A. Konsep Fraktur
1. Pengertian
Fraktur adalah terputusnya integritas tulang dan tulang rawan yang
hidup, yang meliputi kerusakan pada sumsum tulang, perisoteum dan jaringan
lunak sekitarnya, yang umumnya disebabkan trauma langsung maupun tidak
langsung. Pada keadaan tertentu dimana tulang menjadi lemah seperti pada
penyakit Ostoporosis, beberapa kanker tulang, atau Osteogensis Imperfecta,
fraktur dapat terjadi hanya dengan trauma yang minimal, pada kondisi ini
dinamakan dengan fraktur patologis (Cross dan Swiontkowski, dalam Rizal,
2014).
Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontuinitas jaringan
tulang dan atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa
(Sjamsuhidajat, 2005).
Fraktur Femur adalah hilangnya kontinuitas tulang paha, kondisi
fraktur femur secara klinis bisa berupa fraktur femur terbuka yang disertai
adanya kerusakan jaringan lunak (otot, kulit, jaringan saraf dan pembuluh
darah) danfraktur femur tertutup yang dapat disebabkan oleh trauma langsung
pada paha (Helmi, 2012).
fraktur
dari
pada
laki-laki
yang
berhubungan
dengan
3. Patofisiologi
Fraktur merupakan gangguan pada tulang biasanya disebabkan oleh
trauma. Fraktur terbuka atau tertutup akan mengenai serabut saraf yang dapat
menimbulkan gangguan rasa nyaman nyeri. Selain itu dapat mengenai tulang
dan dapat terjadi neurovaskuler yang menimbulkan nyeri gerak sehingga
mobilitas fisik terganggu. Disamping itu fraktur terbuka dapat mengenai
jaringan lunak yang kemungkinan dapat terjadi infeksi terkontaminasi dengan
udara luar dan kerusakan jaringan lunak akan mengakibatkan kerusakan
integritas kulit. Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma
gangguan metabolik, patologik yang terjadi itu terbuka atau tertutup. Pada
umumnya pada pasien fraktur terbuka maupun tertutup akan dilakukan
immobilitas yang bertujuan untuk mempertahankan fragmen tulang yang telah
dihubungkan tetap pada tempatnya sampai sembuh (Sylvia, dalam Andra., dkk
, 2013).
Jejas yang ditimbulkan karena adanya fraktur menyebabkan rupturnya
pembuluh darah sekitar yang dapat menyebabkan terjadinya perdarahan.
Respon dini terhadap kehilangan darah adalah kompensasi tubuh, sebagai
contoh vasokontriksi progresif dari kulit, otot dan sirkulasi viseral. Karena ada
cedera, respon terhadap berkurangnya volume darah yang akut adalah
katekolamin-katekolamin
endogen
meningkatkan
tahanan
pembuluh perifer. Hal ini akan meningkatkan tekanan darah diastolik dan
mengurangi tekanan nadi (pulse pressure), tetapi hanya sedikit membantu
peningkatkan perfusi organ. Hormon-hormon lain yang bersifat vasoaktif juga
dilepaskan ke dalam sirkulasi sewaktu terjadinya syok, termasuk histamin,
bradikinin beta-endorpin dan sejumlah besar prostanoid dan sitokin-sitokin
lain. Substansi ini berdampak besar pada mikro-sirkulasi dan permeabilitas
pembuluh darah. Pada syok perdarahan yang masih dini, mekanisme
kompensasi sedikit mengatur pengambilan darah (venous return) dengan cara
kontraksi volume darah didalam sistem vena sistemik. Cara yang paling
efektif untuk memulihkan kardiak pada tingkat seluler, sel dengan perfusi dan
oksigenasi tidak adekuat tidak mendapat substrat esensial yang sangat
diperlukan untuk metabolisme aerobik normal dan produksi energi. Pada
keadaan awal terjadi kompensasi dengan berpindah ke metabolisme
anaerobik, hal mana mengakibatkan pembentukan asam laktat dan
berkembangnya asidosis metabolik. Bila syoknya berkepanjangan dan
penyampaian substrat untuk pembentukan ATP (adenosin triphosphat) tidak
memadai, maka membran sel tidak dapat lagi mempertahankan integritasnya
dan
gradientnya
elektrik
normal
hilang.
