Anda di halaman 1dari 11

Pencemaran Laut

Pencemaran laut didefinisikan sebagai peristiwa masuknya partikel kimia, limbah


industri, pertanian dan perumahan, kebisingan, atau penyebaran organisme invasif (asing) ke
dalam laut, yang berpotensi memberi efek berbahaya.
Dalam sebuah kasus pencemaran, banyak bahan kimia yang berbahaya berbentuk
partikel kecil yang kemudian diambil oleh plankton dan binatang dasar, yang sebagian besar
adalah pengurai ataupun filter feeder (menyaring air). Dengan cara ini, racun yang
terkonsentrasi dalam laut masuk ke dalam rantai makanan, semakin panjang rantai yang
terkontaminasi, kemungkinan semakin besar pula kadar racun yang tersimpan. Pada banyak
kasus lainnya, banyak dari partikel kimiawi ini bereaksi dengan oksigen, menyebabkan perairan
menjadi anoxic. Sebagian besar sumber pencemaran laut berasal dari daratan, baik tertiup
angin, terhanyut maupun melalui tumpahan.

Penyebab Pencemaran Laut


1. Pencemaran oleh minyak
Saat ini industri minyak dunia telah berkembang pesat, sehingga kecelakaan
kecelakaan yang mengakibatkan tercecernya minyak dilautan hampirtidak bias dielakkan.Kapal
tanker mengangkut minyak mentah dalam jumlah besar tiap tahun. Apabila terjadi pencemaran
miyak dilautan, ini akan mengakibatkan minyak mengapung diatas permukaan laut yang
akhirnya terbawa arus dan terbawa ke pantai.
Contoh kecelakaan kapal yang pernah terjadi :

a) Torrey canyon dilepas pantai Inggris 1967mengakibatkan 100.000 burung mati


b) Showa maru di selat Malaka pada tahun 1975
c) Amoco Cadiz di lepas pantai Perancis 1978
Pencemaran minyak mempunyai pengaruh luas terhadap hewan dan tumbuh tumbuhan yang
hidup disuatu daerah. Minyak yang mengapung berbahaya bagi kehidupan burung laut yang
suka berenang diatas permukaan air. Tubuh burung akan tertutup minyak. Untuk
membersihkannya, mereka menjilatinya. Akibatnya mereka banyak minum minyak dan
mencemari diri sendiri. Selain itu, mangrove dan daerah air payau juga rusak. Mikroorganisme
yang terkena pencemaran akan segera menghancurkan ikatan organik minyak, sehingga

banyak daerah pantai yang terkena ceceran minyak secara berat telah bersih kembali hanya
dalam waktu 1 atau 2 tahun.

2. Pencemaran oleh logam berat


Logam berat ialah benda padat atau cair yang mempunyai berat 5 gram atau lebih
untuk setiap cm3, sedangkan logam yang beratnya kurang dari 5 gram adalah logam ringan.
Logam berat, seperti merkuri (Hg), timbal (Pb), arsenik (As), kadmium (Cd), kromium (Cr),
seng (Zn), dan nikel (Ni), merupakan salah satu bentuk materi anorganik yang sering
menimbulkan berbagai permasalahan yang cukup serius pada perairan. Penyebab terjadinya
pencemaran logam berat pada perairan biasanya berasal dari masukan air yang terkontaminasi
oleh limbah buangan industri dan pertambangan.
Jenis-Jenis Industri Pembuang Limbah yang Mengandung Logam Berat :
Kertas

