Anda di halaman 1dari 58

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Listrik merupakan energi yang sangat penting bagi kehidupan manusia, hal ini
sejalan dengan berkembangnya teknologi peralatan pendukung manusia baik di
bidang industri, rumah tangga, sarana pendidikan, rumah sakit dan perkantoran.
Sehingga untuk sistem instalasi kelistrikan dalam sebuah gedung diperlukan
perencanaan yang cukup matang supaya sistem tersebut mampu bekerja dengan
sangat efektif, efisien serta sistem tersebut mampu mengatasi gangguan yang terjadi
dalam proses penyaluran atau pendistribusian tenaga listrik di gedung tersebut.
Gedung Instalasi Rehabilatasi Rumah Sakit Atma Husada Mahakam merupakan
salah satu tempat yang sangat memerlukan kandalan sistem penerangan karena hal ini
sangat berkaitan erat dengan kualitas pelayanan yang akan diterima oleh pengguna.
Oleh karena itu sistem penerangan di Gedung Instalasi Rehabilitasi Rumah Sakit
Atma Husada Mahakam harus benar-benar sesuai dengan persyaratan yang telah
ditentukan. Itulah sebabnya dalam perencanaan instalasi listrik sasaran dan tujuan
utama yang harus dicapai adalah kebutuhan energi listrik di gedung tersebut tercukupi
sampai dengan penambahan daya di masa datang, terjaminnya keamanan seluruh
pengguna energi listrik di gedung tersebut, memperlancar seluruh kegiatan dan

aktifitas yang dilakukan di gedung tersebut, sistem pendistribusian listrik yang hemat
energi dan efisien.
Untuk mendapatkan hal - hal diatas maka perencanaan haruslah memenuhi
syarat - syarat dan ketentuan - ketentuan yang berlaku. Pemasangan instalasi listrik
penerangan gedung sebagai sarana rumah sakit mempunyai ketentuan dan syarat yang
harus dipenuhi baik dari segi keamanan, keandalan dan ekonomis. Hal - hal diatas
maka dapat dilakukan sebuah perencanaan instalasi penerangan gedung yang sesuai
dengan standarisasi dan peraturan pada PUIL 2000.
Atas dasar itulah penulis mengangkat proposal tugas akhir dengan judul
Studi Instalasi Penerangan Gedung Instalasi Rehabilitasi Rumah Sakit Atma
Husada Mahakam.
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas adapun permasalahan yang akan dibahas dalam
menyelesaikan Proposal Tugas Akhir ini antara lain :
1. Bagaimana menentukan ketepatan pemasangan instalasi penerangan pada
Gedung Instalasi Rehabilatasi Rumah Sakit Atma Husada Mahakam
2. Bagaimana cara menentukan pengaman pada Gedung Rumah Sakit Atma
Husada Mahakam ?
3. Bagaimana cara menentukan penghantar pada Gedung Rumah Sakit Atma
Husada Mahakam ?

1.3 Tujuan Penulisan


Adapun tujuan dari penulisan proposal tugas akhir ini adalah :
1. Memberikan pemahaman terhadap pembaca, tentang pemasangan penerangan
yang baik dan benar.
2. Mengetahui cara menentukan pengaman pada Gedung Rumah Sakit Atma
Husada Mahakam.
3. Mengetahui cara menentukan penghantar pada Gedung Rumah Sakit Atma
Husada Mahakam
1.4 Manfaat Dan Kegunaan
Manfaat dari keguanaan yang dapat diperoleh dari studi ini adalah :
1. Menambah wawasan dan ilmu pengetahuan tentang instalasi penerangan yang
selama diperoleh selama kuliah.
2. Dapat mengaplikasikan ilmu yang diperoleh selama kuliah ke lapangan.
3. Sebagai bahan masukan baik bagi Gedung Instalasi Rehabilatasi Rumah Sakit
Atma Husada Mahakam maupun Kontraktor.
4. Sebagai bahan acuan mahasiswa untuk menyelesaikan Tugas Akhir Jurusan
Teknik Elektro Politeknik Negeri Samarinda selanjutnya.
1.5 Batasan Masalah
Untuk mengindari kemungkinan meluasnya permasalahan, maka yang akan
dibahas sebagai berikut :
1. Menentukan ketepatan pemasangan instalasi penerangan.
2. Menentukan besar pengaman.
3

3. Menentukan luas penghantar


4. Menggunakan rumus baku dan tidak membahas turunan rumus.
1.6 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan yang digunakan dalam penulisan Proposal Tugas Akhir
ini adalah sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Berisikan tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan, manfaat dan
kegunaan penulisan, batasan masalah dan sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Berisikan tentang pembahasan teori atau persyaratan umum mengenai
penjelasan dasar-dasar instalasi penerangan, intensitas cahaya, flux cahaya,
luminansi, cara menghitung penerangan dalam, intensitas penerangan efisiensi
penerangan dan armatur, faktor- faktor refleksi, indeks ruangan atau indeks
bentuk, sistem penerangan dan armatur, dan komponen-komponen yang
digunakan.
BAB III METODE PENELITIAN
Berisikan tentang metode-metode yang dilakukan untuk penelitian seperti
waktu dan lokasi penelitian, jenis dan sumber data, teknik pengumpulan data,
desain penelitian, dan analisa data.
BAB IV PEMBAHASAN
Berisikan tentang pembahasan mengenai pemasangan ketepatan instalasi
penerangan, perhitungan KHA dan besar pengaman.
4

BAB V PENUTUP
Berisikan tentang simpulan dan saran-saran.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Instalasi Listrik


Instalasi Listrik adalah suatu kumpulan komponen yang membentuk suatu
rangkaian atau sistem dan yang mempunyai tujuan yaitu menyalurkan energi listrik
dari pembangkit hingga dapat dimanfaatkan oleh konsumen.
2.1.1 Prinsip Dasar Instalasi Listrik
Perencanaan instalasi penerangan harus memenuhi ketentuan yang ada pada
PUIL 2000 dan ketentuan-ketentuan lainnya. Selain itu agar instalasi yang dipasang
dapat digunakan secara optimal harus memenuhi hal-hal mendasar yaitu :
a. Keamanan
Ditunjukkan untuk keselamatan manusia, ternak, peralatan dan harta
benda. Pemeriksaan dan inspeksi dari instalasi sebelum digunakan atau
disambung, dan setiap perubahan yang penting perlu diberi tanda atau kode
untuk keamanan dalam pekerjaan selanjutnya .
b. Keandalan
Kesiapan baik secara elektrik maupun mekanik yang bekerja pada nilai
nominalnya tanpa menimbulkan kerusakan.
c. Ketersediaan
Kesiapan suatu instalasi melayani kebutuhan, baik daya, pengaman
maupun untuk perluasan.
6

d. Ketercapaian
Kesiapan suatu instalasi dalam usaha untuk mencapai kemudahan
dalam hal, pemasangan, pengawasan, pemeriksaan, dan pemeliharaan serta
pada saat perbaikkan.
e. Keindahan
Kerapian dalam pemsangan peralatan dan mengacu pada jenis serta
bnetuk peralatan yang berlaku.
f. Ekonomis
Kesiapan dalam hal pembiayaan yang dikeluarkan untuk instalasi
penerangan tersebut haruslah sehemat dan seefisien mungkin.
2.2 Instalasi Penerangan
Cahaya adalah suatu gejala fisis, suatu sumber cahaya memancarkan energi.
Sebagian dari energi ini diubah menjadi cahaya Nampak. Perambatan cahaya di ruang
bebas dilakukan oleg gelombang-gelombang elektromagnetik. Jadi cahaya itu suatu
gejala getaaran. Instalasi penerangan dalam suatu ruangan sangat dipengaruhi oleh
intensitas cahaya,flux cahaya, intensitas penerangan dan luminasi.
2.2.1 Satuan-Satuan Dalam Instalasi Listrik Penerangan
Adapun satuan-satuan yang terpening dan digunakan dalam teknik
penerangan yaitu :
a. Satuan untuk intensitas cahaya
b. Satuan untuk flux cahaya
c. Satuan untuk intensitas penerangan atau iluminansi

