Kegiatan
Pola makan/diet
- Vegetarian
Merokok
Meminum Alkohol
Meminum Obat herbal
Riwayat Alergi : -
Tidak
tidak
tidak
tidak
Subyektif
Demam, nyeri perut, batuk
Obyektif
T: 39,2 C
Hb : 11,3
Limfosit : 20,2
6 September
7 September
MCV: 62,6
MCH: 21,0
8 September
: agak keruh
: 1+
: trace
: granular
T: 37,9 C
9 September
T: 37 C (normal)
Hb : 11,0
Leukosit: 14,1
Trombosit: 108
Hct : 32,2 (normal)
Granulosit : 91,0
Limfosit : 5,6 (normal)
MCV : 61,5
MCH : 20,9
10 September
Lemas
T: 36 C (normal)
Hb : 11,8
Leukosit: 13,1 (normal)
Trombosit: 128
Hct : 34,8 (normal)
Granulosit : 82,8
Limfosit : 12,7
MCV : 61,4
MCH : 20,7
NAMA PENYAKIT
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
NAMA OBAT
Kotrimoksazol PO tiap 12 jam (2x500 mg)
Paracetamol PO tiap 8 jam (3x500 mg)
Lapisyv syr PO tiap 24 jam (1x1)
(difenhidramin HCl 12,5 mg, dekstrometorfan HBr 7,5 mg, fenilpropanolamin HCl 6 mg, amonium
klorida 100 mg, GG 75 mg, Na-sitrat 50 mg, mentol 0,75 mg)
Colsancentin injeksi (500/8 J)
(kloramfenikol 1 g/vial)
Sanpicilin injeksi (650/ 8 J)
(ampisilin natrium 1 g/vial)
Ondansetron injeksi (0,5/12 J)
RL 20 tpm
6 September
7 September
8 September
10 September
No.
Nama obat
Indikasi
Outcometerapi
Gangguan
gastrointestinal (mual
(2x500 mg)
digunakan
Paracetamol
PO tiap 8 jam
dan muntah)
-Demam disertai
Kotrimoksazol
PO tiap 12 jam
Antibiotik
Antipiretik
(3x500 mg)
Lapisiv sirup
PO tiap 24 jam (1x1)
Antitusif
Colsacentin
4
injeksi (500/8 J)
(kloramfenikol 1
g/vial)
mengigil
-bintik-bintik putih di
-anemia aplastic
-hipersensitivitas
-ruam-urtikaria
-mual muntah
-diare
Sanpicilin
5
injeksi (650/ 8 J)
(ampisilin natrium 1
g/vial)
6
7
Ondancetron
injeksi (0,5/12 J)
L-Bio
PO tiap 8 jam (3x1)
Antiemetik
Probiotik
digunakan
Tidak ada interaksi
dengan obat yang
-Gangguan GI
-ruam kulit
-pruritus
-urtikaria
-konstipasi
-kembung
-sakit kepala
-Konstipasi
10
Deksametason
injeksi (0,5/8 J)
Apialis sirup
PO tiap 12 jam (2x1)
Antidiare
Analgesik
kortikosteroid
Multivitamin
digunakan
Pemberian
bersamaan dengan
11
Ceftriaxon
injeksi (1/12 j)
Antibiotik
RL dapat
meningkatkan efek
samping/toksik dari
12
Betadine Kumur
Assessment
Menangani iritasi
pada mulut
-lelah
-sariawan
-nyeri tenggorokan
-diare
Mengatasi diare
Mengatasi inflamasi
ceftriaxon
Tidak ada interaksi
dengan obat yang
digunakan
-iritasi
-gagal ginjal
Tanggal
5 September
Problem
Medik
Demam
typhoid
Subyektif
Demam, nyeri
perut, batuk
Obyektif
T: 39,2 C
Terapi
Widal S. thypi
H: 1/320
S. thypi : +7
Anemia
Hb : 11,3
MCV: 62,6
Demam
typhoid
Demam,
diare, nyeri
MCH: 21,0
6 September
DRP
T: 39,6 C
perut, batuk
7 September
Demam
typhoid
Demam,
pusing, nyeri
perut, susah
makan, batuk
T: 38 C
Urinalisis:
Kekeruhan: agak
keruh
Protein : 1+
Keton: trace
Silinder:
granular
Kotrimoksazol PO tiap 12
jam (2x500 mg)
Colsancentin injeksi (500/8 J)
(kloramfenikol 1 g/vial)
Sanpicilin injeksi (650/ 8 J)
(ampisilin natrium 1 g/vial)
Ondansetron injeksi (0,5/12 J)
Dexa injeksi (0,5/8 J)
6.
