PENDAHULUAN
Mioma uteri adalah tumor jinak otot polos yang terdiri dari sel-sel jaringan
polos, jaringan pengikat fibroid dan kolagen. Mioma uteri merupakan tumor
perlvis yang terbanyak pada organ reproduksi wanita. Kejadian mioma uteri
sebesar 20-40 % pada wanita yang berusia lebih dari 35 tahun dan sering
menimbulkan gejala klinis berupa menorraghi dan dismenorea. Selain itu mioma
juga dapat menimbulkan kompresi pada traktus urinarius, sehingga dapat
menimbulkan gangguan berkemih maupun tidak dapat menahan berkemih.
(Hadibroto, 2011)
Penelitian Ran Ok et-al di Pusan Saint Benedict Hospital Korea
menemukan 17% kasus mioma uteri dari 4784 kasus-kasus bedah ginekologi yang
diteliti (Muzakir cit Ran Ok et-al, 2007). Menurut penelitian yang di lakukan
Karel Tangkudung (1977) di Surabaya angka kejadian mioma uteri adalah sebesar
10,30%, sebelumnya di tahun 1974 di Surabaya penelitian yang dilakukan oleh
Susilo Raharjo angka kejadian mioma uteri sebesar 11,87% dari semua penderita
ginekologi yang dirawat.(Muzakir, 2012)
Sebagian besar kasus mioma uteri adalah tanpa gejala, sehingga
kebanyakan penderita tidak menyadari adanya kelainan pada uterusnya.
Diperkirakan hanya 20%-50% dari tumor ini yang menimbulkan gejala klinik,
terutama perdarahan menstruasi yang berlebihan, infertilitas, abortus berulang,
dan nyeri akibat penekanan massa tumor.
Menoragia yang disebabkan mioma uteri menimbulkan masalah medis dan
sosial pada wanita. Mioma uteri terdapat pada wanita di usia reproduktif,
pengobatan yang dapat dilakukan adalah histerektomi, dimana mioma uteri
merupakan indikasi yang paling sering untuk dilakukan histerektomi di USA (1/3
dari seluruh angka histerektomi).(Muzakir, 2012).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian
Mioma uteri adalah tumor jinak otot polos uterus yang terdiri dari
sel-sel jaringan otot polos, jaringan pengikat fibroid dan kolagen. Mioma
uteri disebut juga dengan leimioma uteri atau fibromioma uteri. Mioma ini
berbentuk padat karena jaringan ikat dan otot rahimnya dominan. Mioma
uteri merupakan neoplasma jinak yang paling umum dan sering dialami oleh
wanita. Neoplasma ini memperlihatkan gejala klinis berdasarkan besar dan
letak mioma. (Academia, 2013)
2. Anatomi Uterus
Uterus berbentuk seperti buah advokat atau buah peer yang sedikit
gepeng kearah muka belakang, ukurannya sebesar telur ayam dan
mempunyai rongga. Dindingnya terdiri atas otot-otot polos. Ukuran
panjang uterus adalah 7 7,5 cm, lebar di atas 5, 25 cm, tebal 2,5 cm dan
tebal dinding uterus adalah 1,25 cm. Bentuk dan ukuran uterus sangat
berbeda-beda, tergantung pada usia dan pernah melahirkan anak atau
belumnya. Terletak di rongga pelvis antara kandung kemih dan rectum.
Letak uterus dalam keadaan fisiologis adalah anteversiofleksio ( serviks ke
depan dan membentuk sudut dengan serviks uteri). (Anwar, 2011).
Bagian-bagian uterus terdiri atas : (Prawirohardjo, 2011)
1. Fundus uteri, adalah bagain uterus proksimal di ats muara tuba uterina
yang mirip dengan kubah , di bagian ini tuba Falloppii masuk ke uterus.
