Anda di halaman 1dari 37

BAB I

PENDAHULUAN
Mioma uteri adalah tumor jinak otot polos yang terdiri dari sel-sel jaringan
polos, jaringan pengikat fibroid dan kolagen. Mioma uteri merupakan tumor
perlvis yang terbanyak pada organ reproduksi wanita. Kejadian mioma uteri
sebesar 20-40 % pada wanita yang berusia lebih dari 35 tahun dan sering
menimbulkan gejala klinis berupa menorraghi dan dismenorea. Selain itu mioma
juga dapat menimbulkan kompresi pada traktus urinarius, sehingga dapat
menimbulkan gangguan berkemih maupun tidak dapat menahan berkemih.
(Hadibroto, 2011)
Penelitian Ran Ok et-al di Pusan Saint Benedict Hospital Korea
menemukan 17% kasus mioma uteri dari 4784 kasus-kasus bedah ginekologi yang
diteliti (Muzakir cit Ran Ok et-al, 2007). Menurut penelitian yang di lakukan
Karel Tangkudung (1977) di Surabaya angka kejadian mioma uteri adalah sebesar
10,30%, sebelumnya di tahun 1974 di Surabaya penelitian yang dilakukan oleh
Susilo Raharjo angka kejadian mioma uteri sebesar 11,87% dari semua penderita
ginekologi yang dirawat.(Muzakir, 2012)
Sebagian besar kasus mioma uteri adalah tanpa gejala, sehingga
kebanyakan penderita tidak menyadari adanya kelainan pada uterusnya.
Diperkirakan hanya 20%-50% dari tumor ini yang menimbulkan gejala klinik,
terutama perdarahan menstruasi yang berlebihan, infertilitas, abortus berulang,
dan nyeri akibat penekanan massa tumor.
Menoragia yang disebabkan mioma uteri menimbulkan masalah medis dan
sosial pada wanita. Mioma uteri terdapat pada wanita di usia reproduktif,
pengobatan yang dapat dilakukan adalah histerektomi, dimana mioma uteri
merupakan indikasi yang paling sering untuk dilakukan histerektomi di USA (1/3
dari seluruh angka histerektomi).(Muzakir, 2012).

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian
Mioma uteri adalah tumor jinak otot polos uterus yang terdiri dari
sel-sel jaringan otot polos, jaringan pengikat fibroid dan kolagen. Mioma
uteri disebut juga dengan leimioma uteri atau fibromioma uteri. Mioma ini
berbentuk padat karena jaringan ikat dan otot rahimnya dominan. Mioma
uteri merupakan neoplasma jinak yang paling umum dan sering dialami oleh
wanita. Neoplasma ini memperlihatkan gejala klinis berdasarkan besar dan
letak mioma. (Academia, 2013)
2. Anatomi Uterus
Uterus berbentuk seperti buah advokat atau buah peer yang sedikit
gepeng kearah muka belakang, ukurannya sebesar telur ayam dan
mempunyai rongga. Dindingnya terdiri atas otot-otot polos. Ukuran
panjang uterus adalah 7 7,5 cm, lebar di atas 5, 25 cm, tebal 2,5 cm dan
tebal dinding uterus adalah 1,25 cm. Bentuk dan ukuran uterus sangat
berbeda-beda, tergantung pada usia dan pernah melahirkan anak atau
belumnya. Terletak di rongga pelvis antara kandung kemih dan rectum.
Letak uterus dalam keadaan fisiologis adalah anteversiofleksio ( serviks ke
depan dan membentuk sudut dengan serviks uteri). (Anwar, 2011).
Bagian-bagian uterus terdiri atas : (Prawirohardjo, 2011)
1. Fundus uteri, adalah bagain uterus proksimal di ats muara tuba uterina
yang mirip dengan kubah , di bagian ini tuba Falloppii masuk ke uterus.
Fundus uteri ini biasanya diperlukan untuk mengetahui usia/ lamanya
kehamilan
2. Korpus uteri, adalah bagian uterus yang utama dan terbesar. Korpus
uteri menyempit di bgaian inferior dekat ostium internum dan berlanjut
2

sebagai serviks. Pada kehamilan, bagian ini mempunyai fungsi utama


sebagai tempat janain berkembang. Rongga yang terdapat di korpus
uteri disebut kavum uteri ( rongga rahim ).
3. Serviks uteri, serviks menonjol ke dalam vagina melalui dinding
anteriornya,dan bermuara ke dalamnya berupa ostium eksternum.
Serviks uteri terdiri dari :

Pars vaginalis servisis uteri yang dinamakan porsio

Pars supravaginalis servisis uteri yaitu bagian serviks yang berada di


atas vagina

Secara histologis, dinding uterus terdiri atas : (Rahmi, 2012)


1. Endometrium ( selaput lendir ) di korpus uteri
Endometrium terdiri atas epitel pubik, kelenjar-kelenjar dan jaringan
dengan banyak pembuluh darah. Endometrium terdiri atas epitel
selapis silindris, banyak kelenjar tubuler bersekresi lendir. Dua pertiga
bagian atas kanal servikal dilapisi selaput lendir dan sepertiga bawah
dilapisi

epitel

berlapis

gepeng,

menyatu

dengan

epitel

vagina.Endometrium melapisi seluruh kavum uteri dan mempunyai arti


penting dalam siklus haid. Endometrium merupakan bagian dalam dari
korpus uteri yang membatasi cavum uteri. Pada endometrium terdapat
lubang-lubang kecil yang merupakan muara-muara dari saluransaluran kelenjar uterus yang dapat menghasilkan secret alkalis yang
membasahi cavum uteri. Epitel endometrium berbentuk seperti
silindris.
2.

Myometrium / Otot-otot polos


Lapisan otot polos di sebelah dalam berbentuk sirkuler dan di sebelah
luar berbentuk longitudinal. Di antara kedua lapisan itu terdapat
lapisan otot oblik, berbentuk anyaman, lapisan ini paling kuat dan
menjepit pembuluh-pembuluh darah yang berada di sana. Myometrium

merupakan bagian yang paling tebal. Terdiri dari otot polos yang
disusun sedemikian rupa hingga dapat mnedorong isinya keleuar saat
persalinan. Di antara serabut-serabut otot terdapat pembuluh-pembuluh
darah, pembuluh lympa dan urat saraf. Otot uterus terdiri dari 3
bagain :

Lapisan luar, yaitu lapisan seperti kap melengkung melalui fundus


menuju kea rah ligamenta

Lapisan dalam, merupakan serabut-serabut otot yang berfungsi


sebagai sfingter dan terletak pada ostium internum tubae dan orificium
uteri internum

Lapisan tengah, terletak antara ke dua lapisan di atas, merupakan


anyaman serabut otot yang tebal ditembus oleh pembuluh-pembuluh
darah. Jadi, dinding uterus terutama dibentuk oleh lapisan tengah ini.

3. Perimetrium , yakni lapisan serosa / terdiri atas peritoneum viserale


yang meliputi dinding uterus bagian luar. Ke anterior peritoneum
menutupi fundus dan korpus, kemudian membalik ke atas permukaan
kandung kemih. Lipatan peritoneum ini membentuk kantung
vesikouterina. Ke posterior, peritoneum menutupi menutupi fundus,
korpus dan serviks, kemudian melipat pada rektum dan membentuk
kantung rekto-uterina. Ke lateral, hanya fundus yang ditutupi karena
peritoneum membentuk lipatan ganda dengan tuba uterina pada batas
atas yang bebas. Lipatan ganda ini adalah ligamentum latum yang
melekatkan uterus pada sisi pelvis.