7.
8.
8 September
Demam
typhoid
Demam,
diare, pusing,
nyeri perut,
T: 37,9 C
Demam
typhoid
Anemia
Demam,
pusing, nyeri
perut, susah
makan, batuk,
T: 37 C
(normal)
Hb : 11,0
Trombosit: 108
MCV : 61,5
MCH : 20,9
10
September
Anemia
Lemas
Hb : 11,8
Trombosit: 128
MCV : 61,4
MCH : 20,7
Care Plan:
a. Pemilihan antibiotik untuk terapi demam tifoid kurang tepat, karena pada hari pertama pada data lab pasien sudah menunjukkan bahwa
pasien positif terinfeksi bakteri Salmonella typhi, seharusnya terapi antibiotic lini pertama pada demam tifoid adalah ciprofloxacin atau
kloramfenikol. Tetapi pasien menerima kotrimoksazol, ampisilin dan kloramfenikol. Meskipun pada data menunjukkan terjadinya
keberhasilan terapi, tetapi pemilihan terapi antibiotik ganda dan tidak tepat dapat mengakibatkan Multi Drug Resistence (MDR).
Sehingga terapi antibiotic dilanjutkan sampai selesai, dan bila pasien mengalami demam typhoid lagi maka dipilih terapi lini lini pertama
yaitu ciprofloxacin IV atau oral, atau bila pasien mengalami MDR digunakan antibiotic azitromycin.
b. Pemilihan paracetamol dan lapysiv sudah tepat yaitu untuk menurunkan suhu tubuh pasien dan batuk yang dialami
c. Terapi ondancetron dihentikan karena pasien tidak mengalami mual dan muntah
d. Terapi multi vitamin dan probiotik sudah tepat untuk pasien anak. Untuk memelihara fungsi pencernaan pada anak, membantu
mengembalikan fungsi normal pencernaan selama diare, membantu keseimbangan flora normal selama mengkonsumsi antibiotika,
membantu fungsi fermentasi usus. multivitamin penambah nafsu makan dan pertumbuhan anak.
e. Diberikan terapi Fe untuk menangani anemia pasien, karena dari hari pertama sampai terakhir anemia tidak diterapi
f. Dilakukan monitoring pada demam typhoid pasien baik pemeriksaan suhu tubuh ataupun data lab lain. Bila terjadi peningkatan suhu
tubuh dan data lab masih menunjukkan adanya infeksi S.typhi maka pasien diberi antibiotic lini pertama dan antipiretik sebagai penurun
panas.
g. Dilakukan monitoring efek samping dari setiap obat yang digunakan, bila efek samping memperparah keadaan pasien maka terapi
dihentikan
Nb/:
1. Lapisiv : untuk batuk produktif pada penyakit saluran nafas
2. L-Bio : untuk memelihara fungsi pencernaan pada anak, membantu mengembalikan fungsi normal pencernaan selama diare,
sembelit, dyspepsia, intoleransi laktosa, membantu keseimbangan flora normal selama mengkonsumsi antibiotika, membantu
mengembalikan fungsi normal pencernaan pada pasien yang mengalami kemoterapi, tukak peptic, membantu fungsi fermentasi
usus. >= 12thn 3 sachet 1x sehari.
3. Zinkid
4. Apialis syr
: defisiensi vitamin, multivitamin penambah nafsu makan dan pertumbuhan (vit-A, vit-B kompleks, vit-C, vitD, nikotinamid, pentotenol, lisin HCl)
5. Colsancentin : demam tifoid, batuk kering, bruselosis, pneumonia, bronkopneumonia, infeksi pada saluran kencing, infeksi
organisme yang sensitive (kloramfenikol 1 g/vial)
6. Sanpicilin
: (ampisilin natrium 1 g/vial) ISK, sal nafas, sal cerna, sal empedu yang disebabkan kuman gram negative dan
positif.