TINJAUAN PUSTAKA
II.1. Pengertian
Periode masa nifas (puerperium) adalah periode waktu selama 6-8
minggu setelah persalinan. Proses ini dimulai setelah selesainya persalinan
dan berakhir setelah alat-alat reproduksi kembali keadaan sebelum hamil /
tidak hamil sebagai akibat adanya perubahan fisiologis dan psikologis
karena persalinan.3,8
Infeksi kala nifas adalah infeksi peradangan pada semua alat genitalia
pada masa nifas oleh sebab apapun dengan ketentuan meningkatnya suhu
badan melebihi 38oC tanpa menghitung hari pertama dan berturut-turut
selama 2 hari. Masuknya kuman-kuman dapat terjadi dalam kehamilan,
waktu persalinan dan nifas. Hal ini mengakibatkan demam nifas yaitu
demam dalam nifas.3,8
3. E.coli, kuman ini umumnya berasal dari kandung kencing dan rektum
dan dapat menyebabkan infeksi terbatas dalam puerperium, uvula, dan
endometrium. Kuman ini merupakan sebab penting dari infeksi traktus
urinarius
4. Clostridium welchii, infeksi dengan kuman ini yang bersifat anaerobik
jarang ditemukan, akan tetapi sangat berbahaya, infeksi lebih sering
terjadi pada abortus kriminalis.
Infeksi yang paling sering ditemukan adala infeksi gabungan antara
beberapa macam bakteri. Bakteri tersebut bisa endogen atau eksogen.2,3,8
1. Bakteri Endogen
Bakteri ini secara normal hidup di vagina dan rektum tanpa
menimbulkan bahaya (misal, beberapa jenis streptococcus dan
staphylococcus, E.coli, Clostridium welchii. Bahkan, jika teknik
streil sudah digunakan untuk persalinan, infeksi masih dapat terjadi
akibat bakteri endogen.
Bakteri endogen juga dapat membahayakan dan menyebabkan infeksi
jika
a. Bakteri ini masuk ke dalam uterus melalui jari pemeriksa atau
melalui instrumen pemeriksaan pelvis
b. Bakteri terdapat dalam jaringan yang memar, robek/laserasi, atau
jaringan yang mati (misalnya setelah persalinan traumatik atau
setelah persalinan macet)
c. Bakteri masuk sampai ke dalam uterus jika terjadi pecah ketuban
yang lama
2. Bakteri eksogen
dari
hidung
atau
tenggorokan
dokter
atau
pembantu-
pembantunya. Oleh karena itu mulut dan hidung petugas yang bekerja
dalam kamar bersalin harus ditutup dengan masker dan penderita infeksi
saluran nafas dilarang masuk kamar bersalin.
3. Dalam rumah sakit, selalu banyak kuman-kuman patogen, berasal dari
penderita-penderita dengan berbagai jenis infeksi. Kuman-kuman ini bisa
dibawa oleh aliran udara kemana-mana, antara lain handuk, kain-kain
dan alat-alat yang suci hama, dan yang digunakan untuk merawat wanita
dalam persalinan atau pada waktu nifas.
4. Koitus pada waktu akhir kehamilan tidak merupakan penyebab penting
terjadinya infeksi, kecuali apabila menyebabkan pecahnya ketuban
5. Infeksi intrapartum sudah dapat memperlihatkan gejala-gejala pada waktu
berlangsungnya persalinan. Infeksi intrapartum biasanya terjadi pada
partus lama, apalagi jika ketuban sudah lama pecah dan ebberapa kali
dilakukan pemeriksaan dalam. Gejala-gejala lain adalah kenaikan suhu,
biasanya disertai dengan leukositosis dan takikardia; denyut jantung janin
dapat meningkat pula. Air ketuban biasa menjadi keruh dan bau.