Uterus sebenarnya terapung dialam rongga pelvis dengan jaringan ikat


dan ligamenta yang menyokongnya, sehingga terfiksasi dengan baik.
Ligamenta yang memfiksasi uterus adalah:
a) Ligamentum kardinale sinistrum et dekstrum ( Mackenrodt ) yakni
ligamentum yang trepenting, mencegah supaya uterus tidak turun, terdiri
atas jaringan ikat tebal dan berjalan dari serviks dan puncak vagina kea rah
lateral dinding pelvis.
b) Ligamentum

sakro-

uterinum

sinistrum

et

dekstrum,

yakni

ligamentum yang menahan uterus supaya tidak banyak bergerak, berjalan


dari serviks bagian belakang, kiri dan kanan, kea rah os sacrum kiri dan
kanan.
c) Ligamentum rotundum sinistrum et dekstrum, yakni ligamentum yang
menhaan uterus dalam antefleksi dan berjalan dari sudut fundus uteri kiri
dan kanan, ke daerah inguinal kiri dan kanan. Pada kehamilan kadangkadang terasa sakit di daerah inguinal pada waktu berdiri cepat karena
uterus berkontraksi kuat dan ligamentum rotundum menjadi kencang serta

mengadakan tarikan pada daerah inguinal. Pada persalinan ia pun terba


kencang dan terasa sakit bila dipegang.
d) Ligamentum latum sinistrum et dekstrum, yakni ligamentum yang
meliputi tuba, berjalan dari uterus kea rah sisi, tidak banyak mengandung
jaringan ikat. Sebenarnya ligamentum ini adalah bagian dari peritoneum
viserale yang meliputi uterus dan kedua tuba dan berbentuk sebagai
lipatan. Di bagian dorsal, ligamentum ini ditemukan indung

telur

( ovarium sinistrum et dekstrum ). Untuk memfiksasi uterus, ligamentum


latum ini tidak banyak artinya.
e) Ligamentum infundibulo-pelvikum, yakni ligamentum yang menahan
tuba Falloppii berjalan dari arah infundibulum ke dinding pelvis. Di
dalamnya ditemukan urat-urat saraf, saluran-saluran limfe, arteria dan
vena ovarica.

Uterus diberi darah oleh arteri uterine kiri dan kanan yang terdiri
atas ramus asenden dan ramus desenden. Pembuluh darah ini berasal dari
arteri iliaka interna ( disebut juga dengan arteri hipogastrika ) yang melalui
dasar ligamentum latum masuk ke dalam uterus didaerah cervics kira
kira 1,5 cmdiatas forniks lateralis vagina. Pembuluh darah lain yang
memperdarai adalah arteri ovarika kiri dan kanan. Arteri ini berjalan dari
dinding lateral pelvis, melalui dinding ligamentum infundibulo-pelvicum
mengikuti tuba falopi, beranastomosis dengan ramus asenden arteri uterine
disebelah lateral, kanan dan kiri uterus. Bersama sama dengan arteri
tersebut diatas terdapat vena-vena yang kembali melalui pleksus vena ke
vena hipogastrika. (Sanjay, 2013).

3. Epidemiologi
7

Mioma uterus, atau disebut juga sebagai leiomioma atau fibroid


merupakan tumor jinak yang sering ditemukan pada wanita usia
reproduktif (20-25%). Pada usia > 35 tahun kejadiannya lebih tinggi.,
yaitu mendekati angka 40%. Tingginya kejadian mioma uterus antara usia
35 tahun dan usia 50 tahun menunjukan adannya hubungan kejadian
mioma uterus dengan estrogen. Pada usia menopause terjadi regresi
mioma uterus.
Wanita kulit hitam di USA 3-9 kali menderita mioma uterus
dibandingkan wanita kulit putih. Namun di Afrika, wanita kulit putih
sedikit sekali menderita mioma uterus. Perbedaan Amerika dan Afrika
mungkin dikaitkan dengan adanya perbedaan pola hidup. Di USA,
dari650.000 histerektomi yang dilakukan per tahun, sebanyak 27%
(175.000) disebabkan arena mioma uterus. Berdasarkan angka kejadian
residif dari mioma uterus sebanyak 15 % (4-59%), maka sebanyak 10%
(3-21%) harus dilakukan operasi lagi. (Sherly, 2009).
4. Etiologi
Mioma uteri berasal dari sel otot polos myometrium, menurut teori
onkogenik maka patogenesa mioma uteri dibagi menjadi 2 faktor yaitu
inisiator dan promotor. Faktor-faktor yang menginisiasi pertumbuhan
miom uteri masih belum diketahui dengan pasti. Dari penelitian
menggunakan glukosa-6-phospatase dihydrogenase diketahui bahwa
mioma berasal dari jaringan yang uniseluler. Transformasi neoplastic dari
myometrium menjadi mioma melibatkan mutasi somatic dari myometrium
normal dan interaksi kompleks dari hormone steroid seks dan growth
factor local. Mutasi somatic ini merupakan awal dari proses pertumbuhan
tumor.(Lilyani, 2012)
Tidak didapat bukti bahwa hormone estrogen berperan sebagai
penyakit

mioma,

namun

diketahui

estrogen

berpengaruh

dalam

pertumbuhan mioma. Mioma terdiri dari reseptor estrogen dengan


konsentrasi yang lebih tinggi dibanding dari myometrium sekitarnya
namun konsentrasinya lebih rendah dibandingkan endometrium. Hormone
progesterone meningkatkan aktivitas mitotic dari mioma pada wanita
8

muda namun mekanisme dan faktor pertumbuhan yang terlibat tidak


diketahui secara pasti. Progesterone memungkinkan pembesaran tumor
dengan cara down-regulation apoptosis dari tumor. Estrogen berperan
dalam pembesaran tumor dengan meningkatkan produksi matriks
ekstraseluler.
Faktor-faktor penyebab mioma uteri belum diketahui, namun ada 2
teori yang berpendapat: (Lilyani, 2012)
1. Teori Stimulasi
Berpendapat bahwa estrogen sebagai faktor etiologi, mengingat bahwa
:
a. Mioma uteri sering kali tumbuh lebih cepat pada masa hamil
b. Neoplasma ini tidak pernah ditemukan sebelum menarche
c. Mioma uteri biasanya mengalami atrofi sesudah menopause
d. Hiperplasia endometrium sering ditemukan bersama dengan mioma
uteri
2. Teori Cellnest atau genitoblas
Terjadinya mioma uteri itu tergantung pada sel-sel otot imatur yang
terdapatpada cell nest yang selanjutnya dapat dirangsang terus menerus
olehestrogen.
5. Faktor Resiko (Devi, 2012)
a. Usia penderita
Wanita kebanyakannya didiagnosa dengan mioma uteri dalam usia
40-an; tetapi,masih tidak diketahui pasti apakah mioma uteri yang terjadi
adalah disebabkan peningkatan formasi atau peningkatan pembesaran
secara sekunder terhadap perubahan hormon pada waktu usia dini. Faktor
lain yang bisa mengganggu insidensi kasus mioma uteri adalah karena
dokter merekomendasi dan pasien menerima rekomendasi tersebut untuk
menjalani histerektomi hanya setelah mereka sudah melepasi usia
melahirkan anak.
Berdasarkan otopsi, Novak menemukan 27% wanita berumur 25 tahun
mempunyai sarang mioma. Mioma belum pernah dilaporkan terjadi
sebelum menarke dan setelah menopause hanya 10% mioma yang masih
bertumbuh.
b. Hormon endogen (Endogenous Hormonal)