Pembengkakan
retikulum
kalsium intra-seluler. Bila proses ini berjalan terus, terjadilah cedera seluler
yang progresif, penambahan edema jaringan dan kematian sel. Proses ini
memperberat dampak kehilangan darah dan hipoperfusi (Purwadinata, dalam
Wijaya., dkk , 2013).
Sewaktu tulang patah perdarahan biasanya terjadi disekitar tempat
patah dan kedalaman jaringan lunak dan sekitar tulang tersebut. Jaringan
lunak juga biasanya mengalami kerusakan. Reaksi peradangan biasanya
timbul hebat setelah fraktur. Sel-sel darah putih dan sel mast berakumulasi
sehingga menyebabkan peningkatan aliran darah ketempat
tersebut.
saraf
4. WOC
Resiko cidera
Gambar 2.1
WOC Fraktur Femur (Abdul Wahid, 2013)
teraba)
ekstermitas
yang
bisa
diketehui
dengan
satu
dengan
yang
lainnya.
Uji
krepitus
dapat
7. Penatalaksanaan
Prinsip penanganan fraktur meliputi reduksi, imbobilisasi dan
pengembalian fungsi serta kekuatan normal dengan rehabilitasi (Burnner dan
Suddarth dalam Smeltzer, 2005). Reduksi fraktur berarti mengembalikan
fragmen tulang pada kesejajarannya dan rotasi anatomis. Metode untuk
mencapai reduksi fraktur adalah dengan reduksi tertutup, traksi, dan reduksi
terbuka. Metode yang di pilih untuk reduksi fraktur bergantung pada sifat
frakturnya.
Pada
kebanyakan
kasus,
reduksi
tertutup
dilakukan
dengan
1. Pengkajian
a. Identitas klien
Meliputi : nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama, suku, bangsa,
pendidikan, pekerjaan, tanggal masuk rumah sakit, diagnosa medis,
nomor registrasi.
b. Keluhan utama
Pada umumnya keluhan utama pada kasus fraktur adalah rasa nyeri.
Nyeri tersebut bisa akut atau kronik tergantung dari lamanya serangan.
Implikasi pengkajian nyeri untuk melakuan intervensi keperawatan
yang harus di perhatikan oleh perawat adalah awitan nyeri, durasi
nyeri, lokasi nyeri, skala nyeri dan faktor yang memperburuk nyeri
(Potter and Perry, 2006).
c. Riwayat kesehatan sekarang
Pada pasien fraktur atau patah tulang dapat disebabkan oleh trauma
atau kecelakaan, degeneratif dan patologis yang didahului dengan
perdarahan, kerusakan jaringan yang mengakibatkan nyeri, bengkak,
kebiruan, pucat atau perubahan warna kulit dan kesemutan.
d. Riwayat kesehatan dahulu
Biasanya tidak ada riwayat kesehatan dahulu pada fraktur, kecuali ada
fraktur
patologis
seperti
adanya
diagnosa
sebelumnya
yaitu
yang
akan
mengalami
perubahan
atau
diri
g. Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisik dibagi atas dua, yaitu pemeriksaan umum
(status generalisata) untuk mendapatkan gambaran umum dan
pemeriksaan
setempat
(lokalis).
Hal
ini
perlu
untuk
dapat
d) Mata
Bisa terjadi anemis (karena terjadi perdarahan)
e) Telinga
Tes bisik atau weber masih dalam keadaan normal, tidak ada
lesi atau nyeri tekan.
f)
Hidung
Tidak ada deformitas, tak ada pernapasan cuping hidung.
i)
Paru
(1) Inspeksi
Pernapasan meningkat, reguler atau tidaknya tergantung
pada riwayat penyakit klien yang berhubungan dengan paru.
(2) Palpasi
Pergerakan sama atau simetris, fermitus raba sama
(3) Perkusi
Suara ketok sonor, tak ada redup atau suara tambahan
lainnya.