Fundus uteri ini biasanya diperlukan untuk mengetahui usia/ lamanya
kehamilan
2. Korpus uteri, adalah bagian uterus yang utama dan terbesar. Korpus
uteri menyempit di bgaian inferior dekat ostium internum dan berlanjut
2
epitel
berlapis
gepeng,
menyatu
dengan
epitel
merupakan bagian yang paling tebal. Terdiri dari otot polos yang
disusun sedemikian rupa hingga dapat mnedorong isinya keleuar saat
persalinan. Di antara serabut-serabut otot terdapat pembuluh-pembuluh
darah, pembuluh lympa dan urat saraf. Otot uterus terdiri dari 3
bagain :
sakro-
uterinum
sinistrum
et
dekstrum,
yakni
telur
Uterus diberi darah oleh arteri uterine kiri dan kanan yang terdiri
atas ramus asenden dan ramus desenden. Pembuluh darah ini berasal dari
arteri iliaka interna ( disebut juga dengan arteri hipogastrika ) yang melalui
dasar ligamentum latum masuk ke dalam uterus didaerah cervics kira
kira 1,5 cmdiatas forniks lateralis vagina. Pembuluh darah lain yang
memperdarai adalah arteri ovarika kiri dan kanan. Arteri ini berjalan dari
dinding lateral pelvis, melalui dinding ligamentum infundibulo-pelvicum
mengikuti tuba falopi, beranastomosis dengan ramus asenden arteri uterine
disebelah lateral, kanan dan kiri uterus. Bersama sama dengan arteri
tersebut diatas terdapat vena-vena yang kembali melalui pleksus vena ke
vena hipogastrika. (Sanjay, 2013).
3. Epidemiologi
7
mioma,
namun
diketahui
estrogen
berpengaruh
dalam
essensial
kepada
metabolisme
estrogen,catechol-O-
10
Amerika berbanding hanya 19% pada wanita kulit putih. Wanita dengan
genotype ini lebih rentan untuk menderita mioma uteri. Ini menjelaskan
mengapa prevalensi yang tinggi untuk menderita mioma uteri dikalangan
wanita Afrika-Amerika lebih tinggi.
d. Berat Badan
Satu studi prospektif dijalankan dan dijumpai kemungkinan risiko
menderita mioma uteri adalah setinggi 21% untuk setiap kenaikan 10kg
berat badan dan dengan peningkatan indeks massa tubuh. Temuan yang
sama juga turut dilaporkan menyebabkan pemingkatan konversi androgen
adrenal kepada estrone dan menurunkan hormon sex-binding globulin.
Hasilnya menyebabkan peningkatan estrogen secara biologikal yang bisa
menerangkan mengapa terjadi peningkatan prevalensi mioma uteri dan
pertumbuhannya.
Beberapa penelitian menemukan hubungan antara obesitas dan
peningkatan insiden mioma uteri. Suatu studi di Harvard yang dilakukan
oleh Dr. Lynn Marshall menemukan bahwa wanita yang mempunyai
Indeks Massa Tubuh (IMT) di atas normal, berkemungkinan 30,23% lebih
sering menderita mioma uteri. Ros dkk, (1986) mendapatkan resiko
mioma uteri meningkat hingga 21% untuk setiap 10 Kg kenaikan berat
badan dan hal ini sejalan dengan kenaikan IMT.
e. Diet
Ada studi yang mengaitkan dengan peningkatan terjadinya mioma
uteri dengan pemakanan seperti daging sapi atau daging merah atau ham
bisa meningkatkan insidensi mioma uteri dan sayuran hijau bisa
menurunkannya. Studi ini sangat sukar untuk diintepretasikan kerana studi
ini tidak menghitung nilai kalori dan pengambilan lemak tetapi sekadar
informasi sahaja dan juga tidak diketahui dengan pasti apakah vitamin,
serat atau phytoestrogen berhubung dengan mioma uteri.
11
normal
ketika
kehamilan
termasuk
peningkatan
produksi
terus
membesar.