II.6. Klasifikasi
1. Infeksi yang terbatas pada perineum, vulva, vagina, serviks, endometrium
antara lain: vulvitis, vaginitis, servisitis, endometritis
2. Penyebaran melalui pembuluh darah antara lain: septikemia dan piemia
3. penyebaran melalui jalan limfe dan jalan lain antara lain: peritonitis dan
parametritis
4. penyebaran melalui permukaan endometrium antara lain: salpingitis dan
ooforitis
II.6.1 Vulvitis
1. Pengertian
Vulvitis adalah infeksi pada vulva. Vulvitis pada ibu pasca melahirkan
terjadi di bekas sayatan episiotomi atau luka perineum. Tepi luka berwarna
merah dan bengkak, jahitan mudah lepas, luka yang terbuka menjadi ulkus
dan mengeluarkan nanah.5,11
kulit
berambutnya
yang
terjadi
perubahan
warna,
5. Pengobatan
1. Selain obat-obatan penderita juga sebaiknya memakai pakaian dalam
yang tidak terlalu ketat dan menyerap keringat sehingga sirkulasi udara
tetap terjaga (misalnya terbuat dari katun) serta menjaga kebersihan
vulva (sebaiknya gunakan sebum gliserin).
2. Untuk mengurangi nyeri dan gatal-gatal, bisa dibantu dengan kompres
dingin pada vulva atau berendam dalam air dingin
3. Untuk mengurangi gatal-gatal yang bukan disebabkan oleh infeksi bisa
dioleskan krim atau salep kortikosteroid dan anti histamin per oral
(tablet)
4. Untuk mengurangi nyeri bisa diberikan obat pereda nyeri
II.6.2. Vaginitis
1. Definisi
Vaginitis merupakan infeksi pada daerah vagina. Vaginitis pada ibu
pasca melahirkan terjadi secara langsung pada luka vagina atau luka
perineum. Permukaan mukosa bengkak dan kemerahan, terjadi ulkus dan
getah mengandung nanah dari daerah ulkus.5,6
Gambar
II.6.2.
Vaginitis
2. Etiologi
1. Infeksi jamur atau bakteri. Pada kondisi normal, vagina memang memiliki
sebagian kecil sel-sel jamur atau bakteri tanpa menyebabkan gangguan
apapun. Tetapi infeksi akan terjadi jika jamur atau bakteri tersebut
berkembang biak tanpa terkendali.
2. penyakit menular seksual , seperti Trikomoniasis, Clamydia, dan herpes
genital
3. Iritasi akibat bahan-bahan kimia, misalnya karena kandungan sabun,
pewangi pakaian, atau kondom yang memicu reaksi alergi.
4. membasuh bagian dalam vagina
5. Atrofi vagina, yaitu penipisan dinding vagina karena panurunan kadar
estrogen setelah menopause.
3. Gejala Klinis
Gejala yang paling sering ditemukan adalah keluarnya cairan
abnormal dari vagina. Dikatakan abnormal jika jumlahnnya sangat banyak,
baunya menyengat atau diserati gatal-gatal dan nyeri. Cairan yang abnormal
sering tampak lebih kental dibandingkan cairan yang normal dan warnanya
bermacam-macam. Misalnya bisa seperti keju atau kuning kehijauan atau
kemerahan.5,7
Infeksi vagina karena bakteri scenderung mengeluarkan cairan
berwarna putih, abu-abu atau keruh kekuningan dan berbau amis. Setelah
melakukan hubungan seksual atau mencuci vagina dengan sabun, bau
cairannya semakin menyengat karena terjadi penurunan keasaman vagina
sehingga bakteri semakin banyak yang tumbuh. Vulva terasa agak gatal dan
mengalami iritasi. Infeksi jamur menyebabkan gatal-gatal sedang sampai
hebat dan rasa terbakar pada vulva dan vagina. Kulit tampak merah dan terasa
kasar. Dari vagina keluar cairan kental seperti keju. Infeksi ini cenderung
berulang pada wanita penderita diabetes dan wanita yang mengkonsumsi
antibiotik. Infeksi karena Trichomonas vaginalis menghasilkan cairan berbusa
yang berwarna putih, hijau keabuan atau kekuningan dengan bau yang tidak
sedap. Gatal-gatalnya sangat hebat/5,13
Cairan yang encer dan terutama jika mengandung darah, bisa
disebabkan oleh kanker vagina, serviks (leher rahim) atau endometrium. Polip
pada serviks bisa menyebabkan perdarahan vagina setelah melakukan
hubungan seksual. Rasa gatal atau rasa tidak enak pada vulva bisa disebabkan
oleh infeksi virus papiloma manusia maupun karsinoma in situ (kanker
stadium awal yang belum menyebar ke daerah lain). Luka terbuka
yangmenimbulkan tanpa rasa nyeri bisa disebabkan oleh kanker atau sifilis.
