Latar Belakang
Mangga (Mangifera indica L.) merupakan tanaman buah tahunan berupa
pohon yang berasal dari negara India.Tanaman ini kemudian menyebar ke wilayah
Asia Tenggara termasuk Malaysia dan Indonesia.Jenis yang banyak ditanam di
Indonesia Mangifera indicaL. yaitu mangga arumanis, golek, gedong, manalagi
dan cengkir dan mangifera foetida yaitu kemang dan kweni.Masing-masing jenis
mangga memiliki kekhasan baik dari aroma, daging atau tekstur buah serta
rasa.Permintaan beragam jenis buah mangga dipasaran cukup tinggi, sehingga
budidaya
buah
mangga
masih
memiliki
prospek
yang
cerah
untuk
TINJAUAN PUSTAKA
Penyambungan (grafting) merupakan kegiatan untuk menggabungkan dua
atau lebih sifat unggul dalam satu tanaman.Untuk memperoleh bibit sambungan
yang bermutu diperlukan batang bawah dan batang atas yang kompatibel dan
dapat
membentuk
bidang
sambungan
yang
sempurna.
Keberhasilan
penyambungan ditentukan oleh banyak faktor, antara lain mutu benih atau bibit
dan entres, ketepatan waktu penyambungan, iklim mikro (naungan), serta
keterampilan
sumber
daya
manusia,
di
samping
pemeliharaan
setelah
tunas (entres), baik itu berupa tunas pucuk atau tunas samping. Penyambungan
batang bawah dan batang atas ini biasanya dilakukan antara dua varietas tanaman
yang masih dalam spesies yang sama. Misalnya penyambungan antar varietas
pada tanaman mangga.Kadang-kadang bisa juga dilakukan penyambungan antara
dua tanaman yang berlainan spesiesnya tetapi masih dalam satu famili. Tanaman
mangga (Mangifera indica) disambung denga tanaman kweni (Mangifera
odorata) (Prastowo,2006).
Sambung sisip sebenarnya bukan teknik baru karena cara ini sebenarnya
hanya memodifikasi teknik sambung mata alias okulasi. Dikatakan modifikasi
karena "step by step" hampir mirip dengan okulasi, namun jika pada teknik
okulasi yang ditempelkan adalah mata tunas, maka pada sambung sisip yang
ditempelkan adalah ranting muda. Jika pada teknik okulasi hanya menempelkan 1
mata tunas saja, maka pada sambung sisip dapat ditempelkan ranting muda
dengan lebih dari 1 mata tunas, bisa 2 mata tunas sekaligus, bahkan lebih. Dengan
demikian, jika mengandung lebih dari 1 mata tunas, maka titik percabangan
rendah dapat direkayasa dari awal, sejak bibit tersebut dibuat, karena bibit dengan
percabangan rendah atau percabangan yang langsung muncul di titik sambungan
akan menghasilkan tanaman yang rendah namun kompak, rimbun, dan dengan
tajuk yang membulat, satu model yang sangat ideal untuk para penghobi tanaman
buah dalam pot maupun untuk penanaman di lahan. Jika penempelan ranting
muda berhasil, pertumbuhan tunas dari ranting muda tersebut juga cenderung
lebih cepat dibanding tunas yang muncul dari penempelan mata pada okulasi,
dengan demikian hal ini menjadi solusi bagi mereka yang menginginkan
pertumbuhan bibit yang lebih cepat bongsor (Prawoto, 2001)
Batang bawah sering juga disebut stock atau rootstock atau bahasa
belandanya onder stam. Ciri dari batang ini adalah batang masih dilengkapi
dengan akar, sedangkan batang atas yang disambungkan sering disebut entris atau
scion.Batang atas dapat berupa potongan batang atau bisa juga cabang pohon
induk, kadang-kadang untuk penyambungan ini memerlukan batang perantara
(Inter-Stock).Agar batang atas dan batang bawah bisa terus merupakan perpaduan
yang kekal, maka sebaiknya dipilih batang atas dan batang bawah yang masih
mempunyai hubungan keluarga dekat.Hal demikian tidak selamanya benar,
klasifikasi botani biasanya hanya berdasarkan sifat-sifat reproduksinya, sedangkan
penyambungan justru yang dipertimbangkan adanya persamaan sifat-sifat
vegetatif tanaman.Selama ini yang digunakan sebagai patokan untuk melakukan
penyambungan adalah berdasarkan sifat botaninya, maka tidak jarang suatu
penyambungan mengalami kegagalan.(Wudianto, 2002).
Beberapa faktor yang sangat mempengaruhi keberhasilan dalam
penyambungan dengan metode sisipyaitu:Faktor tanaman (genetik, kondisi
tumbuh, panjang entris).Faktor lingkungan (ketajaman/kesterilan alat, kondisi
cuaca, kapan waktu pelaksanaan grafting (pagi, siang, sore hari),Faktor
keterampilan orang yang melakukan grafting, Panjang entris berkaitan dengan
kecukupan cadangan makanan/energi untuk pemulihan sel-sel yang rusak akibat
pelukaan (Tambing,2008).
Bahan :
Pelaksanaan Praktikum
1. Disiapkan batang bawah yang pertumbuhannya sehat
2. Dipilih titik penyambungan, kira-kira 15-25 cm diatas pangkal batang
3. Diiris kulit batang dititik penyambungan tersebut memanjang dari atas
kebawah sepanjang 3-5 cm dengan lebar 7-10 mm
4. Dipotong melintang kulit batang pada bagian atas lalu congkel
menggunakan mata pisau kemudian tarik kulit batang perlahan dengan
hati-hati.
5. Dipotong lidah kulit batang tersebut dengan menyisakan kulit batang
sepanjang 1 cm dibagian bawah yang berfungsi sebagai dudukan atau
penyangga entres yang akan ditempelkan ke batang bawah.
6. Disiapkan cabang atau ranting yang cukup muda dengan kulit berwarna
hijau atau hijau keabuan
7. Dipotong semua daun dan sisakan tangkai daun sepanjang kurang lebih
5mm yang berfungsi untuk melindungi mata tunas dibagian ketiak tangkai
daun saat plastik pengikat dililitkan ke titik sambungan.
8. Dipotong cabang atau ranting dengan 1-3 mata tunas, lalu iris sepanjang 2
cm pada bagian pangkalnya
9. Diletakkan batang atas yang telah disayat bagian pangkalnya berhadapan
dengan batang bawah yang telah diiris
10. Ditempelkan batang atas dan batang bawah
11. Dijepit titik sambungan dengan ibu jari tangan
12. Diikat bidang sambungan menggunakan plastik yang tipis namun sangat
lentur dan kuat
13. Diikat mulai dari bawah sekitar 5 mm dibawah sambungan sambil
melingkar menarik plastik kearah atas, menutup rapat seluruhnya
14. Diamati sambung sisip tersebut
Pembahasan
Perbanyakan tanaman digolongkan menjadi dua bagian, yaitu perbanyakan
secara vegetatif dan generatif. Sambung sisip merupakan perbanyakan tanaman
gabungan antara perbanyakan secara generatif (dari persemaian biji) dengan salah
satu bagian vegetatif (cabang/ranting) yang berasal dari tanaman lain yang
disatukan. Tanaman yang telah disambungkan masing-masing mempunyai
keunggulan dari segi kelebatan buah, ukuran besar dan rasa/khasiat serta
ketahanan terhadap hama dan penyakit ( Prastowo, 2006).
8
10
11
DAFTAR PUSTAKA
12