Didapati
juga
kehamilan
ketika
usia
penurunan
konversi
androgen
kepada
estrone
dengan
6. Patofisiologi
Mioma uteri mulai tumbuh sebagai bibit yang kecil di dalam
myometrium dan lambat laun membesar karena pertumbuhan itu
miometrium terdesak menyusun semacam pseudekapsula atau simpai
semu yang mengelilingi tumor didalam uterus mungkin terdapat satu
mioma, akan tetapi mioma biasanya banyak. Jika ada satu mioma yang
tumbuh intramural dalam korpus uteri maka korpus ini tampak bundar dan
konsistensi padat. Bila terletak pada dinding depan uterus, uterus mioma
dapat menonjol ke depan sehingga menekan dan mendorong kandung
12
13
Jenis mioma uteri yang paling sering adalah jenis intramural (54%),
subserosa (48%), submukosa (6,1%) dan jenis intraligamenter (4,4%).
1. Mioma submukosa
Berada di bawah endometrium dan menonjol ke dalam rongga uterus.
Jenis ini dijumpai 6,1% dari seluruh kasus mioma. Jenis ini sering memberikan
keluhan gangguan perdarahan. Mioma jenis lain meskipun besar mungkin belum
memberikan keluhan perdarahan, tetapi mioma submukosa, walaupun kecil sering
memberikan keluhan gangguan perdarahan.
Mioma submukosa umumnya dapat diketahui dari tindakan kuretase,
dengan adanya benjolan waktu kuret, dikenal sebagai currete bump dan dengan
pemeriksaan histeroskopi dapat diketahui posisi tangkai tumor.
Tumor jenis ini sering mengalami infeksi, terutama pada mioma
submukosa pedinkulata. Mioma submukosa pedinkulata adalah jenis mioma
submukosa yang mempunyai tangkai. Tumor ini dapat keluar dari rongga rahim
ke vagina, dikenal dengan nama mioma geburt atau mioma yang dilahirkan, yang
mudah mengalami infeksi, ulserasi dan infark. Pada beberapa kasus, penderita
akan mengalami anemia dan sepsis karena proses di atas.
14
2. Mioma intramural
Terdapat di dinding uterus di antara serabut miometrium. Karena
pertumbuhan tumor, jaringan otot sekitarnya akan terdesak dan terbentuk simpai
yang mengelilingi tumor. Bila di dalam dinding rahim dijumpai banyak mioma,
maka uterus akan mempunyai bentuk yang berbenjol-benjol dengan konsistensi
yang padat. Mioma yang terletak pada dinding depan uterus, dalam
pertumbuhannya akan menekan dan mendorong kandung kemih ke atas, sehingga
dapat menimbulkan keluhan miksi.
3. Mioma subserosa
Apabila mioma tumbuh keluar dinding uterus sehingga menonjol pada
permukaan uterus diliputi oleh serosa. Mioma subserosa dapat tumbuh di antara
kedua lapisan ligamentum latum menjadi mioma intraligamenter.
4. Mioma intraligamenter
Mioma subserosa yang tumbuh menempel pada jaringan lain, misalnya ke
ligamentum atau omentum kemudian membebaskan diri dari uterus sehingga
disebut wondering parasitis fibroid. Jarang sekali ditemukan satu macam mioma
saja dalam satu uterus. Mioma pada servik dapat menonjol ke dalam satu saluran
servik sehingga ostium uteri eksternum berbentuk bulan sabit.
Apabila mioma dibelah maka tampak bahwa mioma terdiri dari bekas otot
polos dan jaringan ikat yang tersusun seperti kumparan (whorie like pattern)
dengan pseudokapsul yang terdiri dari jaringan ikat longgar yang terdesak karena
pertumbuhan.
Makroskopik mioma uteri:
Berkapsul
Berbatas tegas
a. Gejala Subjektif
Pada umumnya kasus mioma uteri ditemukan secara kebetulan
padapemeriksaan ginekologik karena tumor ini tidak mengganggu.
Timbulnya gejala subjektif dipengaruhi oleh: letak mioma uteri, besar
mioma uteri, perubahan dankomplikasi yang terjadi.
Gejala subjektif pada mioma uteri:
a) Perdarahan abnormal, merupakan gejala yang paling umum
dijumpai.Gangguan perdarahan yang terjadi umumnya adalah:
menoragia, dan metrorargia. Beberapa faktor yang menjadi
penyebab perdarahan ini antara lain adalah: pengaruh ovarium
sehingga
terjadilah
hiperplasia
endometrium,
permukaan
16
pelvis
menetapkan
adanya
mioma
uteri.