Kutu kemaluan (pedikulosis pubis) bisa menyebabkan gatal-gatal didaerah
vulva. 5,13
4. Patofisiologi
Flora vagina terdiri ata banyak jenis kuman, anata lain basil doderlein,
streptococcus, stafilokokus, difteroid, yang dalam keadaan normal hidup
dalam simbiosis dianatra mereka. Jika simbiosis ini terganggu, dan jika
kuman-kuman seperti streptokokus, stafilokokus, basil koli dan lain-lain
dapat berkembang biak, timbullah vaginitis non spesifik. Antibiotik,
kontrasepsi, hubungan seksual, stres, dan hormon dapat merubah lingkungan
vagina dan dapat memungkinkan organisme patogen tumbuh. Pada vaginosis
bakterial dipercayai bahwa beberapa kejadian yang provokatif menurunkan
jumlah hidrogen peroksida yang diproduksi C. acidophilus organism. Hasil
dari perubahan pH yang terjadi memungkinkan perkembangbiakan berbagai
organisme yang biasanya ditekan pertumbuhannya seperti G. Vsginslid, M.
hominis, dan Mobiluncus spesies.6,7,14
Organisme tersebut memproduksi berbagai produk metabolik seperti
amine, yang akan meningkatkan pH vagina dan menyebabkan espoliasi sel
epitel vagina. Amine inilah yang menyebabkan adanya bau yang tidak enak
pada infeksi vaginosis bakterial dengan fisiologi yang sama, perubahan
lingkungan vagina, seperti peningkatan produksi glikogen pada saat
1. Definisi
Servisitis ialah radang dari selapur lendir kanalis servikalis. Epitel
selaput lendir servikalis hanya terdiri dari satu lapisan sel silindris maka
mudah terkena infeksi dibandingkan dengan selaput lendir vagina. Terjadinya
servisitis dipermudah oleh adanya robekan serviks.5
Infeksi yang sering terjadi pada daerah servik, tapi tidak menimbulkan
banyak gejala. luka serviks yang dalam dan meluas dan langsung ke dasar
ligaentum latum dapat menyebabkan infeksi yang menjalar ke parametrium.7
disebabkan
oleh
kuman-kuman
seperti
Trikomonas
sehingga
memudahkan
masuknya
kuman-kuman
ke
dalam
Luka yang terinfeksi seperti halnya luka bedah yang terinfeksi lainnya
harus segera diatasi, salah satunya dengan terapi kombinasi berspektrum luas.
Rasa nyeri diringankan dengan penggunaan preparat analgesik yang efektif
dan bila terjadi retensi urine pemasangan indwelling catheter harus
dilakukan.6,17
II.6.4. Endometritis
1. Definisi
Endometritis adalah infeksi pada endometrium atau yang disebut
lapisan dalam dari rahim.7 endometritis adalah infeksi pada endometrium
(lapisan dalam dari rahim). Endometritis dalah suatu infeksi yang terjadi di
endometrium, merupakan komplikasi pasca persalinan, biasanya terjadi 48
sampai 72 jam setelah melahirkan.5
tubuh) dan endogen (dari jalan lahir sendiri). Penyebab yang terbanyak dan
lebih dari 50% adalah streptococcus anaerob yang sebenarnya tidak patogen
sebagai
penghuni
normal
jalan
lahir.