: kandela ( cd )
: lumen ( lm)
: lux ( lx )

2.2.2 Istilah-Istilah Umum Dalam Penerangan


Keuntungan dari penerangan yang baik beberapa diantaranya, dapat
menciptakan dan meningkatkan kinerja suatu kegiatan atau pekerjaan yang meliputi :
1. Produktivitas semakin tinggi.
2. Kecermatan menjadi lebih baik.
3. Menciptakan suasana yang lebih nyaman.
4. Dapat mencegah kecelakaan kerja.
Peneranagan dalam ruangan dapat dibedakan menjadi tiga (3) yaitu :
a. Penerangan Untuk Keperluan Umum
Penerangan untuk keperluan umum adalah penerangan yang
digunakan untuk keperluan publik, misalnya : penerangan untuk kantor,
penerangan untuk rumah sakit, penerangan bengkel, dan ruang tunggu.
b. Penerangan Dikhusukan Pada Titik Tertentu
Penerangan ini umumya menggunakan sumber cahaya dengan sudut
pancaran berkas cahaya yang sempit, misalnya : penerangan pada etalase,
bagian tertentu perkantoran.
c. Penerangan Dekoratif
Penerangan dekoratif harus mempertimbangkan estetika dan distribusi
cahaya misalnya penerangan pada: ruang keluarga, restoran, tempat hiburan.

2.3 Intensitas Cahaya


Kawat tahanan yang dialiri arus listrik akan berpijar dan memancarkan
cahaya. Sumber cahaya demikian, misalnya lampu pijar dinamakan pemancar suhu.
Lampu pijar memancarkan energi cahaya ke semua jurusan,tetapi energi radiasinya
tidak merata.
Jumlah energi radiasi yang dipancarkan sebagai cahaya ke suatu jurusan
tertentu disebut intensitas cahaya dan dinyatakan dalam satuan kandela (cd), dengan
lambing I. Seperti pada gambar 2.1 :

Gambar 2.1 Intensitas Cahaya


( Sumber: Anonim, Buku Instalasi Listrik II )
2.3.1 Flux Cahaya
Flux cahaya yang dipancarkan oleh suatu sumber cahaya ialah seluruh sumber
cahaya yang dipancarkan dalam satu detik. Kalau sumber cahayanya, misalkan
sebuah lampu pijar ditempatkan dalam reflektor, maka cahayanya akan diarahakan
tetapi jumlah atau flux cahayanya tetap. Seperti sudah diketahui satuan untuk flux
cahaya adalah lumen dan ditunjukkan pada gambar 2.2 :

Gambar 2.2 Flux Cahaya


( Sumber: Anonim, Buku Instalasi Listrik II )

Untuk mencari flux cahaya yang dipacarkan oleh sumber cahaya yang ada
dalam ruangan bias dihitung dengan menggunakan rumus 2.1 :
=

EXA

.. ( 2.1 )

Keterangan :
= Flux cahaya yang diperoleh oleh sumber cahaya ( lm )
E = Intensitas penerangan yang diperlukan oleh bidang kerja ( lux )
A = Luas bidang kerja ( m2 )
= Efisiensi
2.3.2

Luminansi

10

Luminansi adalah suatu ukuran untuk terang suatu benda. Luminansi yang
terlalu besar akan menyilaukan mata, seperti misalnya sebuah lampu pijar tanpa
almatur.
Luminani ( L ) suatu sumber cahaya atau suatu permukaan yang memantulkan
cahaya ialah intensitas cahayanya dibagi dengan luas semu permukaan. Dalam
bentuk rumus 2.2 :

L=

I
As

cd / cm2

. ( 2.2 )

Keterangan :
L = luminansi dalam satuan cd/cm2
I = Intensitas cahaya dalam satuan cd
As = Luas semu permukaan dalam satuan cm2
Faktor refleksi suatu permukaan ikut menentukan luminansinya. Luas semu
permukaan ialah luas proyeksi sumber cahaya pada suatu bidang rata yang tegak
lurus pada arah pandang, jadi bukan luas permukaan seluruhnya.
2.4 Cara Menghitung Penerangan Dalam
Penerangan suatu ruangan kerja pertama-tama harus tidak melelahkan mata
tanpa guna. Karena itu perbedaan intensitas penerangan yang terlalu besar antara

11

bidang kerja dan sekelilingnya, harus dihindari, karena akan memerlukan daya
penyesuaian mata yang terlalu besar sehingga melelahkan.
Perbandingan antara intensitas penerangan minimum dan maksimum dibidang
kerja harus sekurang-kurangnya 0,7. Perbandingan dengan sekelilingnya harus
sekurang-kurangnya 0,3.Dalam menghitung penerangan dalam yaitu terdiri dari :
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Intensitas Penerangan
Efisiensi Penerangan
Efisiensi almatur
Faktor Refleksi
Indeks ruangan atau indeks bentuk
Faktor penyusutan atau faktor depresiasi

Sistem penerangan yang sebaiknya digunakan dipengaruhi oleh banyak faktor


antara lain :
a.
b.
c.
d.
e.
2.4.1

Intensitas penerangannya dibidang kerja


Intensitas penerangan umumnya dalam ruangan
Biaya Instalasinya
Biaya pemakaian energinya
Biaya pemeliharaan instalasinya
Intensitas Penerangan
Intensitas penerangan harus ditentukan ditempat dimana pekerjaannya akan

dilakukan. Bidang kerja umumnya diambil 80 cm diatas lantai. Bidang kerja ini
mungkin sebuah meja atau bangku kerja, atau juga suatu bidang horizontal khayalan
80 cm di atas lantai

12

Intensitas penerangan yang diperlukan ikut ditentukan oleh sifat pekerjaan


yang harus dilakukan. Suatu bagian mekanik halus misalnya, akan memerlukan
intensitas penerangan yang jauh lebih besar daripada yang diperlukan suatu galangan
kapal.
Intensitas penerangan E dinyatakan dalam satuan lux, sama dengan jumlah
lm/m2. Jadi flux cahaya yang diperlukan untuk suatu bidang kerja seluas A m 2
dengan rumus 2.3 :

E=

( 2.3 )

Keterangan :
= flux cahaya
E = Intensitas penerangan ( lux )
A = Luas bidang kerja ( m2 )
Flux cahaya yang dipancarkan lampu-lampu tidak semuanya mencapai bidang
kerja yang diinginkan. Sebagian dari flux cahaya itu akan dipancarkan kedinding
dan langit-langit.

g
o

.(2.4)

13

Keterangan :
g = flux cahaya yang mencapai bidang kerja, langsung atau tak langsung
setelah dipantulkan oleh dinding dan langit-langit.
o = flux cahaya yang dipancarkan oleh semua sumber cahaya yang ada
dalam ruangan
Untuk menentukan intensitas penerangan yang dibutuhkan adalah seperti Tabel 2.1
Tabel 2.1 Intensitas Penerangan

