PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Listrik merupakan energi yang sangat penting bagi kehidupan manusia, hal ini
sejalan dengan berkembangnya teknologi peralatan pendukung manusia baik di
bidang industri, rumah tangga, sarana pendidikan, rumah sakit dan perkantoran.
Sehingga untuk sistem instalasi kelistrikan dalam sebuah gedung diperlukan
perencanaan yang cukup matang supaya sistem tersebut mampu bekerja dengan
sangat efektif, efisien serta sistem tersebut mampu mengatasi gangguan yang terjadi
dalam proses penyaluran atau pendistribusian tenaga listrik di gedung tersebut.
Gedung Instalasi Rehabilatasi Rumah Sakit Atma Husada Mahakam merupakan
salah satu tempat yang sangat memerlukan kandalan sistem penerangan karena hal ini
sangat berkaitan erat dengan kualitas pelayanan yang akan diterima oleh pengguna.
Oleh karena itu sistem penerangan di Gedung Instalasi Rehabilitasi Rumah Sakit
Atma Husada Mahakam harus benar-benar sesuai dengan persyaratan yang telah
ditentukan. Itulah sebabnya dalam perencanaan instalasi listrik sasaran dan tujuan
utama yang harus dicapai adalah kebutuhan energi listrik di gedung tersebut tercukupi
sampai dengan penambahan daya di masa datang, terjaminnya keamanan seluruh
pengguna energi listrik di gedung tersebut, memperlancar seluruh kegiatan dan
aktifitas yang dilakukan di gedung tersebut, sistem pendistribusian listrik yang hemat
energi dan efisien.
Untuk mendapatkan hal - hal diatas maka perencanaan haruslah memenuhi
syarat - syarat dan ketentuan - ketentuan yang berlaku. Pemasangan instalasi listrik
penerangan gedung sebagai sarana rumah sakit mempunyai ketentuan dan syarat yang
harus dipenuhi baik dari segi keamanan, keandalan dan ekonomis. Hal - hal diatas
maka dapat dilakukan sebuah perencanaan instalasi penerangan gedung yang sesuai
dengan standarisasi dan peraturan pada PUIL 2000.
Atas dasar itulah penulis mengangkat proposal tugas akhir dengan judul
Studi Instalasi Penerangan Gedung Instalasi Rehabilitasi Rumah Sakit Atma
Husada Mahakam.
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas adapun permasalahan yang akan dibahas dalam
menyelesaikan Proposal Tugas Akhir ini antara lain :
1. Bagaimana menentukan ketepatan pemasangan instalasi penerangan pada
Gedung Instalasi Rehabilatasi Rumah Sakit Atma Husada Mahakam
2. Bagaimana cara menentukan pengaman pada Gedung Rumah Sakit Atma
Husada Mahakam ?
3. Bagaimana cara menentukan penghantar pada Gedung Rumah Sakit Atma
Husada Mahakam ?
BAB V PENUTUP
Berisikan tentang simpulan dan saran-saran.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
d. Ketercapaian
Kesiapan suatu instalasi dalam usaha untuk mencapai kemudahan
dalam hal, pemasangan, pengawasan, pemeriksaan, dan pemeliharaan serta
pada saat perbaikkan.
e. Keindahan
Kerapian dalam pemsangan peralatan dan mengacu pada jenis serta
bnetuk peralatan yang berlaku.
f. Ekonomis
Kesiapan dalam hal pembiayaan yang dikeluarkan untuk instalasi
penerangan tersebut haruslah sehemat dan seefisien mungkin.
2.2 Instalasi Penerangan
Cahaya adalah suatu gejala fisis, suatu sumber cahaya memancarkan energi.
Sebagian dari energi ini diubah menjadi cahaya Nampak. Perambatan cahaya di ruang
bebas dilakukan oleg gelombang-gelombang elektromagnetik. Jadi cahaya itu suatu
gejala getaaran. Instalasi penerangan dalam suatu ruangan sangat dipengaruhi oleh
intensitas cahaya,flux cahaya, intensitas penerangan dan luminasi.
