Anda di halaman 1dari 12

KATA PENGANTAR

Puji sukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
rahmat-nya, sehingga praktikum selama ini dapat terlaksanadan laporan tersusun
tepat pada waktunya
Laporan ini terselesaikan atas bantuan dan bimbinan berbagai pihak. Oleh
karena itu, dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih sebanyakbanyaknya kepada Dosen dan Asisten Praktikum yang telah rela meluangkan
waktunya untuk memberikan arahan mulai dari praktikum sampai penulisan
laporan.
Laporan ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu saran dan keritik
yang bersifat membangun sangat diharapkan, semoga laporan ini ada manfaatnya.
Terima kasih.

Medan, 10 Oktober 2016

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................ii
PENDAHULUAN...........................................................................1
Latar Belakang.............................................................................................1
Tujuan Praktikum.........................................................................................2
TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................................3
BAHAN DAN METODE...................................................................................5
Tempat dan Waktu Pelaksanaan...................................................................5
Bahan dan Alat.............................................................................................5
Metode..........................................................................................................5
HASIL DAN PEMBAHASAN..........................................................................7
Hasil..............................................................................................................7
Pembahasan..................................................................................................7
KESIMPULAN......................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................10

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Salah satu yang penting pada organisme hidup adalah kemampuannya
untuk melakukan reproduksi dan dengan demikian dapat melestarikan jenisnya.
Pada organisme yang berbiak secara individu baru adalah hasil kombinasi
informasi genesis yang di sumbangkan oleh 2 gametyang berbeda yang berasal
dari keduan parentalnya( Crawder 1990).
Dari hokum mendel I yang di kenal dengan the law of segretation of allelic
genes atau hokum pemisahan gen yang sealel dinyatakan bahwa dalam
pembentukan gamet, pasangan alel akan memisah secara bebas. Peristiwa
pemisahan ini terlihat ketika pembentukan gamet individu yang memiliki genotif
heterezigot sehingga tiap gamet mengandung satu ale tersebut (Jhonson 1983).
Dalam hal itu disebut hokum segresi yang berdasarkan percobaan
persilangan dengan satu sifat beda akan menghasilkan perbandingan fenotipe 12
yaitu ekspresi gen dominan : resesif > 3:1. Namun kadang-kadang individu hasil
perkawinan tidak didominasi olleh salah satu induknya. Denga kata lain, sifat
dominasi tidak muncul secara penuh (Goodenough 1988).
Dalam mebicarakan satu sifat tertentu , kita harusnya menggambarkan
pasangan kromosom denga yang bersangkutan saja tetapi bukan berarti bahwa
pasangan kromosom-kromosom dan gen-gen yang lain tidak ada dalam sel itu.
Ada sifat yang di sebut dominan , yaitu apabila kehadiran gen yang menguasai

sifat ini menguasai ekspresi gen yang lainnya yaitu resesif, sehingga sifat yang
terakhir ini tidak tampak. (Yatim 1983).
Dalam hukum Mendel II atau dikenal dengan the law of independent
assortnun of genes atau hokum pengelompokan genes. Secara bebas dinyatakan
bahwa selama pembentukan gamet gen-gen sealel akan memisah secara bebas dan
mengelompokkan dengan gen lain yang bukan alelnya. Pembuktian hokum ini
dipakai pada dihibrid atau polihibrid yaitu persilangan dari 2 individu yang
memilki satu atau lebih karakter yang berbeda (Corebima 1997).
Dihibrid adalah monohybrid denga satu sifat beda dan dihibrid adalah
hybrid dengan 2 sifat beda. Fenotife adalah penampakan atau perbedaan dari suatu
sifat suatu individu tergantung dari susunan genotifnya yang dinayatakan dengan
kata-kata. Genotife adalah susunan konstitusi genetic dari suatau individu yang
ada, hubungannya denga fenotif biasanya dinyatakan dengan symbol. Oleh karena
itu bersifat dploid maka genotife dinyatakan denga huruf dobel misalnya AA Aa
aa AA BB dan sebagainya (Yatim 1983).

Tujuan Praktikum
1.
2.
3.
4.

Menentukan gen yang dominan.


Menentukan genotipe-fenotipe individu dari induk sampai dengan F2.
Menentukan diagram persilangan.
Membuktikan adanya rasio 9:3:3:3:1.

