Anda di halaman 1dari 19

Nama kelompok

Siti Dhetia Agustiani (160101033)


Dessy Ariadini (160100738)
Elga Salsabila Sagita (160200698)
Eka Bayu Sampurna (160100775)
Dhani Ardian (160101043)
Distorsi informasi dan bullwhip
effect
Distorsi pada supply chain adalah
salah satu sumber kendala dalam
menciptakan supply chain yang efisien.
Bullwhip effect adalah fenomena
dimana permintaan yang sebenarnya
relatif stabil di tingkat pelanggan akhir
berubah menjadi fluktuatif di bagian
hulu supply chain dan semakin ke hulu
peningkatan tersebut semakin besar.
Penyebab Bullwhip Effect
Demand Forecasting Updating
Peramalan permintaan dilakukan oleh hampir setiap
perusahaan karena tidak ada perusahaan yang bisa
mengetahui dengan pasti berapa produk yang akan
diminta oleh pelanggan pada suatu periode tertentu.
Ramalan ini diperlukan untuk membuat keputusan. Tingkat
akurasi ramalan biasanya meningkat semakin kita
mendekati periode yang diramalkan karena informasi
seperti order dari pelanggan, situasi pasar, dan sebagainya
menjadi semakin jelas. Untuk mengakomodasikan
informasi dan pengetahuan terbaru ke dalam ramalan,
setiap saat perusahaan harus melakukan pembaharuan
(updating) terhadap ramalan tersebut.
Hasil-hasil penelitian menyimpulkan
bahwa model ramalan yang digunakan
bisa berpengaruh terhadap untensitas
bullwhip effect.
Bullwhip effect bisa lebih besar kalau
ritel menggunakan model peramalan
exponential smoothing dibandingkan
dengan metode moving average.
Order Batching
Order batching diperlukan karena
proses produksi dan pengiriman
produk tidak akan ekonomis bila
dilakukan dalam ukuran kecil.
Pada model-model inventory yang
berdasarkan prinsip economic order
quantity (EOQ) kita bisa mengerti
bahwa ukuran pesanan yang terlalu
kecil akan mengakibatkan ongkos-
ongkos pesan yang terlalu besar.
Perusahaan yang mengaplikasikan
system MRP biasanya menggunakan
model model lot sizing yang pada
hakekatnya sama dengan order
batching diatas. Semua model model
lot sizing seperti EOQ, Silver Meal,
least unit cost, dan sebagainya pada
prinsipnya dikembangkan untuk
membantu perusahaan menentukan
ukuran lot yang ekonomis
Fluktuasi harga

Fluktuasi harga adalah ketidaktetapan harga.


