan dapat mengetahui dan memehami bahaya pestisida terhadap lingkungan yang
melingkupi pengertian, jenis-jenis pestisida, dampak positive dan negative pestisida dalam
lingkungan dan penanggulangan dampak dari pestisida.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN PESTISIDA
Pestisida (Inggris: pesticide) berasal dari kata pest yang berarti hama dan cide
yang berarti mematikan/racun. Jadi pestisida adalah racun hama. Secara umum pestisida
dapat didefenisikan sebagai bahan yang digunakan untuk mengendalikan populasi jasad
yang dianggap sebagai pest (hama) yang secara langsung maupun tidak langsung
merugikan kepentingan manusia.
Menurut Peraturan Pemerintah No. 7 tahun 1973 tentang pengawasan atas
peredaran, penyimpanan dan penggunaan pestisida, pestisida adalah semua zat kimia dan
bahan lain serta jasad renik dan virus yang dipergunakan untuk :
1. Memberantas atau mencegah hama-hama dan penyakit-penyakit yang merusak tanaman,
bagian-bagian tanaman atau hasil-hasil pertanian
2. Memberantas rerumputan
3. Mematikan daun dan mencegah pertumbuhan yang tidak diinginkan
4. Mengatur atau merangsang pertumbuhan tanaman atau bagian-bagian tanaman tidak
termasuk pupuk
5. Memberantas atau mencegah hama-hama luar pada hewan-hewan piaraan atau ternak
6. Memberantas atau mencegah hama-hama air
7. Memberantas atau mencegah binatang-binatang dan jasad-jasad renik dalam rumah
tangga, bangunan dan dalam alat-alat pengangkutan.
8. Memberantas atau mencegah binatang-binatang yang dapat menyebabkan penyakit pada
manusia atau binatang yang perlu dilindungi dengan penggunaan pada tanaman, tanah
atau air

Menurut The United States Environmental Pesticide Control Act, pestisida adalah
sebagai berikut:
1. Semua zat atau campuran zat yang khusus digunakan untuk mengendalikan, mencegah,
atau menangkis gangguan serangga, binatang pengerat, nematoda, gulma, virus, bakteri,
jasad renik yang dianggap hama, kecuali virus, bakteri atau jasad renik lainnya yang
terdapat pada manusia dan binatang.
2. Semua zat atau campuran zat yang digunakan untuk mengatur pertumbuhan tanaman atau
pengering tanaman (Djojosumarto, 2004).

2.2 JENIS-JENIS PESTISIDA


2.2.1

Berdasarkan Fungsi/Sasaran Penggunaannya

1. Insektisida adalah bahan yang mengandung persenyawaan kimia yang digunakan untuk
membunuh serangga. Umumnya bentuk insektisida terdiri dari empat golongan sebagai
berikut:
1. Dust (Serbuk) berkode D. Dapat ditaburkan pada tanaman yang terserang hama
atau dilarutkan dalam air untuk selanjutnya dimanfaatkan dalam penyemprotanpenyemprotan.
2. Emulsion Concentrated (Cairan) berkode EC. Dibuat secara cairan yang dilarutkan
dalam sejenis minyak. Penggunaannya harus dilarutkan dalam air agar tercapai
kepekatan tertentu sesuai dengan kebutuhan/keperluan.
3. Granular (butiran) berkodeG. Di gunakan dengan menaburkan diatas larikanlarikan tanah atau pada tanah sekitar tanaman, kemudian ditutup atau ditimbuni tanah.
Pada waktu terjadinya hujan atau waktu dilakukan penyiraman, butiran ini akan
hancur dan meresap kedalam tanah sehingga hama akan terbasmi.
4. Fumigan (gas/asap) berkode F. Di gunakan dalam penyemprotan/fumigasi untuk
membasmi hama tanaman misalnya BHC, Methylbromida dan lain-lain.
Sedangkan untuk Insektisida berdasarkan macam bahan kimianya dibagi dalam:
1.Insektisida sintetik

Anorganik: garam-garam beracun seperti arsenat, flourida, tembaga sulfat, dan

garam merkuri.
Organik: a.Organoklorin:
a) Seri DDT: DDT, DDD, metoksiklor.
b) Seri klorden : klorden, dieldrin, aldrin, endrin, heptaklor
c) Seri BHC: BHC, linden.
b. Heterosiklik:kepone, mirex, dll.
c. Organofosfat: malathion, biothion, diazinon, dll.
d. Karbamat: furadan, sevin, dll.
e. Dinitrofenol: dinex, dll.
f. Thiosianat: lethane, dll.
g. Sulfonat, sulfida, sulfon.
h.Lain-lain: methylbromide,dll.