TINJAUAN PUSTAKA

Dihibrid merupakan bagian dari hokum Mendel II yaitu pengelompokan


gen secara bebas (Independent Assornut of Genes). Hukum iniberlaku ketika
pembentukan gamet dimana gen sealel secara bebas pergi ke masing-masing
kutub ketika miosis. Pembuktian hokum ini dipakai pada dihibrid dan polihibrid
yakni persilangan dari individu yang memilki 2 atau lebihkarakter berbeda.
Disebut juga hokum asortasi (Yatim 1983).
Dua sifat beda yang dipelajari Mendelyaitu bentuk dan warna kapri pada
penelitaian terdahulu diketahui biji bulat (W) domina terhadap bijj berkerut (w)
menghasilkan nisbah 3:1. Persilangan kapri dihibrid berbiji kunig bulat dan
berbiji hijau berkerut menghasilkan nisbah fenotipe 9:3:3:1. Nisbah genotype
dapat diperoleh dengan menjumlahkan genotype genotype yangsama diantara 16
genotipeyang terlihat dealam segitiga panet (Crowder 1999).
Prinsip segregasi berlaku untuk kromosom homolog. Pasangan kromosom
homolog yang berbeda mengatur sendiri pada khatulistiwa metaphase 1 denga
cara bebas dan tetap selam miosis. Sebagai akibatnya gen-gen yang terletak pada
kromosom homolog dengan kata lain gen yang tidak terlihat terpaut mengalami
pemilihan bebas secara meosis (Goounogh 1984).
Mendel memperoleh hasil yang tetap sama dan tidak berubah-ubah pada
pengulangan dengan cara penyilangan denga kombinasi sifat yang berbeda.
Pengamatan ini menghasilkan formulasi hokum Mendel II. Yaitu hokum
pemilihan acak pada keturunannya (Pai 1992).
Dihibrida membentutuk empat gamet yang secara genetic denga frekuensi
yang kira-kira sama. Karena orientasi secara acak dari pasangan kromosom no
homolog pada piringan metaphase miosis pertama. Bila dua dihibrid disilangkan
akan dihasilkan empat macam gamet dalam frekuensi yang sama baik sama jantan
maupun betina (Stanfield 1991).

Mendel melakukan ini dan memanen 315 ercisbulat kuning, 101 keriput
kuning, 108 bulat hijau, dan 32 keriput hijau. Cirri khas karya Mendel yang
cermat ialah bahwa ia selalu menanam simulasi ercis ini dan membuktikan adanya
genotype terpisah diantara setaip ercis denga kombinasi baru. Cirri-ciri nya hanya
32 keriput hijau yang merupakan genotype tunggal. Hasil-hasil ini membuat
Mendel mendirikan hiposesinulz yang terakhir (hokum Mendel II) (Kimball
1993).

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu Pelaksanaan


Praktikum ini dilaksanakan pada hari Jumat 14 Oktober 2016 pada pukul
08.30-10.00 WIB di Laboratorium dan Kebun Percobaan Universitas
Pembangunan Panca Budi Medan.
Bahan dan Alat
Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah 4 gelas
mineral/wadah dan kancing gen 4 warna.
Alat-alat yang di gunakan adalah alat tulia dan buku data.
Metode Percobaan
1. Menyiapkan kancing gen sebanya 100 biji kancing yang tediri dari:
25 kuning jantan ( wadah 1 )
25 hijau jantan ( wadah 2 )
25 merah betina ( wadah 3 )
25 hitam betina ( wadah 4 )
2. Memasangkan masing-masing kancing sesuai dengan ketentuan; T=
kuning, t= merah, H= hijau, dan h= hitam.
3. Masukan masing-masing kedalam wadah dan acak.
4. Menganbil secara acak sepasang diambil dari wadah 1 dan wadah 3.
Dan sepasang lagi diambil dari wadah 2 dan 4.
5. Meletakkan 2 pasang yang terpilih kemudian diberi nama sesuai
dengan kebutuhan.
6. Mencatat hasil persilangan ke dalam tabel dari yang sudah diambil.
7. Menghitung perbandingan genotipe dan fenotipenya

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil
Kuning-Hijau
P

Merah-Hitam

TTHH

tthh

(Tinggi-Tahan)
F1

(Pendek-Rentan)

TtHh
(Tinggi-Tahan)