: Cr, Cu, Hg, Pb, Ni, Zn

Petro-chemical

: Cd, Cr, Hg, Pb, Sn, Zn

Pengelantang

: Cd, Cr, Hg, Pb, Sn, Zn

Pupuk

: Cd, Cr, Cu, Hg, Pb, Ni, Zn

Kilang minyak

: Cd, Cr, Cu, Pb, Ni, Zn

Baja

: Cd, Cr, Cu, Hg, Pb, Ni, Sn, Zn

Logam bukan besi

: Cr, Cu, Hg, Pb, Zn

Kendaraan bermotor : Cd, Cr, Cu, Hg, Pb, Sn, Zn


Semen, keramik

: Cr

Tekstil

: Cr

Industri kulit

: Cr

Pembangkit listrik tenaga uap : Cr, Zn


Logam berat memiliki densitas yang lebih dari 5 gram/cm 3 dan logam berat bersifat
tahan urai. Sifat tahan urai inilah yang menyebabkan logam berat semakin terakumulasi di
dalam perairan. Logam berat yang berada di dalam air dapat masuk ke dalam tubuh manusia,
baik secara langsung maupun tidak langsung. Logam berat di dalam air dapat masuk secara
langsung ke dalam tubuh manusia apabila air yang mengandung logam berat diminum,
sedangkan secara tidak langsung apabila memakan bahan makanan yang berasal dari air
tersebut. Di dalam tubuh manusia, logam berat juga dapat terakumulasi dan menimbulkan
berbagai bahaya terhadap kesehatan.

A. Contoh kasus pencemaran akibat logam berat di Indonesia

Teluk Buyat, terletak di Kabupaten Minahasa, Sulawesi Utara, adalah lokasi


pembuangan limbah tailing (lumpur sisa penghancuran batu tambang) milik PT. Newmont
Minahasa Raya (NMR). Sejak tahun 1996, perusahaan asal Denver, AS, tersebut membuang
sebanyak 2.000 ton limbah tailing ke dasar perairan Teluk Buyat setiap harinya. Sejumlah ikan
ditemui memiliki benjolan semacam tumor dan mengandung cairan kental berwarna hitam dan
lendir berwarna kuning keemasan. Fenomena serupa ditemukan pula pada sejumlah penduduk
Buyat, dimana mereka memiliki benjol-benjol di leher, payudara, betis, pergelangan, pantat dan
kepala.

B. Contoh kasus pencemaran akibat logam berat di Jepang


Kasus minamata yang terjadi dari tahun 1953 sampai 1975 telah menyebabkan ribuan
orang meninggal dunia akibat pencemaran mercury di Teluk Minamata Jepang. Industri Kimia
Chisso menggunakan mercury khlorida (HgCl2) sebagai katalisator dalam memproduksi
acetaldehyde sintesis di mana setiap memproduksi satu ton acetaldehyde menghasilkan limbah
antara 30-100 gr mercury dalam bentuk methyl mercury (CH3Hg) yang dibuang ke laut Teluk
Minamata.
Methyl mercury ini masuk ke dalam tubuh organisme laut baik secara langsung dari air
maupun mengikuti rantai makanan. Kemudian mencapai konsentrasi yang tinggi pada daging
kerang-kerangan, crustacea dan ikan yang merupakan konsumsi sehari-hari bagi masyarakat
Minamata. Konsentrasi atau kandungan mercury dalam rambut beberapa pasien di rumah sakit
Minamata mencapai lebih 500 ppm. Masyarakat Minamata yang mengonsumsi makanan laut
yang tercemar tersebut dalam jumlah banyak telah terserang penyakit syaraf, lumpuh,
kehilangan indera perasa dan bahkan banyak yang meninggal dunia.

3. Pencemaran oleh sampah


Plastik telah menjadi masalah global. Sampah plastik yang dibuang, terapung dan
terendap di lautan. 80% (delapan puluh persen) dari sampah di laut adalah plastik, sebuah
komponen yang telah dengan cepat terakumulasi sejak akhir Perang Dunia II. Massa plastik di
lautan diperkirakan yang menumpuk hingga seratus juta metrik ton.
Plastik dan turunan lain dari limbah plastik yang terdapat di laut berbahaya untuk satwa
liar dan perikanan. Organisme perairan dapat terancam akibat terbelit, sesak napas, maupun
termakan.
Jaring ikan yang terbuat dari bahan plastik, kadang dibiarkan atau hilang di laut. Jaring
ini dikenal sebagai hantu jala sangat membahayakan lumba-lumba, penyu, hiu, dugong,

