Anda di halaman 1dari 10

Case Report Session Rotasi II

SELULITIS

Oleh:
Rizky Amelia
0910312028

Preseptor:
dr. Amirah Zatil Izzah, Sp.A, M.Biomed.

KEPANITERAAN KLINIK ROTASI II


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS
PUSKESMAS ALAI
PADANG
2015

TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi
Selulitis adalah penyakit infeksi kulit dan jaringan bawah kulit yang
bersifat akut yang disebabkan oleh streptococcus. Gejala utamanya ialah kelainan
kulit berupa infiltrat yang difus di subkutan dengan tanda-tanda radang akut.
Infeksi ini dapat menyebar dan masuk ke dalam aliran limfatik dan sirkulasi. Jika
hal ini terjadi infeksi dapat menyebar ke seluruh tubuh.
2. Etiopatogenesis
Etiologi dari kelainan kulit ini biasanya adalah Streptococcus B
hemolyticus. Penyebab utamanya ialah Staphylococcus aureus dan Streptococcus
B hemolyticus , sedangkan

Staphylococcus epidermidis merupakan penghuni

normal di kulit dan jarang menyerang infeksi. Faktor predisposisi pioderma


adalah higiene yang kurang, menurunnya daya tahan tubuh, dan telah ada penyakit
lain di kulit.
Faktor risiko untuk terjadinya infeksi ini adalah trauma lokal (robekan
kulit), luka terbuka di kulit atau gangguan pembuluh vena maupun pembuluh
getah bening.
3. Gejala Klinis
Terdapat gejala konstitusi berupa demam dan malaise dengan diikuti
tanda-tanda peradangan yaitu bengkak (tumor), nyeri (dolor), kemerahan (rubor),
dan teraba hangat (kalor) pada area tersebut. Lapisan kulit yang terserang adalah
epidermis dan dermis. Penyakit ini dapat didahului dengan trauma, karena itu
tempat predileksinya di tungkai bawah. Kelainan kulit yang utama adalah infiltrat
yang difus di subkutan dengan tanda-tanda radang akut.
Umumnya semua bentuk ditandai dengan kemerahan dengan nyeri tekan
dan bengkak. Penyebaran perluasan kemerahan dapat timbul secara cepat di
sekitar luka atau ulkus disertai dengan demam dan lesu. Lesi tampak merah gelap,
tidak berbatas tegas pada tepi lesi tidak dapat diraba atau tidak meninggi. Pada
infeksi yang berat dapat ditemukan pula vesikel, bula, pustul, atau jaringan
neurotik. Ditemukan pembesaran kelenjar getah bening regional dan limfangitis
ascenden. Pada pemeriksaan darah tepi biasanya ditemukan leukositosis.
4. Diagnosis
Diagnosis selulitis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan
klinis. Pada pemeriksaan klinis selulitis ditemukan makula eritematous, tepi tidak

meninggi, batas tidak jelas, edema, infiltrat dan teraba panas, dapat disertai
limfangitis dan limfadenitis. Penderita biasanya demam dan dapat menjadi
septikemia. Lokasi selulitis pada anak biasanya di kepala dan leher, sedangkan
pada orang dewasa paling sering di ekstremitas karena berhubungan dengan
riwayat seringnya trauma di ekstremitas.
5. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah :
1. Pemeriksaan darah rutin, akan ditemukan peningkatan leukosit dan eosinofil.
2. Pewarnaan gram dan kultur serta sensitivity test untuk melihat jenis bakteri
penyebab dan antiobiotik yang sesuai atau sensitif terhadap bakteri tersebut.
6. Diagnosis Banding
Diagnosis banding kelainan ini adalah erisipelas. Pada erisipelas, kelainan
kulit yang utama adalah eritema berwarna merah cerah, berbatas tegas, dan
pinggirnya yang meninggi dengan tanda-tanda radang akut. Etiologi, gejala
konstitusi, tempat predileksi, kelainan pemeriksaan laboratorik dan terapi sama
dengan selulitis.
7. Penatalaksanaan
Istirahat dan tungkai bawah dan kaki yang terserang ditinggikan

(dielevasikan).
Pengobatan sistemik dengan pemberian antibiotik.
Selulitis karena streptokokus diberi penisilin prokain G 600.000-2.000.000 IU
IM selama 6 hari atau dengan pengobatan secara oral dengan penisilin V 500
mg setiap 6 jam, selama 10-14 hari. Pada selulitis karena H. Influenza
diberikan Ampicilin untuk anak (3 bulan sampai 12 tahun) 100-200 mg/kgBB

(150-300 mg), >12 tahun seperti dosis dewasa.


Pengobatan topikal dan diberikan kompres terbuka dengan larutan antiseptik.
8. Pencegahan
Hindari terjadinya kerusakan kulit, misalnya menggunakan pelindung yang

tepat saat bekerja atau berolahraga.


Bersihkan setiap luka yang ada di kulit dengan baik.
Waspada terhadap timbulnya tanda-tanda infeksi, seperti kemerahan, rasa

nyeri dan pembengkakan.