14

No

Sifat Pekerjaan

Penerangan Sangat

Penerangan Baik

Baik
1

Kantor
Ruangan Gambar
Ruangan Kantor ( untuk pekerjaan kantor

2000 lux

1000 lux

10000 lux

500 lux

250 lux

150 lux

Ruangan Sekolah
Ruangan Kelas
Ruangan Gambar
Ruangan Untuk Pelajaran Jahit Menjahit

500 lux
1000 lux
1000 lux

250 lux
500 lux
500 lux

Industri
Sifat Pekerjaan

Penerangan sangat

Penerangan Baik

biasa, pembukuan, mengetik, surat mrnyurat,


membaca, menulis, melayani mesin mesin
kantor )
Ruangan yang tidak digunakan terus
menerusuntuk pekerjaan ( ruang arsip, tangga,
gang, ruangan tunggu )
2

3
No

Baik
Pekerjaan sangat halus ( pembuatan jam

5000 lux

2500 lux

2000 lux

1000 lux

500 lux

250 lux

1000 lux
500 lux

500 lux
250 lux

2000 lux
1000 lux
250 lux

1000 lux
500 lux
125 lux

tangan, instrument kecil, dan halus mengukir )


Pekerjaan halus ( pekerjaan pemasangan halus,
menyetel mesin bubut otomatis, pekerjan
bubut halus, kempa halus, poles )
Pekerjaan kasar ( menempa dan menggiling )
4

Toko
Ruang jual dan pamer
Toko toko besar
Toko toko lain
Etalase
Toko toko besar
Toko toko lain
Mesjid, gereja dan lain sebagainya

15

( Sumber: Anonim, Buku Instalasi Listrik II )

2.4.2

Efisiensi Penerangan
Untuk menentukan efisiensi penerangan harus diperhitungkan seperti berikut :

a. Efisiensi atau rendemen armaturnya ( v )


b. Faktor refleksi dindingnya ( rw ), faktor refleksi langit-langitnya ( rp ) dan
faktor refleksi bidang pengukurannya ( rm )
c. Indeks ruangannya
Rumus flux cahaya yang dipancarkan lampu dalam suatu ruangan dinyatakan
dalam rumus 2.5

o =

EXA

lm

. (2.5)

Keterangan :
o = Flux cahaya yang dipancarkan oleh semua sumber cahaya yang ada di
dalam ruangan
= Efisiensi
E = Intensitas penerangan yang diperlukan dibidang kerja ( lux )
A = Luas bidang kerja ( m2 )

16

Untuk mengetahui efisiensi penerangan pada suatu ruangan maka kita dapat
melihat Tabel 2.2 :
Tabel 2.2 Efisiensi Penerangan

( Sumber: Prih Sumardjati dkk )


2.4.3

Efisiensi Almatur

Efisiensi atau rendemen almatur ( v ) adalah seperti dalam rumus 2.6 :

v=

flux cahaya yang dipancarkan olehalmatur

flux cahaya yang dipancarkanoleh sumber cahaya

.. ( 2.6 )

Efisiensi ini dibagi atas bagian flux cahaya di atas dan di bawah bidang
horizontal. Efisiensi sebuah almatur ditentukan oleh konstruksinya dan oleh
bahan yang digunakan. Dalam efisiensi penerangan selalu sudah diperhitungkan
efisiensi almaturnya.

17

2.4.4

Faktor- Faktor Refleksi


Faktor-faktor refleksi rw dan rp masing-masing menyatakan bagian yang

dipantulkan dari flux cahaya yang diterima oleh dinding dan langit-langit dan
kemudian mencapai bidang kerja.
Faktor refleksi bidang semu bidang pengukuran atau bidang kerja rm,
ditentukan oleh reflesi lantai dan refleksi bagian dinding antara bidang kerja dan
lantai. Umumnya untuk rm ini diambil 0,1.
Langit-langit dan dinding berwarna terang memantulkan 50-70% dan yang
berwarna gelap 10-20%.
Pengaruh dinding dan langit-langit pada sistem penerangan langsung jauh
lebih kecil daripada pengaruhnya pada sistem-sistem penerangan lainnya. Sebab
cahaya yang jatuh dilangit langit dan dinding hanya sebagian kecil saja dari flux
cahaya. Silau karena cahaya yang dipantulkan dapat dihindari dengan cara-cara
sebagai berikut :
a. Menggunakan bahan yang tidak mengkilat untuk bidang kerja

18

b. Menggunakan sumber-sumber cahaya yang permukaannya

luas dan

luminansinya rendah
c. Penempatan sumber cahaya yang tepat

2.4.5

Indeks Ruangan atau Indeks Bentuk


Indeks ruangan atau indeks bentuk (k) menyatakan perbandingan antara

ukuran-ukuran utama suatu ruangan berbentuk bujur sangkar. Besar indeks ruangan
dinyatakan dengan rumus 2.7 :

k=

p.l
h( p+l)

. ( 2.7 )

Keterangan :
k = Indeks ruangan atau indeks bentuk
p = panjang ruangan ( m )
l = Lebar ruangan ( m )
h = Tinggi sumber cahaya diatas bidang kerja ( m )
2.5 Sistem Penerangan dan Armatur
Penyebaran cahaya dari suatu sumber cahaya tergantung pada konstruksi
sumber cahaya itu sendiri dan konstruksi armatur yang digunakan. Konstruksi
armaturnya antara lain ditentukan oleh :

19

1.
2.
3.
4.
5.

Cara pemasangannya pada dinding atau langit-langit


Cara pemasangan fiting atau fiting-fiting dalam armatur
Perlindungan sumber cahaya
Penyesuaian bentuknya dengan lingkungan
Penyebaran cahayanya

Sebagian besar cahaya yang ditangkap oleh mata, tidak datang langsung dari
sumber cahaya, tetapi setelah dipantulkan oleh lingkungan. Karena besarnya
luminansi sumber-sumber cahaya modern, cahaya langsung dari sumber cahaya
biasanya akan menyilaukan mata. Oleh karena itu, bahan-bahan armatur harus dipilih
sedemikian rupa sehingga sumber cahayanya terlindung dan cahayanya terbagi secara
tepat.
2.5.1

Armatur

Armatur-armatur lampu dapat dibagi menurut beberapa cara, yaitu :


1. Berdasarkan sifat Penerangan
Berdasarkan sifat penerangannya terdiri atas untuk penerangan
langsung, sebagian besar langsung, difus, sebagian besar tak langsung dan tak
langsung
2. Berdasarkan Konstruksinya
Berdasarkan konstruksinya terdiri atas armature biasa, kedap tetesan
air, kedap air, kedap letupan debu dan kedap letupan gas.
3. Berdasarkan Pengunaannya
Berdasarkan pengunaannya terdiri atas untuk penerangan dalam,
penerangan luar, penerangan industry, penerangan dekorasi, dan armatur
yang ditanam di dinding atau langit-langit dan yang tidak ditanam
.
4. Berdasarkan Bentuknya
20