Mioma uteri sangat sedikit ditemukan pada spesimen yang diambil


dari hasil histerektomi wanita yang telah menopause, diterangkan bahwa
hormon esterogen endogen pada wanita-wanita menopause pada kadar
yang rendah atau sedikit (Parker, 2007). Awal menarke (usia di bawah 10
tahun) dijumpai peningkatan resiko ( RR 1,24) dan menarke lewat (usia
setelah 16 tahun) menurunkan resiko (RR 0,68) untuk menderita mioma
uteri.
c. Riwayat Keluarga
Wanita dengan garis keturunan tingkat pertama dengan penderita
mioma uteri mempunyai peningkatan 2,5 kali kemungkinan risiko untuk
menderita mioma uteri dibanding dengan wanita tanpa garis keturunan
penderita mioma uteri. Penderita mioma yang mempunyai riwayat
keluarga penderita mioma uteri mempunyai 2 kali lipat kekuatan ekspresi
dari VEGF- (a myoma-related growth factor) dibandingkan dengan
penderita mioma yang tidak mempunyai riwayat keluarga penderita
mioma uteri.
c. Etnik
Dari studi yang dijalankan melibatkan laporan sendiri oleh pasien
mengenai mioma uteri, rekam medis, dan pemeriksaan sonografi
menunjukkan golongan etnik Afrika-Amerika mempunyai kemungkinan
risiko menderita mioma uteri setinggi 2,9 kali berbanding wanita etnik
caucasia, dan risiko ini tidak mempunyai kaitan dengan faktor risiko yang
lain. Didapati juga wanita golongan Afrika-Amerika menderita mioma
uteri dalam usia yang lebih muda dan mempunyai mioma yang banyak dan
lebih besar serta menunjukkan gejala klinis. Namun ianya masih belum
diketahui jelas apakah perbedaan ini adalah kerana masalah genetik atau
perbedaan pada kadar sirkulasi estrogen, metabolisme estrogen, diet, atau
peran faktor lingkungan.
Pada penelitian terbaru menunjukkan yang Val/Val genotype untuk
enzim

essensial

kepada

metabolisme

estrogen,catechol-O-

methyltransferase (COMT) ditemui sebanyak 47% pada wanita Afrika-

10

Amerika berbanding hanya 19% pada wanita kulit putih. Wanita dengan
genotype ini lebih rentan untuk menderita mioma uteri. Ini menjelaskan
mengapa prevalensi yang tinggi untuk menderita mioma uteri dikalangan
wanita Afrika-Amerika lebih tinggi.
d. Berat Badan
Satu studi prospektif dijalankan dan dijumpai kemungkinan risiko
menderita mioma uteri adalah setinggi 21% untuk setiap kenaikan 10kg
berat badan dan dengan peningkatan indeks massa tubuh. Temuan yang
sama juga turut dilaporkan menyebabkan pemingkatan konversi androgen
adrenal kepada estrone dan menurunkan hormon sex-binding globulin.
Hasilnya menyebabkan peningkatan estrogen secara biologikal yang bisa
menerangkan mengapa terjadi peningkatan prevalensi mioma uteri dan
pertumbuhannya.
Beberapa penelitian menemukan hubungan antara obesitas dan
peningkatan insiden mioma uteri. Suatu studi di Harvard yang dilakukan
oleh Dr. Lynn Marshall menemukan bahwa wanita yang mempunyai
Indeks Massa Tubuh (IMT) di atas normal, berkemungkinan 30,23% lebih
sering menderita mioma uteri. Ros dkk, (1986) mendapatkan resiko
mioma uteri meningkat hingga 21% untuk setiap 10 Kg kenaikan berat
badan dan hal ini sejalan dengan kenaikan IMT.

e. Diet
Ada studi yang mengaitkan dengan peningkatan terjadinya mioma
uteri dengan pemakanan seperti daging sapi atau daging merah atau ham
bisa meningkatkan insidensi mioma uteri dan sayuran hijau bisa
menurunkannya. Studi ini sangat sukar untuk diintepretasikan kerana studi
ini tidak menghitung nilai kalori dan pengambilan lemak tetapi sekadar
informasi sahaja dan juga tidak diketahui dengan pasti apakah vitamin,
serat atau phytoestrogen berhubung dengan mioma uteri.
11

f. Kehamilan dan paritas


Peningkatan paritas menurunkan insidensi terjadinya mioma uteri.
Mioma uteri menunjukkan karakteristik yang sama dengan miometrium
yang

normal

ketika

kehamilan

termasuk

peningkatan

produksi

extracellular matrix dan peningkatan ekspresi reseptor untuk peptida dan


hormon steroid. Miometrium postpartum kembali kepada berat asal, aliran
darah dan saiz asal melalui proses apoptosis dan diferensiasi. Proses
remodeling ini berkemungkinan bertanggungjawab dalam penurunan saiz
mioma uteri. Teori yang lain pula mengatakan pembuluh darah di uterus
kembali kepada keadaan atau saiz asal pada postpartum dan ini
menyebabkan mioma uteri kekurangan suplai darah dan kurangnya nutrisi
untuk

terus

membesar.

Didapati

juga

kehamilan

ketika

usia

midreproductive (25-29 tahun) memberikan perlindungan terhadap


pembesaran mioma.
g. Kebiasaan merokok
Merokok dapat mengurangi insidensi mioma uteri. Banyak faktor
yang bisa menurunkan bioavalibiltas hormon estrogen pada jaringan
seperti:

penurunan

konversi

androgen

kepada

estrone

dengan

penghambatan enzim aromatase oleh nikotin.

6. Patofisiologi
Mioma uteri mulai tumbuh sebagai bibit yang kecil di dalam
myometrium dan lambat laun membesar karena pertumbuhan itu
miometrium terdesak menyusun semacam pseudekapsula atau simpai
semu yang mengelilingi tumor didalam uterus mungkin terdapat satu
mioma, akan tetapi mioma biasanya banyak. Jika ada satu mioma yang
tumbuh intramural dalam korpus uteri maka korpus ini tampak bundar dan
konsistensi padat. Bila terletak pada dinding depan uterus, uterus mioma
dapat menonjol ke depan sehingga menekan dan mendorong kandung

12

kencing ke atas sehingga sering menimbulkan keluhan miksi. (Manuaba,


2012)
Tetapi masalah akan timbul jika terjadi: berkurangnya pemberian
darah pada mioma uteri yang menyebabkan tumor membesar, sehingga
menimbulkan rasa nyeri dan mual. Selain itu masalah dapat timbul lagi
jika terjadi perdarahan abnormal pada uterus yang berlebihan sehingga
terjadi anemia. Anemia ini bisa mengakibatkan kelemahan fisik, kondisi
tubuh lemah, sehingga kebutuhan perawatan diri tidak dapat terpenuhi.
Selain itu dengan perdarahan yang banyakbisa mengakibatkan seseorang
mengalami kekurangan volume cairan. (Manuaba, 2012)
7. Klasifikasi
Sarang mioma di uterus dapat berasal dari serviks uteri (1-3%) dan
selebihnya adalah dari korpus uteri. Menurut tempatnya di uterus dan menurut
arah pertumbuhannya, maka mioma uteri dibagi 4 jenis antara lain: (Manuaba,
2012)
1. Mioma submukosa
2. Mioma intramural
3. Mioma subserosa
4. Mioma intraligamenter

13

Jenis mioma uteri yang paling sering adalah jenis intramural (54%),
subserosa (48%), submukosa (6,1%) dan jenis intraligamenter (4,4%).
1. Mioma submukosa
Berada di bawah endometrium dan menonjol ke dalam rongga uterus.
Jenis ini dijumpai 6,1% dari seluruh kasus mioma. Jenis ini sering memberikan
keluhan gangguan perdarahan. Mioma jenis lain meskipun besar mungkin belum
memberikan keluhan perdarahan, tetapi mioma submukosa, walaupun kecil sering
memberikan keluhan gangguan perdarahan.
Mioma submukosa umumnya dapat diketahui dari tindakan kuretase,
dengan adanya benjolan waktu kuret, dikenal sebagai currete bump dan dengan
pemeriksaan histeroskopi dapat diketahui posisi tangkai tumor.
Tumor jenis ini sering mengalami infeksi, terutama pada mioma
submukosa pedinkulata. Mioma submukosa pedinkulata adalah jenis mioma
submukosa yang mempunyai tangkai. Tumor ini dapat keluar dari rongga rahim
ke vagina, dikenal dengan nama mioma geburt atau mioma yang dilahirkan, yang
mudah mengalami infeksi, ulserasi dan infark. Pada beberapa kasus, penderita
akan mengalami anemia dan sepsis karena proses di atas.