2.2.1 Satuan-Satuan Dalam Instalasi Listrik Penerangan
Adapun satuan-satuan yang terpening dan digunakan dalam teknik
penerangan yaitu :
a. Satuan untuk intensitas cahaya
b. Satuan untuk flux cahaya
c. Satuan untuk intensitas penerangan atau iluminansi
: kandela ( cd )
: lumen ( lm)
: lux ( lx )
Untuk mencari flux cahaya yang dipacarkan oleh sumber cahaya yang ada
dalam ruangan bias dihitung dengan menggunakan rumus 2.1 :
=
EXA
.. ( 2.1 )
Keterangan :
= Flux cahaya yang diperoleh oleh sumber cahaya ( lm )
E = Intensitas penerangan yang diperlukan oleh bidang kerja ( lux )
A = Luas bidang kerja ( m2 )
= Efisiensi
2.3.2
Luminansi
10
Luminansi adalah suatu ukuran untuk terang suatu benda. Luminansi yang
terlalu besar akan menyilaukan mata, seperti misalnya sebuah lampu pijar tanpa
almatur.
Luminani ( L ) suatu sumber cahaya atau suatu permukaan yang memantulkan
cahaya ialah intensitas cahayanya dibagi dengan luas semu permukaan. Dalam
bentuk rumus 2.2 :
L=
I
As
cd / cm2
. ( 2.2 )
Keterangan :
L = luminansi dalam satuan cd/cm2
I = Intensitas cahaya dalam satuan cd
As = Luas semu permukaan dalam satuan cm2
Faktor refleksi suatu permukaan ikut menentukan luminansinya. Luas semu
permukaan ialah luas proyeksi sumber cahaya pada suatu bidang rata yang tegak
lurus pada arah pandang, jadi bukan luas permukaan seluruhnya.
2.4 Cara Menghitung Penerangan Dalam
Penerangan suatu ruangan kerja pertama-tama harus tidak melelahkan mata
tanpa guna. Karena itu perbedaan intensitas penerangan yang terlalu besar antara
11
bidang kerja dan sekelilingnya, harus dihindari, karena akan memerlukan daya
penyesuaian mata yang terlalu besar sehingga melelahkan.
Perbandingan antara intensitas penerangan minimum dan maksimum dibidang
kerja harus sekurang-kurangnya 0,7. Perbandingan dengan sekelilingnya harus
sekurang-kurangnya 0,3.Dalam menghitung penerangan dalam yaitu terdiri dari :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Intensitas Penerangan
Efisiensi Penerangan
Efisiensi almatur
Faktor Refleksi
Indeks ruangan atau indeks bentuk
Faktor penyusutan atau faktor depresiasi
dilakukan. Bidang kerja umumnya diambil 80 cm diatas lantai. Bidang kerja ini
mungkin sebuah meja atau bangku kerja, atau juga suatu bidang horizontal khayalan
80 cm di atas lantai
12
E=
( 2.3 )
Keterangan :
= flux cahaya
E = Intensitas penerangan ( lux )
A = Luas bidang kerja ( m2 )
Flux cahaya yang dipancarkan lampu-lampu tidak semuanya mencapai bidang
kerja yang diinginkan. Sebagian dari flux cahaya itu akan dipancarkan kedinding
dan langit-langit.
g
o
.(2.4)
13
Keterangan :
g = flux cahaya yang mencapai bidang kerja, langsung atau tak langsung
setelah dipantulkan oleh dinding dan langit-langit.