Berdasarkan bentuknya terdiri atas armatur balon, pinggan, rok,


gelang, armatur pancaran lebar dan pancaran atas. Kemudian armatur kandil,
patung dan armatur-armatur jenis lain untuk lampu-lampu bentuk tabung.
5. Berdasarkan Pemasangannya
Berdarkan pemasangannya terdiri atas armatur langit-langit, dinding gantung,
berdiri, armatur gantung memakai pipa dan armatur gantung memakai kabel.
Bentuk sumber cahaya dan armatur harus demikian rupa sehingga tidak
menyilaukan mata. Bayang-bayang harus ada, sebab bayang-bayang ini diperlukan
untuk dapat melihat benda-benda sewajarnya. Akan tetapi bayang-bayang itu tidak
boleh terlalu tajam. Selain itu konstruksi armature harus demikian rupa sehingga ada
cukup sirkulasi udara untuk menyingkirkan panas yang ditimbulkan oleh sumber
cahaya. Karena itu harus ada cukup banyak lubang dibagian bawah dan bagian atas
armatur. Suhu armatur sekali-kali tidak boleh menjadi sedemikian tinggi karena dapat
menimbulkan kebakaran atau merusak isolasi.
Berdasarkan sifat penerangannya dapat dibagi berbagai macam armatur
seperti dibawah ini :
a. Penerangan Langsung
Efisiensi penerangan langsung sangat baik. Cahaya yang dipancarkan
sumber cahaya seluruhnya dibidang yang harus diberi penerangan, langitlangit hampir tidak ikut berperan. Akan tetapi sistem penerangan ini
menimbulkan bayang-bayang yang tajam. Keberatan ini dapat dikurangi
dengan menggunakan sumber-sumber cahaya bentuk tabung ( lampu TL ).

21

Penerangan langsung terutama digunakan di ruangan-ruangan yang


tinggi, misalnya di bengkel dan pabrik, dan untuk penerangan luar. Armaturarmatur yang digunakan untuk penerangan langsung adalah armatur pancaran
lebar pada Gambar 2.3 ( untuk penerangan umum dalam bengkel ) dan
armatur pancaran terbatas pada Gambar 2.4 ( untuk penerangan setempat,
diatas mesin perkakas. Selain itu, ada juga armatur palung pada Gambar 2.5
( untuk penerangan industri ), dan armatur rok pada Gambar 2.6 ( untuk
penerangan luar ) dan armatur kedap air pada Gambar 2.7 ( untuk penerangan
jalan )

Gambar 2.3 Armatur Pancaran Lebar


( Sumber: Anonim, Buku Instalasi Listrik II )

22

Gambar 2.4 Armatur Pancaran Terbatas


( Sumber: Anonim, Buku Instalasi Listrik II )

Gambar 2.5 Armatur Palung


( Sumber: Anonim, Buku Instalasi Listrik II )

Gambar 2.6 Armatur Rok


( Sumber: Anonim, Buku Instalasi Listrik II )

Gambar 2.7 Armatur Kedap Air


( Sumber: Anonim, Buku Instalasi Listrik II )
b. Terutama Penerangan Langsung

23

Efisiensi Penerangan yang sebagian besar langsung langsung ini cukup


baik. Dibandingkan dengan penerangan langsung, pembentukan bayang
bayang dan kilaunya agak kurang. Sejumlah kecil cahaya dipancarkan ke atas
karena itu kesan mengenai ukuran ruangannya menjadi lebih baik.
Sistem penerangan ini digunakan di gedung- gedung ibadah, untuk
dalam

rumah,

gang,

dan

sebagainya.

Seperti

pada

Gambar

2.8

memperlihatkan pelindung dari kawat baja berlapis seng untuk ornamen


misalnya untuk ruangan-ruangan olahraga.

Gambar 2.8 Pelindung Dari Kawat


( Sumber: Anonim, Buku Instalasi Listrik II )
c. Penerangan Difus
Efisiensi penerangan difus lebih rendah daripada efisiensi kedua
sistem yang telah dibahas terlebih dahulu. Sebagian dari cahaya sumbersumber cahaya sekarang diarahkan kedinding dan langit-langit. Pembentukan
bayang bayang dan kilaunya banyak berkurang.
Penerangan difus digunakan di ruangan-ruangan sekolah, diruanganruangan kantor dan di tempat-tempat kerja. Armatur untuk penerangan difus
adalah armatur armatur balon misanya armatur gantung memakai pipa
seperti pada Gambar 2.9
24

Gambar 2.9 Armatur Gantung Pakai Pipa


( Sumber: Anonim, Buku Instalasi Listrik II )
d. Terutama Penerangan Tak Langsung
Bayang bayang dan kilau yang timbul pada sistem penerangan ini
hanya sedikit. Sebagian besar dari cahaya sumber sumber cahaya sekarang
diarahkan ke atas. Penerangan ini digunakan untuk rumah-rumah sakit,
diruangan baca, took-toko, dan dikamar tamu. Seperti terlihat pada Gambar
2.10 armatur dinding untuk penerangan sebagian besar tak langsung dan pada
gambar 2.11 armatur gantung bentuk gelang

Gambar 2.10 Armatur Dinding


( Sumber: Anonim, Buku Instalasi Listrik II )

25

Gambar 2.11 Armatur Gantung Bentuk Gelang


( Sumber: Anonim, Buku Instalasi Listrik II )
e. Penerangan Tak Langsung
Pada sistem penerangan tak langsung cahayanya dipantulkan oleh
langit-langit dan dinding-dinding. Warna langit-langit dan dinding-dinding ini
harus terang bayang-bayang hampir tidak ada lagi.
Penerangan tak langsung digunakan untuk ruangan ruangan untuk
2.5.2

membaca, menulis dan untuk melakukan pekerjaan pekerjaan halus lainya.


Menentukan Jumlah Armatur
Untuk

menentukan

jumlah

armatur

yang

digunakan,

maka

dapat

menggunakan persamaan berikut dengan rumus 2.8 :

narmatur =

o
armatur

( 2.8 )

Keterangan :
o = flux cahaya yang dipancarkan oleh semua sumber cahaya yang ada
dalam ruangan
armatur = fluxs cahaya per armatur
26

2.5.3

Menentukan Banyak Lampu


Dalam menentukan banyak lampu digunakan metode interpolasi. Pada metode

interpolasi dapat diketahui efisiensi suatu penerangan melalai tabel, tetapi jika nilai
indeks ruangan ( k ) yang kita peroleh tidak terdapat didalam tabel maka untuk
mencari nilai efisiensinya diambil nlai tengah antara nilai-nilai untuk indeks ruangan
satu tingkat diatasnya dan satu tingkat dibawahnya.
Jika telah diketahui efisiensi penerangan untuk nilai tertentu dari indeks
ruangan maka dapat dihitung jumlah lampu yang diperlukan dengan menggunakan
rumus 2.9 :

n =

o
lampu

EX A
lampu X X d

... (

2.9 )
Keterangan :
n = jumlah lampu
o = flux cahaya yang dipancarkan oleh semua sumber cahaya yang ada
dalam ruangan
lampu = fluks lampu
E = Intensitas penerangan yang diperlukan dibidang kerja ( lm )

27

A = Luas bidang kerja dalam ( m2 )


d = Faktor penyusutan /depresiasi
= Efisiensi penerangan
Sedangkan untuk jumlah armatur dapat diketahui dengan menggunakan dengan
rumus 2.10 :

n =

o
armatur

EX A
armatur X x d

( 2.10 )
Keterangan :
n = jumlah lampu
o = flux cahaya yang dipancarkan oleh semua sumber cahaya yang ada dalam
ruangan
armatur = fluxs cahaya per armatur
E = Intensitas penerangan yang diperlukan dibidang kerja ( lm )
A = Luas bidang kerja dalam ( m2 )
d = Faktor penyusutan / depresiasi
= Efisiensi penerangan

