Anda di halaman 1dari 8

BAB 5

COORDINATION IN A SUPPLY CHAIN

A. Lack of Supply Chain Coordination and the Bullwhip Effect


Koordinasi rantai pasok mengharuskan semua bagian untuk melakukan tindakantindakan yang dapat memaksimalkan profit dari supply chain. Kurangnya koordinasi
muncul jika tiap bagian hanya berfokus memaksimalkan keuntungan dan tujuannya sendiri,
akibatnya terjadi distorsi informasi disepanjang rantai pasok dan dapat berujung pada
berkurangnya total keuntungan.
Kurangnya koordinasi pada tiap pihak dalam rantai pasok akan menimbulkan dampak
yang biasa disebut Bullwhip Effect. Bullwhip Effect merupakan permintaan yang
meningkat dari konsumen ke pengecer, pengecer ke agen, agen ke produsen, produsen ke
pemasok kerena kurangnya koordinasi infomasi pada setiap pihak. Bullwhip Effect
menyebakan peningkatan cost pada supply chain sehingga profit dan kepuasan konsumen
menurun.
B. The Effect on Performance of Lack of Coordination
Kurangnya koordinasi menyebabkan penyimpangan informasi dalam rantai pasok.
Dampak dari kurangnya koordianasi dalam rantai pasok berpengaruh terhadap :

Manufacturing cost : kurangnya koordinasi meningkatkan biaya manufacture dalam


rantai pasok. Sebagai akibat dari bullwhip effect, P&G dan suppliernya harus

memenuhi aliran permintaan lebih banyak dari permintaan konsumen.


Inventory cost : kurangnya koordinasi meningkatkan biaya persediaan dalam rantai
pasok. Untuk mengatasi variabilitas permintaan, pada perusahaan P&G harus
menyimpan persediaan yang lebih besar dari yang diperlukan dalam rantai pasok.
Hal ini berakibat pada meningkatnya inventory cost.

Replenishment lead time : kurangnya koordinasi meningkatkan lead time.


Peningkatan variabilitas sebagai sebuah hasil dari bull whip effect yang membuat
penjadwalan pada P&G dan pemasok pabrik jauh lebih untuk dibandingkan tingkat

permintaannya.
Transportation cost : kurangnya koordinasi meningkatkan biaya transportasi dalam
rantai pasok. Kebutuhan transportasi dari waktu ke waktu pada P&G dan
pemasoknya

yang

berkorelasi

untuk

memenuhi

pesanan.

Sehingga, bull

whip menyebabkan kebutuhan transportasi berfluktuasi secara signifikan dari waktu


ke waktu. Hal ini menimbulkan biaya transportasi yang meningkat karena kelebihan

kapasitas transportasi perlu diperhatikan untuk menutupi periode permintaan tinggi.


Labor cost for shipping and receiving (biaya tenaga kerja untuk pengiriman dan
penerimaan) : kurangnya koordinasi meningkatkan biaya tenaga kerja hubungannya
dengan pengiriman dan penerimaan dalam rantai pasok. Persyaratan tenaga kerja
untuk pengiriman pada P&G dan pemasoknya berfluktuasi dengan pesanan
fluktuasi serupa terjadi untuk kebutuhan tenaga kerja dalam menerima dari
distributor maupun pengecer. Berbagai tahap memiliki pilihan yaitu antara
kelebihan kapasitas pekerja atau berbagai macam kapasitas pekerja dalam

menanggapi fluktuasi pesanan.


Level of product availability (tingkat ketersediaan produk) : kurangnya koordinasi
menyebabkan kerugian pada ketersediaan produk dan hasil dalam stockouts lebih
dalam rantai pasok. Fluktuasi besar dalam pesanan membuat lebih sulit bagi P&G
untuk menyediakan semua pesanan distributor dan pengecer tepat waktu. Hal ini
meningkatkan kemungkinan bahwa pengecer akan kehabisan stok, sehingga

kehilangan penjualan pada rantai pasok.


