Anda di halaman 1dari 39

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
II.1. Pengertian
Periode masa nifas (puerperium) adalah periode waktu selama 6-8
minggu setelah persalinan. Proses ini dimulai setelah selesainya persalinan
dan berakhir setelah alat-alat reproduksi kembali keadaan sebelum hamil /
tidak hamil sebagai akibat adanya perubahan fisiologis dan psikologis
karena persalinan.3,8
Infeksi kala nifas adalah infeksi peradangan pada semua alat genitalia
pada masa nifas oleh sebab apapun dengan ketentuan meningkatnya suhu
badan melebihi 38oC tanpa menghitung hari pertama dan berturut-turut
selama 2 hari. Masuknya kuman-kuman dapat terjadi dalam kehamilan,
waktu persalinan dan nifas. Hal ini mengakibatkan demam nifas yaitu
demam dalam nifas.3,8

Gambar II.1. perineum dan genitalia eksterna perempuan

Gambar II.2. anatomi organ reproduksi perempuan


II.2. Etiologi
Bermacam-macam jalan kuman masuk ke dalam alat kandungan
seperti eksogen, autogen, dan endogen. Penyebab yang terbanyak dan lebih
dari 50% adalah streptococcus dan anaerob yang sebenarnya tidak patogen
sebagai penghuni normal jalan lahir: kuman-kuman yang sering
menyebabkan infeksi puerperalis antara lain: streptococcus haematilicus
aerobic, Staphylococcus aurelis, Escherichia coli, Clostridium welchii.2,3,8
1. Streptococcus haemoliticus aerobic. Streptococcus ini merupakan
sebab infeksi yang berat khususnya golongan A. Infeksi ini biasanya
eksogen (dari penderita lain, alat atau kain yang tidak steril, infeksi
tenggorokan orang lain)
2. Staphylococcus aureus, kuman ini biasanya menyebabkan infeksi
terbatas walaupun kadang-kadang dapat menyebabkan infeksi umum.
Staphylococcus banyak ditemukan di rumah sakit dan dalam
tenggorokan orang yang terlihat sehat.

3. E.coli, kuman ini umumnya berasal dari kandung kencing dan rektum
dan dapat menyebabkan infeksi terbatas dalam puerperium, uvula, dan
endometrium. Kuman ini merupakan sebab penting dari infeksi traktus
urinarius
4. Clostridium welchii, infeksi dengan kuman ini yang bersifat anaerobik
jarang ditemukan, akan tetapi sangat berbahaya, infeksi lebih sering
terjadi pada abortus kriminalis.
Infeksi yang paling sering ditemukan adala infeksi gabungan antara
beberapa macam bakteri. Bakteri tersebut bisa endogen atau eksogen.2,3,8
1. Bakteri Endogen
Bakteri ini secara normal hidup di vagina dan rektum tanpa
menimbulkan bahaya (misal, beberapa jenis streptococcus dan
staphylococcus, E.coli, Clostridium welchii. Bahkan, jika teknik
streil sudah digunakan untuk persalinan, infeksi masih dapat terjadi
akibat bakteri endogen.
Bakteri endogen juga dapat membahayakan dan menyebabkan infeksi
jika
a. Bakteri ini masuk ke dalam uterus melalui jari pemeriksa atau
melalui instrumen pemeriksaan pelvis
b. Bakteri terdapat dalam jaringan yang memar, robek/laserasi, atau
jaringan yang mati (misalnya setelah persalinan traumatik atau
setelah persalinan macet)
c. Bakteri masuk sampai ke dalam uterus jika terjadi pecah ketuban
yang lama
2. Bakteri eksogen

Bakteri ini masuk ke dalam vagina dari luar (Streptococcus,


Clostridium tetani, dsb). Bakteri eksogen dapat masuk ke dalam
vagina :
a. Melalui tangan yang tidak bersih dan instrumen yang tidak
steril
b. Melalui substansi / benda asing yang masuk ke dalam
vagina (misal, ramuan / jamu, minyak, kain)
c. Melalui aktivitas seksual
Di tempat tempat dimana penyakit menular seksual (PMS), misal
Gonorrhea dan infeksi Clamydia) merupakan kejadian yang biasa, penyakit
tersebut merupakan penyebab terbesar terjadinya infeksi uterus. Jika
seorang ibu terkena PMS selama kehamilan dan tidak diobati, bakteri
penyebab PMS itu akan tetap berada di vagina dan bisa menyebabkan
infeksi uterus setelah persalinan.3,9
II.3. Epidemiologi
Secara keseluruhan angka insiden dan prevalensi infeksi postpartum di
Amerika Serikat adalah kurang. Dalam sebuah studi oleh Yokoe et al pada
tahun 2001, 5,5% persalinan vagina dan 7,4% dari persalinan sesar
mengakibatkan infeksi post partum. Tingkat infeksi postpartum secara
keseluruhan adalah 6,0% . Endometritis menyumbang hampir setengah dari
infeksi pada pasien setelah persalinan sesar (3,4 % dari persalinan sesar).
Mastitis dan infeksi saluran kencing bersama-sama menyumbang 5% dari
persalinan vagina.3,4,9
Dalam review yang paling mutakhir, angka kematian ibu yang
berhubungan dengan infeksi post partum berkisar 4-8% atau sekitar 0,6
kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup. Sebuhah surveilans mortalitas
yang berhubungan dengan kehamilan oleh Pusat Pengendalian dan
Pencegahan Penyakit infeksi ditunjukkan tersebut adalah sekiar 11,6% daris

emua kematian berikut kehamilan yang menghasilkan kelahiran hidup, lahir


mati, atau ektopik. Risiko infeksi saluran kemih post partum meningkat
dalam African American, Native American, dan populasi Hispanik.4,9
II.4. Faktor Predisposisi
1. Keadaan yang dapat menurunkan daya tahan spenderita seperti perdarahan
banyak, pre eklampsia, juga adanya infeksi lain seperti pneumonia,
penyakit jantung dan sebagainya.
2. Partus lama terutama ketuban pecah lama
3. Tindakan bedah vagina yang menyebabkan perlukaan pada jalan lahir
4. Tertinggalnya sisa plasenta, selaput ketuban, dan bekuan darah
II.5. Patofisiologi
Setelah kala III, daerah bekas insersio plasenta merupakan sebuah
luka dengan diameter kira-kira 4 cm. Permukaan tidak rata, berbenjol-benjol
karena banyak vena yang ditutupi trombus. Daerah ini merupakan tempat
yang baik untuk tumbuhnya kuman-kuman dan masuknya jenis-jenis yang
patogen dalam tubuh wanita. Serviks sering mengalami perlukaan pada
persalinan, demikian juga vulva, vagina, dan perineum yang semuanya
merupakan tempat masuknya kuman patogen. Proses radang dapat terbatas
pada luka-luka tersebut atau menyebar di luar luka asalnya. Adapun infeksi
dapat terjadi sebagai berikut:4,10
1. Tangan pemeriksa atau penolonh yang memakai sarung tangan pada
pemeriksaan dalam membawa bakteri yang sudah ada dalam vagina ke
dalam uterus. Kemungkinan lain adalah sarung tangan dan alat-alat lain
yang dimasukkan dalam jalan lahir tidak sepenuhnya bebas dari kumankuman.
2. Droplet Infection. Sarung tangan dan alat-alat kontaminasi bakteri yang
berasal