28

2.6 Komponen Komponen Yang Digunakan


Dalam suatu instalasi penerangan dibutuhkan peralatan yang memenuhi
standar agar dapat menunjang proses kerja sistem penerangan tersebut. Adapun yang
tergolong komponen instalasi penerangan yaitu :
a. Papan Hubung Pagi
b. Penghantar
c. Pengaman
d. Sakelar
e. Kotak-kontak
f. Pipa Instalasi
g. Lampu
2.7 Papan Hubung Bagi
Menurut Puil 2000 Bab 6 pasal 6.2.1.1 6.2.1.3 disebutkan bahwa PHB harus
ditata dan dipasang sedemikian rupa sehingga terlihat rapi dan teratur, dan harus
ditempatkan dalam ruang yang cukup leluasa sehingga pemeliharaan dan pelayanan
mudah dan aman, dan bagian yang penting mudah dicapai serta semua komponen
yang pada waktu kerja memerlukan pelayanan, seperti instrumen ukur, tombol dan
sakelar, harus dapat dilayani dengan mudah dan aman dari depan tanpa bantuan
tangga, meja atau perkakas yang tidak lazim lainnya.Papan hubung bagi tersebut
dapat dilihat seperti Gambar 2.12 :

29

Gambar 2.12 Papan Hubung Bagi


( Sumber :

http://akhdanazizan.com/wpcontent/uploads/2012/01/Panel-

Listrik-ATS-AMF-

217x300.jpg )

2.8 Penghantar
Penghantar adalah suatu komponen utama material untuk suatu instalasi listrik,
yang berfungsi untuk menyalurkan arus dari suatu bagian kebagian lain dan juga
untuk menghubungkan bagian- bagian yang dirancang bertegangan sama. Bahan
kondoktor yang paling umum digunakan yaitu tembaga dan alumunium.
Bahan penghantar yang banyak digunakan untuk instalasi tegangan rendah
adalah tembaga. Untuk membuat penghantar tembaga yang mempunyai daya hantar
tinggi, maka kemurnian tembaga harus diatas 99,5 %.
Pada umumnya untuk melihat warna selubung, penandaan kabel dan jenis
penghantar atau kabel diberikan kode pengenal seperti pada Tabel 2.3 dan Tabel 2.4 :

Tabel 2.3 Inti atau Rel


Pengenal

30

Inti atau Rel

Dengan Huruf

Dengan Lambang

Dengan Warna
4

A. Instalasi arus bolak balik


Fase Satu

L1/R

Merah

Fase Dua

L2/S

Kuning

Fase Tiga

L3/T

Hitam

Biru

Fase satu

U/X

Merah

Fase Dua

V/Y

Kuning

Fase Tiga

W/Z

Hitam

Netral
B. Instalasi perlengkapan Listrik

C. Instalasi arus searah


Positif

L+

Tidak ditetapkan

Negatif

Tidak ditetapkan

Kawat Tengah

Biru

D. Penghantar Netral

Biru

E.Penghantar Pembumian

PE

Loreng Hijau Kuning

( Sumber: Persyaratan Umum Instalasi Listrik 2000 )


Tabel 2.4 Kode Penghantar
Kode Huruf

Komponen

31

Kabel jenis standart, dengan tembagai sebagai penghantar

Isolasi PVC

Selubung PVC

Kawat Berisolasi

Re

Penghantar padat bulat

Rm

Penghantar bulat berkawat banyak

( Sumber: Persyaratan Umum Instalasi Listrik 2000 )

2.8.1

Kabel
Kabel listrik merupakan suatu penghantar yang sangat sering dan sangat baik

digunakan dalam melakukan instalasi listrik. Kabel adalah satu atau lebih inti
penghantar, baik yang berbentuk solid maupun serabut yang masing masing di
lengkapi dengan isolasinya sendiri-sendiri dan membentuk suatu kesatuan. Penyatuan
atau penggabungan satu atau lebih inti inti pada umumnya dilengkapi dengan
selubung atau mantel pelindung. Dengan demikian ada tiga ( 3 ) hal pokok dari kabel
yaitu :
1. Penghantar/ konduktor merupakan media untuk menghantarkan arus listrik.
2. Isolasi merupakan bahan dielektrik untuk mengisolir dari yang satu ke yang
lain dan juga terhadap lingkungan lingkungannya.

32

3. Selubung luar merupakan yang memberikan perlidungan terhadap kerusakan


mekanis pengaruh bahan bahan kimia, electrolysis, api atau pengaruh
pengaruh luar biasanya yang merugikan.
2.8.2 Jenis Jenis Kabel
2.8.2.1 Kabel NYA
Kabel NYA hanya memiliki satu penghantar berbentuk pejal, kabel ini
pada umumnya digunakan pada instalasi rumah tinggal. Dalam pemakaiannya
pada

instalasi listrik harus menggunakan pelindung dari pipa union atau

paralon / PVC ataupun pipa fleksibel.Konstruksi kabel NYA dapat dilihat


pada Gambar 2.13 :

Gambar 2.13 Kabel NYA


( Sumber: Prih Sumardjati dkk )
2.8.2.2 Kabel NYM
Kabel NYM adalah kabel yang memiliki beberapa penghantar dan
memiliki isolasi luar sebagai pelindung. Penghantar dalam pemasangan pada
instalasi listrik, boleh tidak menggunakan pelindung pipa. Namun untuk
memudahkan saat peggantian kabel / revisi, sebaliknya pada pemasangan dalam

33

dinding / beton menggunakan selongsong pipa. Konstruksi kabel NYM dapat


dilihat pada Gambar 2.14

Gambar 2.14 Kabel NYM


( Sumber: Prih Sumardjati dkk )

2.8.2.3 Kabel NYAF


Kabel NYAF merupakan kabel fleksibel dengan penghantar tembaga
serabut berisolasi PVC. Digunakan untuk instalasi panel panel yang memerlukan
fleksibilatas yang tinggi. Konstruksi kabel NYAF dapat dilihat pada Gambar 2.15 :

34

BAR 2.15 Kabel NYAF


( Sumber: Prih Sumardjati dkk )

2.8.2.4 Kabel NYY


Kabel tanah thermoplastik tanpa perisai seperti NYY, biasanya digunakan
untuk kabel tenaga pada industri. Kabel ini juga dapat ditanam dalam tanah,
dengan syarat diberikan perlindungan terhadap kemungkinan kerusakan mekanis.
Perlindungannya bisa berupa pipa atau pasir dan diatasnya diberi batu. Konstruksi
kabel NYY dapat dilihat pada Gambar 2.16 :

Gambar 2.16 Kabel NYY

35

( Sumber: Prih Sumardjati dkk )


2.8.2.5 Luas Penampang Penghantar
Luas penamapang penghantar yang akan digunakan ditentukan oleh
kemampan hantar arus ( KHA) yang diperlukan dan suhu keliling yang harus
diperhatikan. Juga rugi tegangan tidak boleh melebihi 5 % dari tegangan pada panel
utamanya. Selain itu harus mempertimbangkan kemungkinan perluasan instalasi yang
kemudian hari serta kekuatan mekanis dari penghantar tersebut.
Pada instalasi penerangan rumah tinggal pasangan tetap, penghantar yang
harus digunakan yaitu luas penampang sekurang kurangnya 1,5 mm2. Untuk saluran
dua kawat, penghantar netralnya harus sama dengan luas penampang fasanya.
Sedangkan untuk saluran fasa semua penghantar fasanya harus memiliki luas
penampang yang sama.
2.8.2.6 Kemampuan Hantar Arus
Kemampuan hantar arus merupakan arus maksimum yang dapat dialirkan
dengan kontinu oleh penghantar pada keadaan tertentu tanpa menimbulkan kenaikkan
suhu yang melampaui nilai tertentu. Untuk menentukan KHA suatu penghantar dapat
dilihat pada rumus 2.11 :
KHA = 125 % X In

.( 2. 11 )

Keterangan :

36

KHA = Kemampuan hantar arus


In = Arus nominal
125 % = Ketentuan Puil 2000
Luas penampang penghantar pada kabel NYA, NYM, NYAF dan NYY dapat kita
lihat pada tabel 2.5 - 2.7.