F2

TtHh

TtHh

TH

Th

tH

th

TH

TTHH

TTHh

TtHH

TtHh

Th

TTHh

TThh

TtHh

Tthh

Th

TtHH

TtHh

ttHH

ttHh

Th

TtHh

Tthh

ttHh

tthh

Rasio fenotipe F2:


T_H_= Tinggi-Tahan= 9 ; 1,2,3,4,5,7,9,10,13
T_h_= Tinggi-Rentan= 3; 6,8,14
t_H_= Pendek-Tahan= 3 ; 11,12,15
t_h_= Pendek_Rentan= 1 ; 16
Warna Kancing

Sifat

Jumlah

Kuning-Hijau

Tinggi-Tahan

Kuning-Hitam

Tinggi-Rentan

Merah-Hijau

Pendek-Tahan

Merah-Hitam

Pendek-Rentan

Kuning-Merah

Tinggi-Pendek

Kuning-Kuning

Tinggi-Tinggi

Hitam-Hitam

Rentan-Rentan

Hijau-Hijau

Tahan-Tahan

Rasio fenotipe F2= 6:4:12:8:9:2:6:3

Pembahasan
Menurut Goodenough (1984). Mendel memperoleh hasil yang tetap sama
dan tidak berubah-ubah pada pengulangan dengan cara penyilangan dengan
kombinasi sifat yang berbeda. Prinsip segregasi berlaku untuk kromosom
homolog. Pasangan-pasangan kromosom homolog yang berbeda mengatur sendiri
pada khatulistiwa metafase I dengan cara bebas dan tetap bebas selama meiosis.
Individu-individu demikian disebut dihibrida atau hibrida dengan 2 sifat beda.
Melakukan percobaan, harus diketahui cara pewarisan sifat. Dua pasang
yang diawasi oleh pasangan gen yang terletak pada kromosom yang berlainan.
Sebagai contoh Mendel melakukan percobaan dengan menanam kacang ercis
yang memiliki dua sifat beda. Mula-mula tanaman galur murni yang memiliki biji
bulat berwarna kuning disilangkan dengan tanaman galur murni yang memiliki
biji keriput berwarna hijau, maka F1 seluruhnya berupa tanaman yang berbiji
bulat berwarna kuning.
Dihibrida menurut membentuk empat gamet yang secara genetic berbeda
dengan frekuensi yang kira-kira sama karena orientasi secara acak dari pasangan
kromosom nonhomolog pada piringan metafase meiosis pertama. Rasio fenotipe
klasik yang dihasilkan dari perkawinan genotipe dihibrida adalah 9:3:3:1. Rasio
ini diperoleh bila alel-alel pada kedua lokus memperlihatkan hubungan dominan
dan resesif .
Uji silang tanaman dihibrida menghasilkan nisbah 1:1:1:1;. Makin banyak
jumlah gen (pasangan alele) makin banyak jumlah kelas fenotipe dan genotipe
pada F2. Metode garis cabang dalam analisa genetik menyederhanakan penentuan

kelas-kelas fenotipe dan genotipe.dan kemungkinan yang terjadi jika dalam


percobaan tidak menunjukkan hasil seperti tersebut, berarti mempunyai sifat
epistasif .Faktor (alel) yang mengatur karakter yang berbeda(dua atau lebih sifat
yang dikenal) memisah secara bebas ketika terbentuk gamet.

KESIMPULAN

1. Setelah di lakukan percobaan maka diketahui gen dominan adalah hijau


putih tipis pendek dan hitam putih lebat pendek.
2. Genotif lebat pendek : 18. Lebat panjang 4/30 . Tipis pendek : 7. Tipis
panjang 1.
3. Kemungkinan lebat panjang di dapat dari 30 hasil persilangan adalah 4/30.

DAFTAR PUSTAKA

Corebima, 1997. Genetika. UGM Press: Yogyakarta


Crowder, 1998. Biologi I. Erlangga: Jakarta
Goodneogh, 19988. Dasar Genetika. UGM Press: Jakarta
Jhonson, 1998. Genetika Dasar Jurusan Biologi. UGM: Yogyakarta
Kimball,1983. Keanekaragaman Genetika. UGM: Yogyakarta
Pai, 1992.Genetika Tumbuhan.Bina Aksara: Jakarta
Stanfield,1991.Genetika diterjemahkan oleh Sumarsono. Gajah
University Press. Yogyakarta.
Yatim, W.,1983. Biologi Erlangga: Bandung

10

Mada

Anda mungkin juga menyukai