14

2. Mioma intramural
Terdapat di dinding uterus di antara serabut miometrium. Karena
pertumbuhan tumor, jaringan otot sekitarnya akan terdesak dan terbentuk simpai
yang mengelilingi tumor. Bila di dalam dinding rahim dijumpai banyak mioma,
maka uterus akan mempunyai bentuk yang berbenjol-benjol dengan konsistensi
yang padat. Mioma yang terletak pada dinding depan uterus, dalam
pertumbuhannya akan menekan dan mendorong kandung kemih ke atas, sehingga
dapat menimbulkan keluhan miksi.
3. Mioma subserosa
Apabila mioma tumbuh keluar dinding uterus sehingga menonjol pada
permukaan uterus diliputi oleh serosa. Mioma subserosa dapat tumbuh di antara
kedua lapisan ligamentum latum menjadi mioma intraligamenter.
4. Mioma intraligamenter
Mioma subserosa yang tumbuh menempel pada jaringan lain, misalnya ke
ligamentum atau omentum kemudian membebaskan diri dari uterus sehingga
disebut wondering parasitis fibroid. Jarang sekali ditemukan satu macam mioma
saja dalam satu uterus. Mioma pada servik dapat menonjol ke dalam satu saluran
servik sehingga ostium uteri eksternum berbentuk bulan sabit.
Apabila mioma dibelah maka tampak bahwa mioma terdiri dari bekas otot
polos dan jaringan ikat yang tersusun seperti kumparan (whorie like pattern)
dengan pseudokapsul yang terdiri dari jaringan ikat longgar yang terdesak karena
pertumbuhan.
Makroskopik mioma uteri:

Berkapsul

Berbatas tegas

8. Manifestasi Klinis (Ganting, 2011)


15

a. Gejala Subjektif
Pada umumnya kasus mioma uteri ditemukan secara kebetulan
padapemeriksaan ginekologik karena tumor ini tidak mengganggu.
Timbulnya gejala subjektif dipengaruhi oleh: letak mioma uteri, besar
mioma uteri, perubahan dankomplikasi yang terjadi.
Gejala subjektif pada mioma uteri:
a) Perdarahan abnormal, merupakan gejala yang paling umum
dijumpai.Gangguan perdarahan yang terjadi umumnya adalah:
menoragia, dan metrorargia. Beberapa faktor yang menjadi
penyebab perdarahan ini antara lain adalah: pengaruh ovarium
sehingga

terjadilah

hiperplasia

endometrium,

permukaan

endometrium yang lebih luas dari pada biasa, atrofi endometrium,


dan gangguan kontraksi otot rahim karena adanya sarang mioma di
antara serabut miometrium, sehingga tidak dapat menjepit
pembuluh darah yangmelaluinya dengan baik.Akibat perdarahan
penderita dapat mengeluh anemis karena kekurangan darah,
pusing, cepat lelah, dan mudah terjadi infeksi.
b) Infertilitas, salah satu penyebab infertilitas karena mioma uteri
yang terletak sedemikian rupa dimana mioma mendekati introitus
tuba internum yang mengakibatkan tuba buntu dan menghalangi
pertemuan ovum dan spermatozoa; servikal yang mengakibatkan
migrasi spermatozoa sangat terhalang sehingga jumlah dan
kualitasnya tidak cukup untuk mampu melaksanakan tugas
konsepsi; submukosa yang dapat mengganggu terjadinya nidasi
atau terjadi abortus sehingga kehamilan gagal.
c) Rasa nyeri, gejala klinik ini bukan merupakan gejala yang khas
tetapi gejalaini dapat timbul karena gangguan sirkulasi darah pada
sarang mioma, yang disertai nekrosis setempat dan peradangan.
Pada pengeluaran mioma submukosum yang akan dilahirkan dan
pertumbuhannya yang menyempitkan kanalis servikalis dapat
menyebabkan juga dismenore.

16

d) Tanda penekanan, Gangguan ini tergantung dari besar dan tempat


miomauteri. Penekanan pada kandung kemih akan menyebabkan
poliuria, pada uretra dapat menyebabkan retensio urine, pada ureter
dapat menyebabkan hidroureter dan hidronefrosis, pada rektum
dapat menyebabkan obstipasi dan tenesmia, pada pembuluh darah
dan pembuluh limfe di panggul dapat menyebabkan edema tungkai
dan nyeri panggul.
b. Gejala Objektif
Gejala Objektif merupakan gejala yang ditegakkan melalui diagnosa
ahlimedis. Gejala objektif mioma uteri ditegakkan melalui:
1) Pemeriksaan Fisik. Pemeriksaan fisik dapat berupa pemeriksaan
Abdomendan pemeriksaan pelvik. Pada pemeriksaan abdomen,
uterus yang besar dapatdipalpasi pada abdomen. Tumor teraba
sebagai nodul ireguler dan tetap, area perlunakan memberi kesan
adanya perubahan degeneratif. Pada pemeriksaan Pelvis, serviks
biasanya normal, namun pada keadaan tertentu mioma submukosa
yang bertangkai dapat mengakibatkan dilatasi serviks dan terlihat
pada ostium servikalis. Uterus cenderung membesar tidak
beraturan dan noduler. Perlunakan tergantung pada derajat
degenerasi dan kerusakanvaskular. Uterus sering dapat digerakkan,
kecuali apabila terdapat keadaanpatologik pada adneksa.
2) Pemeriksaan Penunjang; Apabila keberadaan masa

pelvis

meragukan maka pemeriksaan dengan ultrasonografi akan dapat


membantu. Selain itu melalu ipemeriksaan laboratorium (hitung
darah lengkap dan apusan darah) dapat dilakukan.

9. Diagnosis (Kurniasari, 2010)


a. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan yang didapatkan sesuai dengan yang didapatkan dari
gejala objektif tersebut diatas.
b. Temuan Laboratorium
17

Anemia merupakan akibat paling sering dari mioma. Hal ini


disebabkan perdarahan uterus yang banyak dan habisnya cadangan zat
besi. Kadang-kadang mioma menghasilkan eritropoeitin yang pada
beberapa kasus menyebabkan polisitemia. Adanya hubungan antara
polisitemia dengan penyakit ginjal diduga akibat penekanan mioma
terhadap ureter yang menyebabkan peninggian tekanan balik ureter
dan kemudian menginduksi pembentukan eritropoetin ginjal.
c. Pemeriksaan Penunjang
Ultrasonografi
Ultrasonografi transabdominal dan transvaginal bermanfaat
dalam

menetapkan

adanya

mioma

uteri.

Ultrasonografi

transvaginal terutama bermanfaat pada uterus yang kecil. Uterus


atau

massa

ultrasonografi

yang

paling

besar

transabdominal.

baik

Mioma

diobservasi
uteri

secara

melalui
khas

menghasilkan gambaran ultrasonografi yang mendemonstrasikan


irregularitas kontur maupun pembesaran uterus. Adanya kalsifikasi
ditandai oleh fokus-fokus hiperekoik dengan bayangan akustik.
Degenerasi kistik ditandai adanya daerah yang hipoekoik.
Hiteroskopi
Dengan pemeriksaan ini dapat dilihat adanya mioma uteri
submukosa, jika tumornya kecil serta bertangkai. Tumor tersebut
sekaligus dapat diangkat.
MRI (Magnetic Resonance Imaging)
Sangat akurat dalam menggambarkan jumlah, ukuran, dan
lokasi mioma tetapi jarang diperlukan. Pada MRI, mioma tampak
sebagai massa gelap berbatas tegas dan dapat dibedakan dari
miometrium normal. MRI dapat mendeteksi lesi sekecil 3 mm yang
dapat dilokalisasi dengan jelas, termasuk mioma submukosa. MRI
dapat menjadi alternatif ultrasonografi pada kasus-kasus yang tidak
dapat disimpulkan.
10. Tatalaksana
1. Konservatif Penderita dengan mioma yang kecil dan tanpa gejala
tidak memerlukan pengobatan, tetapi harus diawasi perkembangan