Tabel 2.5 KHA Kabel NYA dan NYAF

KHA terus menerus


Jenis
penghantar

Luas
penampang
nominal
mm2

Pemasangan
dalam pipa( X )
sesuai 7.13

Pemasangan
diudara( XX )
sesuai 7.12.1
3

37

KHA pengenal gawai proteksi


Pemasangan
dalam pipa
A

Pemasangan
di udara
A
4

NYFA
NYFAF
NYFAZ
NYFAD
NYA
NYAF
NYAFAw
NYAFAFw
NYAFAZw
NYAFADw dan
NYAL

0,5
0,75

2,5
7

15

2
4

10

1
1,5
2,5
4
6
10
16
25
35
50
70
95
120
150
185
240
300
400
500

11
15
20
25
33
45
61
83
103
132
165
197
235
-

19
24
32
42
54
73
98
129
158
198
245
292
344
391
448
5285
608
726
830

6
10
16
20
25
35
50
63
80
100
125
160
250
-

10
20
25
35
50
63
80
100
125
160
200
250
315
315
400
400
500
630
630

( Sumber: Persyaratan Umum Instalasi Listrik 2000 )

Tabel 2.6 KHA Kabel NYM


Jenis Kabel

Luas penampang mm2

KHA terus menerus


A

KHA pengenal gawai


proteksi
A

38

NYIF
NYIFY
NYPLYw
NYM/NYM-0
NYRAMZ
NYRUZY
NYRUZYr
NHYRUZY
NHYRUZYr
NYBUY
NYLRZY, dan
Kabel fleksibel
berisolas PVC

1,5
2,5
4
6
10
16
25
35
50
70
95
120
150
185
240
300
400
500

18
26
34
44
61
82
108
135
168
207
250
292
335
385
453
504
-

10
20
25
35
50
63
80
100
125
160
200
250
250
315
400
400
-

( Sumber: Persyaratan Umum Instalasi Listrik 2000 )

Tabel 2.7 KHA Kabel NYY

Jenis
Kabel

Luas
Penampan

KHA terus menerus


Berinti dua
Ditanah
Diudara

Berinti tunggal
Ditanah
Diudara

39

Berinti tiga dan empat


Ditanah
Diudara

NYY
NYFGbY
NYRGbY
NYCY
NYCWY
NYSY
NYCEY
NYSEY
NYHSY
NYKY
NYKBY

g
2

A
3

A
4

1,5
2,5
4

40
54
70

26
35
46

6
10
16

90
122
160

58
79
105

25
35
50

206
249
296

140
174
212

70
95
120

365
438
499

269
331
386

150
185
240

561
637
743

442
511
612

300
400
500

843
986
1126

707
859
100

A
5

A
6

A
7

A
8

31
41
54

20
27
37

26
34
44

18,5
25
34

68
92
121

48
66
89

56
75
98

43
60
80

153
187
222

118
145
176

128
157
185

106
131
159

272
328
375

224
271
314

228
275
313

202
244
282

419
475
550

361
412
484

353
399
464

324
371
436

525
605

590
710

524
600

481
560

( Sumber: Persyaratan Umum Instalasi Listrik 2000 )


2.9 Pengaman
Arus yang mengalir dalam suatu penghantar menimbulkan panas. Supaya
suhu penghantarnya tidak menjadi terlalu tinggi, arusnya harus dibatasi. Untuk
pengaman arus lebih pada penghantar diatur dalam PUIL 2000 pasal 3.24.1
disebutkan bahwa penghantar aktif harus diberi proteksi dengan satu atau lebih gawai
untuk pemutusan suplai secara otomatis pada saat beban lebih dan hubung pendek.
Adapun untuk mencari ukuran dari pengaman dapat diketahui dengan persaman.

40

Untuk Persamaan satu fasa menggunakan rumus 2.12 :

In =

S
V `

(2.12)

Keterangan :
In = Arus nominal
S = Daya semu
V = Tegangan Vline netral
Untuk Pengaman tiga fasa menggunakan rumus 2.13 :

In =

S
3 . V

..(2.13)

Keterangan :
In = Arus nominal
S = Daya semu
V = Tegangan Vline line

2.9.1

MCB ( Mini Circuit Breaker )

41

MCB adalah suatu rangkaian pengaman yang dilengkapi dengan komponen


thermos (bimetal) untuk pengaman beban lebih dan juga dilengkapi relay
elektromagnetik untuk pengaman hubung singkat. MCB banyak digunakan untuk
pengaman sirkit satu fasa dan tiga fasa. Keuntungan menggunakan MCB, yaitu :
1. Dapat memutuskan rangkaian tiga fasa walaupun terjadi hubung singkat pada
salah satu fasanya.
2. Dapat digunakan kembali setelah rangkaian diperbaiki akibat hubung singkat
atau beban lebih.
3. Mempunyai respon yang baik apabila terjadi hubung singkat atau beban lebih.
Pada MCB terdapat dua jenis pengaman yaitu secara thermis dan
elektromagnetis, pengaman termis berfungsi untuk mengamankan arus beban lebih
sedangkan pengaman elektromagnetis berfungsi untuk mengamankan jika terjadi
hubung singkat. Pengaman thermis pada MCB memiliki prinsip yang sama dengan
thermal overload yaitu menggunakan dua buah logam yang digabungkan (bimetal),
pengamanan secara thermis memiliki kelambatan, ini bergantung pada besarnya arus
yang harus diamankan, sedangkan pengaman elektromagnetik menggunakan sebuah
kumparan yang dapat menarik sebuah angker dari besi lunak. MCB dibuat hanya
memiliki satu kutub untuk pengaman satu fasa, sedangkan untuk pengaman tiga fasa
biasanya memiliki tiga kutub dengan tuas yang disatukan, sehingga apabila terjadi
gangguan pada salah satu kutub maka kutub yang lainnya juga akan ikut terputus.
Konstruksi MCB dapat dilihat pada Gambar 2.17:

42

Gambar 2.17 MCB


( Sumber: https://encrypted-tbn0.gstatic.com/images?
q=tbn:ANd9GcTkgc18mJ6Wo7Prs0or3JhIq1PJEJitbv9JsJzqZ8HWmDV7WLJdFA )
2.9.2

NFB ( No Fuse Breaker )


NFB bekerja secara otomatis untuk memutuskan rangkaian apabila terjadi

arus beban lebih dan arus hubung pendek. Pemutus arus beban lebih yang terjadi pada
rangkaian listrik yang diamankan NFB dilakukan oleh elemen bimetal dan relay arus
lebih. Elemen bimetal bekerja memutuskan arus beban lebih pada rangkaian jika
terjadi gangguan beban lebih. Konstruksi NFB dapat dilihat pada Gamabr 2.18 :

