Anda di halaman 1dari 7

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada era sekarang ini dunia bisnis telah menjadi semakin sensitif terhadap waktu dan
persaingan. Untuk bisa bertahan di tengah persaingan yang semakin ketat, hal utama yang
perlu diperhatikan oleh perusahaan adalah bagaimana memenuhi permintaan customer. Untuk
mewujudkan hal tersebut, perusahaan perlu didukung oleh komponen-komponen yang
mempengaruhi kinerja perusahaan. Komponen yang dimaksud tidak hanya komponen dari
dalam perusahaan itu sendiri melainkan juga dari luar perusahaan misalnya supplier,
distributor, dan retailer, yang kesemuanya ini membentuk suatu rantai yang disebut supply
chain. Inti dari Supply Chain Management adalah adanya sinkronisasi dan koordinasi ke arah
hulu dan hilir. Hal ini mutlak dilakukan untuk menjaga efektifitas suatu supply chain yang
dibangun. Aliran informasi dan koordinasi diantara trading partners haruslah berjalan dengan
baik. Kelemahan pada aliran informasi dan koordinasi tersebut seringkali menimbulkan
Distorsi Informasi yang salah satunya berupa terjadinya amplifikasi permintaan yang semakin
besar pada upstream channel dibandingkan downstream channel yang dinamakan dengan
fenomena Bullwhip Effect. Keberadaan bullwhip effect akan menyebabkan inefisiensi pada
supply chain, misalnya bertambahnya inventory pada setiap channel supply chain sehingga
akan menambah beban inventory cost yang harus ditanggung tiap channel supply chain 2
tersebut. Disamping itu, perencanaan produksi juga menjadi semakin sulit. Intinya, bullwhip
effect yang tinggi akan mengganggu optimasi kinerja dari suatu supply chain.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Distorsi Informasi dan Bullwhip Effect

Distorsi informasi adalah suatu kondisi dimana terjadinya perubahan makna informasi,
maksud, dan ide antara komunikator dengan komunikan. Distorsi informasi merupakan salah
satu kendala untuk menciptakan efisiensi pada supply supply chain. Bullwhip effect
merupakan istilah yang digunakan dalam dunia inventory yang mendifinisikan bagaimana
pergerakan demand dalam supply chain. Bullwhip Konsepnya adalah adalah suatu keadaan
yang terjadi dalam supply chain, dimana permintaan dari customer mengalami perubahan,
baik semakin banyak atau semakin sedikit, perubahan ini menyebabkan distorsi permintaan
dari setiap stage supply chain. Distorsi tersebut menimbulkan efek bagi keseluruhan stage
supply chain yaitu permintaan yang tidak akurat. Efek dari kondisi ini adalah semakin tidak
akuratnya data permintaan.

2.2 Penyebab akibat bullwhip effect

Ada banyak hal yang bisa menyebabkan terjadinya bullwhip effect ini. Dalam hal ini
menurut Lee et al (1997) mengidentifikasi 4 penyebab utama dari bullwhip effect yaitu:

 Demand Forecast Updating

Peramalan pada satu periode tertentu dan perlunya updating terus menerus. Kebijakan
reorder point atau order up-to level menyebabkan variabilitas order pesanan ritel lebih besar
dibandingkan dengan permintaan pelanggan akhir. Hal ini mengakibatkan peramalan
permintaan yang kita buat juga jarang sekali akurat, sehingga terjadinya error pada forecast
dimana perusahaan mengantisipasi dengan membuat safety stock. Namun jika ditarik dari
produk jadi yang diserahkan ke customer sampai ke raw material yang ada di pabrik maka
akan terlihat lonjakan demand yang sangat tajam. Pada periode dimana demand sedang
melonjak maka seluruh partisipan pada supply chain akan meningkatkan inventorinya namun
jika demand pada periode tertentu sedang turun maka partisipan harus menurunkan
inventorinya. Akibat dari besarnya safety stock berpengaruh pada tidak efisiensinya produksi,
dan juga mengakibatkan rendahnya utilization pada pendistribusian. Dapat juga berpengaruh
pada buruknya customer service dan juga buruknya image perusahaan dikarenakan stock
yang sudah terlalu lama, sehingga produk menjadi rusak. Terlebih lagi hiring dan lay-off
pekerja berpengaruh pada kondisi keuangan perusahaan akibat dari training dan juga
pembayaran pesangon pekerja. Jadi Demand Forecast Updating harus diramalkan dengan
benar dan tepat karena jika tidak diramalkan dengan baik maka perusahaan akan mengalami
kerugian.