(4) Auskultas
nafas normal, tak ada wheezing, atau suara tambahan lainya
seperti stridor dan ronchi.
j)
Jantung
(1) Inspeksi
Tidak tampak iktus cordis
(2) Palpasi
iktus tidak teraba
(3) Auskultasi
Suara S1 dan S2 tunggal, tak ada mur-mur
k) Abdomen
(1) Inspeksi
Bentuk datar, simetris
(2) Palpasi
Tugor baik, tidak ada defands muskuler, hepar tidak teraba
(3) Perkusi
Suara thympani
(4) Auskultasi
Peristaltik usus normal
l)
20 kali/menit
Sistem integumen
Terdapatnya erytema, suhu sekitar daerah trauma meningkat,
oedema, nyeri tekan.
m) Ekstremitas
Terdapat luka terbuka pada femur, perbedaan ukuran pada
ekstermitas bawah kiri dan kanan, terdapat nyeri pada
ekstermitas yang fraktur.
h. Pemeriksaan diagnostik
1) Pemeriksaan radiologi
Menurut Abdul Wahid (2013) pemeriksaan radiologi pada pasien
dengan fraktur meliputi :
a) X-ray
Sebagai penunjang pemeriksaan yang penting adalah pencitraan
menggunakan
sinar
rontgen
(X-ray).
Untuk
mendapatkan
kasus
fraktur,
juga
dapat
digunakan
untuk
b) Alkalin fosfat
Alkalin
fosfat
meningkat
pada
kerusakan
tulang
dan
integritas
kulit
berhubungan
dengan
fraktur
terbuka,
pemasangan traksi.
f. Resiko infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan primer
(kerusakan kulit, trauma jaraingan, prosedur invasif atau traksi tulang).
g. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan
berhubungan dengan kurang terpapar atau
3. Rencana Keperawatan
Diagnosa Keperawatan
Nyeri akut
NOC
NOC
a. Pain level
b. Pain control
c. Comfort level
Kriteria hasil :
a.
b.
c.
d.
NIC
NIC
Pain management :
a. Lakukan pengkajian
nyeri
secara
komperhensif
termasuk
lokasi,
Mampu
mengontrol
karakteristik, durasi,
nyeri, (tahu penyebab
frekuensi,
kualitas,
nyeri,
mampu
dan faktor presipitasi.
menggunakan
teknik b. Observasi
reaksi
nonfarmakologi untuk
nonverbal dari ketidak
mengurangi
nyeri,
nyamanan.
mencari bantuan).
c. Gunakan
teknik
Melaporkan
bahwa
komunikasi terapeutik
nyeri berkurang dengan
untuk
mengetahui
menggunakan
pengalaman
nyeri
manajemen nyeri.
pasien.
Mampu
mengenali d. Kontrol
lingkungan
nyeri (skala,intensitas,
yang
dapat
frekuensi, dan tanda
mempengaruhi nyeri
nyeri).
seperti suhu ruangan,
Menyatakan
rasa
pencahayaan
dan
nyaman setelah nyeri
kebisingan.
berkurang
e. Kurangi
faktor
presipitasi nyeri.
f. Ajarkan teknik non
farmakologi.
Tingkatkan istirahat.
g. Kolaborasi
dengan
dokter dalam emberian
analgetik.
Analgesica dministration
:
a. Tentukan
lokasi,
karakteristik, kualitas,
dan
derajat
nyeri
sebelum
pemberian
obat.
b. Cek instruksi dokter
tentang jenis obat,
dosis, dan frekuensi.
c. Cek riwayat alargi.
d. Berikan
analgesik
tepat waktu terutama
Resiko disfungsi
neurovaskuler perifer
NOC
a. Circulation Status.
b.Tissue
perfusion
:
cerebral.
Kriteria hasil :
Mendemonstrasikan status
sirkulasi yang di tandai
dengan :
a.Tekanan
systole
dan
diastole dalam rentang
yang di harapkan.
b.Tidak
ada
ortostatik
hipertensi.
c.Tidak ada tanda-tanda
peningkatan
tekanan
intrakranial.
Mendemonstrasikan
kemampuan kognitif yang
ditandai dengan :
a.Berkomunikasi
dengan
jelas dan sesuai dengan
kemampuan.
Menunjukkan
perhatian,
konsentrasi dan orientasi.
c.Memproses informasi.
d.
Membuat
keputusan dengan benar.