o = flux cahaya yang dipancarkan oleh semua sumber cahaya yang ada
dalam ruangan
Untuk menentukan intensitas penerangan yang dibutuhkan adalah seperti Tabel 2.1
Tabel 2.1 Intensitas Penerangan
14
No
Sifat Pekerjaan
Penerangan Sangat
Penerangan Baik
Baik
1
Kantor
Ruangan Gambar
Ruangan Kantor ( untuk pekerjaan kantor
2000 lux
1000 lux
10000 lux
500 lux
250 lux
150 lux
Ruangan Sekolah
Ruangan Kelas
Ruangan Gambar
Ruangan Untuk Pelajaran Jahit Menjahit
500 lux
1000 lux
1000 lux
250 lux
500 lux
500 lux
Industri
Sifat Pekerjaan
Penerangan sangat
Penerangan Baik
3
No
Baik
Pekerjaan sangat halus ( pembuatan jam
5000 lux
2500 lux
2000 lux
1000 lux
500 lux
250 lux
1000 lux
500 lux
500 lux
250 lux
2000 lux
1000 lux
250 lux
1000 lux
500 lux
125 lux
Toko
Ruang jual dan pamer
Toko toko besar
Toko toko lain
Etalase
Toko toko besar
Toko toko lain
Mesjid, gereja dan lain sebagainya
15
2.4.2
Efisiensi Penerangan
Untuk menentukan efisiensi penerangan harus diperhitungkan seperti berikut :
o =
EXA
lm
. (2.5)
Keterangan :
o = Flux cahaya yang dipancarkan oleh semua sumber cahaya yang ada di
dalam ruangan
= Efisiensi
E = Intensitas penerangan yang diperlukan dibidang kerja ( lux )
A = Luas bidang kerja ( m2 )
16
Untuk mengetahui efisiensi penerangan pada suatu ruangan maka kita dapat
melihat Tabel 2.2 :
Tabel 2.2 Efisiensi Penerangan
Efisiensi Almatur
v=
.. ( 2.6 )
Efisiensi ini dibagi atas bagian flux cahaya di atas dan di bawah bidang
horizontal. Efisiensi sebuah almatur ditentukan oleh konstruksinya dan oleh
bahan yang digunakan. Dalam efisiensi penerangan selalu sudah diperhitungkan
efisiensi almaturnya.
17
2.4.4
dipantulkan dari flux cahaya yang diterima oleh dinding dan langit-langit dan
kemudian mencapai bidang kerja.
Faktor refleksi bidang semu bidang pengukuran atau bidang kerja rm,
ditentukan oleh reflesi lantai dan refleksi bagian dinding antara bidang kerja dan
lantai. Umumnya untuk rm ini diambil 0,1.
Langit-langit dan dinding berwarna terang memantulkan 50-70% dan yang
berwarna gelap 10-20%.
Pengaruh dinding dan langit-langit pada sistem penerangan langsung jauh
lebih kecil daripada pengaruhnya pada sistem-sistem penerangan lainnya. Sebab
cahaya yang jatuh dilangit langit dan dinding hanya sebagian kecil saja dari flux
cahaya. Silau karena cahaya yang dipantulkan dapat dihindari dengan cara-cara
sebagai berikut :
a. Menggunakan bahan yang tidak mengkilat untuk bidang kerja
18
luas dan
luminansinya rendah
c. Penempatan sumber cahaya yang tepat
2.4.5
ukuran-ukuran utama suatu ruangan berbentuk bujur sangkar. Besar indeks ruangan
dinyatakan dengan rumus 2.7 :
k=
p.l
h( p+l)
. ( 2.7 )
Keterangan :
k = Indeks ruangan atau indeks bentuk
p = panjang ruangan ( m )
l = Lebar ruangan ( m )
h = Tinggi sumber cahaya diatas bidang kerja ( m )
2.5 Sistem Penerangan dan Armatur
Penyebaran cahaya dari suatu sumber cahaya tergantung pada konstruksi
sumber cahaya itu sendiri dan konstruksi armatur yang digunakan. Konstruksi
armaturnya antara lain ditentukan oleh :
19
1.
2.
3.
4.
5.
Sebagian besar cahaya yang ditangkap oleh mata, tidak datang langsung dari
sumber cahaya, tetapi setelah dipantulkan oleh lingkungan. Karena besarnya
luminansi sumber-sumber cahaya modern, cahaya langsung dari sumber cahaya
biasanya akan menyilaukan mata. Oleh karena itu, bahan-bahan armatur harus dipilih
sedemikian rupa sehingga sumber cahayanya terlindung dan cahayanya terbagi secara
tepat.
2.5.1
Armatur
21
22
23
rumah,
gang,
dan
sebagainya.