burung laut, kepiting, dan makhluk lainnya. Plastik yang membelit membatasi gerakan,
menyebabkan luka dan infeksi, dan menghalangi hewan yang perlu untuk kembali ke
permukaan untuk bernapas.
Sampah yang mengandung kotoran minyak juga dibuang kelaut melalui sistem daerah
aliran sungai (DAS). Sampah-sampah ini kemungkinan mengandung logam berat dengan
konsentrasi yang tinggi. Tetapi umumnya mereka kaya akan bahan-bahan organik, sehingga
akan memperkaya kandungan zat-zat makanan pada suatu daerah yang tercemar yang
membuat kondisi lingkungan menjadi lebih baik bagi pertumbuhan mikroorganisme.
Aktifitas pernafasan dari organisme ini membuat makin menipisnya kandungan oksigen
khususnya pada daerah estuarin. Hal tersebut akan berpengaruh besar pada kehidupan
tumbuh-tumbuhan dan hewan yang hidup di daerah tersebut. Pada keadaan yang paling
ekstrim, jumlah spesies yang ada didaerah itu akan berkurang secara drastis dan dapat
mengakibatkan bagian dasar dari estuarin kehabisan oksigen. Sehingga mikrofauna yang dapat
hidup disitu hanya dari golongan cacing saja. Jenis-jenis sampah kebanyakan termasuk
golongan yang mudah hancur dengan cepat, sehingga pencemaran yang disebabkannya tidak
merupakan suatu masalah besar diperairan terbuka.

4. Pencemaran oleh pestisida


Kerusakan yang disebabkan oleh pestisida adalah bersifat akumulatif. Mereka sengaja
ditebarkan ke dalam suatu lingkungan dengan tujuan untuk mengontrol hama tanaman atau
organism-organisme lain yang tidak diinginkan. Idealnya pestisida ini harus mempunyai
spesifikasi yang tinggi yaitu dapat membunuh organism-organisme yang tidak dikehendaki
tanpa merusak hewan lainnya, tetapi pada kenyataannya pestisida bisa membunuh biota air
yang ada di laut.
Beberapa pestisida yang dipakai kebanyakan berasal dari suatu grup bahan kimia yang
disebut Organochloride. DDT termasuk dalam grup ini. Pestisida jenis ini termasuk golongan
yang mempunyai ikatan molekul yang sangat kuat dimana molekul-molekul ini kemungkinan
dapat bertahan di alam sampai beberapa tahun sejak mereka mulai dipergunakan. Hal itu
sangat berbahaya karena dengan digunakannya golongan ini secara terus menerus akan
membuat mereka menumpuk di lingkungan dan akhirnya mencapai suatu tingkatan yang tidak
dapat ditolerir lagi dan berbahaya bagi organism yang hidup didaerah tersebut.
Hewan biasanya menyimpan organochloride di dalam tubuh mereka. Beberapa
organisme air termasuk ikan dan udang ternyata menumpuk bahan kimia didalam jaringan
tubuhnya.

Ketika pestisida masuk ke dalam ekosistem laut, mereka segera diserap ke dalam jaring
makanan di laut. Dalam jarring makanan, pestisida ini dapat menyebabkan mutasi, serta
penyakit, yang dapat berbahaya bagi hewan laut , seluruh penyusun rantai makanan termasuk
manusia.

5. Pencemaran akibat proses Eutrofikasi


Peristiwa Eutrofikasi adalah kejadian peningkatan/pengkayaan nutrisi, biasanya
senyawa yang mengandung nitrogen atau fosfor, dalam ekosistem. Hal ini dapat
mengakibatkan peningkatan produktivitas primer (ditandai peningkatan pertumbuhan tanaman
yang berlebihan dan cenderung cepat membusuk). Efek lebih lanjut termasuk penurunan kadar
oksigen, penurunan kualitas air, serta tentunya menganggu kestabilan populasi organisme lain.
Muara merupakan wilayah yang paling rentan mengalami eutrofikasi karena nutrisi yang
diturunkan dari tanah akan terkonsentrasi. Nutrisi ini kemudian dibawa oleh air hujan masuk ke
lingkungan laut , dan cendrung menumpuk di muara.
The World Resources Institute telah mengidentifikasi 375 hipoksia (kekurangan oksigen)
wilayah pesisir di seluruh dunia. Laporan ini menyebutkan kejadian ini terkonsentrasi di wilayah
pesisir di Eropa Barat, Timur dan pantai Selatan Amerika Serikat, dan Asia Timur, terutama di
Jepang. Salah satu contohnya adalah meningkatnya alga merah (red tide) secara signifikan
yang membunuh ikan dan mamalia laut serta menyebabkan masalah pernapasan pada
manusia dan beberapa hewan domestik. Umumnya terjadi saat organisme mendekati ke arah
pantai.