Ultrasonografi
massa
ultrasonografi
yang
paling
besar
transabdominal.
baik
Mioma
diobservasi
uteri
secara
melalui
khas
18
mioma
5. Mempermudah tindakan histerektomi vaginal
19
6.
Mempermudah
pengangkatan
mioma
submukosa
dengan
histeroskopi
Progesteron
Peneliti Lipschutz tahun 1939, melaporkan perkembangan mioma
uteri dapat dihambat atau dihilangkan dengan pemberian progesteron.
Dimana progesteron yang diproduksi oleh tubuh dapat berinteraksi secara
sinergis dengan estrogen, tetapi mempunyai aksi antagonis.
Tahun 1946 Goodman melaporkan terapi injeksi progesteron 10 mg
dalam 3 kali seminggu atau 10 mg sehari selama 2 6 minggu, terjadi
regresi dari mioma uteri, setelah pemberian terapi. Segaloff tahun 1949,
mengevaluasi 6 pasien dengan perawatan 30 sampai 189 hari, dimana 3
pasian diberi 20 mg progesterone intramuskuler tiap hari, dan 3 pasian lagi
diberi 200 mg tablet. Pengobatan ini tidak mempengaruhi ukuran mioma
uteri.
Goldhiezer, melaporkan adanya perubahan degeneratif mioma uteri
pada pemberian progesteron dosis besar. Dengan pemberian medrogestone
25 mg pr hari selama 21 hari. Pada pemberian 2 mg norethindrone tiap hari
selama 30 hari tidak mempengaruhi perubahan ukuran volume mioma
uteri. Perkiraan ukuran mioma uteri sebelum dan sesudah terapi tidak
dilakukan dan efektifitasnya dimulai berdasarkan temuan histologis. Terapi
progesteron mungkin ada berhasil dalam pengobatan mioma uteri, hal ini
belum terbukti saat ini.
Danazol
Danazol merupakan progestogen sintetik yang berasal dari
testosteron, dan pertama kali digunakan untuk pengobatan endometriosis.
Prof. Maheux tahun 1983 pada pertemuan tahunan perkumpulan fertilitas
Amerika, mempresentasikan hasil studinya di Universitas Yale, 8 pasien
mioma uteri diterapi 800 mg danazol setiap hari, selama 6 bulan. Dosis
substansial didapatkan hanya menyebabkan pengurangan volume uterus
20
antiestrogenik.
Beberapa
peneliti
melaporkan,
pemberian
21
pembentukan
prostaglandin
dapat
mengurangi
perdarahan yang berlebihan pada wanita dengan menoragia, dan hal ini
beralasan untuk diterima atau mungkin efektif untuk menoragia yang
diinduksi oleh mioma uteri.
Ylikorhala dan rekan-rekan, melaporkan pemberian naproxen 500
1000 mg setiap hari untuk terapi selama 5 hari tidak memiliki efek pada
menoragia yang diinduksi mioma, meskipun hal ini mengurangi
perdarahan menstruasi 35,7 % wanita dengan menoragia idiopatik. Studi
ini didasarkan hanya penilaian secara simptomatik, sedangkan ukuran
mioma tidak diukur.
3. Terapi operatif
22
BAB III
LAPORAN KASUS STATUS PASIEN
1. Identitas
Nama
: Ny. S. K.
Umur
: 43 Tahun
Nama Suami
: Tn. T
Umur
: 45 Tahun
Alamat
: Jln. Bantaran Leces no. 71, Probolinggo
Pekerjaan
: Ibu Rumah Tangga
Agama
: Islam
Status Perkawinan : Menikah (13 tahun)
Lulusan
: SD
Masuk Tanggal : 06 Desember 2016 Datang Pukul 16.00 WIB
Keluar Tanggal : 09 Desember 2016
Pemeriksaan tanggal : 06 Desember 2016 Pukul 11.30 WIB
23
2. Anamnesa
Keluhan Utama : Sakit perut bawah saat menstruasi dengan benjolan yang
membesar di perut bawah
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang ke Rumah Sakit sebagai pasien elektif dengan keluhan
sakit di perut bawah saat menstruasi yang berlebihan sejak tahun 2003.