Seperti
pada
Gambar
2.8
25
menentukan
jumlah
armatur
yang
digunakan,
maka
dapat
narmatur =
o
armatur
( 2.8 )
Keterangan :
o = flux cahaya yang dipancarkan oleh semua sumber cahaya yang ada
dalam ruangan
armatur = fluxs cahaya per armatur
26
2.5.3
interpolasi dapat diketahui efisiensi suatu penerangan melalai tabel, tetapi jika nilai
indeks ruangan ( k ) yang kita peroleh tidak terdapat didalam tabel maka untuk
mencari nilai efisiensinya diambil nlai tengah antara nilai-nilai untuk indeks ruangan
satu tingkat diatasnya dan satu tingkat dibawahnya.
Jika telah diketahui efisiensi penerangan untuk nilai tertentu dari indeks
ruangan maka dapat dihitung jumlah lampu yang diperlukan dengan menggunakan
rumus 2.9 :
n =
o
lampu
EX A
lampu X X d
... (
2.9 )
Keterangan :
n = jumlah lampu
o = flux cahaya yang dipancarkan oleh semua sumber cahaya yang ada
dalam ruangan
lampu = fluks lampu
E = Intensitas penerangan yang diperlukan dibidang kerja ( lm )
27
n =
o
armatur
EX A
armatur X x d
( 2.10 )
Keterangan :
n = jumlah lampu
o = flux cahaya yang dipancarkan oleh semua sumber cahaya yang ada dalam
ruangan
armatur = fluxs cahaya per armatur
E = Intensitas penerangan yang diperlukan dibidang kerja ( lm )
A = Luas bidang kerja dalam ( m2 )
d = Faktor penyusutan / depresiasi
= Efisiensi penerangan
28
29
http://akhdanazizan.com/wpcontent/uploads/2012/01/Panel-
Listrik-ATS-AMF-
217x300.jpg )
2.8 Penghantar
Penghantar adalah suatu komponen utama material untuk suatu instalasi listrik,
yang berfungsi untuk menyalurkan arus dari suatu bagian kebagian lain dan juga
untuk menghubungkan bagian- bagian yang dirancang bertegangan sama. Bahan
kondoktor yang paling umum digunakan yaitu tembaga dan alumunium.
Bahan penghantar yang banyak digunakan untuk instalasi tegangan rendah
adalah tembaga. Untuk membuat penghantar tembaga yang mempunyai daya hantar
tinggi, maka kemurnian tembaga harus diatas 99,5 %.
Pada umumnya untuk melihat warna selubung, penandaan kabel dan jenis
penghantar atau kabel diberikan kode pengenal seperti pada Tabel 2.3 dan Tabel 2.4 :
30
Dengan Huruf
Dengan Lambang
Dengan Warna
4
L1/R
Merah
Fase Dua
L2/S
Kuning
Fase Tiga
L3/T
Hitam
Biru
Fase satu
U/X
Merah
Fase Dua
V/Y
Kuning
Fase Tiga
W/Z
Hitam
Netral
B. Instalasi perlengkapan Listrik
L+
Tidak ditetapkan
Negatif
Tidak ditetapkan
Kawat Tengah
Biru
D. Penghantar Netral
Biru
E.Penghantar Pembumian
PE
Komponen
31
Isolasi PVC
Selubung PVC
Kawat Berisolasi
Re
Rm
2.8.1
Kabel
Kabel listrik merupakan suatu penghantar yang sangat sering dan sangat baik
digunakan dalam melakukan instalasi listrik. Kabel adalah satu atau lebih inti
penghantar, baik yang berbentuk solid maupun serabut yang masing masing di
lengkapi dengan isolasinya sendiri-sendiri dan membentuk suatu kesatuan. Penyatuan
atau penggabungan satu atau lebih inti inti pada umumnya dilengkapi dengan
selubung atau mantel pelindung. Dengan demikian ada tiga ( 3 ) hal pokok dari kabel
yaitu :
1. Penghantar/ konduktor merupakan media untuk menghantarkan arus listrik.
2. Isolasi merupakan bahan dielektrik untuk mengisolir dari yang satu ke yang
lain dan juga terhadap lingkungan lingkungannya.