dari

hidung

atau

tenggorokan

dokter

atau

pembantu-

pembantunya. Oleh karena itu mulut dan hidung petugas yang bekerja
dalam kamar bersalin harus ditutup dengan masker dan penderita infeksi
saluran nafas dilarang masuk kamar bersalin.
3. Dalam rumah sakit, selalu banyak kuman-kuman patogen, berasal dari
penderita-penderita dengan berbagai jenis infeksi. Kuman-kuman ini bisa
dibawa oleh aliran udara kemana-mana, antara lain handuk, kain-kain
dan alat-alat yang suci hama, dan yang digunakan untuk merawat wanita
dalam persalinan atau pada waktu nifas.
4. Koitus pada waktu akhir kehamilan tidak merupakan penyebab penting
terjadinya infeksi, kecuali apabila menyebabkan pecahnya ketuban
5. Infeksi intrapartum sudah dapat memperlihatkan gejala-gejala pada waktu
berlangsungnya persalinan. Infeksi intrapartum biasanya terjadi pada
partus lama, apalagi jika ketuban sudah lama pecah dan ebberapa kali
dilakukan pemeriksaan dalam. Gejala-gejala lain adalah kenaikan suhu,
biasanya disertai dengan leukositosis dan takikardia; denyut jantung janin
dapat meningkat pula. Air ketuban biasa menjadi keruh dan bau.
II.6. Klasifikasi
1. Infeksi yang terbatas pada perineum, vulva, vagina, serviks, endometrium
antara lain: vulvitis, vaginitis, servisitis, endometritis
2. Penyebaran melalui pembuluh darah antara lain: septikemia dan piemia
3. penyebaran melalui jalan limfe dan jalan lain antara lain: peritonitis dan
parametritis
4. penyebaran melalui permukaan endometrium antara lain: salpingitis dan
ooforitis
II.6.1 Vulvitis
1. Pengertian

Vulvitis adalah infeksi pada vulva. Vulvitis pada ibu pasca melahirkan
terjadi di bekas sayatan episiotomi atau luka perineum. Tepi luka berwarna
merah dan bengkak, jahitan mudah lepas, luka yang terbuka menjadi ulkus
dan mengeluarkan nanah.5,11

Gambar II.6.1. Vulvitis


2. Etiologi
a. Jamur : Umumnya disebabkan oleh jamur candida albicansyang
menyebabkan rasa gatal di sekitar vulva / vagina. Warna cairan
keputihan akibat jamur berwarna putih kekuning-kuningan
dengan bau yang khas.
b. Bakteri : Biasanya diakibatkan oleh bakteri Gardnerella dan
keputihannya disebut

bakterial vaginosis dengan ciri-ciri

cairannya encer dengan warna putih keabu-abuan beraroma


amis. Keputihan akibat bakteri biasanya muncul saat kehamilan,
gonta-ganti pasangan, penggunaan alat KB spiral atau IUD dan
lain sebagainya.
c. Virus : Keputihan yang diakibatkan oleh virus biasanya bawaan dari
penyakit HIV/AIDS, Condyloma, Herpes dan lain-lain yang bisa
memicu munculnya kanker rahim. Keputihan virus herpes

menulasr dari hubungan seksual dengan gejala ada luka melepuh


di sekeliling liang vagina dengan cairan gatal dan rasanya panas.
Sedangkan Condyloma memiliki ciri-ciri gejala banyak kutil
tubuh dengan cairan yang bau yang sering menyerang ibu hamil.
d. Parasit : Keputihan parasit diakibatkan oleh parasit Trichomonas
vaginalis yang menular dari kontak seks / hubungan seks dengan
cairan yang berwarna kuning hijau kental dengan bau tidak enak
dan berbusa. Kadang bisa gatal dan membuat iritasi. Parasit
keputihan ini bisa menular lewat tukar-menukar peralatan
mandi, pinjam meminjam pakaian dalam, menduduki kloset
yang terkontaminasi, dan lain sebagainya.
3. Tanda dan Gejala
Infeksi

kulit

berambutnya

yang

terjadi

perubahan

warna,

membengkak, terasa nyeri, kadang-kadang tampak bernanah yang


menimbulkan kesukaran ibu bergerak. Selain itu, infeksi pada kelenjar
bartholini yang terletak dibagian bawah kulit, warna kulit berubah,
membengkak dan terjadi timbunan nanah didalam kelenjar, penderita sukar
berjalan / duduk karena sakit.
4. Patogenesis
Bila keseimbangan mikroorganisme berubah, maka organisme yang
berpotensi patogen yang merupakan bagian flora normal, misalnya C.
albicans pada kasus infeksi monolia serta G. Vaginalis dan bakteri anaerob
pada kasus vaginitis non spesifik berproliferasi sampai suatu konsentrasi
yang berhubungan dengan gejala. Pada mekanisme lainnya, organisme
ditularkan melalui hubungan seksual dan bukan merupakan bagian flora
normal seperti Trichomonas vaginalis dan Neisseria gonorrhoea dapat
menimbulkan gejala. Gejala yang timbul bila hospes meningkatkan respon
peradangan terhadap organisme yang menginfeksi dengan menarik leukosit
serta melepaskan prostaglandin dan komponen respon peradangan lainnya.5

5. Pengobatan
1. Selain obat-obatan penderita juga sebaiknya memakai pakaian dalam
yang tidak terlalu ketat dan menyerap keringat sehingga sirkulasi udara
tetap terjaga (misalnya terbuat dari katun) serta menjaga kebersihan
vulva (sebaiknya gunakan sebum gliserin).
2. Untuk mengurangi nyeri dan gatal-gatal, bisa dibantu dengan kompres
dingin pada vulva atau berendam dalam air dingin
3. Untuk mengurangi gatal-gatal yang bukan disebabkan oleh infeksi bisa
dioleskan krim atau salep kortikosteroid dan anti histamin per oral
(tablet)
4. Untuk mengurangi nyeri bisa diberikan obat pereda nyeri
II.6.2. Vaginitis
1. Definisi
Vaginitis merupakan infeksi pada daerah vagina. Vaginitis pada ibu
pasca melahirkan terjadi secara langsung pada luka vagina atau luka
perineum. Permukaan mukosa bengkak dan kemerahan, terjadi ulkus dan
getah mengandung nanah dari daerah ulkus.5,6

Gambar
II.6.2.
Vaginitis

2. Etiologi

1. Infeksi jamur atau bakteri. Pada kondisi normal, vagina memang memiliki
sebagian kecil sel-sel jamur atau bakteri tanpa menyebabkan gangguan
apapun. Tetapi infeksi akan terjadi jika jamur atau bakteri tersebut
berkembang biak tanpa terkendali.
2. penyakit menular seksual , seperti Trikomoniasis, Clamydia, dan herpes
genital
3. Iritasi akibat bahan-bahan kimia, misalnya karena kandungan sabun,
pewangi pakaian, atau kondom yang memicu reaksi alergi.
4. membasuh bagian dalam vagina
5. Atrofi vagina, yaitu penipisan dinding vagina karena panurunan kadar
estrogen setelah menopause.
3. Gejala Klinis
Gejala yang paling sering ditemukan adalah keluarnya cairan
abnormal dari vagina. Dikatakan abnormal jika jumlahnnya sangat banyak,
baunya menyengat atau diserati gatal-gatal dan nyeri. Cairan yang abnormal
sering tampak lebih kental dibandingkan cairan yang normal dan warnanya
bermacam-macam. Misalnya bisa seperti keju atau kuning kehijauan atau
kemerahan.5,7
Infeksi vagina karena bakteri scenderung mengeluarkan cairan
berwarna putih, abu-abu atau keruh kekuningan dan berbau amis. Setelah
melakukan hubungan seksual atau mencuci vagina dengan sabun, bau
cairannya semakin menyengat karena terjadi penurunan keasaman vagina
sehingga bakteri semakin banyak yang tumbuh. Vulva terasa agak gatal dan
mengalami iritasi. Infeksi jamur menyebabkan gatal-gatal sedang sampai
hebat dan rasa terbakar pada vulva dan vagina. Kulit tampak merah dan terasa
kasar. Dari vagina keluar cairan kental seperti keju. Infeksi ini cenderung
berulang pada wanita penderita diabetes dan wanita yang mengkonsumsi
antibiotik. Infeksi karena Trichomonas vaginalis menghasilkan cairan berbusa