18

tumornya. Jika mioma lebih besar dari kehamilan 10 12 minggu,


tumor yang berkembang cepat, terjadi torsi pada tangkai, perlu
diambil tindakan operasi.
2. Terapi medikamentosa
Terapi medikammentosa yang dapat memperkecil volume atau
menghentikan pertumbuhan mioma uteri secara menetap belum
tersedia pada saat ini. Terapi medikamentosa masih merupakan terapi
tambahan atau terapi pengganti sementara dari terapi operatif.
Adapun preparat yang selalu digunakan untuk terapi medikamentosa
adalah analog GnRH, progesteron, danazol, gestrinon, tamoksifen,
goserelin, anti prostaglandin, agen-agen lain (gossipol, amantadine)
Analog GnRH .
Penelitian multisenter yang dilakukan pada 114 pasien dengan
mioma uteri yang diberikan analog GnRH leuprorelin asetat selama 6
bulan, ditemukan pengurangan volume uterus rata-rata 67 %, pada 90
wanita didapatkan pengecilan volume uterus sebesar 20 %, dan pada 35
wanita ditemukan pengurangan volume mioma sebanyak 80 %.
Efek maksimal dari analog GnRH baru terlihat setelah 3 bulan
dimana cara kerjanya menekan produksi estrogen dengan sangat kuat,
sehingga kadarnya dalam darah menyerupai kadar estrogen wanita usia
menopause. Setiap mioma uteri memberikan hasil yang berbeda-beda
terhadap pemberian analog GnRH.
Mioma submukosa dan mioma intramural merupakan mioma uteri
yang paling responsif terhadap pemberian analog GnRH. Sedangkan
mioma subserosa tidak responsif dengan pemberian analog GnRH ini.
Keuntungan pemberian pengobatan medikamentosa dengan analog
GnRH adalah.
1.
2.
3.
4.

Mengurangi volume uterus dan volume mioma uteri


Mengurangi anemia akibat pendarahan
Mengurangi pendarahan pada saat operasi
Tidak diperlukan insisi yang luas pada uterus saat pengangkatan

mioma
5. Mempermudah tindakan histerektomi vaginal
19

6.

Mempermudah

pengangkatan

mioma

submukosa

dengan

histeroskopi
Progesteron
Peneliti Lipschutz tahun 1939, melaporkan perkembangan mioma
uteri dapat dihambat atau dihilangkan dengan pemberian progesteron.
Dimana progesteron yang diproduksi oleh tubuh dapat berinteraksi secara
sinergis dengan estrogen, tetapi mempunyai aksi antagonis.
Tahun 1946 Goodman melaporkan terapi injeksi progesteron 10 mg
dalam 3 kali seminggu atau 10 mg sehari selama 2 6 minggu, terjadi
regresi dari mioma uteri, setelah pemberian terapi. Segaloff tahun 1949,
mengevaluasi 6 pasien dengan perawatan 30 sampai 189 hari, dimana 3
pasian diberi 20 mg progesterone intramuskuler tiap hari, dan 3 pasian lagi
diberi 200 mg tablet. Pengobatan ini tidak mempengaruhi ukuran mioma
uteri.
Goldhiezer, melaporkan adanya perubahan degeneratif mioma uteri
pada pemberian progesteron dosis besar. Dengan pemberian medrogestone
25 mg pr hari selama 21 hari. Pada pemberian 2 mg norethindrone tiap hari
selama 30 hari tidak mempengaruhi perubahan ukuran volume mioma
uteri. Perkiraan ukuran mioma uteri sebelum dan sesudah terapi tidak
dilakukan dan efektifitasnya dimulai berdasarkan temuan histologis. Terapi
progesteron mungkin ada berhasil dalam pengobatan mioma uteri, hal ini
belum terbukti saat ini.
Danazol
Danazol merupakan progestogen sintetik yang berasal dari
testosteron, dan pertama kali digunakan untuk pengobatan endometriosis.
Prof. Maheux tahun 1983 pada pertemuan tahunan perkumpulan fertilitas
Amerika, mempresentasikan hasil studinya di Universitas Yale, 8 pasien
mioma uteri diterapi 800 mg danazol setiap hari, selama 6 bulan. Dosis
substansial didapatkan hanya menyebabkan pengurangan volume uterus

20

sebesar 20 25 %, dimana diperoleh fakta bahwa damazol memiliki


substansi androgenik.
Tamaya, dan rekan-rekan tahun 1979, melaporkan reseptor
androgen pada mioma terjadi peningkatan aktivitas 5 - reduktase
dibandingkan dengan miometrium dan endometrium normal. Yamamoto
tahun 1984, dimana mioma uteri, memiliki suatu aktifitas aromatase yang
tinggi dan dapat membentuk estrogen dari androgen
Tamoksifen
Tamoksifen merupakan turunan trifeniletilen mempunyai khasiat
estrogenik maupun antiestrogenik. Dan dikenal sebagai selective estrogen
receptor modulator (SERM) dan banyak digunakan untuk pengobatan
kanker payudara stadium lanjut. Karena khasiat sebagai estrogenik
maupun

antiestrogenik.

Beberapa

peneliti

melaporkan,

pemberian

tamoksifen 20 mg tablet perhari untuk 6 wanita premenopause dengan


mioma uteri selama 3 bulan dimana, volumae mioma tidak berubah.
Kerja tamoksifen pada mioma uteri, dimana konsentrasi reseptor
estradiol total secara signifikan lebih rendah. Hal ini terjadi karena
peningkatan kadar progesteron bila diberikan secara berkelanjutan.
Goserelin
Goserelin merupakan GnRH agonis, dimana ikatan reseptornya
terhadap jaringan sangat kuat, sehingga kadarnya dalam darah berada
cukup lama. Dan pada pemberian goserelin dapat mengurangi setengah
ukuran mioma uteri dan dapat menghilangkan gejala menorargia dan nyeri
pelvis. Pada wanita premenopause dengan mioma uteri, pengobatan jangka
panjang dapat menjadi alternatif tindakan histerektomi terutama pada saat
menjelang menopause. Pemberian goserelin 400 mikrogram 3 kali sehari
semprot hidung sama efektifnya dengan pemberian 500 mikrogram sehari
sekali dengan cara injeksi subkutan.
Untuk pengobatan mioma uteri, dimana kadar estradiol kurang
signifikan disupresi selama pemberian goserelin dan pasien sedikit

21

mengeluh efek samping berupa keringat dingin. Pemberian dosis yang


sesuai, agar dapat menstimulasi estrogen tanpa tumbuh mioma kembali
atau berulangnya peredaran abnormal sulit diterima. Peneliti mengevaluasi
efek pengobatan dengan formulasi depot bulanan goserelin dikombinasi
dengan HRT (estrogen konjugasi 0.3 mg ) dan medroksiprogesteron asetat
5 mg pada pasien mioma uteri, parameter yang diteliti adalah volume
mioma uteri, keluhan pasien, corak perdarahan, kandungan mineral tulang
dan fraksi kolesterol.
Dapat disimpulkan dari hasil penelitian, dimana pemberian
goserelin dikombinasi dengan HRT dilaporkan mioma uteri berkurang,
dengan keluhan berupa keringat dingin dan pola perdarahan spotting, bila
pengobatan dihentikan. Dimana kandungan mineral tulang berkurang bila
pemberian pengobatan selama 6 bulan pertama. Tiga bulan setelah
pengobatan perlu dilakukan observasi, dan konsentrasi HDL kolesterol
meningkat selama pengobatan, sedangkan plasma trigliserida konsentrasi
menetap selama pemberian terapi.
Antiprostaglandin
Penghambat

pembentukan

prostaglandin

dapat

mengurangi

perdarahan yang berlebihan pada wanita dengan menoragia, dan hal ini
beralasan untuk diterima atau mungkin efektif untuk menoragia yang
diinduksi oleh mioma uteri.
Ylikorhala dan rekan-rekan, melaporkan pemberian naproxen 500
1000 mg setiap hari untuk terapi selama 5 hari tidak memiliki efek pada
menoragia yang diinduksi mioma, meskipun hal ini mengurangi
perdarahan menstruasi 35,7 % wanita dengan menoragia idiopatik. Studi
ini didasarkan hanya penilaian secara simptomatik, sedangkan ukuran
mioma tidak diukur.
3. Terapi operatif

22

Miomektomi adalah pengambilan sarang mioma saja tanpa


pengangkatan uterus. Tindakan ini dapat dikerjakan misalnya pada mioma
submukosum pada myom geburt dengan cara ekstirpasi lewat vagina.
Pengambilan sarang mioma subserosum dapat mudah dilaksanakan apabila
tumor bertangkai. Apabila miomektomi ini dikerjakan karena keinginan
memperoleh anak, maka kemungkinan akan terjadi kehamilan adalah 30
50%.
Perlu disadari bahwa 25 35% dari penderita tersebut akan masuh
diperlukan histerektomi. Histerektomi adalah pengangkatan uterus, yang
umumnya merupakan tindakan terpilih. Histerektomi dapat dilakukan
perabdominal maupun pervaginam. Histerktomi total umumnya dilakukan
dengan alasan mencegah akan timbulnya karsinoma services uteri.
Histerektomi supra vaginal hanya dilakukan apabila terdapat kesukaran
teknis dalam pengangkatan uterus keseluruhan.