32
33
34
35
.( 2. 11 )
Keterangan :
36
Luas
penampang
nominal
mm2
Pemasangan
dalam pipa( X )
sesuai 7.13
Pemasangan
diudara( XX )
sesuai 7.12.1
3
37
Pemasangan
di udara
A
4
NYFA
NYFAF
NYFAZ
NYFAD
NYA
NYAF
NYAFAw
NYAFAFw
NYAFAZw
NYAFADw dan
NYAL
0,5
0,75
2,5
7
15
2
4
10
1
1,5
2,5
4
6
10
16
25
35
50
70
95
120
150
185
240
300
400
500
11
15
20
25
33
45
61
83
103
132
165
197
235
-
19
24
32
42
54
73
98
129
158
198
245
292
344
391
448
5285
608
726
830
6
10
16
20
25
35
50
63
80
100
125
160
250
-
10
20
25
35
50
63
80
100
125
160
200
250
315
315
400
400
500
630
630
38
NYIF
NYIFY
NYPLYw
NYM/NYM-0
NYRAMZ
NYRUZY
NYRUZYr
NHYRUZY
NHYRUZYr
NYBUY
NYLRZY, dan
Kabel fleksibel
berisolas PVC
1,5
2,5
4
6
10
16
25
35
50
70
95
120
150
185
240
300
400
500
18
26
34
44
61
82
108
135
168
207
250
292
335
385
453
504
-
10
20
25
35
50
63
80
100
125
160
200
250
250
315
400
400
-
Jenis
Kabel
Luas
Penampan
Berinti tunggal
Ditanah
Diudara
39
NYY
NYFGbY
NYRGbY
NYCY
NYCWY
NYSY
NYCEY
NYSEY
NYHSY
NYKY
NYKBY
g
2
A
3
A
4
1,5
2,5
4
40
54
70
26
35
46
6
10
16
90
122
160
58
79
105
25
35
50
206
249
296
140
174
212
70
95
120
365
438
499
269
331
386
150
185
240
561
637
743
442
511
612
300
400
500
843
986
1126
707
859
100
A
5
A
6
A
7
A
8
31
41
54
20
27
37
26
34
44
18,5
25
34
68
92
121
48
66
89
56
75
98
43
60
80
153
187
222
118
145
176
128
157
185
106
131
159
272
328
375
224
271
314
228
275
313
202
244
282
419
475
550
361
412
484
353
399
464
324
371
436
525
605
590
710
524
600
481
560
40
In =
S
V `
(2.12)
Keterangan :
In = Arus nominal
S = Daya semu
V = Tegangan Vline netral
Untuk Pengaman tiga fasa menggunakan rumus 2.13 :
In =
S
3 . V
..(2.13)
Keterangan :
In = Arus nominal
S = Daya semu
V = Tegangan Vline line
2.9.1
41
42
arus beban lebih dan arus hubung pendek. Pemutus arus beban lebih yang terjadi pada
rangkaian listrik yang diamankan NFB dilakukan oleh elemen bimetal dan relay arus
lebih. Elemen bimetal bekerja memutuskan arus beban lebih pada rangkaian jika
terjadi gangguan beban lebih. Konstruksi NFB dapat dilihat pada Gamabr 2.18 :
43
( Sumber : https://encrypted-tbn2.gstatic.com/images?
q=tbn:ANd9GcT6_wnKuMiiaVFeU7h5otH32MSUxHxp3q16gR0XppdtneoizKrrAA
)
2.10 Sakelar
Sakelar digunakan untuk memutuskan dan menghubungkan rangkain listrik
dalam keadaan berbeban. Sakelar harus memenuhi beberapa persyaratan sebagai
berikut :
1. Harus dapat dilayani secara aman tanpa memerlukan alat bantu
2. Dalam keadaan terbuka, bagian- bagian sakelar yang bergerak lurus tidak
bertegangan
3. Harus tidak dapat menghubungkan dengan sendirinya karena pengaruh gaya
berat.