Kuman-kuman
yang
sering
c. Suhu badan meningkat mulai 48 jam post partum, sering kali dengan pola
gigi gergaji (38,5 40) menggigil, nadi biasanya sesuai dengan kurva suhu
badan
d. Sakit kepala, sulit tidurm anoreksia
e. Nyeri tekan pada uterus, uterus agak membesar dan lembek, His susulan
biasanya sangat mengganggu
f. Leukositosis dapat berkisar antara 10.000 13.000/mm3
4. Patofisiologi
Rahim merupakan organ yang steril sedangkan di vagina terdapat
banyak mikroorganisme oportunistik. Mikroorganisme dari vagina ini dpat
secara asenden masuk ke rahim terutama pada saat perkawinan atau
melahirkan. Bila jumlah mikroorganisme terlalu banyak dan kondisi rahim
mengalami gangguan maka dapat terjadi endometritis. Kejadian endometritis
kemungkinan besar terjadi pada saat kawin suntik atau penanganan kelahiran
yang kurang higini, sehingga banyak bakteri yang masuk, seperti bakteri non
spesifik (E.coli, Staphylococcus, Streptococcus, dan Salmonella), maupun
bakteri spesifik (Brucella sp, Vibrio foetusm dan Trichomonas foetus).
Infeksi uterus pada persalinan pervaginam terutama terjadi pada
tempat implantasi plasenta, desidua, dan miometrium yang berdekatan.
Bakteri yang berkoloni di serviks dan vagina akan menginvasi tempat
implantasi plasenta saat itu biasanya merupakan sebuah luka dengan diameter
kurang lebih 4 cm dengan permukaan luka berbenjol-benjol karena
banyaknya vena yang ditutupi trombus. Daerah ini merupakan tempat yang
baik untuk tumbuhnya kuman-kuman patogen.7 infeksi uterus pasca operasi
sesar umumnya akibat infeksi pada luka operasi selain infeksi yang terjadi
pada tempat implantasi plasenta.
5. Pengobatan
2. Etiologi
Organisme yang menyerang bekas implantasi plasenta atau laserasi
akibat persalinan, adalah penghuni normal serviks dan jalan lahir, mungkin
juga dari luar. Biasanya lebih dari satu spesies. Kuman anaerob adalah kokus
gram positif (peptostreptokokus, peptokokusm peptokokus, nakterioides, dan
clostridium). Kuman aerob adalah berbagai macam gram positif dan E.coli.
mikoplasma dalam laporan terakhir mungkin memegang peran penting,
sebagai etiologi infeksi nifas.6,17
3. Gejala Klinis
Septikemia adalah keadaan dimana kuman-kuman atau toksinnya
langsung masuk ke dalam peredaran darah dan menyebabkan infeksi.5
Gejala klinik septikemia lebih akut antara lain: kelihhatan sudah sakit
dan lemah sejak awal; keadaan umum jelek, menggigil, nadi cepat 140160x/menit atau lebih; suhu meningkay antara 39-40; tekanan darah turun,
keadaan umum membruruk; sesak nafas, kesadaran turun, gelisah.5
4. Patofisiologi
Pada septikemia kuman-kuman dari sarangnya di uterus, lansung
masuk ke peredaran darah umum dan menyebabkan infeksi umum. Adanya
septikemia dapat dibuktikan dengan jalan pembiakan kuman-kuman dari
darah. Pada piemia terdapat dahulu tromboflebitis pada vena-vena di uterus
serta sinus-sinus pada bekas tempat plasenta. Trombofeblitis ini menjalar ke
vena uterine, vena hipogastrika, dan/atau vena ovarii (tromboflebitis pelvika).