Menunjukkan fungsi sensori
motori cranial yang utuh :
tingkat kesadaran membaik,
tidak ada gerakan-gerakan
involunter.
Gangguan pertukaran
gas
NOC
a. Respiratory status : gas
exchange
b. Respiratory status
:
ventilation
c. Vital sign status
Kriteria hasil :
a. Mendemonstrasikan
peningkatan
ventilasi
dan oksigenasi yang
adekuat.
NIC
Airway management
a. Atur posisi pasien
untuk memaksimalkan
ventilasi
b. Identifikasi
pasien
perlu pemasangan alat
jalan napas bantuan.
c. Lakukan
fisioterapi
dada jika pelu.
d. Keluarkan
sekret
b. Memelihara kebersihan
menggunakan batuk
paru-paru dan bebas dari
efektif.
tanda-tanda
distress e. Auskultasi
suara
pernapasan.
napas, catat adanya
c. Mendemonstrasikan
suara tambahan.
batuk efektif dan suara
f. Kolaborasi
dengan
napas yang bersih, tidak
dokter
dalam
ada sianosis dan dyspneu
pemberian
(mampu mengeluarkan
bronkodilator
bila
sputum,
mampu
perlu.
bernapas dengan mudah, g. Atur intake untuk
tidak ada pursed lips).
cairan
d. Tanda-tanda vital dalam
mengoptimalkan
rentang normal.
keseimbangan.
h. Monitor respirasi dan
status O2.
NOC
NIC
Gangguan mobilitas
a. Joint movement : active.
Exercise
therapy
:
fisik
b. Mobility level.
ambulation
c. Self care : ADL.
a. Monitoring vital sign
d. Transfer performance.
sebelum dan sesudah
Kriteria hasil :
atau sebelum latihan
a. Pasien meningkat dalam
dan lihat respon pasien
aktivitas fisik. Mengerti
saat latihan.
tujuan dari peningkatan b. Konsultasikan dengan
mobilitas.
terapi fisik tentang
b. Memverbalisasikan
rencana
ambulasi
perasaan
dalam
sesuai
dengan
meningkatkan kekuatan
kebutuhan.
dan
kemampuan c. Bantu klien untuk
berpindah.
menggunakan tongkat
c. Memperagakan
saat berjalan
dan
penggunaan alat.
cegah terhadap cidera.
d. Bantu untuk mobilisasi d. Kaji
kemampuan
(walker).
pasien
dalam
mobilisasi.
e. Latih pasien dalam
pemenuhan kebutuhan
ADL secara mandiri
sesuai kemampuan.
f. Dampingi dan bantu
pasien saat mobilisasi
dan bantu pemenuhan
kebutuhan.
ADL
a.Berikan alat bantu jika
klien memerlukan.
b.Ajarkan
pasien
bagaimana
merubah
posisi dan berikan
bantuan
jika
diperlukan.
NOC
NIC
Gangguan integritas
a. Tissue integrity : skin
Pressure management :
kulit
and mucous.
a. Anjurkan pasien untuk
b. Membranes.
menggunakan pakaian
c. Hemodyalis akses.
yang longgar.
Kriteria hasil :
b. Jaga kebersihan kulit
a. Integritas kulit yang baik
agar tetap bersih dan
bisa
dipertahankan
kering.
(sensasi,
elastisitas, c. Mobilisasi
pasien
temperatur,
hidrasi,
(ubah posisi pasien)
pigmentasi) tidak ada
setiap dua jam sekali.
luka atau lesi pada kulit. Insision site care :
b. Perfusi jaringan baik.
a. Membersihkan,
c. Menunjukkan
mengganti,
serta
pemahaman
dalam
memantau
dan
proses perbaikan kulit
meningkatkan proses
dan mencegah terjadinya
penyembuhan
luka
cidera berulang.
yang ditutup dengan
d. Mampu melindungi kulit
jahitan.
dan
mempertahankan b. Monitor
proses
kelembaban kulit dan
kesembuhan
area
perawatan alami.
insisi.
c. Monitor tanda dan
gejala infeksi pada
area insisi.
Resiko infeksi
NOC
NIC
a.Immune status.
