Jika Yunani memiliki Cybele sebagai ibu para dewa, maka Romawi Kuno memiliki ritual
yang tidak berbeda yang disebut Festival Matronalia untuk menghormati Dewi Juno, puteri dari
Dewa Saturnus, istri dari Dewa Yupiter, dan ibu dari Juventas, Mars, dan Vulcan. Dewi Juno
dikenal sebagai dewi yang melindungi keuangan di seluruh negeri yang kuilnya terletak di Arx.
Dewi Juno juga melindungi kota-kota di manapun yang terdapat kuil untuk menyembahnya. Di
setiap tahun di awal bulan Maret, para perempuan yang umumnya terdiri dari kaum ibu
melakukan ritual berupa Festival Matronalia. Beberapa di antaranya diselenggarakan pada
tanggal 7 Juli hingga September. Seperti halnya pada kepercayaan masyarakat Yunani
Kuno,Dewi Juno dianggap sebagai simbol penghormatan kepada kaum ibu.
Mothers Day di Amerika Serikat
Anguila, Aruba, Bahamas, Barbados, Belize, Bermuda, Bonaire, Brazil, Chili, Kolumbia, Cuba,
Curacao, Ekuador, Honduras, Jamaika, Peru, Puerto Rico, Saint Lusia, Saint Vincent & Grenada,
Saint Martin, Suriname, Uruguay, dan Venezuela.
Asia dan Pasifik:
Australia, Bangladesh, Brunei Darussalam, RRC, Taiwan, Hongkong, India, Jepang, Malaysia,
Myanmar, Selandia Baru, Pakistan, Papua Nugini, Philipina, dan Singapura.
Eropa:
Belanda, Belgia, Kroasia, Cyprus, Republik Ceko, Denmark, Estonia, Finlandia, Jerman, Yunani,
Islandia (Iceland), Italia, Latvia, Malta, Slovakia, Swis, Turki, dan Ukraina.
Afrika:
Afrika
Selatan,
Ghana,
Trinidad
&
Tobago,
dan
Zimbabwe.
Mothers Day diselenggarakan antara tanggal 9, 10, dan 11 Mei setiap tahun. Paling banyak
dilaksanakan pada tanggal 9 Mei. Adapun secara lengkap negara-negara yang merayakan
Mothers Day dari Asia, Afrika, Amerika Latin, Amerika, dan Eropa dapat dilihat di Wikipedia
Kesamaan Nasib Secara Historis
Pada prinsipnya, Hari Ibu atau Mothers Day di setiap negara sekalipun memiliki latar
belakang yang berbeda, akan tetapi memiliki kesamaan visi. Istilah pandangan tentang mitologi
Yunani Kuno maupun Romawi Kuno hanyalah simbol dari suatu pergerakan kaum perempuan
setelah abad pertengahan. Mungkin ada beberapa pandangan yang menyebutkan jika pandangan
pergerakan perempuan ketika itu dilandasi oleh pemikiran-pemikiran kaum pagan.
Sesungguhnya tidak demikian pengertiannya. Setiap pergerakan, perjuangan, ataupun
perlawanan pasti membutuhkan simbol yang dapat menjadi penyemangat atau penanda (ciri
khas). Kebangkita Eropa pada abad pertengahan menjadi titik tolak dimulainya pemikiran untuk
memperjuangkan nasib kaum perempuan di Eropa yang ketika itu sedang mengalami penindasan
luar biasa. Ini pula yang terjadi di negara-negara lain seperti Asia, Afrika, dan Amerika Latin. Di
Indonesia, perbedaannya justru terletak pada unsur kesetaraan gender yang sama sekali tidak
dimasukkan ke dalam agenda perjuangan kaum perempuan. Ini pula yang melandasi pemikiran
R.A Kartini dan tokoh-tokoh wanita nasional lainnya yang selanjutnya diwujudkan ke dalam
perjuangan kaum ibu.
Di Jepang misalnya, pergerakan kaum perempuan yang kemudian menjadi pencetus
Mothers Day dilatarbelakangi oleh penghormatan kepada Kaisar Wanita yang dikenal Kaisar
Kojun (Ibunda dari Kaisar Akihito). Penghormatan kepada Kaisar Kojun kemudian oleh Kaisar
Akihito dijadikan sebagai bagian dari upacara ritual nasional di negeri Jepang.
Di Cina daratan (RRC), Mothers Day dilatarbelakangi pemikiran filsuf Mencius yang hidup di
era 372-289 sebelum masehi. Cerita tentang seorang ibu diilhami oleh kisah ibunda Mencius
yang memindahkan rumah sebanyak 3 kali yang tujuannya untuk mendapatkan tempat yang
nyaman bagi anak-anak untuk tumbuh.
Iran merayakan Mothers Day untuk menghormati jasa mendiang Hazrat Fatemah Zahra
yang dipercaya sebagai keturunan putri Nabi Muhammad. Perayaan yang semula hanya tradisi
kemudian mulai dijadikan sebagai bagian dari hari besar nasional di Iran dan sekaligus sebagai
tradisi nasional.
Inggris dan Irlandia memiliki kesamaan latar belakang historis tentang Mothers Day.
Sebelumnya, tradisi rakyat Inggris dan Irlandia ini dikenal dengan nama Mothering Sunday yang
dilakukan oleh kelompok umat kristiani. Pada setiap meinggu ketiga sebelum hari Paskah, para
wanita berkumpul di Mother Church sambil membawa anak-anaknya untuk mengenak keibuan
dari Bunda Maria bersama puteranya Yesus Kristus. Kebiasaan inilah yang selanjutnya menjadi
latar belakang dijadikannya tanggal 1 Maret sebagai Mothers Day di Inggris dan Irlandia.