6. Pencemaran akibat peningkatan keasaman


Dewasa ini sangat banyak kegiatan manusia yang menyebabkan polusi udara, tanah
dan air, yang disebabkan oleh limbah pabrik, industri, asap kendaraan, dan banyak lagi. Salah
satu contoh adalah semakin banyak karbon dioksida memasuki atmosfer bumi, maka
karbondioksida yang kita hasilkan sehari-hari dapat menyebabkan hujan asam dan juga
meningkatkan kadar keasaman laut menjadi lebih asam. Potensi peningkatan keasaman laut
dapat mempengaruhi kemampuan karang dan hewan bercangkang lainnya untuk membentuk
cangkang atau rangka. Perubahan iklim juga akan berdampak buruk pada ekosistem di lautan .
Jika air laut semakin memanas, maka akan terjadi peningkatan keasaman laut, dan terumbu
karang adalah yang paling rentan menghadapi peningkatan keasaman ini .
Menurut Dr. Nerilie Abrahams dari Universitas Nasional Australia, terumbu karang
seperti sedang mencatat kematiannya sendiri. Jumlah Karbon Dioksida yang dipompakan ke
atmosfer sebetulnya mengubah keasaman laut, dan membuat lebih asam lagi. Bahayanya

adalah tentu saja seluruh terumbu karang akan hancur dan larut karena asam tadi. Persoalan
perubahan suhu maupun berbagai perubahan lain yang dialami lautan sebetulnya bukanlah
sesuatu yang luar biasa. Di masa lalu hal ini sudah barangkali terjadi, nemun perbedaannya
adalah saat ini perubahan suhu tersebut dipicu oleh campur tangan manusia, jadi bukan karena
sebab alami

7. Pencemaran akibat polusi kebisingan


Kehidupan laut dapat rentan terhadap pencemaran kebisingan atau suara dari sumber
seperti kapal yang lewat, survei seismik eksplorasi minyak, dan frekuensi sonar angkatan laut.
Perjalanan suara lebih cepat di laut daripada di udara. Hewan laut, seperti paus, cenderung
memiliki penglihatan lemah, dan hidup di dunia yang sebagian besar ditentukan oleh informasi
akustik. Hal ini berlaku juga untuk banyak ikan laut yang hidup lebih dalam di dunia kegelapan.
Dilaporkan bahwa antara tahun 1950 dan 1975, ambien kebisingan di laut naik sekitar sepuluh
desibel (telah meningkat sepuluh kali lipat).
Sumber suara di laut antara lain :

1. Sumber alami
Suara di laut yang timbul akibat proses alami terbagi dalam dua yaitu proses fisika serta
proses biologi. Proses fisika ini antara lain : aktivitas tektonik, gunung api dan gempa bumi,
angin, gelombang. Sedangkan contoh dari aktivitas biologis misalnya suara dari mamalia laut
dan ikan.

2. Lalu lintas kapal


Banyak dari kapal-kapal yang beroperasi di laut menimbulkan kebisingan yang
berpengaruh pada ekosistem laut dan umumnya berada pada batasan suara 1000Hz. Kapalkapal Tanker Besar yang beroperasi mengangkut minyak biasanya mengeluarkan suara dengan
level 190 desibel atau sekitar 500Hz. Sedangkan untuk ukuran kapal yang lebih kecil biasanya
hanya menimbulkan gelombang suara sekitar160-170 desibel. Kapal-kapal ini menimbulkan
sejenis tembok virtual yang disebut white noise yang memiliki kebisingan konstan. White noise
dapat menghalangi komunikasi antara mamalia di laut sampai batas untuk area yang lebih kecil.
Selain kapal Tanker juga Kapal-kapal besar lainnya sejenis Cargo yang membawa petikemas
memiliki kebisingan yang cukup menimbulkan pencemaran suara di laut.