Jaga kesehatan tubuh dan kendalikan penyakit menahun yang ada, misalnya

diabetes.
9. Komplikasi
Kalau sering residif di tempat yang sama dapat terjadi elefantiasis. Komplikasi
jarang ditemukan, tetapi termasuk glomerulonefritis akut (jika disebabkan oleh strain
nefritogenik streptococcus, limfadenitis, endokarditis bakterial subakut). Kerusakan
pembuluh limfe dapat menyebabkan selulitis rekurens.

UNIVERSITAS ANDALAS
FAKULTAS KEDOKTERAN
KEPANITERAAN KLINIK ROTASI TAHAP II
STATUS PASIEN
1. Identitas Pasien
a. Nama/Kelamin/Umur
: Tn.Z/ Laki-laki/ 46 tahun
b. Pekerjaan/pendidikan
: Pedagang
c. Alamat
: Gunung Pangilun
2. Latar belakang sosial ekonomi demografi lingkungan keluarga :
Status perkawinan
: menikah
Jumlah anak
: 3 orang
Status ekonomi keluarga : cukup mampu
Kondisi rumah
: rumah permanen, ventilasi cukup, kamar 2
-

buah, halaman cukup luas. Kesan : higiene dan sanitasi lingkungan cukup baik
Kondisi lingkungan rumah
: pasien tinggal bersama istri dan 3 orang

anak pasien.
Aspek psikologis di keluarga
: stressor dalam keluarga tidak ada
3. Keluhan utama : bengkak pada kaki kiri sejak 2 minggu yang lalu.
4. Riwayat penyakit sekarang:
Bengkak pada kaki kiri sejak 2 minggu yang lalu, bengkak makin lama
makin bertambah dan berwarna merah. Pasien mengatakan sebelumnya
kaki pasien terbentur tembok 2 minggu yang lalu, kemudian tampak

bengkak dan sedikit memerah.


Nyeri pada kaki yang bengkak sejak 1 minggu lalu, nyeri dirasakan terus-

menerus dan makin nyeri bila disentuh.


Demam 1 minggu yang lalu, demam tinggi, terus menerus tidak hilang

timbul, sembuh setelah 3 hari dan meminum parasetamol.


5. Riwayat penyakit dahulu:

Pasien tidak pernah menderita keluhan seperti ini sebelumnya.

Riwayat hipertensi dan diabetes disangkal.

6. Riwayat penyakit keluarga/ atopi/ alergi :

Tidak ada keluarga yang menderita penyakit seperti ini.

Pasien dan keluarga tidak ada riwayat atopi .

7. Pemeriksaan Fisik
Status Generalis
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran
: CMC
Nadi
: 84x/ menit

Nafas
: 22x/menit
Suhu
: 36,5oC
BB
: 70 Kg
TB
: 167 cm
Status Gizi
: Gizi cukup
Mata
: Konjungtiva tidak anemis, Sklera tidak ikterik
Kulit
:
Status dermatologikus:

Lokasi: regio cruris sinistra

Distribusi: regional

Bentuk: tidak khas

Susunan: tidak khas

Batas: tidak tegas

Ukuran: plakat

Efloresensi: makula eritem; krusta kekuningan hingga kehitaman, edema (+)

Status venereologikus: tidak ada kelainan


Kelainan selaput lendir: tidak ditemukan kelainan.
Kelainan kuku: tidak ditemukan kelainan.
Kelainan rambut: tidak ada kelainan.
Kelainan kelenjar limfe (KGB): tidak ditemukan pembesaran
Dada

: Jantung dan Paru dalam batas normal

Abdomen

: dalam batas normal

Anggota gerak : akral hangat, perfusi baik


8. Laboratorium Anjuran :
Darah rutin
Kultur dan sensitivity test
10. Diagnosis Kerja: Selulitis
11. Diagnosis Banding : Erisipelas

12. Manajemen
a. Preventif :

Istirahatkan tungkai.

Elevasikan tungkai.

Menjaga kebersihan tungkai.

Kompres terbuka dengan larutan antiseptik.

Makan makanan yang bergizi untuk meningkatkan daya tahan tubuh

b. Promotif :

Menjelaskan kepada pasien dan keluarga bahwa selulitis merupakan penyakit


infeksi pada kulit yang disebabkan oleh bakteri dan faktor risiko untuk
terjadinya infeksi ini adalah trauma lokal (robekan kulit), luka terbuka di kulit
atau gangguan pembuluh vena maupun pembuluh getah bening, oleh sebab itu
pasien harus dapat menghindari faktor risiko terjadi infeksi ini.

c. Kuratif :
- Ciprofloxacin tab 500 mg 3x1
-

Paracetamol tab 500 mg 3x1

d. Rehabilitatif :