Relationship across the supply chain (hubungan dalam seluruh rantai pasok) :
kurangnya koordinasi memiliki dampak negatif terhadap kinerja pada setiap tahap
dan dengan demikian menyebabkan kerugian hubungan dalam rantai pasok.
Terdapat kecenderungan untuk menyalahkan tahap lain dari rantai pasok karena

setiap tahap dirasa sebisa mungkin telah melakukan yang terbaik.


C. Obstacles to Coordination in a Supply Chain

Terdapat 5 kategori kendala utama dari koordinasi Supply Chain :

Incentive obstacles
Information-processing obstacles
Operational obstacles
Pricing obstacles
Behavorial obstacles

INCENTIVE OBSTACLES
Pada hambatan intensif terjadi ketika tahapan intensif berbeda atau tindakan yang bisa
meningkatkan variability sehingga mngurangi kentungan yang di peroleh rantai pasok. Ada
2 hambatan insentif yaitu optimasi lokal dalam fungsi/ tahapan rantai pasok dan insentif
terstruktur. Optimasi lokal dalam fungsi / tahapan rantai pasok, lebih fokus pada dampak
lokal dari hasil tindakan dalam mengambil keputusan, yang tidak memaksimalkan
keuntungan rantai pasok. Sedangkan insentif terstruktur merupakan kendala dalam
koordinasi rantai pasok. Produsen biasanya mengukur penjualan dari kuantitas penjualan
kepada distributor atau pengecer bukan kuantitas penjualan kepada pelanggan akhir
(melalui penjual).
INFORMATION-PROCESSING OBSTACLES
Hambatan proses informasi terjadi ketika informasi permintaan terhambat setiap tahapan
rantai pasok sehingga menyebabkan peningkatan yang berbeda dalam pesanan pada rantai
pasok. Ada 2 hambatan dalam proses informasi yaitu peramalan berdasarkan pesanan bukan
permintaan pelanggan dan kerugian dari berbagi informasi.
OPERATIONAL OBSTACLES
Hambatan Operasional terjadi dalam kegiatan penempatan dan pengisian pesanan yang
mengarah pada peningkatan variabilitas. Saat perusahaan memesan ukuran lot dalam
jumlah yang lebih banyak dibanding ukuran lot saat munculnya permintaan,

maka

variabilitas pesanan meningkat. Akan tetapi, hal ini berakibat pada tak menentunya aliran
pesanan. Penyimpangan informasi meningkat jika penambahan lead time terlalu lama. Pada

saat salah satu rantai dari supply chain management ada yang melakukan permainan yang
mengakibatkan pabrik tidak mengetahui permintaan pasar yang sebenarnya sehingga terjadi
kekurangan atau kelebihan stock di pasaran yang mengakibatkan kekacauan di
downstream, atau ada salah satu mata rantai yang melakukan penimbunan barang agar
terjadi scarcity dan menimbulkan kekacauan di mata rantai SCM, sehingga permintaan
meningkat dari downstream.
PRICING OBSTACLES
Hambatan Harga muncul saat kebijakan harga untuk produk menyebabkan meningkatnya
varabilitas pesanan. Lot Size-Based Quantity Discounts meningkatkan pemesanan lot size
dalam supply chain. Fluktuasi Harga, manufaktur dan distributor biasanya membuat
promosi secara periodikal, sehingga membuat pembeli melakukan permintaan menjadi
lebih banyak dari yang sebenarnya dibutuhkan. Promosi semacam ini dapat membuat
supply chain menjadi terancam, ini dikarenakan pembeli akan memesan lebih banyak dari
yang dibutuhkan ketika sedang ada promosi dan ketika harga menjadi normal maka tidal
ada pembelian karena customer masih memiliki stock barang. Ini membuat peta permintaan
tidak menunjukkan pola yang sebenarnya.
BEHAVORIAL OBSTACLES
Hambatan perilaku merupakan masalah-masalah yang terjadi dalam suatu organisasi yang
ikut menimbulkan efek bullwhip. Masalah-masalah ini sering terkait dengan struktur suatu
supplychain dan bentuk komunikasi yang terjadi di antara setiap tahapannya.