Ada beberapa macan sakelar yang sering digunakan yaitu :
44
45
( Sumber:
http://www.butiklampu.com/content/uploads/mtoc/product_images/panasonic-stylesek.jpg )
2.10.2 Sakelar Seri
Sakelar seri digunakan untuk mengendalikan dua lampu listrik. Terdiri dari
tiga ( 3 ) terminal, yaitu 1 terminal masuk yang disambung ke saluran fasa ( L ), dan
dua ( 2 ) terminal keluar yang masing masing disambungkan ke lampu L1 dan
Lampu L2. Selanjutnya masing masing ujung lainnya dari masing masing L1 dan
L2 disambungkan ke netral ( N ). Sakelar seri biasanya digunakan untuk
pengendalian lampu lampu diruang tamu, ruang keluarga, wc dan lain sebagainya.
Simbol dan konstruksi sakelar seri dapat dilihat pada Gambar 2.21 dan Gambar 2.22 :
46
Gambar 2.22
Konstruksi
Sakelar Seri
( Sumber:
https://ecs7.tokopedia.net/img/product-1/2015/9/29/5007509/5007509_e0a0dba98e93-4fe1-b9fa-a1935c26ba9c.jpg )
47
1. Dalam suatu sistem instalasi hanya ada satu macam kotak kontak yang digunakan.
2. Kotak kontak dan tusuk kontak diberi tanda yang jelas untuk membedakan
tegangan atau arus nominalnya masing-masing.
3. Kontak dari tusuk kontak mempunyai konstruksi yang berlainan sehingga lubang
kotak kontak tidak dapat dimasuki oleh tusuk kontak yang tegangan atau arus
nominalnya berlainan.
Jenis kotak kontak yang umum digunakan pada instalasi adalah kontak kontak
satu fasa dan tiga fasa, disesuaikan dengan kebutuhan dan peralatan yang digunakan
seperti gambar 2.23.
49
ini, maka harus digunakan dan memilih lampu yang mempunyai umur lebih panjang
dan effisiensi lebih tinggi, dengan effisiensi lampu dan warna cahaya saling
berrsaing.
Dan berdasarkan prinsip kerjanya, lampu listrik dibedakan menjadi dua
macam, yaitu lampu pijar dan lampu tabung/neon sign.
Sedangkan lampu tabung cahaya yang dihasilkan berbeda dengan filamen
lampu pijar, tetapi melalui proses eksitasi gas atau uap logam yang terkandung dalam
tabung lampu yang terletak diantara 2 elektroda yang bertegangan cukup tinggi.
2.13.1 Lampu TL
Bentuk standar tabung flueresen dipasarkan oleh Philips dengan kode TL.
Tabung flueresen diisi dengan uap air raksa dan gas mulia argon. Dalam keadaan
menyala, tekanan uap dalam tabung sangat rendah. Uap air raksa ini diserap oleh
serbuk flueresen dan diubah menjadi cahaya tampak. Dalam tabung selalu ada
kelebihan air raksa cair. Karena itu tekanan uap air raksa dalam tabung selalu sama
dengan tekanan uap air raksa jenuh, yang ditentukan oleh suhu tabung ditempat yang
paling dingin. Suhu ini disebut suhu kerja, kira-kira sama dengan 40o C.
Kumparan hambat atau ballast untuk lampu flueresen terdiri dari bagianbagian yaitu : kawat tembaga, bahan isolasi, tera besi, massa polyester. Massa ini
tetap keras jika dipanaskan, jadi tidak dapat mencair dan mengalirkan keluar jika
suhunya meningkat.
50
Kemudian terdapat balok terminal G, kotak pelat baja, dan alas baja yang
berfungsi sebagai pelindung magnetik. Kumparan hambat ini membatasi arus yang
mengalir pada tabung. Selain itu juga membangkitkan suatu tegangan induksi kejut
yang tinggi untuk memulai penyalaan tabung. Daya kumparan hambat yang
diperlukan untuk seluruh rangkaian ialah daya tabung ditambah dengan daya
kumparan hambatannya.
Starter untuk tabung flueresen terdiri dari sebuah balon kaca kecil yang diisi
dengan gas mulia. Di dalam balon terdapat dua buah elektroda dwilogam A dan B,
seperti gambar 2.24.
51
Jenis lampu TL ini biasa digunakan pada armatur pancaran terbatas dan jenis
lampu ini dapat dilihat pada Gambar 2.25.