2. Hasil alam: nikotinoida, piretroida, rotenoida, dll.


2. Fungisida adalah pestisida untuk memberantas/mencegah pertumbuhan jamur/cendawan
seperti bercak daun, karat daun, busuk daun, dan cacar daun. Contoh : tembaga
oksiklorida, tembaga (I) oksida, carbendazim, organomerkuri, dan natrium dikromat.
3. Bakterisida adalah pestisida untuk memberantas bakteri atau virus. Salah satu contoh
bakterisida adalah tetramycin yang digunakan untuk membunuh virus CVPD yang
menyerang tanaman jeruk. Umumnya bakteri yang telah menyerang suatu tanaman sukar
diberantas. Pemberian obat biasanya segera diberikan kepada tanaman lainnya yang masih
sehat sesuai dengan dosis tertentu.
4. Rodentisida adalah pestisida yang digunakan untuk memberantas hama tanaman berupa
hewan pengerat seperti tikus. Lazimnya diberikan sebagai umpan yang sebelumnya
dicampur dengan beras atau jagung. Hanya penggunaannya harus hati-hati, karena dapat
mematikan juga hewan ternak yang memakannya. Contoh : Warangan.
5. Nematisida adalah pestisida yang digunakan untuk memberantas hama tanaman berupa
nematoda (cacing). Hama jenis ini biasanya menyerang bagian akar dan umbi tanaman.
Nematisida biasanya digunakan pada perkebunan kopi atau lada. Nematisida bersifat dapat
meracuni tanaman, jadi penggunaannya 3 minggu sebelum musim tanam. Selain

memberantas nematoda, obat ini juga dapat memberantas serangga dan jamur. Dipasaran
dikenal dengan nama DD, Vapam, dan Dazomet.
6. Herbisida adalah pestisida yang digunakan untuk membasmi tanaman pengganggu (gulma)
seperti alang-alang, rerumputan, eceng gondok, dll. Contoh: ammonium sulfonat dan
pentaklorofenol.

2.2.2.

Berdasarkan Bahan Aktifnya

1. Pestisida organik (Organic pesticide) : Pestisida yang bahan aktifnya adalah bahan
organik yang berasal dari bagian tanaman atau binatang, misal: neem oil yang
berasal dari pohon mimba (neem).
2. Pestisida elemen (Elemental pesticide) : Pestisida yang bahan aktifnya berasal dari
alam seperti sulfur.
3. Pestisida kimia/sintetis (Syntetic pesticide) : Pestisida yang berasal dari campuran
bahan-bahan kimia.
2.2.3. Berdasarkan Cara Kerjanya
1. Pestisida sistemik (Systemic Pesticide) adalah pestisida yang diserap dan dialirkan
ke seluruh bagian tanaman sehingga akan menjadi racun bagi hama yang
memakannya. Kelebihannya tidak hilang karena disiram. Kelemahannya, ada
bagian tanaman yang dimakan hama agar pestisida ini bekerja. Pestisida ini untuk
mencegah tanaman dari serangan hama. Contoh : Neem oil.
2. Pestisida kontak langsung (Contact pesticide) adalah pestisida yang reaksinya akan
bekerja bila bersentuhan langsung dengan hama, baik ketika makan ataupun
sedang berjalan. Jika hama sudah menyerang lebih baik menggunakan jenis
pestisida ini. Sebagian besar pestisida kimia termasuk ke dalam jenis ini.
2.2.4

Berdasarkan Cara Penggunaan

a. Penyemprotan(Spraying)