Kontrol ke Puskesmas 6 hari lagi

13. Prognosis : Bonam

Dinas Kesehatan Kodya Padang


Puskesmas Alai
Dokter

: Rizky Amelia
Tanggal : 10 Februari 2015

R/ ciprofloxacin tab 500mg


S3 dd tab 1

No. XVIII

R/ paracetamol tab 500mg


S3 dd tab 1

No. XII

Pro
: Zaini
Umur : 46 tahun
Alamat : gunung pangilun

DISKUSI

Seorang pasien laki-laki usia 46 tahun datang ke Balai Pengobatan Puskesmas


Alai dengan keluhan utama bengkak pada kaki kiri sejak 2 minggu yang lalu, yang makin

lama makin bertambah bengkak dan berwarna merah. Sebelumnya pasien mengaku
kakinya terbentur tembok, kemudian tampak sedikit bengkak. Kaki yang bengkak terasa
nyeri sejak 1 minggu yang lalu. 1 minggu yang lalu pasien mengalami demam tinggi, dan
3 hari demam sembuh, pada saat demam pasien meminum parasetamol. Pasien tidak
pernah menderita keluhan seperti ini sebelumnya. Pasien juga tidak ada riwayat hipertensi
dan diabetes melitus.
Dari pemeriksaan fisik, tanda vital masih dalam batas normal. Status
dermatologikus lokasi lesi di regio cruris sinistra, distribusi regional, bentuk dan susunan
tidak khas, batas tidak tegas, ukuran plakat, dengan efloresensi berupa makula eritema
dengan krusta kekuningan hingga kehitaman, disertai dengan edema pada tungkai bawah
ke arah distal.
Pasien didiagnosis kerja dengan selulitis. Diagnosis ini didukung dari hasil
anamnesis dan pemeriksaan fisik pada pasien. Dari anamnesis, kaki bengkak, merah dan
nyeri merupakan tanda-tanda peradangan. Terjadinya demam merupakan petunjuk bahwa
sudah terjadi suatu proses infeksi. Peradangan ini dapat berupa infeksi pada kulit dan
jaringan bawah kulit. Selain itu adanya riwayat trauma pada lokasi yang sama merupakan
faktor risiko terjadi selulitis. Pemeriksaan fisik dermatologi juga mendukung diagnosis ke
arah selulitis, yaitu makula eritema dengan krusta kekuningan hingga kehitaman, disertai
dengan edema. Kelainan kulit ini dapat disebabkan karena adanya infiltrat yang difus di
subkutan. Pasien sebaiknya dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan laboratorium
berupa darah rutin dan pemeriksaan kultur serta tes sensitivitas. Pada pemeriksaan darah
rutin biasanya akan ditemukan leukositosis sebagai respon peradangan. Pemeriksaan
kultur bertujuan untuk menentukan bakteri penyebabnya, dan tes sensitivitas untuk
mengetahui antibiotik apa yang paling sesuai terhadap bakteri tersebut.
Penatalaksanaan pada pasien berupa promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif.
Promotif berupa edukasi mengenai penyakitnya, penyebab dan faktor risiko, sehingga
pasien mengetahui dan dapat menghindari faktor penyebab tersebut. Upaya preventif
dengan cara mengistirahatkan tungkai, menjaga kebersihan tungkai, mengelevasikan
tungkai, melakukan kompres terbuka dengan larutan antiseptik, serta makan makanan
yang bergizi untuk meningkatkan daya tahan tubuh. Upaya kuratif dalam pengobatan
penyakit ini adalah dengan memberikan antibiotik untuk mengobati infeksi yang terjadi.
Antibiotik yang diberikan yaitu ciprofloxacin tablet 500 mg 3x1. Selain itu juga diberikan
parasetamol 500 mg sebagai analgetik-antipiretik untuk mengurangi gejala demam dan
nyeri tungkai.

DAFTAR PUSTAKA
1. Djuanda, Adhi. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi keenam. Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. 2011: 60-61.
2. Morris, AD. Cellulitis and erysipelas. University Hospital of Wales, Cardiff, UK.
2008:1708 .
3. Concheiro J, Loureiro M, Gonzlez-Vilas D, et al. Erysipelas and cellulitis: a
retrospective study of 122 cases. 2009.
4. Swartz MN. Cellulitis. New England Journal of Medicine. 2004.
5. Wolff K, Johnson RA. Fitspatricks: color atlas and synopsis of clinically
dermatology. New York: McGrawHill. 2008.
6. Wolff Klaus, Lowell, Goldsmith, et all. Fitzpatricks dermatology in general
medicine. New York: McGrawHill, 2008.
7. Mandal BK, Wilkins EGL, Dunbar EM. 2008. Lecture notes : Penyakit
infeksi.edisi 6. Jakarta : Penerbit Erlangga.
8. Hoan Tjay T, Rahardja K. Obat-obat penting. Edisi 6. Jakarta : PT Elex Media
Komputindo. 2010.
9. Burns, Tony et all. Rooks Textbook of dermatology, Dalam : cellulitis.8th ed.
Wiley Blackwell.

Anda mungkin juga menyukai