Gambar 2.18 NFB

43

( Sumber : https://encrypted-tbn2.gstatic.com/images?
q=tbn:ANd9GcT6_wnKuMiiaVFeU7h5otH32MSUxHxp3q16gR0XppdtneoizKrrAA
)

2.10 Sakelar
Sakelar digunakan untuk memutuskan dan menghubungkan rangkain listrik
dalam keadaan berbeban. Sakelar harus memenuhi beberapa persyaratan sebagai
berikut :
1. Harus dapat dilayani secara aman tanpa memerlukan alat bantu
2. Dalam keadaan terbuka, bagian- bagian sakelar yang bergerak lurus tidak
bertegangan
3. Harus tidak dapat menghubungkan dengan sendirinya karena pengaruh gaya
berat.
Ada beberapa macan sakelar yang sering digunakan yaitu :

2.10.1 Sakelar Tunggal


Saluran fasa disambungkan ke ujung saklelar, dan ujung sakelar lainnya
disambungkan ke beban lampu listrik dan selanjutnya disambungkan ke saluran
netral. Sakelar tunggal mempunyai satu tuas / kontak dengan dua posisi yaitu posisi
sambung berarti lampu menyala dan sebaliknya lampu mati jika sakelar lepas.Simbol
dan konstruksi sakelar tunggal dapat dilihat pada Gambar 2.19 dan Gambar 2. 20 :

44

Gambar 2.19 Simbol Sakelar Tunggal


( Sumber:
http://www.clker.com/cliparts/6/d/f/6/1242808286484847560Symbol_circuit_breaker
_%28one-pole%29.svg.hi.png )

Gambar 2.20 Konstruksi Sakelar Tunggal

45

( Sumber:
http://www.butiklampu.com/content/uploads/mtoc/product_images/panasonic-stylesek.jpg )
2.10.2 Sakelar Seri
Sakelar seri digunakan untuk mengendalikan dua lampu listrik. Terdiri dari
tiga ( 3 ) terminal, yaitu 1 terminal masuk yang disambung ke saluran fasa ( L ), dan
dua ( 2 ) terminal keluar yang masing masing disambungkan ke lampu L1 dan
Lampu L2. Selanjutnya masing masing ujung lainnya dari masing masing L1 dan
L2 disambungkan ke netral ( N ). Sakelar seri biasanya digunakan untuk
pengendalian lampu lampu diruang tamu, ruang keluarga, wc dan lain sebagainya.
Simbol dan konstruksi sakelar seri dapat dilihat pada Gambar 2.21 dan Gambar 2.22 :

Gambar 2.21 Simbol Sakelar Seri


( Sumber :
http://www.clker.com/cliparts/e/e/2/b/1242808411332496998Symbol_Series_switch.s
vg.thumb.png )

46

Gambar 2.22

Konstruksi

Sakelar Seri
( Sumber:

https://ecs7.tokopedia.net/img/product-1/2015/9/29/5007509/5007509_e0a0dba98e93-4fe1-b9fa-a1935c26ba9c.jpg )

2.11 Kotak Kontak


Kotak kontak atau yang sering disebut juga stop kontak digunakan untuk
menerima arus listrik dan pada umumnya untuk bangunan gedung kontak kontak
ditanam dalam dinding.
Tinggi pemasangan kontak kontak pada dinding yaitu 1,25 meter dari
permukaan lantai, jika pemasangannya kurang dari 1,25 meter maka kotak kontak
harus tertutup guna menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.
Untuk menghindari kesalahan dalam memasukkan kotak tusuk ke dalam
lubang kotak kontak yang tidak seharusnya, maka dilakukan :

47

1. Dalam suatu sistem instalasi hanya ada satu macam kotak kontak yang digunakan.
2. Kotak kontak dan tusuk kontak diberi tanda yang jelas untuk membedakan
tegangan atau arus nominalnya masing-masing.
3. Kontak dari tusuk kontak mempunyai konstruksi yang berlainan sehingga lubang
kotak kontak tidak dapat dimasuki oleh tusuk kontak yang tegangan atau arus
nominalnya berlainan.
Jenis kotak kontak yang umum digunakan pada instalasi adalah kontak kontak
satu fasa dan tiga fasa, disesuaikan dengan kebutuhan dan peralatan yang digunakan
seperti gambar 2.23.

Gambar 2.23 Simbol Kotak Kontak


2.12 Pipa Instalasi
Penggunaan pipa instalasi di dalam gedung atau rumah adalah tempat
penyaluran kabel instalasi. Pipa instalasi sendiri dibedakan sebagai berikut :
2.12.1 Pipa PVC
Pipa instalasi harus cukup kuat terhadap tekanan mekanis, tahan panas dan
lembab serta tidak boleh menjalarkan api. Pada permukaan luar ataupun pada bagian
dalamnya harus licin sehingga tidak merusak atau melukai isolasi kabel.
48

Pipa instalasi PVC mempunyai beberapa keuntungan yaitu :


a. Daya isolasi kuat, sehingga dapat mengurangi terjadinya gangguan tanah
yang dapat menyebabkan bahaya kebakaran.
b. Tahan terhadap hampir semua bahan kimia, jadi tidak perlu dilindungi
dengan pengecatan.
c. Tidak menjalarkan api
d. Mudah digunakan dan dibentuk.
Pembengkokan pipa instalasi PVC harus sedemikian rupa sehingga tidak
terjadi kerusakan pada bagian yang dibengkokan, ini dapat dilakukan dengan
pemanasan ataupun dengan memakai spring bending.
Dalam pemasangan pipa instalasi harus sedemikian rupa sehingga penghantar
dapat ditarik dengan mudah setelah pipa terpasang pada dinding, serta pada waktu
pergantian penghantar dapat diganti tanpa melakukan pembongkaran sistem
pemipaan.
2.12.2 Union fleksible
Pipa fleksible ini banyak digunakan pada tempat-tempat yang banyak terdapat
pembengkokan. Pipa ini dapat dibengkokkan dengan mudah. Jadi selain harus
dilindungi juga harus diperhitungkan dalam penggunaannya karena harganya mahal..
2.13 Jenis jenis Lampu
Dalam memperhitungkan biaya operasi dari lampu, missal harus mengetahui
effisiensi dan umur dari lampu, maka biaya operasinya akan lebih tinggi, karena
adanya penggantian lampu yang dilakukan lebih sering sehingga untuk mengatasi hal

49

ini, maka harus digunakan dan memilih lampu yang mempunyai umur lebih panjang
dan effisiensi lebih tinggi, dengan effisiensi lampu dan warna cahaya saling
berrsaing.
Dan berdasarkan prinsip kerjanya, lampu listrik dibedakan menjadi dua
macam, yaitu lampu pijar dan lampu tabung/neon sign.
Sedangkan lampu tabung cahaya yang dihasilkan berbeda dengan filamen
lampu pijar, tetapi melalui proses eksitasi gas atau uap logam yang terkandung dalam
tabung lampu yang terletak diantara 2 elektroda yang bertegangan cukup tinggi.
2.13.1 Lampu TL
Bentuk standar tabung flueresen dipasarkan oleh Philips dengan kode TL.
Tabung flueresen diisi dengan uap air raksa dan gas mulia argon. Dalam keadaan
menyala, tekanan uap dalam tabung sangat rendah. Uap air raksa ini diserap oleh
serbuk flueresen dan diubah menjadi cahaya tampak. Dalam tabung selalu ada
kelebihan air raksa cair. Karena itu tekanan uap air raksa dalam tabung selalu sama
dengan tekanan uap air raksa jenuh, yang ditentukan oleh suhu tabung ditempat yang
paling dingin. Suhu ini disebut suhu kerja, kira-kira sama dengan 40o C.
Kumparan hambat atau ballast untuk lampu flueresen terdiri dari bagianbagian yaitu : kawat tembaga, bahan isolasi, tera besi, massa polyester. Massa ini
tetap keras jika dipanaskan, jadi tidak dapat mencair dan mengalirkan keluar jika
suhunya meningkat.
50

Kemudian terdapat balok terminal G, kotak pelat baja, dan alas baja yang
berfungsi sebagai pelindung magnetik. Kumparan hambat ini membatasi arus yang
mengalir pada tabung. Selain itu juga membangkitkan suatu tegangan induksi kejut
yang tinggi untuk memulai penyalaan tabung. Daya kumparan hambat yang
diperlukan untuk seluruh rangkaian ialah daya tabung ditambah dengan daya
kumparan hambatannya.
Starter untuk tabung flueresen terdiri dari sebuah balon kaca kecil yang diisi
dengan gas mulia. Di dalam balon terdapat dua buah elektroda dwilogam A dan B,
seperti gambar 2.24.