Infection control (kontrol
b. Knowledge : infection infeksi) :
control
a. Bersihkan lingkungan
c. Risk control
setelah dipakai pasien
Kriteria
lain.
hasil :
b. Pertahankan teknik
a. Pasien bebas dari tanda
isolasi.
dan gejala infeksi.
c. Batasi
pengunjung
b. Mendeskripsikan proses
bila perlu.
penularan
penyakit,
d. Intruksikan
pada
faktor
yang
pengunjung
untuk
mempengaruhi penularan
mencuci tangan saat
serta
berkunjung
dan
penatalaksanaannya.
setelah berkunjung.
c. Menunjukkan
e. Gunakan
sabun
kemampuan
untuk
antimikroba
untuk
mencegah
timbulnya
cuci tangan.
infeksi.
f. Cuci
tangan setiap
d.Jumlah
leukosit dalam
batas normal.
e. Menunjukkan
hidup sehat.
Kurangnya
pengetahuan
Ansietas
b. Mengidentifikasi,
prosedur dan apa yang
mengungkapkan
dan
dirasakan
selama
menunjukkan
tehnik
prosedur.
untuk mengontrol cemas. d. Pahami
prespektif
c. Vital sign dalam batas
pasien terhadap situasi
normal.
stres.
d. Postur tubuh, ekspresi e. Temani pasien untuk
wajah, bahasa tubuh dan
memberikan
tingkat
aktivitas
keamanan
dan
menunjukkan
mengurangi takut.
berkurangnya kecemasan. f. Dorong
keluarga
untuk
menemani
pasien.
g. Identifikasi
tingkat
kecemasan pasien.
h. Bantu
pasien
mengenal situasi yang
menimbulkan cemas.
i. Dorong pasien untuk
mengungkapkan
perasaan, ketakutan,
persepsi.
j. Instruksikan
pasien
menggunakan teknik
relaksasi.
k. Kolaborasi
dengan
dokter
dalam
pemberian obat untuk
mengurangi
rasa
cemas.
Gangguan pola tidur NOC
NIC
a. Anxiety reduction
Sleep enhancement
b. Comfort level
a. Determinasi efek-efek
c. Pain level
medikal terhadap pola
d. Rest : Extent and pattern
tidur.
e. Sleep : Extent and pattern
b. Jelaskan pentingnya
Kriteria hasil :
tidur yang adekuat.
a. Jumlah jam tidur dalam
c. Fasilitas
untuk
batas
normal
6-8
mempertahankan
jam/hari.
aktivitas sebelum tidur
b. Pola tidur, kualitas dalam
(membaca).
batas normal.
d. Ciptakan lingkungan
c. Perasaan segar sesudah
yang nyaman.
tidur atau istirahat.
e. Kolaborasi
dengan
d. Mampu
dokter
dalam
mengidentifikasikan halpemberian obat tidur.
hal yang meningkatkan
f. Diskusikan
dengan
tidur.
keluarga dan pasien
Resiko syok
Gangguan perfusi
jaringan
NOC
a. Syok prevention
b. Syok management
Kriteria hasil :
a. Nadi dalam batas yang
diharapkan.
b. Irama jantung dalam
batas yang diharapkan.
c. Frekuensi nafas dalam
batas yang diharapkan.
d. Irama pernapasan dalam
batas yang diharapkan.
e. Natrium serum dalam
batas normal
f. Kalium serum dalam
batas normal.
g. Klorida serum dalam
batas normal.
h. Kalsium serum dalam
batas normal.
i. Magnesium serum dalam
batas normal.
j. PH darah serum dalam
batas normal.
Hidrasi indikator :
a. Mata
cekung
tidak
ditemukan.
b. Demam tidak ditemukan.
c. Tekanan darah dalam
batas normal.
d. Hematokrit dalam batas
normal.