Penyemprotan adalah cara penggunaan pestisida yang paling banyak dipakai


oleh petani. Diperkirakan 75 % penggunaan pestisida dilakukan dengan cara
penyemprotan. Dalam penyemprotan larutan pestisida (pestisida diatambah air)
dipecah oleh nozzel (spuyer) atau atomizer menjadi butiran semprot atau droplet.
Bentuk sediaan (formulasi) yang digunakan dengan cara penyemprotan meliputi
E.C; W.P; WS atau SP. Sedangkan penyemprotan dengan volume ultra rendah
(Ultra low volume) digunakan formulasi ULV. Dengan menggunakan alat khusus
yang disebut mikroner.
b. Pengasapanatau Fogging
Pengasapan adalah penyemprotan pestisida dengan volume rendah dengan
ukuran droplet yang halus. Perbedaannya dengan penyemprotan biasa adalah yang
dibuat pencampur pestisida adalah minyak solar dan bukan air. Campuran tersebut
kemudian dipanaskan sehingga menjadi semacam kabut asap yang kemudian
dihembuskan. Fogging banyak digunakan untuk mengendalikan hama gudang,
hama tanaman perkebunan serta vektor penyakit dilingkungan misalnya untuk
mengendalikan nyamuk malaria.
c. Penghembusan (Dusting)
Penghembusan merupakan cara penggunaan pestisida yang diformulasikan
dalam bentuk tepung hembus (D, dust) dengan menggunakan alat penghembus
(duster). Jadi penggunaannya dalam bentuk kering.
d. Penaburan (broadcasting) pestisida butiran (Granuler)
Penaburan pestisida butiran adalah cara penggunaan pestisida yang
diformulasikan dalam bentuk butiran dengan cara ditaburkan. Penaburan dapat
dilakukan dengan tanganlangsung atau dengan menggunakan alat penabur (granule
broadcaster).
e. Perawatan benih (Seed dressing , Seed treatment, Seed coating)

Perawatan benih adalah cara penggunaan pestisida untuk melindung benih


sebelum benih ditanam agar kecambah dan tanaman muda tidak diserang oleh hama
atau penyakit. Pestisida yang digunakan adalah formulasi SD atau ST.
f. Pencelupan (Dipping)
Pencelupan adalah penggunaan pestisida untuk melindung tanaman (bibit,
cangkok, stek)agar terhindar dari serangan hama maupun penyakit. Pencelupan
dilakukan dengan mencelupkan bibit atau stek ke dalam larutan pestisida.
g. Fumigasi (Fumigation)
Fumigasi adalah aplikasi pestisida fumigan baik yang berbentuk padat, cair
maupun gas dalam ruangan terttutup. Fumigasi umumnya digunakan untuk
melindungi hasil panen dari kerusakan karena serangan hama atau penyakit
ditempat penyimpanan. Fumigan dimasukkan ke dalam ruangan gudang yang
selanjutnya akan berubah kedalam bentuk gas (fumigan cair maupun padat) yang
beracun untuk membunuh OPT sasaran yang ada dalam ruangan tersebut.
h. Injeksi
Injeksi adalah penggunaan pestisida dengan cara memasukkan kedalam batang
tanaman, baik dengan alat khusus (injeksi ataupun infus) maupun dengan jalan
mengebor tanaman. Pestisida yng diinjeksikan akan tersebar keseluruh tanaman
bersamaan dengan aliran makanan dalam jaringan tanaman. Injeksi dapat juga
digunakan untuk sterilisasi tanah.
i. Penyiraman ( drenching, Pouring On ).
Penyiraman adalah penggunaan pestisida dengan cara dituangkan disekitar akar
tanaman untuk mengendalikan hama atau penyakit di daerah perakaran atau
dituangkan pada sarang semut atau sarang rayap.
2.3 DAMPAK NEGATIF PESTISIDA
Sekitar 40 % kematian di dunia disebabkan oleh pencemaran lingkungantermasuk
tanaman-tanamanm yang dikonsumsi manusia sementara dari 80 ribujenis pestisida dan

bahan kimia lain yang digunakan saat ini, hampir 10 % bersifat karsinogenik atau dapat
menyebabkan kanker. Sebuah penelitian tentang kankerjuga pernah menyatakan bahwa
sekitar 1,4 juta kanker di dunia disebabkan oleh pestisida. Berikut ini beberapa
masalah utama pestisida:

1. Dampak terhadap lingkungan

Kontaminasi Global

Efek sinergistik yang meningkat


Karena adanya interaksi antara pestisida dengan zat kimia yang ada di dalam
ekosfer

2. Dampak terhadap spesies lainnya


Meningkatkan resistensi
Karena pemakaian pestisida terus menerus menyebabkan keresistenan sehingga akan
membutuhkan dosis yang lebih tinggi untuk membunuh organisme. Bahkan bisa saja
muncul individu yang resisten total terhadap pestisida tersebut dan membentuk populasi
baru yang resisten.
Membunuh organisme bukan sasaran
Beberapa senyawa dari pestisida dapat membunuh organisme yang bukan merupakan
sasarannya. Contohnya DDT yang terbawa ke perairan dapat membunuh komunitas
fitoplankton yang merupakan mesin konversi energi cahaya matahari. Selain itu juga dapat
membunuh predator alami yang ada di perairan.