3. Eksplorasi dan Ekspoitasi Gas dan Minyak


Kegiatan eksplorasi dan ekspoitasi gas dan minyak banyak menggunakan survei
seismik, pembangunan anjungan minyak/rig, pengeboran minyak, dll. Kebanyakan dari survei
seismik saat ini menggunakan airguns sebagai sumber suara, alat ini merupakan alat berisi
udara yang memproduksi sinyal akustik dengan cepat mengeluarkan udara terkompresi ke

dalam kolom air. Metoda tersebut dapat menciptakan suara dengan intensitas sampai dengan
255 desibel. Pengaruhnya terhadap hewan lainnya juga dapat menimbulkan kerusakan
pendengaran akibat dari tekanan air yang ditimbulkan. Seperti layaknya penggunaan dinamit,
airguns juga berpengaruh terhadap pendengaran manusia secara langsung. Pulsa sinyal
akustik ini dapat menimbulkan konflik terhadap mamalia laut, seperti misalnya paus jenis
mysticete, sperm, dan beaked yang menggunakan frekuensi suara yang rendah.
Begitu juga dalam aktivitas pembangunan rig dan pengeboran minyak dimana dalam
operasionalnya setiap hari banyak menghasilkan suara serta menimbulkan kebisingan yang
beresiko bagi mamalia laut.

4. Penelitian Oseanografi dan Perikanan


Pernah diadakan survei dengan menggunakan Acoustic Thermography of Ocean
Climate (ATOC) dimana digunakan kanal suara untuk memperlihatkan rata-rata temperatur laut.
Sistem ini digunakan untuk penelitian mengenai faktor temperatur laut. Akibatnya terhadap
hewan-hewan di laut terbukti bahwa mereka bergerak menjauh (terutama Paus jenis tertentu)
namun selang beberapa saat mereka kembali untuk mencari makanan. Deruman dari Speaker
yang dipasang berkekuatan 220 desibel tepat di sumbernya, dan terdeteksi sampai dengan
11000 mil jauhnya.
Dari penyebab diatas terdapat juga penyebab lainnya yang tidak disebutkan di sini,
salah satunya adalah kegiatan perikanan para nelayan yang menggunakan peledak atau pukat
harimau yang tidak hanya menimbulkan polusi suara namun juga merusak secara langsung
ekosistem di laut itu sendiri.

5. Kegiatan militer
Ada beberapa aktivitas yang dilakukan militer yang menghasilkan sumber suara yang
menimbulkan kebisingan di laut. Salah satu contohnya yaitu aktivitas kapal naval milik US.Army
yang menggunakan sonar aktif ketika berlatih dan dalam aktivitas rutin. Angkatan Laut Amerika
(NAVY) pernah mengembangkan suatu sistem yang dinamakan Low Frequency Active Sonnars
(LFA) untuk keperluan militernya. Dalam penggunaannya, terbukti bahwa terdapat beberapa
efek negatif terhadap kehidupan dan perilaku mamalia di lautan. Terhadap ikan paus efek
tersebut ternyata mengganggu jalur migrasi dan untuk jenis ikan paus biru dan ikan paus sirip
adalah terhentinya proses komunikasi satu sama lain. Bahkan setelah melalui beberapa
penelitian, maka pengunaan LFA tersebut juga berpengaruh terhadap kesehatan manusia.
Beberapa penyelam NAVY yang menerima transmisi dari sekitar 160 desibel akibat sistem
tersebut terbukti terkena gangguan seperti vertigo, gangguan terhadap gerakan tubuh serta
gangguan di daerah perut dan dada.

Bukti-bukti lainnya dari pengaruh akibat sonar yang dihasilkan ini di sebutkan oleh Vonk
and Martin (1989), Simmonds and Lopez-Jurado (1991), Frantzis (1998) dan Frantzis and
Cebrian (1999) mereka menganggap bunyi keras yang ditimbulkan oleh aktifitas militer ini telah
menyebabkan terdamparnya paus jenis beaked di Pulau Canary dan Laut Ionia. Selain itu paus
jenis sperm mengalami perubahan kelakuan dalam vokalisasi dalam merespons sonar ini.
Pendamparan lainnya terjadi pada bulan maret 2000 di Bahama, 17 mamalia
laut( termasuk 2 spesies paus jenis beaked dan minke). Pendamparan ini terjadi akibat latihan
militer Amerika yang menggunakan sonar.