BAB III
LAPORAN KASUS STATUS PASIEN
1. Identitas
Nama
: Ny. S. K.
Umur
: 43 Tahun
Nama Suami
: Tn. T
Umur
: 45 Tahun
Alamat
: Jln. Bantaran Leces no. 71, Probolinggo
Pekerjaan
: Ibu Rumah Tangga
Agama
: Islam
Status Perkawinan : Menikah (13 tahun)
Lulusan
: SD
Masuk Tanggal : 06 Desember 2016 Datang Pukul 16.00 WIB
Keluar Tanggal : 09 Desember 2016
Pemeriksaan tanggal : 06 Desember 2016 Pukul 11.30 WIB

23

2. Anamnesa
Keluhan Utama : Sakit perut bawah saat menstruasi dengan benjolan yang
membesar di perut bawah
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang ke Rumah Sakit sebagai pasien elektif dengan keluhan
sakit di perut bawah saat menstruasi yang berlebihan sejak tahun 2003.
Pasien merasakan sakit yang berlebihan ini setiap pada hari kedua
menstruasi. Pasien juga mengeluhkan setiap kali haid jumlah darah yang
keluar banyak, warna merah segar, encer, tidak menggumpal, dalam sehari
pasien dapat mengganti pembalutnya 6-7 kali/hari, lama menstruasi 7
hari.
Pasien mengeluhkan benjolan pada perut yang muncul sejak tahun
2008 yang dirasakan di daerah perut bawah. Benjolan ini bermula hanya
sebesar telur ayam yang lama kelamaan semakin membesar sejak 1 tahun
terakhir dan sampai ke ukuran saat ini.
Sebelumnya pasien tidak pernah hamil meski sudah menikah 13
tahun. Pasien aktif melakukan hubungan senggama dan tidak pernah
menggunakan KB atau alat kontrasepsi lain sampai saat ini. Selama
keluhan muncul, pasien tidak pernah memeriksakan ke dokter, namun
hanya meminum jamu-jamuan untuk menghilangkan nyerinya.
Riwayat Penyakit Dahulu

: Diabetes mellitus (-), Hipertensi (-), alergi


makanan (-), Penyakit Menular Seksual (-),
Hepatitis B (-), Pusing (-), Pandangan kabur (-),
struma (-), berdebar-debar (-)

Riwayat Penyakit keluarga : Diabetes mellitus (-), Hipertensi (-), Asma (-),
Penyakit Menular Seksual (-), tumor (-), Gemeli
(-), Merokok (-), Alkohol (-)
Riwayat Psiko-Sosial

: Merokok (-), Alkohol (-)

Riwayat Pernikahan

: Menikah 1 kali, Lama menikah 13 tahun

24

Riwayat Menstruasi

: haid teratur sebulan 1 kali selama 7 hari keluar


banyak dan encer

Haid : teratur/tidak : teratur


Sebulan : 1 kali
Siklus : 28 hari
Selama : 7 hari
nyeri +, sebelum dan selama haid, darah
yang keluar banyak (6-7x ganti pembalut tiap

hari) dan encer


Menarche : 10 tahun
Flour albus : +
Berapa lama : jarang
Sejak kapan : saat akan menstruasi
Bau : +
Banyaknya : 20cc

Riwayat Obstetrik : P0000Ab0x


Bersuami 1 kali selama: 13 tahun.
Jumlah Anak : 0
Kelainan lain

Nafsu makan
Berat Badan
Buang Air Besar
Buang Air Kecil
Sesak
Berdebar-debar
Pusing
Mata Kabur
Epigastric pain

:
: Normal
: 50 kg, Tinggi Badan
: + tidak ada keluhan
: + tidak ada keluhan
:::::-

: 145 cm

Anamnesa Keluarga

Tumor
Gemeli
Operasi

:::25

3. Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum

: Baik

: compos mentis
: -/-/-/: E4V5M6
: Normal
: 120/80 mmHg
: 72x/menit
:37,3oC
: 20x/menit

Kesadaran
a/i/c/d
GCS
Gizi
Tensi
Nadi
Suhu
Pernapasan

Kepala

Bentuk
: Normocephal
Tumor
:Rambut
: Hitam lurus
Mata
:
- Konjungtiva : cukup anemis -/- Sklera
: ikterik -/- Pupil
: bulat, isokor +/+ reflek pupil +/+
Telinga dan hidung : tidak ada kelainan
Mulut
: tidak ada kelainan

Leher
Struma
Bendungan vena
Thorax
Jantung
Paru-Paru
Payudara

::: S1S2 tunggal, murmur (-)


: suara dasar vesikuler +/+, ronkhi -/-, wheezing -/: Tumor -/-, colostrum +/+, hiperpigmentasi +/+

Abdomen
Hepar
Lien
Genitalia Eksterna
Edema

: dalam batas normal


: dalam batas normal
:-

26

Ekstremitas

Akral hangat
: +/+
Edema
: -/Reflek Fisiologis : +/+
Reflek Patologis : -/Kelainan Orthopedic : -/-

Status Gynecologi
1. Abdomen :
-

Inspeksi : tidak ada tanda-tanda peradangan, bekas operasi (-) terlihat

massa menonjol setinggi suprapubis bagian tengah.


Auskultasi : bising usus (+) normal
Perkusi: timpani diseluruh lapang abdomen, di tempat tumor redup
Palpasi
: defans muskular (-), undulasi tes (-), shifting dullnes (-).
Teraba massa 14 x 14 cm pada perut, konsistensi kenyal, permukaan
rata, mudah digerakkan, nyeri tekan (+).

II.

2. Genital Eksterna :
Inspeksi : perdarahan pervaginam (-), tanda peradangan (-)
Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium 06/12/2016
Hb
: 11,3 g/dL
GDS
: 77 mg%
6
RBC : 4,29 x 10 /uL
SGOT : 19 U/L
HCT : 27,6 %
SGPT : 6 U/L
WBC : 6,23 x 103/uL
PLT : 393 x 103/uL
BT
: 2 30
CT
: 6 00
USG 25/11/2016
Hasil USG
Tampak massa Kistik dengan bagian padat, ukuran 14 x 14 x 14 cm
27

III.

Diagnosis Kerja
Tumor padat abdomen

IV.

Diagnosis Post Operasi


Mioma Uteri
Penemuan Intraoperas (07/12/2016)
Massa uterus dinding kiri dengan ukuran lingkar massa 60 cm, diameter 30
cm dan berat 4900 gram.

V.

VI.