52
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Waktu dan Lokasi
`Proses studi Instalasi Penerangan pada Gedung Instalasi Rehabilitasi Rumah
Sakit Atma Husada Mahakam yang dilaksanakan pada tanggal 8 Januari 11 Januari
2016 yang berlokasi di Jl. Kakap No 23 Samarinda, Kalimantan Timur.
3.2. Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang dikumpulkan dalam proses studi ini adalah data hasil
observasi lapangan berupa gambar denah Gedung Instalasi Rehabilatasi, data ruangan
beserta ukurannya, data peralatan listrik yang digunakan, jenis penghantar dan
pengaman yang digunakan.
3.3
Atma Husada Mahakam berisikan tabel tentang ruangan ruangan pada lantai 1 dan
lantai 2 berupa :
53
Ruang
Panjan
g
(m)
Lebar
(m)
Tinggi
(m)
Dokter/ K.A
Rehabilatsi
Administtras
i
Okopasi
Terapi
Jumlah Beban
Ac
TL
2X
36 W
SL
18
W
Stop
Kontak
KK
200
VA
1
PK
2
PK
Terapi tata
boga
5
6
Etalase
Sosial
workshop
6
6
6
3
4
4
2
1
6
-
1
1
1
1
1
-
7
8
Psikolog
Toilet
6
6
3
4,5
4
4
1
-
1
-
1
-
1
-
2
3
Ruang
Panjan
g
(m)
Lebar
(m)
Tinggi
(m)
Melukis
dan Berhias
4,5
2
3
Aula
Penjahit
12
6
Latihan
Kerja dan
ketrampila
n
Gudang
TL
2 X 36
W
S
L
18
W
Stop
Kontak
KK
200
VA
1
PK
2
PK
6
4,5
4
4
10
1
2
1
1
1
1
-
54
1
Jenis Titik Beban Lampu
Jumlah beban
Ac
No
Ruang
Komite
Etik dan
Hukum
Toilet
Panjan
g
(m)
6
Lebar
(m)
Tinggi
(m)
TL 2 X
36 W
Stop
Kontak
KK
200
1
PK
2
PK
S
L
18
W
-
4,5
4,5
Ruang
Panjan
g
(m)
Lebar
(m)
Tinggi
(m)
Lantai 1
15
Lantai 2
13,5
3.4
TL 2 X
36 W
Jumlah beban
Ac
Stop
Kontak
KK
200
1
PK
2
PK
10
S
L
18
W
-
Desain Pelitian
Mulai
Pengolahan data
- Menentukan ketepatan pemasangan instaalasi penerangan
-- Perhitungan besar nilai penghantar
- Perhitungan besar nilai pengaman
Tidak
Analisa Data
Ya
Selesai
Kegiatan
Januari
Minggu
1
2 3 4
Februari
Minggu
1
2 3
Maret
Minggu
4
56
4 5
April
Minggu
1
Mei
Minggu
4 1
Juni
Minggu
5
Pembuatan
Proposal
tugas akhir
Pengumpul
an Proposal
Seminar
Proposal
Konsutasi
Dosen
Pembimbin
g
Perbaikkan
Bab I
3
4
5
6
Pengerjaan
Bab II
Konsultasi
Dosen
Pembimbin
g
Perbaikkan
Bab II
8
9
Pengerjaan
Bab III
10
Konsultasi
Dosen
Pembimbin
g
Perbaikkan
Bab III
11
12
Pengerjaan
Bab IV
13
Konsultasi
Dosen
Pembimbin
g
Perbaikkan
Bab IV
14
15
N0
Konsultasi
Dosen
Pembimbin
g
Kegiatan
1
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Minggu
Minggu
Minggu
Minggu
Minggu
Minggu
2 3 4
2 3
57
4 5
4 1
16
Pengerjaan
Bab V
17
Konsultasi
Dosen
Pembimbin
g
18
Perbaikkan
Bab V
19
Konsultasi
Dosen
Pembimbin
g
20
Penyele
Sain
Tugas
Akhir
Keterangan :
= Pembuatan Proposal
= Pengumpulan Proposal
= Seminar Proposal
= Konsultasi Pembimbing
= Pengerjaan TA
= Perbaikkan
= Selesai
= In Progress
= Dipercepat
58
= Penyelesaian Tugas
Akhir