 Order Batching

Order Batching adalah Ukuran pemesanan yang jumlahnya kecil sering tidak efisien
dalam ongkos sehingga dilakukan pemesanan dalam jumlah besar dalam satu satuan waktu.
Produksi juga sering dilakukan sistem batch , jumlahnya besar dalam satu satuan waktu, serta
pengirimannyapun jumlahnya besar dalam satu satuan waktu untuk menghindari ongkos yang
tinggi. Biasanya order batching ada dua macam yaitu periodic ordering and push ordering.
Perusahaan biasanya memesan secara mingguan, dua mingguan atau bahkan bulanan. Jadi
yang dihadapi oleh supplier ketika perusahaan memesan secara periodik adalah terjadinya
tingkat permintaan yang tinggi untuk bulan ini disusun dengan kekosongan di bulan
berikutnya. Pemesanan secara periodik ini mengakibatkan bullwhip effect. Salah satu
masalah yang dihadapi untuk melakukan pemesanan secara frekuensi adalah masalah biaya
transportasi, dimana terdapat perusahaan akan rugi jika memesan barang dengan muatan yang
tidak penuh.

 Fluktuasi Harga

Fluctuasi harga terjadi apabila Manufacture dan distributor biasanya membuat promosi
secara periodikal, sehingga membuat pembeli melakukan permintaan menjadi lebih banyak
dari yang sebenarnya dibutuhkan. Promosi semacam ini dapat membuat supply chain menjadi
terancam, ini dikarenakan pembeli akan memesan lebih banyak dari yang dibutuhkan ketika
sedang ada promosi dan ketika harga menjadi normal maka tidak ada pembelian karena
customer masih memiliki stock barang. Ini membuat peta permintaan tidak menunjukkan
pola yang sebenarnya. Dan variasi dari pembelian lebih besar dari variasi consumsion rate
sehingga ini menimbulkan bullwhip effect.

 Rationing and Sortage Gaming

Rationing adalah Permintaan lebih tinggi dari persediaan biasanya Permintaan sering
tidak terpenuhi 100% sehingga Peritel sering berusaha untuk meningkatkan permintaan.
Kasus seperti ini sering terjadi saat menjelang hari raya dan tahun baru (Tidak setiap saat).
Dan salah satu rantai dari supply chain management ada yang melakukan “permainan
(sortage gaming)” yang mengakibatkan pabrik tidak mengetahui permintaan pasar yang
sebenarnya sehingga terjadi kekurangan atau kelebihan stock di pasaran yang mengakibatkan
kekacauan di downstream, atau ada salah satu mata rantai yang melakukan penimbunan
barang agar terjadi scarcity dan menimbulkan kekacauan di mata rantai SCM, sehingga
permintaan meningkat dari downstream. Ini juga mengakibatkan bullwhip effect.

Bullwhip effect terutama disebabkan oleh tiga masalah mendasar:

1. Kurangnya informasi
 Tidak ada informasi kecuali untuk jumlah pesanan yang diabadikan hingga rantai
pasokan.
 Tanpa data permintaan pelanggan yang sebenarnya, semua peramalan harus hanya
bergantung pada pesanan yang masuk pada setiap tahap rantai pasokan.
 Pada kenyataannya, dalam situasi seperti itu metode peramalan tradisional dan
strategi penyimpanan stok berkontribusi untuk menciptakan efek bullwhip.