Pasien merasakan sakit yang berlebihan ini setiap pada hari kedua
menstruasi. Pasien juga mengeluhkan setiap kali haid jumlah darah yang
keluar banyak, warna merah segar, encer, tidak menggumpal, dalam sehari
pasien dapat mengganti pembalutnya 6-7 kali/hari, lama menstruasi 7
hari.
Pasien mengeluhkan benjolan pada perut yang muncul sejak tahun
2008 yang dirasakan di daerah perut bawah. Benjolan ini bermula hanya
sebesar telur ayam yang lama kelamaan semakin membesar sejak 1 tahun
terakhir dan sampai ke ukuran saat ini.
Sebelumnya pasien tidak pernah hamil meski sudah menikah 13
tahun. Pasien aktif melakukan hubungan senggama dan tidak pernah
menggunakan KB atau alat kontrasepsi lain sampai saat ini. Selama
keluhan muncul, pasien tidak pernah memeriksakan ke dokter, namun
hanya meminum jamu-jamuan untuk menghilangkan nyerinya.
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat Penyakit keluarga : Diabetes mellitus (-), Hipertensi (-), Asma (-),
Penyakit Menular Seksual (-), tumor (-), Gemeli
(-), Merokok (-), Alkohol (-)
Riwayat Psiko-Sosial
Riwayat Pernikahan
24
Riwayat Menstruasi
Nafsu makan
Berat Badan
Buang Air Besar
Buang Air Kecil
Sesak
Berdebar-debar
Pusing
Mata Kabur
Epigastric pain
:
: Normal
: 50 kg, Tinggi Badan
: + tidak ada keluhan
: + tidak ada keluhan
:::::-
: 145 cm
Anamnesa Keluarga
Tumor
Gemeli
Operasi
:::25
3. Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum
: Baik
: compos mentis
: -/-/-/: E4V5M6
: Normal
: 120/80 mmHg
: 72x/menit
:37,3oC
: 20x/menit
Kesadaran
a/i/c/d
GCS
Gizi
Tensi
Nadi
Suhu
Pernapasan
Kepala
Bentuk
: Normocephal
Tumor
:Rambut
: Hitam lurus
Mata
:
- Konjungtiva : cukup anemis -/- Sklera
: ikterik -/- Pupil
: bulat, isokor +/+ reflek pupil +/+
Telinga dan hidung : tidak ada kelainan
Mulut
: tidak ada kelainan
Leher
Struma
Bendungan vena
Thorax
Jantung
Paru-Paru
Payudara
Abdomen
Hepar
Lien
Genitalia Eksterna
Edema
26
Ekstremitas
Akral hangat
: +/+
Edema
: -/Reflek Fisiologis : +/+
Reflek Patologis : -/Kelainan Orthopedic : -/-
Status Gynecologi
1. Abdomen :
-
II.
2. Genital Eksterna :
Inspeksi : perdarahan pervaginam (-), tanda peradangan (-)
Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium 06/12/2016
Hb
: 11,3 g/dL
GDS
: 77 mg%
6
RBC : 4,29 x 10 /uL
SGOT : 19 U/L
HCT : 27,6 %
SGPT : 6 U/L
WBC : 6,23 x 103/uL
PLT : 393 x 103/uL
BT
: 2 30
CT
: 6 00
USG 25/11/2016
Hasil USG
Tampak massa Kistik dengan bagian padat, ukuran 14 x 14 x 14 cm
27
III.
Diagnosis Kerja
Tumor padat abdomen
IV.
V.
VI.