NOC
a. Circulation status
b. Tissue
perfusion
:
cerebral
Kriteria hasil :
mendemonstrasikan status
sirkulasi yang di tandai
dengan :
a. Tekanan systole dan
NIC
Self esteem ebhancement
a. Tunjukkan
rasa
percaya diri terhadap
kemampuan
pasien
untuk
mengatasi
situasi.
b. Dorong
pasien
mengidntifikasi
kekuatan dirinya.
c. Ajarkan keterampilan
perilaku yang positif.
d. Dukung peningkatan
tanggung jawab diri,
jika perlu.
e. Buat statement positif
terhadap pasien.
f. Monitor
frekuensi
komunikasi
verbal
pasien yang negatif.
g. Dukung pasien untuk
menerima
tantangan
baru.
h. Kaji
alasan-alasan
untuk mengkritik atau
dalam hidup.
d. Menunjukkan penilaian
pribadi tentang harga diri.
e. Mengungkapkan
penerimaan
diri
komunikasi terbuka.
f. Mengatakan optimisme
tentang masa depan.
g. Menggunakan
strategi
koping efektif.
Resiko cidera
NOC
a. Risk kontrol
kriteria hasil :
a. Klien terbebas dari
cidera.
b. Klien
mampu
menjelaskan
cara
mencegah cidera
Mampu memodifikasi gaya
hidup untuk mencegah
injury
menyalahkan
diri
sendiri.
i. Kolaborasi dengan
tenaga kesehatan lain
dan
pelayanan
keagamaan.
Body
image
enhancement counseling
a. Menggunakan proses
pertolongan interaktif
yang berfokus pada
kebutuhan, masalah,
atau perasaan pasien
dan orang terdekat
untuk meningkatkan
atau
mendukung
koping,
pemecahan
masalah
Coping Enhancement
NIC
Environment
management
( Manajemen lingkungan
)
a. Sediakan lingkungan
yang aman untuk
pasien
b. Memasang side rail
tempat tidur
c. Menganjurkan
keluarga
untuk
menemani pasien
d. Menghindari
lingkungan
yang
berbahaya
bagi
pasien.
DAFTAR PUSTAKA
Astuti, Ratna Kusuma. 2012. Asuhan Keperawatan Pada Sdr. A
Dengan Close Fraktur Femur 1/3 Tengah Sinistra Di Rso Prof.
Dr.
R.
Soeharso
Surakarta.
http://eprints.ums.ac.id/22045/21/NASKAH_PUBLIKASI.pdf.
Diakses pada tanggal 26 Januari 2016.
Budiarto, Eko. 2004. Metodologi Penelitian Kedokteran. Jakarta :
EGC.
Burnner dan Suddarth. 2005. Keperawatan Medikal Bedah Edisi
8. Jakarta : EGC. Dinarti, dkk. 2009. Dokumentasi Keperawatan.
Jakarta : CV Trans Info Media.
Fadliyah, N. 2014. Penatalaksanaan Post Fraktur 1/3 Distal Fibula
Sinistra Dengan Pemasangan Wire Di Rsud Sukoharjo.
http://eprints.ums.ac.id/30916/2/BAB_I.pdf. Diakses pada
tanggal 26 Januari 2016.
Hariawan, Hamdan. 2013. Asuhan Keperawatan Fraktur. http://hamdanhariawan-fkp13.web.unair.ac.id/artikel_detail-88417-Askep Konsep % 20
Fraktur .html. Diakses pada tanggal 04 Februari 2016.
Helmi, Zairin Noor. 2011. Buku Ajar Gangguan Muskuloskeletal.
Jakarta : Salemba Medika.
Lukman dan Nurna Ningsih. 2012. Asuhan Keperawatan Pada
Klien Dengan Gangguan Sistem Muskuloskeletal. Jakarta :
Salemba Medika.
Nurarif, Amin Huda dan Hardi Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan
Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda NICNOC. Yogyakarta : Mediaction Jogja.
Potter, Patricia A., Anne Griffin Perry. 2006. Buku
Fundamental Keperawatan Volume 2. Jakarta : EGC
Ajar
Dr.
M.
Djamil
Padang.
http://jurnal.fk.unand.ac.id/index.php/jka/article/viewFile/283
/270. Diakses pada tanggal 28 Januari 2016.
Rizal, Ahmad., dkk. 2014. Penatalaksanaan Orthopedi Terkini
Untuk Dokter Layanan Primer. Jakarta : Mitra Wacana Media.
Smeltzer dan Bare. 2008. Buku ajar keperawatan medikal bedah
Vol.3. Jakarta : EGC.
Sugiyono, dkk. 2012. Memahami Penelitian Kulitatif. Bandung :
Alfabeta.