yang berwarna putih, hijau keabuan atau kekuningan dengan bau yang tidak
sedap. Gatal-gatalnya sangat hebat/5,13
Cairan yang encer dan terutama jika mengandung darah, bisa
disebabkan oleh kanker vagina, serviks (leher rahim) atau endometrium. Polip
pada serviks bisa menyebabkan perdarahan vagina setelah melakukan
hubungan seksual. Rasa gatal atau rasa tidak enak pada vulva bisa disebabkan
oleh infeksi virus papiloma manusia maupun karsinoma in situ (kanker
stadium awal yang belum menyebar ke daerah lain). Luka terbuka
yangmenimbulkan tanpa rasa nyeri bisa disebabkan oleh kanker atau sifilis.
Kutu kemaluan (pedikulosis pubis) bisa menyebabkan gatal-gatal didaerah
vulva. 5,13
4. Patofisiologi
Flora vagina terdiri ata banyak jenis kuman, anata lain basil doderlein,
streptococcus, stafilokokus, difteroid, yang dalam keadaan normal hidup
dalam simbiosis dianatra mereka. Jika simbiosis ini terganggu, dan jika
kuman-kuman seperti streptokokus, stafilokokus, basil koli dan lain-lain
dapat berkembang biak, timbullah vaginitis non spesifik. Antibiotik,
kontrasepsi, hubungan seksual, stres, dan hormon dapat merubah lingkungan
vagina dan dapat memungkinkan organisme patogen tumbuh. Pada vaginosis
bakterial dipercayai bahwa beberapa kejadian yang provokatif menurunkan
jumlah hidrogen peroksida yang diproduksi C. acidophilus organism. Hasil
dari perubahan pH yang terjadi memungkinkan perkembangbiakan berbagai
organisme yang biasanya ditekan pertumbuhannya seperti G. Vsginslid, M.
hominis, dan Mobiluncus spesies.6,7,14
Organisme tersebut memproduksi berbagai produk metabolik seperti
amine, yang akan meningkatkan pH vagina dan menyebabkan espoliasi sel
epitel vagina. Amine inilah yang menyebabkan adanya bau yang tidak enak
pada infeksi vaginosis bakterial dengan fisiologi yang sama, perubahan
lingkungan vagina, seperti peningkatan produksi glikogen pada saat

kehamilan dan tingkat progesteron karena kontrasepsi oral memperkuat


penempelan C. albicans ke sel epitel vagina dan memfasilitasi pertumbuhan
jamur. Perubahan ini dapat menstransformasi kondisi kolonisasi organisme
yang asimtomatik menjadi infeksi yang simtomatik. Pada pasien dengan
Trikomoniasis perubahan tingkat estrogen dan progesterone sebagaimana
juga peningkatan pH vagina dan tingkat glikogen dapat memperkuat
pertumbuhan dan virulensi Trikomonas vaginalis.7,14
5. Pengobatan
Pengobatan memerlukan waktu panjang (sekitar 14 hari), simtomatis,
antibiotika spesifik.6,7,15
a. Topikal
- Krim sulfonamida tripel, dan penyembuhannya dengan krim ini berkisar
antara 14-86%
- Supositoria vaginal yang berisi tetrasiklin kesembuhan berkisar antara
96% povidone iodine sebesar 76%
- Buffered acid gell
- Krim sulfonamida tripel, sebagai acid krim berhubungan dengan pH 3,9
dipakai setiap hari selama 7 hari
b. Sistemik
- Metronidazole dan dosis 2 x 400 atau 500 mg, setiap hari selama 7 hari
atau Tinidazol 2 x 500 mg setiap hari selama 5 hari
- Ampisilin / amoksisilin dengan dosis 4 x 500 mg/oral selama 5 hari
- Tetrasiklin per oral
- Eritromisin per oral
II.6.3. Servisitis

1. Definisi
Servisitis ialah radang dari selapur lendir kanalis servikalis. Epitel
selaput lendir servikalis hanya terdiri dari satu lapisan sel silindris maka
mudah terkena infeksi dibandingkan dengan selaput lendir vagina. Terjadinya
servisitis dipermudah oleh adanya robekan serviks.5
Infeksi yang sering terjadi pada daerah servik, tapi tidak menimbulkan
banyak gejala. luka serviks yang dalam dan meluas dan langsung ke dasar
ligaentum latum dapat menyebabkan infeksi yang menjalar ke parametrium.7

Gambar II.6.3. Servisitis


2. Etiologi
Servisitis

disebabkan

oleh

kuman-kuman

seperti

Trikomonas

vaginalis, Kandida dan mikoplasma atau mkroorganisme aerob dan anarerob


endogen vagina seperti streptokokus, enterokokus, entamoeba coli, dan
stafilokokus. Kuman-kuman ini menyebabkan deskuamasi pada epitl gepeng
dan perubahan inflamasi kronik dalam jaringan serviks yang mengalami
trauma. Servisitis dapat juga disebabkan oleh robekan serviks terutama yag
menyebabkan ektropion, alat kontrasepsi, tindakan intrauterin seperti dilatasi
dan lain-lain.5,16
3. Gejala Klinis7,16

a. Keputihan hebat, biasanya kental dan berbau, sering menimbulkan erosi


pada portio yang tampak seperti daerah merah menyala. Pada pemeriksaan
inspekulo kadang-kadang dapat dilihat eputihan yang kental keluar dari
kanalis servikalis. Kalau portio normal tidak ada ektropion (mukosa
kanalis servikalis tampak dari luar) maka harus diingat kemungkinan
gonorrhoea.
b. gejala-gejala non spesifik seperti nyeri punggung, dan gangguan kemih,
perdarahan saat melakukan hubungan seks.
4. Patofisiologi
Penyakit ini dijumpai pada sebagian besar wanita yag pernah
melahirkan dengan luka-luka kecil atau besar serviks karena partus atau
abortus

sehingga

memudahkan

masuknya

kuman-kuman

ke

dalam

endoserviks dan kelenjar-kelenjarnya, lalu menyebabkan infeksi menahun.


Beberapa gambaran patologis yang dapat ditemukan:6,16
a. Serviks kelihatan normal pada pemeriksaan mikroskopik ditemukan
infiltrasi endoskopik dalam stroma endoserviks. Servisitis inni tidak
menimbulkan gejala kecuali pengeluaran sekret yang agak putih
kekuningan.
b. Portio uteri sekitar ostium uteri eksternum tampak daerah kemerahmerahan yang tidak terpisah secara jelas, sekret yang keluar terdiri atas
mukus bbercampur nanah.
c. Sobekan pada serviks uteri lebih luas dan mukosa endoserviks lebih
keliahatan dari luar (ektropion). Mukosa daam keadaan demikian mudah
terkena infeksi dari vagina, karena radang menahun, serviks bisa menjadi
hipertrofi, mengeras, dan sekret bertambah banyak.
5. Pengobatan

Luka yang terinfeksi seperti halnya luka bedah yang terinfeksi lainnya
harus segera diatasi, salah satunya dengan terapi kombinasi berspektrum luas.
Rasa nyeri diringankan dengan penggunaan preparat analgesik yang efektif
dan bila terjadi retensi urine pemasangan indwelling catheter harus
dilakukan.6,17
II.6.4. Endometritis
1. Definisi
Endometritis adalah infeksi pada endometrium atau yang disebut
lapisan dalam dari rahim.7 endometritis adalah infeksi pada endometrium
(lapisan dalam dari rahim). Endometritis dalah suatu infeksi yang terjadi di
endometrium, merupakan komplikasi pasca persalinan, biasanya terjadi 48
sampai 72 jam setelah melahirkan.5

Gambar II.6.4. Endometritis


2. Etiologi
Macam jalan kuman masuk ke dalam alat kandungan seperti eksogen
(kuman datang dari luar), autogen (kuman masuk dari tempat lain dalam

tubuh) dan endogen (dari jalan lahir sendiri). Penyebab yang terbanyak dan
lebih dari 50% adalah streptococcus anaerob yang sebenarnya tidak patogen
sebagai

penghuni

normal

jalan

lahir.