3. Dampak terhadap kesehatan


Gangguan toxik terhadap manusia

Gangguan ini menyerang langsung terhadap manusia. Adanya residu pestisida dalam
makanan dapat membahayakan masyarakat umum. Hal ini berhubungan dengan
penggunaan organofosfat (kurang persisten, sangat toksik).
Menurunkan potensi reproduktif beberapa spesies : Hal ini dikarenakan beberapa pestisida
menyebabkan aktifnya estrogen dalam tubuh.
Memungkinkan terjadinya efek-efek genetis terhadap kesehatan jangka panjang. Dosis sublethal pestisida persisten menyebabkan kelainan genetik.
Berdasarkan dari senyawa kimia utama dalam pestisida dapat dilihat damapk negatifnya
yaitu:

Organofosfat
Hambatan aktifitas enzim kholinesterase
penumpukan acetylcholin (rangsangan saraf kolinergik)
kegagalan respirasi
aspiksia

mati

Diatas merupakan proses dari organofofat bila masuk ke dalam tubuh yang dapat
menyebabkan kematian. Penghambatan acethylcolin bersifat irresversibel.

Organoclorin
DDT berafinitas dg kolesterol pada membran liofil
Permeabilitas membran u/ ion Ca2+ menurun
Hambatan pengikatan Ca2+ dg ATP
Tdk terbentuk Ca-ATP ase pd membran akson
Gejala hipokalsemik, kehabisan energi / ATP
Gangguan transmisi inpuls

kematian

Dampak dari organoclorin yaitu:


- Organoclorin merupakan racun syaraf yang menyerang saraf pusat berupa aldrin dan
dieldrin dan syaraf perifer. Kerja aldrin diduga berkaitan dengan membrane sel syaraf,
menghambat acethylcholine esterase dalam proses transfer impuls syaraf.
- Merusak mitokondria
- Dapat meningkatkan kadar ammonia dalam otak
- Menimbulka nekrosis dan sirosis hati
- Menyebabkan anemia agranulositosis dan terhentinya pemasakan medulla ossium rubrum
- Menurunnya imunitas tubuh
- Karsinogenik
- Teratogenik
- Mengganggu gluconeogenesis

Carbamat
Aksi toksik carbamat analog dengan golongan organofosfat yaitu mengahambat aktivitas
acetylcholinesterase dengan melakukan carbamyolasi pada situs esterase. Akibatnya aksi
toksik carbamat dikaitkan dengan penghambatan enzim cholinesterase secara rrrreversinel
yang dapat menyerang saraf.
2.4 DAMPAK POSITIF PENGGUNAAN PESTISIDA
Dampak positif pestisida dapat dilihat dari berikut antara lain :
1 Dapat diaplikasikan dengan mudah
2 Dapat diaplikasikan hampir di setiap waktu dan setiap tempat

3 Hasil dapat dirasakan dengan waktu yg singkat


4 Mudah diperoleh
5 Memberkan keuntungan ekonomi terutama jangka pendek

2.5 MENANGGULANGI PESTISIDDA


Pengelolaan Pestisida
Tindakan pengelolaan terhadap pestisida bertujuan untuk agar manusia terbebas dari
keracunan dan pencemaran oleh pestisida. Beberapa tindakan pengelolaan yang perlu diambil
untuk mencegah keracunan dan pencemaran ol eh pestisida ialah penyimpanan, pembuangan
serta pemusnahan limbah pestisida . Penyimpanan pestisida sebagai barang berbahaya harus
diperhatikan. Dari studi household yang pernah dilakukan oleh FAO di Alahan Panjang,
Sumatera Utara dan Brebes , banyak ibu rumah tangga yang menyimpan pestisida di rumah
satu ruang dengan tempat menyimpan makanan, minuman dan mudah dijangkau oleh anak
(Depkes, 2000). Pestisida harus disimpan pada tempat yang aman .
Limbah pestisida biasanya berupa pestisida sisa yang berada dalam kemasan.
Pembuangan yang tidak benar selain dapat mencemari lingkungan juga merupakan potensi
bagi orang untuk terpapar secara tidak langsung dengan pestisida.
B. Penggunaan Pestisida secara Aman
Dalam penggunaan pestisida sangat banyak faktor yang perlu dipertimbangkan
mengingat besarnya risiko yang diterima oleh masing-masing pihak. Kelompok yang perlu
mendapat perhatian adalah pekerja yang berhubungan dengan pestisida, karena merupakan
kelompok masyarakat yang sangat rentan terhadap keracunan pestisida. Pekerja yang
berhubungan dengan pe stisida dalam hal ini adalah pekerja dalam suatu perusahaan
pengelola pestisida ataupun petani sebagai pengguna pestisida.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Organisasi Pangan Dunia (FAO), 1992
yang meneliti 214 orang petani selama dua tahun, terjadinya keracunan akut yang diderita
oleh petani responden disebabkan petani tidak memahami bahaya pestisida terhadap
kesehatannya. Sedangkan pakaian pelindung yang aman, terlalu panas untuk digunakan di