2.3 Dampak pencemaran laut


2.3.1 Logam berat
WHO (World Health Organization) atau Organisasi Kesehatan Dunia dan FAO (Food
Agriculture Organization) atau Organisasi Pangan Dunia merekomendasikan untuk tidak
mengonsumsi makanan laut (seafood) yang tercemar logam berat. Logam berat telah lama
dikenal sebagai suatu elemen yang mempunyai daya racun yang sangat potensil dan memiliki
kemampuan

terakumulasi

dalam

organ tubuh manusia.

Bahkan

tidak

sedikit

yang

menyebabkan kematian.
Bahaya yang Dapat Ditimbulkan oleh Logam Berat di dalam Tubuh Manusia : Barium
(Ba): Dalam bentuk serbuk, mudah terbakar pada temperatur ruang. Jangka panjang,
menyebabkan naiknya tekanan darah dan terganggunya sistem syaraf.

Cadmium (Cd): Dalam bentuk serbuk mudah terbakar. Beracun jika terhirup dari udara

atau uap. Dapat menyebabkan kanker. Larutan dari kadmium sangat beracun. Jangka panjang,
terakumulasi di hati, pankreas, ginjal dan tiroid, dicurigai dapat menyebabkan hipertensi

Kromium (Cr): Kromium hexavalen bersifat karsinogenik dan korosif pada jaringan

tubuh. Jangka panjang, peningkatan sensitivitas kulit dan kerusakan pada ginjal

Timbal (Pb): Beracun jika termakan atau terhirup dari udara atau uap. Jangka panjang,

menyebabkan kerusakan otak dan ginjal; kelainan pada kelahiran

Raksa (Hg): Sangat beracun jika terserap oleh kulit atau terhirup dari uap. Jangka

panjang, beracun pada sistem syaraf pusat, dapat menyebabkan kelainan pada kelahiran.

Perak (Ag): Beracun. Jangka panjang, pelunturan abu-abu permanen pada kulit, mata

dan membran mukosa (mucus)


2.3.2 Tumpahan minyak

Minyak yang mengapung berbahaya bagi kehidupan burung laut yang suka berenang
diatas permukaan air. Tubuh burung akan tertutup minyak. Untuk membersihkannya, mereka
menjilatinya. Akibatnya mereka banyak minum minyak dan mencemari diri sendiri serta dapat
menyebabkan keracunan pada burung tersebut.
2.3.3 Sampah
Banyak hewan yang hidup pada atau di laut mengonsumsi plastik karena tak jarang
plastik yang terdapat di laut akan tampak seperti makanan bagi hewan laut. Plastik tidak dapat
dicerna dan akan terus berada pada organ pencernaan hewan ini, sehingga menyumbat
saluran pencernaan dan menyebabkan kematian melalui kelaparan atau infeksi. Selain
berpengaruh terhadap kesehatan biota laut, adanya sampah dilaut juga nerpengaruh terhadap
kesehatan manusia. Penyakit yang paling sederhana seperti gatal-gatal pada kulit setelah
bersentuhan dengan air laut, dll.