Kuman-kuman

yang

sering

menyebabkan infeksi antara lain:6,7,17


a. Streptococcus haemoliticus anaerobic
Masuknya secara eksogen dan menyebabkan infeksi berat. Infeksi ini
biasanya eksogen (ditularkan dari penderita lain, yang tidak suci hama,
tangan penolong, infeksi tenggorokan orang lain).
b. Staphylococcus aureus
masuknya seacra eksogen, infeksinya sedang, banyak ditemukan sebagai
penyebab infeksi di rumah sakit dan dalam tenggorokan orang-orang yang
nampaknya sehat. Kuman ini biasanya menyebabkan infeksi terbatas,
walaupun kadang-kadang menjadi sebab infeksi umum.
c. Escherichia coli
Sering berasal dari kandung kemih dan rektum, menyebabkan infeksi
terbatas pada perineum, vulva, dan endometrium. Kuman ini merupakan
sebab penting dari infeksi traktus urinarius.
d. Clostridium Welchii
Kuman ini bersifat anaerob, jarang ditemukan akan tetapi sangat
berbahaya. Infeksi ini lebih sering terjadi pada abortus kriminalis dan
partus yang ditolong oleh dukun dari luar rumah sakit.
3. Gejala Klinis
a. Kadang-kadang lochea tertahan dalam uterus oleh darah, sisa plasenta dan
selaput ketuban yang disebut locheometra
b. Pengeluaran lochea bisa banyak / sedikit, kadang berbau/tidak, lochea
berwarna merah / cokelat

c. Suhu badan meningkat mulai 48 jam post partum, sering kali dengan pola
gigi gergaji (38,5 40) menggigil, nadi biasanya sesuai dengan kurva suhu
badan
d. Sakit kepala, sulit tidurm anoreksia
e. Nyeri tekan pada uterus, uterus agak membesar dan lembek, His susulan
biasanya sangat mengganggu
f. Leukositosis dapat berkisar antara 10.000 13.000/mm3
4. Patofisiologi
Rahim merupakan organ yang steril sedangkan di vagina terdapat
banyak mikroorganisme oportunistik. Mikroorganisme dari vagina ini dpat
secara asenden masuk ke rahim terutama pada saat perkawinan atau
melahirkan. Bila jumlah mikroorganisme terlalu banyak dan kondisi rahim
mengalami gangguan maka dapat terjadi endometritis. Kejadian endometritis
kemungkinan besar terjadi pada saat kawin suntik atau penanganan kelahiran
yang kurang higini, sehingga banyak bakteri yang masuk, seperti bakteri non
spesifik (E.coli, Staphylococcus, Streptococcus, dan Salmonella), maupun
bakteri spesifik (Brucella sp, Vibrio foetusm dan Trichomonas foetus).
Infeksi uterus pada persalinan pervaginam terutama terjadi pada
tempat implantasi plasenta, desidua, dan miometrium yang berdekatan.
Bakteri yang berkoloni di serviks dan vagina akan menginvasi tempat
implantasi plasenta saat itu biasanya merupakan sebuah luka dengan diameter
kurang lebih 4 cm dengan permukaan luka berbenjol-benjol karena
banyaknya vena yang ditutupi trombus. Daerah ini merupakan tempat yang
baik untuk tumbuhnya kuman-kuman patogen.7 infeksi uterus pasca operasi
sesar umumnya akibat infeksi pada luka operasi selain infeksi yang terjadi
pada tempat implantasi plasenta.
5. Pengobatan

a. Antibiotika ditambah drainase yang memadai merupakan pojok sasaran


terapi. Evaluasi klinis dari organisme yang terlihat pada pewarnaan gram,
seperti juga pengetahuan bakteri yang diisolasi dari infeksi serupa
sebelumnya, memberikan petunjuk untuk terapi antibiotik
b. Cairan intravena dan elektrolit merupakan terapi pengganti untuk dehidrasi
ditambah terapi pemelihataan untuk pasien-pasien yang tidak mampu
mentoleransi makanan lewat mulut. Secepat mungkin pasien diberikan diit
per oral untuk memberikan nutrisi yang memadai.
c. Pengganti darah dapat diindikasikan untuk anemia berat dengan post
abortus atau post partum
d. Tirah baring dan analgesia merupakan terapi pendukung yang banyak
manfaatnya
e. Tindakan bedah: endometritis post partum sering disertai dengan jaringan
plasenta yang tertahan atau obstruksi serviks. Drainase lokia yang
memadai sangat penting. Jaringan plasenta yang tertinggal dikeluarkan
dengan kuretase perlahan-lahan dan hati-hati. Histerektomi dan salpingoooforektomi bilateral mungkin ditemukan bila klostridia telah meluas
melampaui endometrium dan ditemukan bukti adanya sepsis sistemik
(syok, hemolisis, gagal ginjal).
II.6.5. Septikemia dan Piema
1. Definisi
Septikemia adalah suatu keadaan dimana terdapatnya multiplikasi
bakteri dalam darah (bakteremia). Istilah lain septikemia adalah Blood
poisoning atau bakteremia dengan sepsis. Sepsis adalah istilah klinis yang
dipakai untuk suatu bakteremia dengan bergejala. Septikemia merupakan
suatu kondisi infeksi serius yang mengancam jiwa, tulang radang otak dll.
Gejalanya dimulai dengan demam tinggi, menggigil, nafas cepat dan denyut
jantung cepat. Penderita kelihatan sangat sakit.6,17

2. Etiologi
Organisme yang menyerang bekas implantasi plasenta atau laserasi
akibat persalinan, adalah penghuni normal serviks dan jalan lahir, mungkin
juga dari luar. Biasanya lebih dari satu spesies. Kuman anaerob adalah kokus
gram positif (peptostreptokokus, peptokokusm peptokokus, nakterioides, dan
clostridium). Kuman aerob adalah berbagai macam gram positif dan E.coli.
mikoplasma dalam laporan terakhir mungkin memegang peran penting,
sebagai etiologi infeksi nifas.6,17
3. Gejala Klinis
Septikemia adalah keadaan dimana kuman-kuman atau toksinnya
langsung masuk ke dalam peredaran darah dan menyebabkan infeksi.5
Gejala klinik septikemia lebih akut antara lain: kelihhatan sudah sakit
dan lemah sejak awal; keadaan umum jelek, menggigil, nadi cepat 140160x/menit atau lebih; suhu meningkay antara 39-40; tekanan darah turun,
keadaan umum membruruk; sesak nafas, kesadaran turun, gelisah.5
4. Patofisiologi
Pada septikemia kuman-kuman dari sarangnya di uterus, lansung
masuk ke peredaran darah umum dan menyebabkan infeksi umum. Adanya
septikemia dapat dibuktikan dengan jalan pembiakan kuman-kuman dari
darah. Pada piemia terdapat dahulu tromboflebitis pada vena-vena di uterus
serta sinus-sinus pada bekas tempat plasenta. Trombofeblitis ini menjalar ke
vena uterine, vena hipogastrika, dan/atau vena ovarii (tromboflebitis pelvika).
Dari tempat-tempat trombus itu embolus kecil yang mengandung kumankuman dilepaskan. Tiap kali dilepaskan, embolus masuk ke peredaran darah
umum dan dibawa oleh aliran darah ke tempat-tempat lain, anataranya ke
paru-paru, ginjalm otak, jantung, dan sebagainya, dan mengakibatkan
terjadinya abses-abses ditempat-tempat tersebut. Keadaan ini dinamakan
piemia. Penyebaran melalui jalan limfe dan jalan lain.5,17