D. Managerial Levers to Achieve Coordination

Setelah mengidentifikasi hambatan-hambatan untuk koordinasi terdapat tindakan


seorang manager yang dapat membantu mengatasi kendala dan mencapai koordinasi dalam
rantai pasok. Tindakan managerial berikut meningkatkan total keuntungan rantai pasok dan
mengurangi gangguan informasi. Tindakan tersebut meliputi :
ALIGNING OF GOALS AND INCENTIVES
Manager dapat meningkatkan koordinasi dalam supply chain dengan menyelaraskan tujuan
dan insentif sehingga semua yang berpartisipasi dalam supply chain melaksanakan tindakan
yang akan memaksimalkan total supply chain profits.
IMPROVING INFORMATION ACCURACY
Manager dapat mencapai koordinasi melalui peningkatan ketersediaan keakuratan
informasi untuk tahap yang berbeda dalam rantai pasok.
IMPROVING OPERATIONAL PERFORMANCE
Manajer dapat membantu mengurangi penyimpangan informasi dengan peningkatan kinerja
operasional dan merancang penjatahan sesuai skema dalam kasus kekurangan.
DESIGNING PRICING STRATEGIES TO STABILIZE ORDERS
Manajer dapat mengurangi penyimpangan informasi dengan merancang strategi harga yang
mendorong pengecer untuk memesan di lot yang lebih kecil dan mengurangi forward
buying.
BUILDING PARTNERSHIPS AND TRUST
Manajer dapat dengan mudah untuk menggunakan levers untuk mencapai koordinasi jika
kepercayaan dan kemitraan strategis dibangun dalam rantai pasokan. Berbagi dari informasi
yang akurat yang dipercaya oleh setiap tahapan mengakibatkan kecocokan yang lebih baik
antara pasokan dan permintaan di seluruh rantai pasokan tersebut dan biaya lebih rendah.
Sebuah hubungan yang baik juga cenderung untuk menurunkan biaya transaksi tiap tahap

rantai pasok. Misalnya, rantai pasokan pemasok dapat menghilangkan peramalan usaha jika
percaya pesanan dan peramalan informasi yang diterima dari retailer.

E. Collaborative Planning, Forcasting, and Replenishment (CPFR)


Voluntary Interindustry Commerce Standards Association (VICS) telah menetapkan
CPFR sebagai sebuah praktek bisnis kombinasi inteligensi dari beragam mitra dalam
perencanaan dan pemenuhan permintaan konsumen. menurut VICS, sejak tahun 1998,
lebih dari 300 perusahaan telah menerapkan proses. Penting untuk memahami bahwa
keberhasilan CPFR hanya dapat dibangun di sebuah foundation di mana kedua pihak telah
disinkronkan data mereka dan standar yang ditetapkan untuk bertukar informasi.

Penjual dan pembeli mungkin bekerja sama dalam sebuah rantai pasokan bersama salah
satu atau semua kegiatan rantai pasok dibawah ini :
1. Strategi dan perencanaan. Partner menentukan cakupan dari kolaborasi dan
menetapkan peran, tanggung jawab, dan checkpoints yang jelas. Pada joint business
plan mereka kemudian mengidentifikasi peristiwa penting seperti promosi,
perkenalan produk baru, pembukaan/penutupan toko, dan perubahan dalam
kebijakan inventory yang mempengaruhi supply dan demand.
2. Manajemen permintaan dan pasokan. Perkiraan penjualan kolaboratif yang
menggambarkan perkiraan terbaik permintaan konsumen pada suatu titik penjualan.
Ini kemudian dirubah menjadi rencana kolaboratif pemesanan yang menentukan
pemesanan yang akan datang dan delivery requirements yang didasarkan pada
perkiraan penjualan, posisi inventory, dan penambahan lead time.
3. Eksekusi. Setelah perkiraan ditetapkan, perkiraan tersebut diubah menjadi
pemesanan nyata. Pemenuhan permintaan ini kemudian melibatkan produksi,
pengiriman, penerimaan, dan melakukan stocking produk.