Dari tempat-tempat trombus itu embolus kecil yang mengandung kumankuman dilepaskan. Tiap kali dilepaskan, embolus masuk ke peredaran darah
umum dan dibawa oleh aliran darah ke tempat-tempat lain, anataranya ke
paru-paru, ginjalm otak, jantung, dan sebagainya, dan mengakibatkan
terjadinya abses-abses ditempat-tempat tersebut. Keadaan ini dinamakan
piemia. Penyebaran melalui jalan limfe dan jalan lain.5,17
5. Pengobatan
Sebaiknya, segera lakukan pembiakan (kultur) dan sekret vagina, luka
operasi dan darah serta uji kepekaan untuk mendapatkan antibiotika yang
tepat dalam pengobatan. Pemberian antibiotika dalam dosis yang cukup dan
adekuat, dapat mencegah perluasan infeksi. Karena hasil pemeriksaan
memerlukan waktu, berikan antibiotika spektrum luas (broad spectrum)
menanti hasil laboratorium. Pengobatan mempertinggi daya tahan tubuh
penderita, infus, atau transfusi darah diberikan, perawatan lainnya sesuai
dengan komplikasi yang dijumpai.5,17
II.6.6. Peritonitis
1. Definisi
dan infeksi campur bakteri. Peritonitis sekunder yang paling sering terjadi
disebabkan oleh perforasi atau nekrosis (infeksi transmural) organ-organ
dalam dengan inokulasi bakteri rongga peritoneal terutama disebabkan
bakteri gram positif yag berasal dari saluran cerna bagian atas. Peritonitis
tersier terjadi karena infeksi peritoneal berulang setelah mendapatkan terapi
SBP atau peritonitis sekunder yang adekuat, bukan berasal dari kelainan
organ, pada pasien peritonitis terseier biasanya timbul abses atau flagmon
dengan atau tanpa fistula. Selain itu juga terdapat peritonitis TB, peritonitis
steril atau kimiawi terjadi karena iritasi bahan-bahan kimia, misalnya cairan
empedu, barium dan substansi kimia lain atau proses inflamasi transmural
dari organ-organ dalam (misalnya penyakit Crohn).7,17
3. Gejala Klinis
Peritonitis menyerang pada daerah pelvis (pelvico peritonitis):7
1. Peritonitis umum : suhu badan tinggi, nadi cepat dan kecil, perut nyeri
tekan (defans muskulare), pucat, mata cekung yang disebut dengan muka
hipokrates (facies hipocratica), kulit dingin
2. Peritonitis yang terdapat di pelvis : pasien demam, nyeri perut bawah, nyeri
periksa dalam kavum douglasi menonjol karena adanya abses.
4. Patofisiologi
Peritonitis disebabkan oleh kebocoran isi dari organ abdomen ke
dalam rongga abdomen sebagai akibat dari inflamasi, infeksi, iskemia, trauma
atau perforasi tumor. Terjadinya proliferasi bakterialm terjadinya edema
jaringan dan dalam waktu singkat terjadi eksudasi cairan. Cairan dalam
rongga peritoneal menjadi keruh dengan peningkatan jumlah protein, sel
darah putih, debris seluler dan darah. Respon segera dari slauran usus adalah
hipermotilitas, diikuti oleh ileus paralitik disertai akumulasi udara dan cairan
dalam usus.6
II.6.7. Parametritis
1. Definisi
Perimetritis adalah infeksi pada parametrium. Parametrium adalah
jaringan renggang yang ditemukan di sekitar uterus. Jaringan ini memanjang
sampai ke sisi-sisi serviks dan ke pertengahan lapisan-lapisan ligamen besar.6
dimana infeksi jaringan ini dapat terjadi beberapa jalan yaitu:
1. Penyebaran melalui limfe dari luka serviks yang terinfeksi atau dari
endometritis.
2. Penyebaran langsung dari luka pada serviks yang meluas sampai ke
ligamentum.