daerah tropis dan harganya terlalu mahal, sehingga para petani harus menerima keadaan sakit
sebagai risiko bekerja di sektor pertanian (Depkes, 2000).
C. Pengawasan terhadap penggunaan pestisida
Penggunaan pestisida baik pada bidang kesehatan masyarakat untuk pemberantasan
vektor penyakit ataupun pada bidang pertanian harus dimonitor oleh perwakilan WHO
pada tingkat nasional untuk membantu pengembangan strategi manajemen resistensi dan
petunjuk penggunaan pes tisida secara aman dan terbatas, dan perjanjian penggunaan
pestisida pada tingkat internasional (WHO, 2001 dan WHO, 1999).
Komisi Pestisida Internasional mengadakan Konvensi Roterdam 1999, 72 negara
telah menandatangani kesepakatan untuk mengawasi peredaran dan perdagangan
pestisida yang membahayakan kehidupan makhluk hidup. Sampai saat ini, tercatat 22
pestisida yang membahayakan ditarik dari peredaran dan tidak boleh digunakan lagi.
Beberapa di antara adalah, 2, 4, 5-T, Aldrin, Captanol, Chlordane, Chlodimeform,
Cholorobenzilate,

DDT,

1,

2,

Dibromoethane

(EDB),

Dieldrin,

Dinozeb,

Fluoroaacetamiede, HCH, Heptachlor, Hexahlorobenze, Lindane, Mer cury compound,


dan Pentahchlorophenol ditambah beberapa senyawa Metahamidophos, MethylParathion, Mono-crothopos, Parathion dan Phospamidhon (Hendrawan, 2002).
Dan ada beberapa langkah untuk mengurangi residu yang menempel pada sayuran, antara
lain
-

Mencucinya secara bersih dengan menggunakan air yang mengalir, bukan dengan air
diam. Jika yang kita gunakan air diam (direndam) justru sangat memungkinkan racun
yang telah larut menempel kembali ke sayuran. Berbagai percobaan menunjukkan
bahwa pencucian bisa menurunkan residu sebanyak 70% untuk jenis pestisida
karbaril dan hampir 50% untuk DDT. Mencuci sayur sebaiknya jangan lupa
membersihkan bagian-bagian yang terlindung mengingat bagian ini pun tak luput dari
semprotan petani. Untuk kubis misalnya, lazim kita lihat petani mengarahkan belalai
alat semprot ke arah krop (bagian bulat dari kubis yang dimakan) sehingga
memungkinkan pestisida masuk ke bagian dalam krop.

Perendaman dalam air panas (blanching) juga dapat menurunkan residu. Ada baiknya
kita mengurangi konsumsi sayur yang masih mentah karena diperkirakan
mengandung residu lebih tinggi dibanding kalau sudah dimasak terlebih dulu.
Pemasakan atau pengolahan baik dalam skala rumah tangga atau industri terbukti

dapat menekan tekanan kandungan residu pestisida pada sayuran.