Gambar 2.24 Lampu TL Jenis Tabung


( http://4.bp.blogspot.com/QZrIQnjDddM/T82wWrw_EqI/AAAAAAAAAck/cOmDDKfpiUo/s1600/Lampu+T
L+Flourecent.jpg )
2.13.2 Lampu TL Jenis Compact atau SL

51

Jenis lampu TL ini biasa digunakan pada armatur pancaran terbatas dan jenis
lampu ini dapat dilihat pada Gambar 2.25.

Gambar 2.25 Lampu TL Jenis Compact


( Sumber: http://websourc.es/images-freebies/cfl-energy-saving-compact-fluorescentlamp-vector-free.jpg )

52

BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Waktu dan Lokasi
`Proses studi Instalasi Penerangan pada Gedung Instalasi Rehabilitasi Rumah
Sakit Atma Husada Mahakam yang dilaksanakan pada tanggal 8 Januari 11 Januari
2016 yang berlokasi di Jl. Kakap No 23 Samarinda, Kalimantan Timur.
3.2. Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang dikumpulkan dalam proses studi ini adalah data hasil
observasi lapangan berupa gambar denah Gedung Instalasi Rehabilatasi, data ruangan
beserta ukurannya, data peralatan listrik yang digunakan, jenis penghantar dan
pengaman yang digunakan.
3.3

Data Data Lapangan


Data Ruangan yang diperoleh dari Gedung Instalasi Rehabilatasi Rumah Sakit

Atma Husada Mahakam berisikan tabel tentang ruangan ruangan pada lantai 1 dan
lantai 2 berupa :

Tabel 3.1 Data Ruangan Lantai 1

53

Jumlah titik beban lampu


N
o

Ruang

Panjan
g
(m)

Lebar
(m)

Tinggi
(m)

Dokter/ K.A
Rehabilatsi
Administtras
i
Okopasi
Terapi

Jumlah Beban
Ac

TL
2X
36 W

SL
18
W

Stop
Kontak

KK
200
VA

1
PK

2
PK

Terapi tata
boga

5
6

Etalase
Sosial
workshop

6
6

6
3

4
4

2
1

6
-

1
1

1
1

1
-

7
8

Psikolog
Toilet

6
6

3
4,5

4
4

1
-

1
-

1
-

1
-

2
3

Tabel 3.2 Data Ruangan Lantai 2


Jumlah Beban
Ac

Jumlah titik beban lampu


No

Ruang

Panjan
g
(m)

Lebar
(m)

Tinggi
(m)

Melukis
dan Berhias

4,5

2
3

Aula
Penjahit

12
6

Latihan
Kerja dan
ketrampila
n
Gudang

TL
2 X 36
W

S
L
18
W

Stop
Kontak

KK
200
VA

1
PK

2
PK

6
4,5

4
4

10
1

2
1

1
1

1
-

54

1
Jenis Titik Beban Lampu

Jumlah beban
Ac

No

Ruang

Komite
Etik dan
Hukum
Toilet

Panjan
g
(m)
6

Lebar
(m)

Tinggi
(m)

TL 2 X
36 W

Stop
Kontak

KK
200

1
PK

2
PK

S
L
18
W
-

4,5

4,5

Tabel 3.3 Data Ruang Koridor Lantai 1 dan Lantai 2


Jenis Titik Beban Lampu
No

Ruang

Panjan
g
(m)

Lebar
(m)

Tinggi
(m)

Lantai 1

15

Lantai 2

13,5

3.4

TL 2 X
36 W

Jumlah beban
Ac

Stop
Kontak

KK
200

1
PK

2
PK

10

S
L
18
W
-

Teknik Pengumpulan Data


Hal yang paling menjadi dasar pemikiran dalam Studi Instalasi Penerangan di

Gedung Instalasi Rehabilatasi Rumah Sakit Atma Husada Mahakam adalah


mengetahui suatu instalasi penerangan yang baik dan sesuai standar yang nantinya
akan dipertanggung jawabkan dan dapat membandingkan hasil dilapangan dan
perhitungan. Untuk mencapai hal itu penulis membutuhkan data data, maka dari itu
perlu observasi lapangan, konsultasi, dan beberapa refrensi teori yang mendukung
membahas studi tersebut.
3.5

Desain Pelitian
Mulai

Pengambilan Data Lapangan


- Data tentang Gedung Instalasi Rehabilatasi
- Data Komponen yang elah terpasang 55

Pengolahan data
- Menentukan ketepatan pemasangan instaalasi penerangan
-- Perhitungan besar nilai penghantar
- Perhitungan besar nilai pengaman

Hasil Perhittungan yang didapatkan

Tidak
Analisa Data

Hasil yang didapat

Ya

Selesai

3.6 Jadual Aktifitas Kegiatan Tugas Akhir


No

Kegiatan

Januari
Minggu
1

2 3 4

Februari
Minggu
1

2 3

Maret
Minggu
4

56

4 5

April
Minggu
1

Mei
Minggu
4 1

Juni
Minggu
5

Pembuatan
Proposal
tugas akhir

Pengumpul
an Proposal
Seminar
Proposal
Konsutasi
Dosen
Pembimbin
g
Perbaikkan
Bab I

3
4

5
6

Pengerjaan
Bab II

Konsultasi
Dosen
Pembimbin
g
Perbaikkan
Bab II

8
9

Pengerjaan
Bab III

10

Konsultasi
Dosen
Pembimbin
g
Perbaikkan
Bab III

11
12

Pengerjaan
Bab IV

13

Konsultasi
Dosen
Pembimbin
g
Perbaikkan
Bab IV

14

15

N0

Konsultasi
Dosen
Pembimbin
g

Kegiatan
1

Januari

Februari

Maret

April

Mei

Juni

Minggu

Minggu

Minggu

Minggu

Minggu

Minggu

2 3 4

2 3

57

4 5

4 1

16

Pengerjaan
Bab V

17

Konsultasi
Dosen
Pembimbin
g

18

Perbaikkan
Bab V

19

Konsultasi
Dosen
Pembimbin
g

20

Penyele
Sain
Tugas
Akhir

Keterangan :
= Pembuatan Proposal
= Pengumpulan Proposal
= Seminar Proposal
= Konsultasi Pembimbing
= Pengerjaan TA
= Perbaikkan
= Selesai
= In Progress
= Dipercepat

58

= Penyelesaian Tugas
Akhir

Anda mungkin juga menyukai