5. Pengobatan
Sebaiknya, segera lakukan pembiakan (kultur) dan sekret vagina, luka
operasi dan darah serta uji kepekaan untuk mendapatkan antibiotika yang
tepat dalam pengobatan. Pemberian antibiotika dalam dosis yang cukup dan
adekuat, dapat mencegah perluasan infeksi. Karena hasil pemeriksaan
memerlukan waktu, berikan antibiotika spektrum luas (broad spectrum)
menanti hasil laboratorium. Pengobatan mempertinggi daya tahan tubuh
penderita, infus, atau transfusi darah diberikan, perawatan lainnya sesuai
dengan komplikasi yang dijumpai.5,17

II.6.6. Peritonitis
1. Definisi

Gambar II.6.6. Peritonitis

Peritonitis adalah inflamasi peritoneum lapiran membran serosa


rongga abdomen dan meliputi visera merupakan penyulit berbahay yang
dapat terjadi dalam bentuk akut maupun kronis/ kumpulan tanda dan gejala,
diantaranya nyeri tekan dan nyeri lepas pada palpasi, defans muskuler, dan
tanda-tanda umum inflamasi.6
Peritonitis merupakan sebuah proses peradangan pada membran
serosa yang melingkupi kavitas abdomen dan organ yang terletak di
dalamnya. Peritonitis sering disebabkan oleh infeksi peradangan lingkungan
sekitarnya melalui perforasi usus seperti rupture apendiks atau divertikulum
karena awalnya peritonitis merupakan lingkungan yang steril. Selain itu juga
dapat diakibatkan oleh materi kimia yang iritan seperti asam lambung dari
perforasi ulkus atau empedu dari perforasi kantung empedu atau laserasi
hepar. Pada wanita sangat memungkinkan peritonitis terlokalisasi pada
rongga pelvis dari infeksi tuba fallopi atau rupturnya kista ovari. Kasus
peritonitis akut yang tidak tertangani dapat berakibat fatal.6
2. Etiologi
Bentuk peritonitid yang paling sering ialah Spontaneous bacterial
peritonitis (SBP) dan peritonitis sekunder. SBP terjadi bukan karena infeksi
intra abdomen, tetapi biasanya terjadi pada apsien yang asites terjadi
kontaminasi hingga ke rongga peritoneal sehingga menjadi translokasi bakteri
menuju dinding perut atau pembuluh limfe mesenterium, kadang terjadi
penyebaran hematogen jika terjadi baketeremia dan akibat penyakit hati yang
kronik. Semakin rendah kadar protein cairan asites, semakin tinggi risiko
terjadinya peritonitis dan abses. Ini terjadi karena ikatan opsonisasi yang
rendah antar molekul komponen asites patogen yang paling sering
menyebabkan infeksi adalah bakteri gram negatif E.coli 40%, Klebsiella
pneumoniae 7%, spesies Pseudomonas, Proteus dan gram lainnya 20% dan
bakteri gram positif yaitu Streptokokus pneumoniae 15%, jenis Streptococcus
lain 15% dan golongan Staphylococcus 3%, selain itu juga terdapat anaerob

dan infeksi campur bakteri. Peritonitis sekunder yang paling sering terjadi
disebabkan oleh perforasi atau nekrosis (infeksi transmural) organ-organ
dalam dengan inokulasi bakteri rongga peritoneal terutama disebabkan
bakteri gram positif yag berasal dari saluran cerna bagian atas. Peritonitis
tersier terjadi karena infeksi peritoneal berulang setelah mendapatkan terapi
SBP atau peritonitis sekunder yang adekuat, bukan berasal dari kelainan
organ, pada pasien peritonitis terseier biasanya timbul abses atau flagmon
dengan atau tanpa fistula. Selain itu juga terdapat peritonitis TB, peritonitis
steril atau kimiawi terjadi karena iritasi bahan-bahan kimia, misalnya cairan
empedu, barium dan substansi kimia lain atau proses inflamasi transmural
dari organ-organ dalam (misalnya penyakit Crohn).7,17
3. Gejala Klinis
Peritonitis menyerang pada daerah pelvis (pelvico peritonitis):7
1. Peritonitis umum : suhu badan tinggi, nadi cepat dan kecil, perut nyeri
tekan (defans muskulare), pucat, mata cekung yang disebut dengan muka
hipokrates (facies hipocratica), kulit dingin
2. Peritonitis yang terdapat di pelvis : pasien demam, nyeri perut bawah, nyeri
periksa dalam kavum douglasi menonjol karena adanya abses.
4. Patofisiologi
Peritonitis disebabkan oleh kebocoran isi dari organ abdomen ke
dalam rongga abdomen sebagai akibat dari inflamasi, infeksi, iskemia, trauma
atau perforasi tumor. Terjadinya proliferasi bakterialm terjadinya edema
jaringan dan dalam waktu singkat terjadi eksudasi cairan. Cairan dalam
rongga peritoneal menjadi keruh dengan peningkatan jumlah protein, sel
darah putih, debris seluler dan darah. Respon segera dari slauran usus adalah
hipermotilitas, diikuti oleh ileus paralitik disertai akumulasi udara dan cairan
dalam usus.6

Infeksi nifas yang mencapai peritoneum atau melalui jaringan diantara


kedua lembar ligamentum latum yang menyebabkan parametritis. Dapat
terjadi karena meluasnya endometritis terjadi dapat juga ditemukan bersama
dengan salpingo ooforitis dasn parametritis. Peritonitis yang tidak menjadi
peritonitis umum terbatas pada daerah pelvis.6
5. Pengobatan
Penggantian cairan, koloid, dan elektrolit adalah fokus utama.
Analgesik diberikan untuk mengatasi nyeri antiemetik dapat diberikan
sebagai terapi untuk mual dan muntah. Terapi oksigen dengan kanula nasal
atau masker akan meningkatkan oksigenasi secara adekuat, tetapi kadangkadang inkubasi jalan napas dan batuk ventilasi diperlukan. Tetapi
medikamentosa non operatif dengan terapi antibiotik, terapi hemodinamik
untuk paru dan ginjal, terapi nutrisi dan metabolik dan terapi modulasi respon
peradangan.7
Penatalaksanaan pasien trauma tembus dengan hemodinamik stabil di
dada bagian bawah atau abdomen berbeda-beda namun semua ahli bedah
sepakat pasien dengan tanda peritonitis atau hipovolemia harus eksplorasi
bedah, tetapi hal ini tidak pasti bagi pasien tanpa tanda-tanda sepsis dengan
hemodinamik stabil. Semua luka tusuk di dada bawah dan abdomen harus
dieksplorasi terlebih dahulu. Bila luka menembus peritonium maka tindakan
laparotomi diperlukan. Prolaps viseram tanda-tanda peritonitis, syok,
hilangnya bising usus, terdapat darah dalam lambung, buli-buli dan rektum,
adanya udara bebas intraperitoneal dan lavase peritoneal yang positif juga
merupakan indikasi melakukan laparotomi. Bila tidak ada, pasien harus
diobservasi selama 24-48 jam. Sedangkan pada pasien luka tembak
dianjurkan agar dilakukan laparotomi.7,17
Keperawatan perioperatif merupakan istilah yang digunakan utuk
menggambarkan keragaman fungsi keperawatan yang berkaitan dengan
pengalaman pembedahan pasien yang mencakup tiga fase yaitu:7,17