Contoh harga yang turun, ritel dan toko
melakukan forward buying ( membeli lebih awal )
sebagai respons terhadap penurunan harga yang
sifatnya temporer. Mengakibatkan volume
penjualan naik pihak distribusi akan memesan
jumlah yang besar ke pabrik, pabrik merespon
kebutuhan ini dengan meningkatkan aktivitas
produksi , lembur, atau subkontrak. Pabrik bias
saja tidak memiliki bahan baku untuk
mengantisipasi kenaikan tersebut dan mereka
memesan tambahan ke pemasok.
Rationing dan Shortage
Gaming
Situasi dimana permintaan lebih
tinggi dari persediaan, penjual sering
melakukan apa yang dinamakan
rationing, yakni hanya memenuhi
seratus persen pesanan pelanggan,
namun hanya sekian persen dari
volume yang di pesan. Contoh :
apabila persedian hanya 800 unit
sedangkan pesanan sekitar 1000 unit
maka akan dialokasikan sebesar 80%.
Cara mengurangi bullwhip
effect
Pengurangan bullwhip effect dapat
dilakukan apabila penyebabnya
dimengerti dengan baik oleh pihak
pihak pada supply chain.
Information sharing
Informasi yang tidak transparan
mengakibatkan banyak pihak pada supply
chain melakukan kegiatan atas dasar ramalan
atau tebakan yang tidak akurat. Ritel atau toko
sering kali tidak membagi informasi penjualan
dengan pusat distribusi dan pabrik. Akibatnya,
pabrik hanya mengetahui pola permintaan
berdasarkan order yang diterima dari pusat
distribusi dan pusat distribusi memahami
permintaan berdasarkan ola order dari para
ritel
Permasalahan yang sering muncul
dalam kaitanya dengan bullwhip effect
adalah terisolasinya proses peramalan
masing masing pemain. Dengan kata
lain pihak tersebut melakukan
permalan berpatokan pada data yang
mereka miliki.
Cara untuk mereduksi bullwhip
effect adalah membagi informasi
permintaan ke seluruh pemain pada
supply chain, termasuk pusat
distribusi, pabrik, maupun pemasok
komponen atau bahan baku. Teknologi
yang mendukung adalah barcoding,
elektronik data interchange (EDI), Point
of sale.
Memperpendek atau mengubah
struktur supply chain.
Semakin panjang dan kompleks
struktur suatu supply chain, semakin
besar kemungkinannya terjadi distorsi
informasi. Oleh karena itu cara yang
baik untuk mengurangi bullwhip effect
adalah mengubah struktur supply
chain sehingga menjadi lebih pendek
atau memungkinkan terjadinnya
pertukaran informasi dengan lebih
lancar.
Pengurangan ongkos ongkos tetap

Biaya biaya tetap yang terlalu tinggi


mengakibatkan kegiatan produksi maupun
pengiriman tidak bisa dilakukan dengan ukuran
bacth yang kecil. Ukuran batch yang besar
adalah salah satu sumber terjadinya bullwhip
effect. Oleh karena itu penguran bullwhip effect
biasa dilakukan dengan mengupayakan
pengurangan ongkos ongkos tetap sehingga
produksi maupun pengiriman bias dilakukan
dengan ukuran bacth yang lebih kecil.
Contoh dengan mengurangi waktu set
up produksi dan pada kegiatan
pengadaan , ukuran lot pemesanan
bias dikurangi dengan mengeliminasi
kegiatan kegiatan yang berlebihan
dan memakan waktu
Inovasi pada manajemen pada
distribusi banyak membantu
pengurangan bullwhip effect. Kegiatan
composite distribution dimana produk
yang berbeda beda bisa diangkut
pada sebuah truk mampu menciptakan
efisiensi walaupun tiap tiap SKU (stock
keeping unit) diangkut dalam jumlah
yang relatif sedikit. Penggunaan jasa
logistic pihak ketiga juga dapat
mengurangi bullwhip effect.
Menciptakan stabilitas
harga
Pemberian harga oleh penyalur ke toko
toko atau ritel dapat mengkibatkan reaksi
forward buying yang sebetulnya tidak
berpengaruh pada permintaan dari pelanggan
akhir. Untuk menghindari hal tersebut
frekuensi dan intensitas kegiatan promosi
parsial seperti harus dikurangi dan lebih
diarahkan ke pengurangan harga secara
kontinyu sehingga dapat menciptakan progam
seperti every day low cast.
Pemendekan lead time
Lead time mempunyai peranan besar dalam
menciptakan amplifikasi permintaan. Artinya,
bullwhip effect dapat diperkecil dengan
pemendekan lead time. Lead time dapat
diperpendek dengan mengubah struktur/
konfigurasi supply chain ( misalnya dengan
menggunakan pemasok local), mengubah mode
transportasi ( dari pengapalan ke pengiriman
udara), atau dengan cara cara inovatif seperti
cross- docking dan perbaikan penanganan order,
penjadwalan produksi maupun pengiriman yang
lebih baik, dan sebagainya.
sekian dan terimakasih....

Anda mungkin juga menyukai