3. Penyebaran sekunder dari tromboflebitis
Proses ini dapat tinggal terbatas pada dasar ligamentum latum atau
menyebar ekstraperitoneal ke semua jurusan. Jika menjalar ke atas, dapat
diraba pad dinding perut sebelah lateral di atas ligamentum inguinalis, atau
pada fossa iliaka dan mencapai uterus.6
2. Etiologi
Penyebab yang paling banyak terdapat adalah infeksi partus. Ada 3 hal
yang menjadi penyebab parametritis, yaitu:6
a. Endometritis dengan 3 cara yaitu:
- Perkontinuitatum: endometritis metritis parametritis
- Limfogen
- Hematogen : Phlebitis periplebitis parametritis
b. Dari robekan serviks
c. Perforasi uterus oleh alat-alat (sonde, kuret, IUD)
3. Gejala Klinis
Pada perkembangan peradangan lebih lanjut gejala-gejala selulitis
pelvika menjadi lebih jelas. Pada pemeriksaan dalam dapat diraba tahanan
padat dan nyeri di sebelah uterus dan tahanan ini yang berhubungan erat
dengan tylang panggul, dapat meluas ke berbagai jurusan. Ditengah-tengah
jaringan yang meradang itu bisa tumbuh abses. Dalam hal ini,suhu yang
mula-mula tinggi secara menetap menjadi naik-turun disertai dengan
menggigil. Penderita tampak sakit, nadi cepat, dan oerut nyeri. Dalam dua
pertiga kasus tidak terjadi pembentukkan abses dan suhu menutun dalam
beberapa minggu. Tumor di sebelah uterus mengecil sedikit demi sedikit, dan
akhirnya terdapat parametrium yang kaku. Atau bisa juga ditandai dengan:7,17
1. Demam
2. Nyeri atau nyeri tekan pada salah satu atau kedua sisi abdomen
3. Nyeri tekan yang cukup terasa ketika pemeriksaan vagina
4. Nyeri unilateral tanpa gejala rangsangan peritoneum seperti muntah
4. Patofisiologi
Endometritis dapat menyebar dan meluas melalui jalan limfogen atau
tromboflebitis dan menyebar hingga miometrium hal tersebut dapat
menyebabkan reaksi:7
a. Kalor
b. Dolor
c. Nyeri hebat
d. Nafsu makan berkurang
e. Asam lambung meningkat
f. reaksi mual
g. Vasodilatasi
h. Syok septik/infertilitas/infeksi meluas
5. Pengobatan
Antibiotika
memegang
peranan
yang
sangat
penting
dalam
biasanya
menyebabkan
salpingitis,
seperti:
d. Staphylococcus
e. Streptococcus
3. Gejala Klinis
Dalam kasus ringan, salpingitis mungkin tidak memiliki gejala. ini
berarti saluran tuba dapat menjadi rusak tanpa perempuan menyadarinya dia
memiliki infeksi. Adapun tanda gejala dari salpingitis adalah:7
a. Nyeri pada salah satu atau kedua sisi perut
b. Sakit punggung
c. Demam dan menggigil
d. Mual Muntah
e. Abnormal vaginna discharge, seperti warna yang tidak biasa atau bau
f. Nyeri selama ovulasi
g. Sering buang air kecil
h. Dismenorhea
i. Tidak nyaman atau hubungan seksual yang menyakitkan
pada pemeriksaan dalam nyeri jika portio digoyangkan, nyeri kiri dan
kanan, kadang-kadang ada penebalan dari tuba:7
a. Nyeri abdomen
Nyeri abdomen bagian bawah merupakan gejala yang paling dapat
dipercaya dari infeksi pelvis akut. Pada mulanya rasa nyeri unilateral,
bilateral, atau suprapubik, dan sering berkembang sewaktu atau segera
setelah suatu periode menstruasi. Keparahannya meningkat secara
bertahap setelah beberapa jam sampai beberapa hari, rasa nyeri cenderung
leher rahim selama menstruasi tapi hal tersebut merupakan faktor yang dapat
meningkatkan infeksi.7
Proses
pembedahan
seperti
biopsi
endometrium,
kuret
dan
2. Etiologi
Penyakit ini disebabkan oleh komplikasi yang disebabkan oleh
keadaan lainnya seperti:7
a. Salpingitis
b. Salpingo-ooforitis
c. Gondong-dapat menyebabkan parotidea ooforitis
d. Kista Ovarium
e. Folikular kista
Setiap keadaan yang menggunakan aktivitas normal dari tuba dapat
menyebabkan infertilitas. Yang tersering sebagai penyebab dari keadaan
ini ialah peradangan dari tuba. Keadaan lain yang jarang ialah perlekatanperlekatan dari tuba dan ovarium sebagai akibat dari kelainan-kelainan
intraabdominal seperti endometriosis, abses apendiks dan lain-lain. Tumor
pelvis, biasanya yang terletak intraligamenter dapat merubah kedudukan
tuba, sehingga fibria tidak mencapai ovarium atau peristaltik tuba akan
terganggu. Biasanya penyebabnya peradangan tuba ialah Gonorrhoea,
TBC, streptococcus, dimana salpingitis GO merupakan proses peradangan
yang tersering ditemukan.7,17
3. Gejala Klinis
a. Sakit panggul
Salah satu penyebab terbanyak ooporitis, adanya gangguan pada panggul
yang dapat menyebabkan adanya nyeri pada panggul. Namun tidak semua
sakit nyeri dapat menegakkan diagnosis bahwa seseorang telah mengalami
ooporitis, perlu dilakukan pemeriksaan lebih lanjut.