2.3.4 Pestisida
Pengaruh pestisida terhadap kehidupan organisme air :

Penumpukan pestisida dalam jaringan tubuh, bersifat racun dan dapat mempengaruhi
system syaraf pusat.
Bahan aktifnya selain bisa membunuh organism perairan (ikan) juga dapat merubah
tingkah laku ikan dan menghambat perkembangan telur moluska dan juga ikan.
Daya racun berkisar dari rendah-tinggi. Moluska cenderung lebih toleran terhadap racun
pestisida dibandingkan dengan Crustacea dan teleostei (ikan bertulang sejati), dll.
2.3.5 Eutrofikasi
Eutrofikasi adalah perairan menjadi terlalu subur sehingga terjadi ledakan jumlah alga
dan fitoplankton yang saling berebut mendapat cahaya untuk fotosintesis. Karena terlalu
banyak maka alga dan fitoplankton di bagian bawah akan mengalami kematian secara massal,
serta terjadi kompetisi dalam mengonsumsi O2 karena terlalu banyak organisme pada tempat
tersebut. Sisa respirasi menghasilkan banyak CO2 sehingga kondisi perairan menjadi anoxic
dan menyebabkan kematian massal pada hewan-hewan di perairan tersebut.
2.3.6 Peningkatan keasaman
Selain menyebabkan kerusakan pada terumbu karang, kehidupan laut terpengaruh
karena perubahan itu, khususnya hewan dan tumbuhan yang memiliki tulang karbonat kalsium

dan yang menjadi sumber makanan bagi penghuni laut lainnya. Satu miliar orang yang
bergantung pada ikan sebagai sumber utama penghasil protein akan terkena dampak dari
peningkatan keasama laut tersebut.
2.3.7 Polusi kebisingan
Gangguan bunyi-bunyi dapat saja menghasilkan frekuensi atau intensitas yang dapat
berbentrokan atau bahkan menghalangi suara/bunyi biologi yang penting, yang menjadikan
tidak terdeteksi oleh mamalia laut. Padahal seperti diketahui bahwa suara-suara biologi ini
penting seperti untuk mencari mangsa, navigasi, komunikasi antara ibu dan anak, untuk
manarik perhatian, atau melemahkan mangsa.

2.4 Pencegahan dan penanggulangan terjadinya pencemaran laut


Upaya pencegahan maupun penanggulangan pemcemaran laut telah diatur oleh
pemerintah dalam PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN
1999 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN/ATAU PERUSAKAN LAUT :

a. Pencegahan terjadinya pencemaran laut


Berikut ini adalah beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mencegah pencemaran
laut :
Tidak membuang sampah ke laut
Penggunaan pestisida secukupnya
Yang paling sering di temukan pada saat pembersihan pantai dan laut adalah puntung
rokok. Selalu biasakan untuk tidak membuang puntung rokok di sekitar laut.
Kurangi penggunaan plastik
Jangan tinggalkan tali pancing, jala atau sisa sampah dari kegiatan memancing di laut.
Setiap industri atau pabrik menyediakan Instalasi Pengelolaan Air Limbah (IPAL)
Menggunakan pertambangan ramah lingkungan, yaitu pertambangan tertutup.
Pendaurulangan sampah organik
Tidak menggunakan deterjen fosfat, karena senyawa fosfat merupakan makanan bagi
tanaman air seperti enceng gondok yang dapat menyebabkan terjadinya pencemaran
air.
Penegakan hukum serta pembenahan kebijakan pemerintah
b. Penanggulangan pencemaran laut :
Melakukan proses bioremediasi, diantaranya melepaskan serangga untu menetralisir
pencemaran laut yang disebabkan oleh tumpahan minyak dari ledakan ladang minyak.
Fitoremediasi dengan menggunakan tumbuhan yang mampu menyerap logam berat
juga ditempuh. Salah satu tumbuhan yang digunakan tersebut adalah pohon api-api
(Avicennia marina). Pohon Api-api memiliki kemampuan akumulasi logam berat yang
tinggi.

Melakukan pembersihan laut secara berkala dengan melibatkan peran serta masyarakat
Usaha yang dapat dilakukan untuk menanggulangi dan mengurangi tingkat pencemaran
laut diantaranya adalah :

1. Meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya laut bagi


kehidupan.
2. Menggalakkan kampanye untuk senantiasa menjaga dan melestarikan laut beserta
isinya.
3. Tidak membuang sampah ke sungai yang bermuara ke laut.
4. Tidak menggunakan bahan-bahan berbahaya seperti bom, racun, pukat harimau, dan
lain-lain yang mengakibatkan rusaknya ekosistem laut.
5.Tidak menjadikan laut sebagai tempat pembuangan limbah produksi pabrik yang akan
mencemari laut.

Anda mungkin juga menyukai