Planning Terapi
Pro laparotomy tgl 07/12/2016 jam 10.00 WIB Histrektomi total
Preop : Dulcolax 2 Tab
Puasa 8 jam Pre Medikasi
Prognosis
Dubia Ad Bonam
FOLLOW UP
07 Desember 2016 (13.00)
P0000 Ab0x Post Histerektomi total a/i Mioma Uteri
S: Nyeri luka operasi (+) nyeri perut (-) kembung (-) demam (-) mobilisasi cukup
(miring), nafsu makan baik, minum (+), flatus (+), BAB (+), BAK (+) UP
100cc/2jam, pusing (-), pandangan kabur (-), sesak (-), kejang (-)
O: Status Umum
TTV :
TD: 120/70 mmHg
Nadi :78x/menit
Suhu : 36,3oC
RR : 20x/menit
K/L : a/i/c/d = +/-/-/Thorax : Cor: S1S2 tunggal, murmur-
28
Pulmo : Ves+/+, ro-/-,wh-/Abdomen : supel (+), BU (+) baik, nyeri tekan (-)
Status Ginekologis:
Fluksus : Flour : A: P0000 Ab0x Post Histerektomi total a/i Mioma Uteri
P: Transfusi WB ke-1
Infus RL 500cc 20 tpm
Injeksi Cefotaxime 3x1
Injeksi Omeprazole
Cek DL setelah transfusi
08 Desember 2016 (06.00)
P0000 Ab0x Post Histerektomi total a/i Mioma Uteri H-1
S: Nyeri luka operasi (+) nyeri perut (-) kembung (-) demam (-) mobilisasi cukup
(miring), nafsu makan baik, minum (+), flatus (+), BAB (+), BAK (+) UP
100cc/2jam, pusing (-), pandangan kabur (-), sesak (-), kejang (-)
O: Status Umum
TTV :
TD: 120/80 mmHg
Nadi :88x/menit
Suhu : 36,3oC
RR : 20x/menit
K/L : a/i/c/d = +/-/-/Thorax : Cor: S1S2 tunggal, murmurPulmo : Ves+/+, ro-/-,wh-/Abdomen : supel (+), BU (+) baik, nyeri tekan (-)
Status Ginekologis:
Fluksus : Flour : A: P0000 Ab0x Post Histerektomi total a/i Mioma Uteri H-1
P: Transfusi WB ke 2
Infus RL 500cc 20 tpm
Injeksi Cefotaxime 3x1
Injeksi Ondansetron 3 x 1
Tab. Asam Mefenamat 3 x 1
Hasil Lab
Hb : 10,2 g/dl
Leukosit : 8240/mm3
Trombosit : 213.000 /mm3
09 Desember 2016 (06.00)
29
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada laporan kasus berikut, diajukan suatu kasus seorang wanita usia 43 tahun
yang kemudian didiagnosis dengan Mioma Uteri. Selanjutnya akan dibahas:
30
31
32
vagina dapat menjadi sumber timbulnya sekret vagina dan perdarahan pasca
operasi dimana keadaan ini tidak terjadi pada pasien yang menjalani STAH.
BAB V
KESIMPULAN
1. Pasien datang atas keluhan nyeri berlebihan pada saat menstruasi yang disertai
keluarnya darah haid banyak hingga mengganti pembalut 6-7 kali yang
33
dirasakan sejak tahun 2003. Keluhan bertambah dengan adanya benjolan yang
semakin lama semakin membesar sejak 1 tahun terakhir ini di perut bawah.
2. Diagnosa awal pasien ini adalah P0000Ab0x dengan Mioma Uteri
3. Penegakkan diagnosa Mioma Uteri sangat kuat dengan adanya gangguan
menstruasi baik dari jumlah maupun lamanya siklus haid.
4. Penanganan yang dilakukan intraoperatif dengan melakukan histerektomi total
karena ukurannya sebesar 14cm x 14cm x 14cm defans muskular (-), undulasi
tes (-), shifting dullnes (-), konsistensi kenyal, permukaan rata,
mudah
PERTANYAAN
1. Bagaimana mekanisme pengobatan mioma uteri dengan analog GnRH?
Cara kerjanya menekan produksi estrogen dengan sangat kuat, sehingga kadarnya
dalam darah menyerupai kadar estrogen wanita usia menopause namun setiap
34
menghalangi
pertemuan
ovum
dan
spermatozoa;
servikal
yang
35
36
miom
menyerupai
ukuran
usia
kehamilan
20
minggu
atau
37