1. Fase praoperatif dari peran keperawatan perioperatif dimulai ketika


keputusan untuk intervensi bedah dibuat dan berakhir ketika pasien
digiring kemeja operasi. Lingkuo aktivitas keperawatan selama waktu
tersebut dapat mencakup penetapan pengkajian dasar pasien ditatanan
klinik atau dirumah, menjalani wawancara pra operatif dan menyiapkan
pasien untuk anastesi yang diberikan dan pembedahan. Bagaimanapun,
aktivitas keperawatan mungkin dibatasi hingga melakukan pengkajian
pasien pra operatif ditempat ruang operasi.
2. Fase intraoperatif dari keperawatan perioperatif dimulai ketika pasien
masuk atau dipindah kebagian atau ruang pemulihan. Pada fase ini lingkup
aktivitas keperawatan dapat meliput: memasang infus (IV), memberikan
medikasi intravena, melakukan pemantauan fisiologis menyeluruh
sepanjang prosedur pembedahan dan menjaga keselamatan pasien. Pada
beberapa contoh, aktivitas keperawatan terbatas hanya pada menggenggam
tangan pasien selama induksi anastesi umum, bertindak dalam peranannya
sebagai perawat scub, atau membantu mengatur posisi pasien diatas meja
operasi dengan menggunakan prinsip-prinsip dasar kesejajaran tubuh.
3. Fase pasca operatif dimulai dengan masuknya pasien ke ruang pemulihan
dan berakhir dengan evaluasi tindak lanjut pada tatanan klinik atau
dirumah. Lingkup keperawatan mencakup rentang aktivitas yang luas
selama periode ini. Pada fase pascaoperatif langsung, fokus terhadap
mengkaji efek dari agen anastesi dan memantau fungsi vital serta
menccegah komplikasi. Aktivitas keperawatan kemudian berfokus pada
penyembuhan pasien dan melakukan penyuluhan, perawatan tindak lanjut
dan rujukan yang penting untuk penyembuhan yang berhasil dan
rehabilitasi diikuti dengan pemulangan. Setiap fase ditelaah lebih detail
lagi dalam unit ini. Kapan berkaitan dan memungkinkan, proses
keperawatan pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi dan evaluasi
diuraikan.

II.6.7. Parametritis
1. Definisi
Perimetritis adalah infeksi pada parametrium. Parametrium adalah
jaringan renggang yang ditemukan di sekitar uterus. Jaringan ini memanjang
sampai ke sisi-sisi serviks dan ke pertengahan lapisan-lapisan ligamen besar.6
dimana infeksi jaringan ini dapat terjadi beberapa jalan yaitu:
1. Penyebaran melalui limfe dari luka serviks yang terinfeksi atau dari
endometritis.
2. Penyebaran langsung dari luka pada serviks yang meluas sampai ke
ligamentum.
3. Penyebaran sekunder dari tromboflebitis
Proses ini dapat tinggal terbatas pada dasar ligamentum latum atau
menyebar ekstraperitoneal ke semua jurusan. Jika menjalar ke atas, dapat
diraba pad dinding perut sebelah lateral di atas ligamentum inguinalis, atau
pada fossa iliaka dan mencapai uterus.6
2. Etiologi
Penyebab yang paling banyak terdapat adalah infeksi partus. Ada 3 hal
yang menjadi penyebab parametritis, yaitu:6
a. Endometritis dengan 3 cara yaitu:
- Perkontinuitatum: endometritis metritis parametritis
- Limfogen
- Hematogen : Phlebitis periplebitis parametritis
b. Dari robekan serviks
c. Perforasi uterus oleh alat-alat (sonde, kuret, IUD)

3. Gejala Klinis
Pada perkembangan peradangan lebih lanjut gejala-gejala selulitis
pelvika menjadi lebih jelas. Pada pemeriksaan dalam dapat diraba tahanan
padat dan nyeri di sebelah uterus dan tahanan ini yang berhubungan erat
dengan tylang panggul, dapat meluas ke berbagai jurusan. Ditengah-tengah
jaringan yang meradang itu bisa tumbuh abses. Dalam hal ini,suhu yang
mula-mula tinggi secara menetap menjadi naik-turun disertai dengan
menggigil. Penderita tampak sakit, nadi cepat, dan oerut nyeri. Dalam dua
pertiga kasus tidak terjadi pembentukkan abses dan suhu menutun dalam
beberapa minggu. Tumor di sebelah uterus mengecil sedikit demi sedikit, dan
akhirnya terdapat parametrium yang kaku. Atau bisa juga ditandai dengan:7,17
1. Demam
2. Nyeri atau nyeri tekan pada salah satu atau kedua sisi abdomen
3. Nyeri tekan yang cukup terasa ketika pemeriksaan vagina
4. Nyeri unilateral tanpa gejala rangsangan peritoneum seperti muntah
4. Patofisiologi
Endometritis dapat menyebar dan meluas melalui jalan limfogen atau
tromboflebitis dan menyebar hingga miometrium hal tersebut dapat
menyebabkan reaksi:7
a. Kalor
b. Dolor
c. Nyeri hebat
d. Nafsu makan berkurang
e. Asam lambung meningkat
f. reaksi mual

g. Vasodilatasi
h. Syok septik/infertilitas/infeksi meluas
5. Pengobatan
Antibiotika

memegang

peranan

yang

sangat

penting

dalam

pengobatan infeksi partus. Karena pemeriksaan-pemeriksaan ini memerlukan


waktu, maka pengobatan perlu dimulai tanpa menungu hasilnya. Terapi pada
parametritis yaitu dengan memberikan antibiotika berspektrum luas. Dalam
hal ini dapat diberikan penisilin dalam dosis tinggi atau antibiotika dengan
spektrum luas, seperti ampisilin dan lain-lain.6,7
Disamping pengobatan dengan antibiotika, tindakan-tindakan untuk
mempertinggi daya tahan badan tetap perlu dilakukan. Perawatan baik sangat
penting makanan yang mengandung zat-zat yang diperlukan hendaknya
diberikan dengan cara yang cocok dengan keadaan hewan tersebut.6,7
Jika terjadi abses, abses harus dibuka dengan menjaga supaya nanah
tidak masuk ke dalam rongga peritoneum dan pembuluh darah yang agak
besar tidak sampai dilukai. Jika ditemukan abses, di tempat itu perlu diadakan
pembukaan tumor dan drainase karena selalu ada bahaya bahwa abses
mencari jalan ke jaringan tubuh yang lain. Kalau ada fluktuasi perlu
dilakukan insisi. Tempat insisi ialah diatas lipatan paha atau pada cavum
douglasi.
II.6.8. Salpingitis
1. Definisi
Salpingitis adalah infeksi dan peradangan di saluran tuba. Hal ini
sering digunakan secara sinonim dengan penyakit radang panggul (PID),
meskipun PID tidak memiliki definisi yang akurat dan dapat merujuk pada
beberapa penyakit pada saluran kelamin bagian atas perempuan, seperti
endometritis, ooforitis, miometritis, parametritis dan infeksi pada panggul

peritoneum. Sebaliknya, salpingitis hanya merujuk infeksi dan peradangan di


saluran tuba.5,7

Gambar II.6.8. Salpingitis


Salpingitis adalah salah satu penyebab paling umum infertilitas
wanita. Jika salpingitis tidak segera diobati, infeksi dapat menyebabkan
kerusakan permanen pada tuba fallopi sehingga telur dilepaskan setiap siklus
menstruasi tidak bisa bertemu dengan sperma.7
2. Etiologi
Salpingitis disebabkan oleh bakteri penginfeksi. Jenis-jenis bakteri
yang

biasanya

menyebabkan

salpingitis,

seperti:

Mycoplasma,Staphylococcus,dan Streptococcus. Selain itu salpingitis bisa


juga disebabkan penyakit menular seksual seperti Gonorrhoea, Chlamydia,
infeksi puerperal dan post abortus. Dalam sembilan dari 10 kasus salpingitis,
bakteri penyebabnya. Beberapa bakteri yang paling umum bertanggung jawab
untuk salpingitis meliputi:7,17
a. Chlamydia
b. Gonococcus (yang menyebabkan gonorrhoea)
c. Mycoplasma

d. Staphylococcus
e. Streptococcus
3. Gejala Klinis
Dalam kasus ringan, salpingitis mungkin tidak memiliki gejala. ini
berarti saluran tuba dapat menjadi rusak tanpa perempuan menyadarinya dia
memiliki infeksi. Adapun tanda gejala dari salpingitis adalah:7
a. Nyeri pada salah satu atau kedua sisi perut
b. Sakit punggung
c. Demam dan menggigil
d. Mual Muntah
e. Abnormal vaginna discharge, seperti warna yang tidak biasa atau bau
f. Nyeri selama ovulasi
g. Sering buang air kecil
h. Dismenorhea
i. Tidak nyaman atau hubungan seksual yang menyakitkan
pada pemeriksaan dalam nyeri jika portio digoyangkan, nyeri kiri dan
kanan, kadang-kadang ada penebalan dari tuba:7
a. Nyeri abdomen
Nyeri abdomen bagian bawah merupakan gejala yang paling dapat
dipercaya dari infeksi pelvis akut. Pada mulanya rasa nyeri unilateral,
bilateral, atau suprapubik, dan sering berkembang sewaktu atau segera
setelah suatu periode menstruasi. Keparahannya meningkat secara
bertahap setelah beberapa jam sampai beberapa hari, rasa nyeri cenderung

menetap, bilateral pada abdomen bagian bawah, terdapat nyeri tekan di


abdomen bagian bawah dan semakin berat dengan adanya pergerakan.
b. Perdarahan pervaginam atau sekret vagina
Perdarahan antar menstruasi atau meningkatnya aliran menstruasi atau
kedua-duanya dapat merupakan akibat langsung dari endometritis atau
pengaruh tidak langsung dari perubahan-perubahan hormonal yang
berkaitan dengan ooforitis. Sekret vagina dapat disebabkan oleh servisitis.
c. Gejala-gejala penyerta
Menggigil dan demam lazim ditemukan. Anoreksia, nausea, dan vomitus
berkaitan dengan iritasi peritoneum. Disuria dan sering buang air kecil
menunjukkan adanya keterkaitan dengan uretritis dan sistitis. Nyeri bahu
atau nyeri kuadran kanan atas mungkin merupakan gejala dari perihepatitis
gonokokus.
d. Riwayat Menstruasi
Menstruasi dapat meningkat dalam jumlah dan lamanya. Salpingitis dapat
menjadi simtomatik pada hari keempat atau kelima dari siklus menstruasi.
Kadang terdapat perdarahan di luar siklus dan sekret vagina berlebihan.
e. Tanda-tanda perluasan infeksi
- Nyeri semakin hebat
- Adanya peningkatan suhu tubuh
4. Patofisiologi
Kebanyakan kasus salpingitis terjadi dalam 2 tahap. Pertama
melibatkan akusisi infeksi vagina atau leer rahim. Yang kedua melibatkan
peningkatan saluran kelamin bagian atas. Meskipun mekanisme yang tepat
untuk peningkatan tidak diketahui, siklus menstruasi mundur dan pembukaan

leher rahim selama menstruasi tapi hal tersebut merupakan faktor yang dapat
meningkatkan infeksi.7
Proses

pembedahan

seperti

biopsi

endometrium,

kuret

dan

histeroskopik, merupakan predisposisi wanita untuk infeksi ini. Perubahan


dalam lingkungan mikro cervicovaginal dihasilkan dari terapi antibiotik,
ovulasi, menstruasi, atau penyakit menular seksual PMS) dapat mengganggu
keseimbangan flora endogen, non patogenik biasanya menyebabkan
organisme untuk berkembang biak sangat cepat dan akan naik ke saluran
bagian atas.6,7
Faktor-faktor ini juga dapat memfasilitasi peningkatan bakteri
patogen, seperti Neisseria gonorrhoea atau Chlamydia trachomatis.
Intercourse juga dapat berkontribusi untuk peningkatan infeksi dengan
kontraksi rahim secara mekanis membujuk organisme untuk meningkat.
Selain itu sperma dapat membawa organisme ke saluran kelamin bagian atas
pada saat hubungan seksual.5
5. Pengobatan
Tujuan pengelolaan secara efisien salpingitis adalah untuk mengobati
infeksi akut, sehingga menjaga kesuburan dan mencegah kehamilan ektopik,
serta mengurangi risiko jangka panjang inflamasi sequele.5
Wanita dengan PID atau salpingitis dapat berobat jalan maupun di
rawat inap. Menurut Pelvic Inflammatory Disease Evaluation and Clinical
Health (PEACH) trial, 831 wanita dengan gejala PID ringan biasanya
menerima pasien rawat inap dengan pengobatan melalui intravena (IV):
cefotaxime dan Doxycycline sedangkan untuk pasien rawat jalan diberi
intramuskular (IM) cefotaxime dan Doxycycline pemberian per oral.
Jika tidak ada respon terhadap pemberian antibiotik, mungkin perlu
dilakukan pembedahan. Pasangan seksual penderita sebaiknya juga menjalani
pengobatan secara bersamaan dan selama menjalani pengobatan jika

melakukan hubungan seksual, pasangan penderita sebaiknya menggunakan


kondom.6
II.6.9. Ooforitis
1. Definisi
Ooforitis adalah peradangan pada salah satu atau kedua ovarium.
Peradangan ini biasanya terjadi dengan salpingitis (infeksi pada satu tuba
fallopi), penyakit radang panggul atau infeksi lainnya. Ovarium adalah
sepasang organ reproduksi internal yang menghasilkan telur dan karenanya
ooforitis dapat mempengaruhi kesuburan. Namun ketidaksuburan terjadi
karena banyak faktor penyebab, layaknya sistem tubuh lainnya, sistem
reproduksi akan mengalamipenuaan seiring dengan bertambahnya usia.
Hingga sistem reproduksi akan mengalami penuaan seiring dengan
bertambahnya usia. Hingga saat ini, masa yang terbaik bagi seorang
perempuan hamil dan melahirkan adalah saat berusia 20 s/d 35 tahun. Begitu
banyak organ dalam tubuh yang menyebabkan peradangan pada cairan yang
mengelilingi indung telur, sehingga aktivitas indung telur terganggu,
akibatnya mempengaruhi kesuburan.7,17

Gambar II.6.9. Ooforitis

2. Etiologi
Penyakit ini disebabkan oleh komplikasi yang disebabkan oleh
keadaan lainnya seperti:7
a. Salpingitis
b. Salpingo-ooforitis
c. Gondong-dapat menyebabkan parotidea ooforitis
d. Kista Ovarium
e. Folikular kista
Setiap keadaan yang menggunakan aktivitas normal dari tuba dapat
menyebabkan infertilitas. Yang tersering sebagai penyebab dari keadaan
ini ialah peradangan dari tuba. Keadaan lain yang jarang ialah perlekatanperlekatan dari tuba dan ovarium sebagai akibat dari kelainan-kelainan
intraabdominal seperti endometriosis, abses apendiks dan lain-lain. Tumor
pelvis, biasanya yang terletak intraligamenter dapat merubah kedudukan
tuba, sehingga fibria tidak mencapai ovarium atau peristaltik tuba akan
terganggu. Biasanya penyebabnya peradangan tuba ialah Gonorrhoea,
TBC, streptococcus, dimana salpingitis GO merupakan proses peradangan
yang tersering ditemukan.7,17
3. Gejala Klinis
a. Sakit panggul
Salah satu penyebab terbanyak ooporitis, adanya gangguan pada panggul
yang dapat menyebabkan adanya nyeri pada panggul. Namun tidak semua
sakit nyeri dapat menegakkan diagnosis bahwa seseorang telah mengalami
ooporitis, perlu dilakukan pemeriksaan lebih lanjut.
b. Demam