b. Demam
oleh
gonococcus,
disamping
itu
oleh
staphylococcus,
streptokokus, dan bakteri TBC. Infeksi ini dapat terjadi sebagai berikut:7
a. Patogenik dan servikal organisms dari cervical canal akan memasuki uterus
lalu tinggal didalam falopia tube.
b. Mucosal layers of fallopian tube akan menjadi edematous
c. Ciliated epithelium cells akan terkikis menyebabkan fallopian tube
dipenuhi pus lalu bengkak disebut pyosalpinx
d. Setelah sembuh, fallpian tube menjadi adhesion / structure (sempit) dan
bisa menyebabkan infertility
Hematogen terutama salpingitis tuberkulosa. Salpingitis biasanya
bilateral. Bakteri dapat diperkenalkan dalam berbagai cara, termasuk:7
a. Hubungan seksual
b. Penyisipan sebuah IUD (perangkat intra-uterus)
c. Keguguran
d. Aborsi
e. Melahirkan
f. Apendisitis
5. Pengobatan
Cara penanganan yang tepat dalam menangani ooporitis adalah sbb:5,7
a. Pemasangan infus
Ini bertujuan untuk mengganti cairan output karena pada penderita
ooporitis mengalami demam dan seringkali disertai dengan adanya
perdarahan akibatnya banyak cairan yang hilang sehingga harus segera
diganti agar tidak terjadi syok hipovolemik.
b. Bedah drainase
Adalah salah satu tindakan yang dilakukan untuk mengeluarkan darah
setelah dilakukan operasi, dipasang pada daerah bekas operasi berfungsi
untuk mengeluarkan sisa darah ditempat operasi.
c. Terapi Antibiotik
ini diberikan guna mengurangi infeksi akibat dilakukannya tindakan,
obatnya meliputi seftriaxone, doxycycline, cefoxitine. Namun tentu saja
sesuai dengan terapi yang diberikan oleh dokter ahli kandungan.
II.7. Gejala Klinis
Tanda dan gejala umum ari infeksi puerperalis ini yaitu:3,8
1. Peningkatan suhu
2. Takikardi
7. Gagal Jantung
8. Kematian
II.10. Pencegahan
Pencegahan yang dapat dilakukan dalam upaya menurunkan infeksi
puerperalis sebagai berikut:4,8
1. Pencegahan pada waktu hamil
a. Meningkatkan keadaan umum penderita
b. Mengurangi faktor predisposisi infeksi kala nifas
c. Koitus pada hamil tua sebaiknya dilarang karena dapat mengakibatkan
pecahnya ketuban dan terjadinya infeksi
2. Saat Persalinan
Usaha-usaha pencegahan terdiri darimembasi sebanyak mungkin
kuman-kuman dalam jalan lahir, menjaga supaya persalinan tidak berlarutlarut, menyelesaikan persalinan dengan trauma sedikit mungkin, dan
mencegah terjadinya perdarahan banyak. Semua petugas dalam kamar
bersalin harus menutup hidung dan mulut dengan masker, alat-alat, kainkain yang dipakai dalam persalinan harus suci hama. Pemeriksaan dalam
hanya boleh dilakukan jika perlu, terjadinya perdarahan harus dicegah
sedapat mungkin dan transfusi darah harus diberikan menurut keperluan.
Menyarankan semua wanita hamil unyuk mencari bantuan medis
segera setelah keluar lendir atau cairan dari jalan lahir. Jika selaput
ketuban pecah dan tidak mengalami kontraksi, kurangi melakukan
pemeriksaan vagina. Jika persalinan tidak dimulai dalam waktu 18 jam
setelah selaput ketuban pecah, berikan antibiotik profilaksis, sebagai
berikut:
1. Ampisilin 2 g IV setiap 6 jam, dan
pemberian
masih
antibiotika
diperlukan
dalam
beberapa
pengobatan
tindakan
khusus
infeksi
untuk