Planning Terapi
Pro laparotomy tgl 07/12/2016 jam 10.00 WIB Histrektomi total
Preop : Dulcolax 2 Tab
Puasa 8 jam Pre Medikasi
Prognosis
Dubia Ad Bonam

FOLLOW UP
07 Desember 2016 (13.00)
P0000 Ab0x Post Histerektomi total a/i Mioma Uteri
S: Nyeri luka operasi (+) nyeri perut (-) kembung (-) demam (-) mobilisasi cukup
(miring), nafsu makan baik, minum (+), flatus (+), BAB (+), BAK (+) UP
100cc/2jam, pusing (-), pandangan kabur (-), sesak (-), kejang (-)
O: Status Umum
TTV :
TD: 120/70 mmHg
Nadi :78x/menit
Suhu : 36,3oC
RR : 20x/menit
K/L : a/i/c/d = +/-/-/Thorax : Cor: S1S2 tunggal, murmur-

28

Pulmo : Ves+/+, ro-/-,wh-/Abdomen : supel (+), BU (+) baik, nyeri tekan (-)
Status Ginekologis:
Fluksus : Flour : A: P0000 Ab0x Post Histerektomi total a/i Mioma Uteri
P: Transfusi WB ke-1
Infus RL 500cc 20 tpm
Injeksi Cefotaxime 3x1
Injeksi Omeprazole
Cek DL setelah transfusi
08 Desember 2016 (06.00)
P0000 Ab0x Post Histerektomi total a/i Mioma Uteri H-1
S: Nyeri luka operasi (+) nyeri perut (-) kembung (-) demam (-) mobilisasi cukup
(miring), nafsu makan baik, minum (+), flatus (+), BAB (+), BAK (+) UP
100cc/2jam, pusing (-), pandangan kabur (-), sesak (-), kejang (-)
O: Status Umum
TTV :
TD: 120/80 mmHg
Nadi :88x/menit
Suhu : 36,3oC
RR : 20x/menit
K/L : a/i/c/d = +/-/-/Thorax : Cor: S1S2 tunggal, murmurPulmo : Ves+/+, ro-/-,wh-/Abdomen : supel (+), BU (+) baik, nyeri tekan (-)
Status Ginekologis:
Fluksus : Flour : A: P0000 Ab0x Post Histerektomi total a/i Mioma Uteri H-1
P: Transfusi WB ke 2
Infus RL 500cc 20 tpm
Injeksi Cefotaxime 3x1
Injeksi Ondansetron 3 x 1
Tab. Asam Mefenamat 3 x 1
Hasil Lab
Hb : 10,2 g/dl
Leukosit : 8240/mm3
Trombosit : 213.000 /mm3
09 Desember 2016 (06.00)

29

P0000 Ab0x Post Histerektomi total a/i Mioma Uteri H-2


S: Nyeri luka operasi (+) nyeri perut (-) kembung (-) demam (-) mobilisasi cukup
(miring), nafsu makan baik, minum (+), flatus (+), BAB (+), BAK (+) UP
100cc/2jam, pusing (-), pandangan kabur (-), sesak (-), kejang (-)
O: Status Umum
TTV :
TD: 120/80 mmHg
Nadi :78x/menit
Suhu : 36,5oC
RR : 20x/menit
K/L : a/i/c/d = -/-/-/Thorax : Cor: S1S2 tunggal, murmurPulmo : Ves+/+, ro-/-,wh-/Abdomen : supel (+), BU (+) baik, nyeri tekan (-)
Status Ginekologis:
Fluksus : Flour : A: P0000 Ab0x Post Histerektomi total a/i Mioma Uteri H-2
P: Tab. Asam Mefenamat 3 x 1
KRS

BAB IV
PEMBAHASAN
Pada laporan kasus berikut, diajukan suatu kasus seorang wanita usia 43 tahun
yang kemudian didiagnosis dengan Mioma Uteri. Selanjutnya akan dibahas:

30

1. Apakah diagnosis dan pemeriksaan pada kasus ini sudah tepat?


Mioma uteri adalah neoplasma jinak berasal dari otot uterus, yang dalam
kepustakaan ginekologi juga terkenal dengan istilah-istilah fibrimioma uteri,
leiomyoma uteri atau uterine fibroid. Mioma ini berbentuk padat karena jaringan
ikat dan otot rahimnya dominan. Mioma uteri merupakan neoplasma jinak yang
paling umum dan sering dialami oleh wanita.
Pasien ini didiagnosa dengan mioma uteri, hal ini berdasarkan
anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang yang telah dilakukan serta
penemuan intraoperatif. Pada kasus ini gejala dan tanda yang dialami pasien
adalah adanya benjolan pada perut bawah yang semakin lama semakin
membesar. Keluhan lainnya berupa gangguan haid baik itu dari siklus haid yang
tidak teratur dengan jumlah darah haid yang keluar banyak dan terasa nyeri
setiap kalinya haid. Keluhan ini dirasakan sejak tahun 2003, namun pasien hanya
meminum jamu-jamuan untuk menghilangkan rasa nyerinya pada menstruasi
setiap bulannya. Keluhan BAB dan BAK tidak ada. Hal ini menunjukkan bahwa
mioma uteri ini memiliki gejala khusus yang khas berupa gangguan saat haid.
Pemeriksaan fisik yang dilakukan pada pasien untuk menentukan
diagnosis dalam hal ini adalah pemeriksaan abdomen dan rectal toucher. Dari
pemeriksaan abdomen didapatkan teraba massa dengan konsistensi kenyal pada
perut bagian bawah, berbatas tegas, mudah digerakkan, nyeri tekan (+), dan
dengan ukuran 14 cm x 14 cm x14 cm. Pemeriksaan rectal toucher tidak
dilakukan.
Pemeriksaan status generalis menunjukkan keadaan umum serta vital
sign pasien dalam batas normal sehingga menunjukkan gangguan perdarahan
serta nyeri sudah berlangsung lama dan tubuh telah melakukan penyesuaian diri.
Anemia merupakan akibat paling sering dari mioma. Hal ini disebabkan
perdarahan uterus yang banyak dan habisnya cadangan zat besi. Kadang-kadang
mioma menghasilkan eritropoeitin yang pada beberapa kasus menyebabkan
polisitemia. Pada pemeriksaan abdomen, palpasi daerah suprapubik kesan uterus
membesar, padat, mobile serta permukaannya licin. Pada mioma uteri,

31

perlunakan tergantung pada derajatdegenerasi dan kerusakan vaskuler. Uterus


sering dapat digerakan, kecuali apabila keadaan patologik pada adneksa
Pada pemeriksaan pelvis, serviks dalam batas normal. Namun, pada
keadaan tertentu, mioma submukosa yang bertangkai dapat mengawali dilatasi
serviks dan terlihat pada osteum servikalis. Hasil pemeriksaan inspekulo
didapatkan bentuk, warna dan permukaan porsio dalam batas normal, tidak
terlihat adanya fluksus yang berasal dari dalam (kanalis servikalis atau kavum
uteri). Didapatkan pula sekret/lendir berwarna putih pada forniks dan dinding
vagina.
2. Apakah penatalaksanaan kasus ini sudah tepat?
Penatalaksanaan mioma uteri berdasarkan besar kecilnya tumor, ada
tidaknya keluhan, umur dan paritas penderita. Pada pasien ini dilakukan
tindakan operatif mengingat pada hasil pasien memiliki keluhan subjektif berupa
perdarahan pervaginam abnormal yang berat, terlihat dari hasil pemeriksaan Hb
yang rendah.
Pada pasien dilakukan tindakan histerektomi. Tindakan histerektomi
pada pasien dengan mioma uteri merupakan indikasi bila didapatkan keluhan
menorrhagia, metrorrhagia, keluhan obstruksi pada traktus urinarius, dan ukuran
uterus sebesar usia kehamilan 12-14 minggu.
Histerektomi perabdominal dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu total
abdominal histerektomi (TAH) dan subtotal abdominal histerektomi (STAH).
Masing-masing prosedur histerektomi ini memiliki kelebihan dan kekurangan.
STAH dilakukan untuk menghindari risiko operasi yang lebih besar, seperti
perdarahan yang banyak, trauma operasi pada ureter, kandung kemih dan
rektum. Namun dengan melakukan STAH akan menyisakan serviks, dimana
kemungkinan timbulnya karsinoma serviks dapat terjadi. Dengan menyisakan
serviks, menurut penelitian didapatkan data bahwa terjadinya dyspareunia akan
lebih rendah dibandingkan dengan yang menjalani TAH sehingga akan tetap
mempertahankan fungsi seksual. Pada TAH, jaringan granulasi yang timbul pada

32

vagina dapat menjadi sumber timbulnya sekret vagina dan perdarahan pasca
operasi dimana keadaan ini tidak terjadi pada pasien yang menjalani STAH.