Demam juga merupakan gejala yang menyertai ooporitis, karena adanya


peradangan pada indung telur, megakibatkan adanya gangguan pada sistem
kekebalan tubuh sehingga tubuh membuat reaksi penolakan dengan adanya
demam atau suhu tubuh lebih dari normal.
c. Sisi kelembutan
yang dimaksud dengan sisi kelembutan adalah pada saat dilakukan
pemeriksaan internal, yang membutuhkan kehati-hatian yang tinggi,
karena kita ketahui bahwa mungkin penderita mengalami nyeri.
4. Patofisiologi
Infeksi biasanya berasal di vagina, dan naik ke tabung falopi dari sana.
Karena infeksi dapat menyebar melalui pembuluh getah bening, infeksi pada
satu tabung falopi biasanya menyebabkan infeksi yang lain. Paling sering
disebabkan

oleh

gonococcus,

disamping

itu

oleh

staphylococcus,

streptokokus, dan bakteri TBC. Infeksi ini dapat terjadi sebagai berikut:7
a. Patogenik dan servikal organisms dari cervical canal akan memasuki uterus
lalu tinggal didalam falopia tube.
b. Mucosal layers of fallopian tube akan menjadi edematous
c. Ciliated epithelium cells akan terkikis menyebabkan fallopian tube
dipenuhi pus lalu bengkak disebut pyosalpinx
d. Setelah sembuh, fallpian tube menjadi adhesion / structure (sempit) dan
bisa menyebabkan infertility
Hematogen terutama salpingitis tuberkulosa. Salpingitis biasanya
bilateral. Bakteri dapat diperkenalkan dalam berbagai cara, termasuk:7
a. Hubungan seksual
b. Penyisipan sebuah IUD (perangkat intra-uterus)

c. Keguguran
d. Aborsi
e. Melahirkan
f. Apendisitis
5. Pengobatan
Cara penanganan yang tepat dalam menangani ooporitis adalah sbb:5,7
a. Pemasangan infus
Ini bertujuan untuk mengganti cairan output karena pada penderita
ooporitis mengalami demam dan seringkali disertai dengan adanya
perdarahan akibatnya banyak cairan yang hilang sehingga harus segera
diganti agar tidak terjadi syok hipovolemik.
b. Bedah drainase
Adalah salah satu tindakan yang dilakukan untuk mengeluarkan darah
setelah dilakukan operasi, dipasang pada daerah bekas operasi berfungsi
untuk mengeluarkan sisa darah ditempat operasi.
c. Terapi Antibiotik
ini diberikan guna mengurangi infeksi akibat dilakukannya tindakan,
obatnya meliputi seftriaxone, doxycycline, cefoxitine. Namun tentu saja
sesuai dengan terapi yang diberikan oleh dokter ahli kandungan.
II.7. Gejala Klinis
Tanda dan gejala umum ari infeksi puerperalis ini yaitu:3,8
1. Peningkatan suhu
2. Takikardi

3. Nyeri pada pelvis


4. Demam tinggi
5. Nyeri tekan pada uterus
6. Lochea berbau busuk / menyengat
7. Penurunan uterus yang lambat
8. Nyeri dan bengkak pada luka episiotomi
II.8. Diagnosa
Pada penderita dengan infeksi nifas perlu diketahui apakah terbatas
pada tempat-tempat masunya kuman-kuman ke dalam badan atau menjalar
keluar tempat. Seorang penderita dengan infeksi yang meluas diluar port de
entry tampaknya sakit, suhu akan meningkat dengan kadang-kadang disertai
menggigil, nadi cepat, keluhannya juga lebih banyak.4
Jika ada fasilitas penderita dengan infeksi nifas hendaknya diambil
getah dari vagina sebelah atas untuk pembiakan, dan pada infeksi yang
tampaknya berat juga diambil darah untuk maksud yang sama. Usaha ini
dilakukan untuk mengetahui penyebab infeksi nifas dan guna memilih
antibiotik yang paling tepat untuk pengobatan4
II.9. Komplikasi
1. Sindroma distres pernapasan dewasa
2. Koagulasi intravaskular diseminata
3. Gagal Ginjal Akut
4. Perdarahan Usus
5. Gagal Hati
6. Disfungsi SSP

7. Gagal Jantung
8. Kematian
II.10. Pencegahan
Pencegahan yang dapat dilakukan dalam upaya menurunkan infeksi
puerperalis sebagai berikut:4,8
1. Pencegahan pada waktu hamil
a. Meningkatkan keadaan umum penderita
b. Mengurangi faktor predisposisi infeksi kala nifas
c. Koitus pada hamil tua sebaiknya dilarang karena dapat mengakibatkan
pecahnya ketuban dan terjadinya infeksi
2. Saat Persalinan
Usaha-usaha pencegahan terdiri darimembasi sebanyak mungkin
kuman-kuman dalam jalan lahir, menjaga supaya persalinan tidak berlarutlarut, menyelesaikan persalinan dengan trauma sedikit mungkin, dan
mencegah terjadinya perdarahan banyak. Semua petugas dalam kamar
bersalin harus menutup hidung dan mulut dengan masker, alat-alat, kainkain yang dipakai dalam persalinan harus suci hama. Pemeriksaan dalam
hanya boleh dilakukan jika perlu, terjadinya perdarahan harus dicegah
sedapat mungkin dan transfusi darah harus diberikan menurut keperluan.
Menyarankan semua wanita hamil unyuk mencari bantuan medis
segera setelah keluar lendir atau cairan dari jalan lahir. Jika selaput
ketuban pecah dan tidak mengalami kontraksi, kurangi melakukan
pemeriksaan vagina. Jika persalinan tidak dimulai dalam waktu 18 jam
setelah selaput ketuban pecah, berikan antibiotik profilaksis, sebagai
berikut:
1. Ampisilin 2 g IV setiap 6 jam, dan

2. Gentamisin 5 mg/kg BB IV tiap 24 jam


Hentikan antibiotik setelah persalinan pervaginam, jika persalinan
dengan operasi sesar, berikan Metronidazole IV 500 mg tiap 8 jam.
Antibiotik diteruskan sampai pasien bebas demam selama 48 jam.
3. Kala Nifas
a. lakukan mobilisasi dini sehingga darah lokia keluar dengan lancar
b. Perlukaan dirawat dengan baik
c. Rawat gabung dengan isolasi untuk mengurangi infeksi nosokomial
II.11. Pengobatan
Sebaliknya segera dilakukan pengambilan (kultur) dari sekret vagina,
luka operasi dan darah serta uji kepakaian untuk mendapatkan antibiotik
yang tepat dalam pengobatan.5
Disamping
puerperalis

pemberian

masih

antibiotika

diperlukan

dalam

beberapa

pengobatan

tindakan

khusus

infeksi
untuk

mempercepat penyembuhan infeksi tersebut, antara lain:5,8


1. Penatalaksanaan luka perineum, vulva, vagina:
Luka menjadi terasa nyeri, merah, dan bengkak. Jika terjadi infeksi dari
luar, maka biasanya jahitan di angkat supaya ada drainase getah-getah
luka atau lakukan kompres.
2. Penatalaksanaan endometritis:
- Pasien sebisa mungkin diisolasi, tapi bayi boleh terus menyusu pada
ibunya
- Untuk pengaliran lokia, pasien boleh diletakkan dalam posisi fowler
dan diberi uterotonika serta anjurkan banyak minum.

3. Penatalaksanaan tromboflebitis pelvis dan femoralis:


- Tujuan terapi ini adalah untuk mencegah emboli dan mengurangi
akibat-akibat tromboflebitis (edema kaki yang lama, perasaan nyeri di
tungkai)
- Pengobatan anti koagulan (heparin, dicumarol) bermaksud untuk
mengurangi terjadinya trombus dan mengurangi bahaya emboli
4. Penatalaksanaan peritonitis:
- Antibiotik diberikan dengan dosis yang tinggi
- Untuk menghilangkan kembung perut diberi obat miller tube
- Cairan diberi per infus, transfusi darah, dan oksigen juga baik
- Pasien diberi sedative untuk menghilangkan rasa nyeri
- Makan dan minum di berikan setelah ada flatus
5. Penatalaksanaan parametritis:
Pasien diberi antibiotik dan jika terdapat fluktuasi perlu dilakukan insisi
diatas lipatan paha atau ada cavum douglasi.
II.12. Prognosis
Prognosis baik jika diatasi dengan pengobatan yang sesuai. Menurut
derajatnya, septikemia merupakan infeksi paling berat dengan mortalitas
tinggi diikuti peritonitis umum.8

Anda mungkin juga menyukai