Untuk mengurangi dampak penggunaan pestisida dapat pula dilakukan dengan cara
menggunakan pestisida alami atau pestisida yang berasal dari tumbuhan
(biopestisida). Biopestisida tidak mencemari lingkungan karena bersifat mudah
terurai (biodegradable) sehingga relatif aman bagi ternak peliharaan dan manusia.
Sebagai contoh adalah air rebusan dari batang dan daun tomat dapat digunakan untuk
memberantas ulat dan lalat hijau. Kita juga dapat menggunakan air rebusan daun
kemanggi untuk memberantas serangga. Selain tumbuhan tersebut, masih banyak
tumbuhan lain yang mengandung bioaktif pestisida seperti tanaman mindi, bunga
mentega, rumput mala, tuba, kunir, kucai, dll

BAB III
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
Pestisida didefenisikan sebagai bahan yang digunakan untuk mengendalikan populasi
jasad yang dianggap sebagai pest (hama) yang secara langsung maupun tidak langsung
merugikan kepentingan manusia.
Jenis-jenis pestisida dapat dibedakan atas fungsi dan sasaran, bahan aktifnya, cara
kerja, dan cara penggunaannya.
Dampak-dampak penggunaan pestisida:
a

Dampak negatif pestisida:


1

Dampak terhadap lingkungan

Dampak terhadap spesies lainnya

Dampak terhadap kesehatan

Dampak positif pestisida:


6

Dapat diaplikasikan dengan mudah

Dapat diaplikasikan hampir di setiap waktu dan setiap tempat

Hasil dapat dirasakan dengan waktu yg singkat

Mudah diperoleh

10 Memberkan keuntungan ekonomi terutama jangka pendek


Pencemaran oleh pestisida dapat dicegah dengan berbagai cara antara lain dengan
pengelolaan dan penggunaan pestisida yang benar dan aman, pengawasan kegiatan yang be
rkaitan dengan pestisida dan terutama bagi sektor pertanian . Pencemaran pestisida dapat
ditekan dengan penerapan sistem pertanian back to nature.
Ada beberapa langkah untuk mengurangi residu yang menempel pada sayuran, antara lain

Mencucinya secara bersih dengan menggunakan air yang mengalir, Perendaman dalam air
panas (blanching) juga dapat menurunkan residu, dan menggunakan pestisida alami atau
pestisida yang berasal dari tumbuhan (biopestisida).
3.2 Saran
Pemilihan pestisida kiranya berpatokan terhadap kebutuhan dan jenis-jenis pestisida yang
dibutuhkan, agar penggunaanya dapat lebih optimalis. Dalam penggunaan pestisida sebaiknya
dilakukan sesuai takaran dan kebutuhan yang tepat, sehingga dampak negatif yang dapat
ditimbulkan juga dapat ditanggulangi dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA
Adriyani, Retno. 2006. Usaha Pengendalian Pencemaran Lingkungan Akibat Penggunaan
Pestisida Pertanian. Surabaya: Jurnal Kesehatan Lingkungan.
Bingham, S, 2007. Pesticides in rivers and groundwater. Environment Agency, UK.
Hernayanti. Bahaya Pestisida Terhadap Lingkungan. Purwokerto: Fakultas Biologi Unsoed.
Ishartadiati, Kartika. 2011. Resistensi Serangga Terhadap DDT. Universitas Wijaya Kusuma
Surabaya. http://elib.fk.uwks.ac.id/asset/archieve/jurnal/vol1.no2.Juli2011/RESISTENSI
%20SERANGGA%20TERHADAP%20DDT.pdf (diakses 17 oktober 2016)
Jurnal Hasil Riset. 2014. Pengertian Pestisida. http://www.e-jurnal.com/2014/01/pengertianpestisida.html?m=1 (diakses 17 oktober 2016)
PAN-AP, A Guide for The Training of Facilitators on Community-Based Pesticide Action
Monitoring (CPAM),2005.
Siregar,

Ameilia

Z.

2008.

Insektisida...

Perlukah?.

USU

Repository.

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/789/1/132307219.pdf (diakses 17 oktober


2016)
Yuantari, Maria G.Catur. 2011.Dampak Pestisida OrganoklorinTerhadap Kesehatan Manusia
dan LingkunganSerta Penanggulangannya. Universitas Dian Nuswantoro Semarang.
http://www.kelair.bppt.go.id/Sitpa/Artikel/Artikel/OCsRev.pdf (diakses 17 oktober 2016)
Yuantari, Maria G.Catur dkk. 2015. Analisis Risiko Pajanan Pestisida Terhadap Kesehatan
Petani. : Jurnal Kesehatan Masyarakat.
Kebijakan, Sintesis Tim. 2008. Strategi Penanggulangan Pencemaran Lahan Pertanian Dan
Kerusakan Lingkungan. Bogor : SPternagteegmib paenngaanng gInuolavnagsia nP
epretnacneiamna

Anda mungkin juga menyukai