4. Analisis. Kunci tugas analisis dalam mengidentifikasi pengecualian dan


mengevaluasi metrics yang digunakan untuk menilai kinerja atau mengidentifikasi
trends.
Aspek

mendasar

dari

kesuksesan

kolaborasi

adalah

identifikasi

dan

resolusi exceptions. Exeptions merujuk kepada sebuah kesenjangan antara ramalan yang
dibuat oleh dua pihak atau beberapa metrik kinerja yang jatuh atau kemungkinan besar
akan jatuh di luar batasan yang dapat diterima. Metrik ini mungkin termasuk persediaan
yang melebihi target atau ketersediaan produk yang jauh di bawah target.
Salah satu kesuksesan CPFR ini dilakuakan oleh Henkel, sebuah manufaktur detergent
dari Jerman, dan Eroski, retailer makanan di Spanyol. Sebelum CPFR , Eroski melihat
seringnya stockouts dari produk Henkel, terutama saat promosi. Di permulaan dari CPFR
pada desember tahun 1999, 70 persen dari peramalan penjualan memiliki rata-rata error 50
persen dan hanya 5 persen yang memiliki kesalahan lebih dari 20 percent. Dalam 4 bulan
dari pelaksanaan CPFR, 70 persen dari peramalan penjualan memiliki error di bawah 20
persen dan hanya 5 persen yang memiliki eror di atas 50 persen. CPFR menghasilkan 98
persen customer service level dan rata-rata inventarisasi hanya lima hari.
TABLE 5-1 Empat Skenario Umum CPFR
Skenario CPFR

Dimana diterapkan dalam

Di Industri mana

Kolaborasi acara retail

Supply Chain
Channel atau kategori yang

diterapkan
Semua industri kecuali yang

Kolaborasi perlengkapan

sangat dipromosikan
DC ritel atau distributor DC

menerapkan EDLP
Apotek, hardware, toko

DC

bahan pangan

Kolaborasi perlengkapan

Pengiriman penjualan

toko

langsung atau DC ritel

Kolaborasi perencanaan

sampai pengiriman toko


Pakaian dan barang

Pedagang besar, Club Store

Department stores, toko

campuran

musiman

khusus

F. Achieving Coordination in Practice


1. Kuantitas Bullwhip Effect
Manajer harus memulai untuk membandingkan variabilitas pesanan yang
diterima dari customer dengan variabilitas pesanan dengan suplier.
2. Mendapatkan Komitmen Manajemen Puncak untuk Koordinasi
Aspek yang terpenting dalam SCM, koordinasi akan berhasil hanya dengan
komitmen manajemen puncak.
3. Menyediakan Sumber Daya untuk Koordinasi
Koordinasi tidak dapat tercapai tanpa adanya sumberdaya yang terlibat. Salah
satu solusi untuk mengatasi masalah koordinasi adalah sumberdaya diambil dari
perusahaan yang berbeda dalam rantai pasok.
4. Fokus pada Komunikasi dengan Tahap Lainnya
Komunikasi yang baik dengan tahap lain dalam rantai pasok akan menciptakan
situasi yang baik pula, sehingga penyimpangan informasi dapat dihindari.
5. Cobalah untuk Mencapai Koordinasi dalam Jaringan Rantai Pasokan
Tidak cukup hanya beberapa tahapan dalam rantai pasok saja yang
berkoordinasi. Namun diperlukan koordinasi secara keseluruhan tahapan rantai
pasok.
6. Gunakan Teknologi untuk Meningkatkan Konektivitas dalam Rantai Pasokan
Penggunaan internet dan beragam software yang berbeda dapat digunakan untuk
meningkatkan kemampuan berkoordinasi.
7. Berbagi Manfaat Koordinasi secara Adil
Menjamin tiap tahapan rantai pasok mengetahui semua informasi termasuk
keuntungan (profit) dan dibagi secara adil dan merata.

Anda mungkin juga menyukai