BAB V
KESIMPULAN
1. Pasien datang atas keluhan nyeri berlebihan pada saat menstruasi yang disertai
keluarnya darah haid banyak hingga mengganti pembalut 6-7 kali yang

33

dirasakan sejak tahun 2003. Keluhan bertambah dengan adanya benjolan yang
semakin lama semakin membesar sejak 1 tahun terakhir ini di perut bawah.
2. Diagnosa awal pasien ini adalah P0000Ab0x dengan Mioma Uteri
3. Penegakkan diagnosa Mioma Uteri sangat kuat dengan adanya gangguan
menstruasi baik dari jumlah maupun lamanya siklus haid.
4. Penanganan yang dilakukan intraoperatif dengan melakukan histerektomi total
karena ukurannya sebesar 14cm x 14cm x 14cm defans muskular (-), undulasi
tes (-), shifting dullnes (-), konsistensi kenyal, permukaan rata,

mudah

digerakkan, nyeri tekan (+).

PERTANYAAN
1. Bagaimana mekanisme pengobatan mioma uteri dengan analog GnRH?
Cara kerjanya menekan produksi estrogen dengan sangat kuat, sehingga kadarnya
dalam darah menyerupai kadar estrogen wanita usia menopause namun setiap

34

mioma uteri memberikan hasil yang berbeda-beda terhadap pemberian analog


GnRH.
2. Bagaimana hubungan antara mioma uteri dengan infertilitas?
Salah satu penyebab infertilitas karena mioma uteri yang terletak sedemikian rupa
dimana mioma mendekati introitus tuba internum yang mengakibatkan tuba buntu
dan

menghalangi

pertemuan

ovum

dan

spermatozoa;

servikal

yang

mengakibatkan migrasi spermatozoa sangat terhalang sehingga jumlah dan


kualitasnya tidak cukup untuk mampu melaksanakan tugas konsepsi
3. Apa komplikasi dari mioma uteri?
Degenerasi Ganas
Mioma uteri yang menjadi leimiosarkoma ditemukan hanya 0,32-0,6 % dari
seluruh mioma, serta merupakan 50-75% dari serluruh sarkoma uterus. Keganasan
umumnya baru ditemukan pada pemeriksaan histology uterus yang telah diangkat.
Kecurigaan akan keganasan uterus apabila mioma uteri cepat membesar dan
apabila terjadi pembesaran sarang mioma saat menopause.
2.Torsi (putaran tangkai)
Sarang mioma yang bertangkai dapat mengalami torsi, timbul gangguan
sirkulasi akut sehingga mengalami nekrosis. Dengan demikian terjadilah sindrom
abdomen akut. Jika torsi terjadi perlahan-lahan gangguan akut tidak terjadi. Hal
ini hendaknya dibedakan dengan suatu keadaan dimana terdapat banyak sarang
mioma dalam rongga peritoneum.
Sarang mioma dapat mengalami nekrosis dan infeksi yang diperkirakan
karena gangguan sirkulasi darah padanya. Misalnya terjadi pada mioma yang
menyebabkan perdarahan berupa metroragia disertai leukore dan gangguangangguan yang disebabkan oleh infeksi dari uterus sendiri.
Pengaruh timbal balik mioma uteri dan kehamilan:
a)

Pengaruh mioma uteri terhadap uteri terhadap kehamilan yaitu:

35

Menimbulkan infertilitas, meningkatkan kemungkinan abortus, persalinan


prematuritas dan kelainan otak, inersia uteri, gangguan jalan persalinan,
perdarahan postpartum, retensi plasenta
b)

Pengaruh kehamilan terhadap mioma yaitu:


Mioma cepat membesar karena pengaruh estrogen, kemungkinan torsi mioma
uteri bertangkai.

4. Apakah mioma uteri dapat mengarah ke keganasan?


Keganasan umumnya baru ditemukan pada pemeriksaan histology uterus yang
telah diangkat. Kecurigaan akan keganasan uterus apabila mioma uteri cepat
membesar dan apabila terjadi pembesaran sarang mioma saat menopause.
5. Bagaimana jika terjadi kehamilan dan mempunyai Mioma Uteri?
Mioma Uteri dengan ukuran kecil atau sedang, tidak memperlihatkan gejala yang
khas pada masa kehamilan. Namun, ukuran mioma uteri dapat meningkat seiring
dengan meningkatnya hormon dan peredaran darah menuju rahim selama masa
kehamilan. Gejala yang dirasakan berupa rasa tidak nyaman di perut bawah, rasa
ada tekanan atau nyeri. Di sisi lain, miom yang membesar menghalangi jalan lahir
atau menghalangi turunnya bagian rendah dapat meningkatkan resiko :
Seksio sesaria : Risiko melahirkan sesar enam kali lebih besar pada wanita yang
memiliki miom. Pada kondisi kehamilan sering terjadi perubahan posisi janin
menjadi sungsang dengan kaki bayi berada di bawah dan kepala berada diatas
Placental abruption (Solusio Plasenta) : Kondisi terlepasnya plasenta dari rahim
sebelum persalinan. Ketika ini terjadi, janin tidak menerima lagi oksigen, terjadi
perdarahan hebat di dalam rahim, ibu akan mengalami nyeri hebat dan ancaman
kematian janin.
Preterm delivery (Persalinan Prematur) : Konsultasikan kepada Dokter kandungan
, jika anda memiliki miom dengan kehamilan. Semua ahli kebidanan mempunyai
pengalaman menangani miom dalam kehamilan. Kebanyakan wanita yang

36

memiliki miom dengan kehamilan resiko tinggi, merasa tidak memerlukan


berkonsultasi dengan Dokter Spesialis Kandungan .
6. Dapatkah Mioma Uteri muncul kembali setelah dilakukan terapi ?
Meskipun terapi pengangkatan benjolan miom yang menyusup di antara otot
rahim telah berhasil dilakukan, dengan manfaat hilangnya nyeri dan kembalinya
pola haid, akan tetapi miom baru yang pada awalnya kecil, sehingga tidak terlihat
saat operasi dan luput terambil saat tindakan operasi, yang dengan berjalannya
waktu akan semakin membesar kembali, ada kemungkinan tumbuh semakin besar
dan memperlihatkan gejala khas baru untuk miom. Hal ini dapat terjadi untuk
semua tindakan jenis operasi pengangkatan miom (miomektomi) saja, kecuali bila
dilakukan histerektomi (angkat rahim) dengan mengangkat seluruh rahim.
7. Bagaimana saya dapat mengetahui, jika saya memiliki Miom ?
Dokter Anda dapat mengetahui bahwa anda memiliki miom ketika dilakukan
pemeriksaan pelvis untuk memeriksa uterus, ovarium, vagina dan pemeriksaan
servik setiap tahun dengan PAP smear. Dokter mungkin dapat melakukan
anamnesa adanya miom selama pemeriksaan pelvis, misalnya adanya massa
bendjolan pada uterus. Untuk miom yang berukuran medium atau besar, Dokter
akan memberitahukan ukuran miom dengan cara membandingkan besarnya rahim
sesuai usia kehamilan. Misalnya, mungkin anda akan diinformasikan mengenai
ukuran

miom

menyerupai

ukuran

usia

kehamilan

20

minggu

atau

menginformasikan ukuran miom dengan memberikan perumpaan ukuran sebesar


buah lemon, jeruk atau kepalan tangan untuk memperkirakan ukuran yang sama
persis. Dari beberapa pemeriksaan imaging yang bersifat umum, untuk
mengkonfirmasi ukuran, posisi dan pertumbuhan miom, terdapat dua pemeriksaan
yang biasa dilakukan yaitu Ultrasound/USG dan Magnetic Resonance Imaging
(MRI).

37

Anda mungkin juga menyukai