2. Struktur rantai pasokan


 Semakin lama lead time, yaitu semakin lama waktu yang dibutuhkan untuk
melakukan perjalanan ke hulu dan pengiriman berikutnya untuk melakukan
perjalanan ke hilir, semakin besar kemungkinan dampak bullwhip.
 Oleh karena itu, semakin lama waktu tunggu, semakin banyak pesanan akan
dianggap sebagai reaksi terhadap peningkatan permintaan yang diperkirakan
(terutama dalam hubungannya dengan memperbarui tingkat stok pengaman, lihat di
atas), yang kembali berkontribusi pada efek bullwhip.

3. Kurangnya kolaborasi.
 Optimalisasi lokal, dalam hal perkiraan lokal dan optimalisasi biaya individu, dan
kurangnya kerja sama merupakan inti dari masalah bullwhip.
 Contoh yang baik untuk optimasi lokal adalah fenomena urutan batch. Dalam
praktiknya, pemesanan memerlukan biaya perbaikan, mis. memesan dalam truk penuh
lebih murah daripada memesan dalam jumlah kecil. Selain itu, banyak pemasok
menawarkan diskon volume ketika memesan dalam jumlah yang lebih besar.
2.3 Dampak Bullwhip Effect
Bullwhip effect dapat memberikan dampak bagi perusahaan seperti :
 Inventaris tinggi / kehilangan penjualan / biaya simpanan
 Efisiensi operasional yang rendah; seperti kurangnya kerja lembur karena
sedikitnya permintaan atau produksi
 Tingkat layanan pelanggan yang buruk
 Investasi kapasitas yang tidak perlu
 Menyalahkan orang lain; frustrasi, ketidakberdayaan

2.4 Menghindari efek ‘Bullwhip’


1. Berbagi informasi
 Barcode, pertukaran data elektronik atau teknologi lainnya yang dapat
mentransmisikan data penjualan POS
 Kolaborasi, perencanaan, peramalan dan penambahan

2. Penyelarasan Saluran (channel alignment)


 Memperpendek dan mengubah struktur rantai pasokan
 Memesan sistem online

3. Efisiensi operasional
 Pengurangan ongkos-ongkos tetap untuk pengiriman dalam batch kecil
dibandingkan besar
o Pengaturan waktu berkurang atau harus tepat pada waktunya
 Menciptakan stabilitas harga
o Pengurangan harga secara kontinu sehingga tidak menimbulkan forward
buying
o Informasi promosi dari perusahan harus diterima transparant pada
seluruh chain
 Pemendekan leadtime
o Mengubah struktur atau konfigurasi supply chain, mengubah modus
transportasi, atau cara inovatif seperti cross docking dan perbaikan
manajemen penanganan order, penjadwalan produksi maupun
pengiriman lebih baik.
2.5 Cara untuk Mengurangi Variabilitas dan Ketidakpastian
 Tutup kolaborasi dengan mitra bisnis, informasi, berbagi dengan teknologi
 Mengurangi komponen biaya tetap (biaya pemasangan, biaya transportasi,
kebijakan, outsourcing, standardisasi)
 Rekayasa ulang rantai pasokan (perpendek waktu tunggu, gunakan lokal
pemasok)
 Model bisnis baru
 Kemampuan perencanaan yang lebih baik
BAB III
KESIMPULAN

3.1 KESIMPULAN
Banyak sekali Penyebab akibat bullwhip effect yaitu Demand Forecast Updating,
Order Batching, fluktuasi Harga, Rationing and sortage geming. Effect utama
disebabkan oleh kurangnya informasi, tidak ada informasi kecuali untuk jumlah
pesanan untuk diabadikan hingga rantai pasokan. Yang kedua yaitu struktur rantai
pasokan, semakin lama lead time, yaitu semakin lama waktu yang dibutuhkan untuk
melakukan perjalanan ke hulu dan pengiriman berikutnya untuk melakukan perjalanan
ke hilr. Dan yang ketiga yaitu kurangnya kolaborasi , optimalisasi local dalam lah
perkiraan local dan optimalisasi biaya individ, dan kurangnya kerja sama ini dari
masalah bullwhip.dari penyebab itu semua memilik dampak yang lumayan besar yaitu
investasi tinggi,tingkat layanan pelanggan buruk. Kita perlu sekali menghindari effect
bullwhip seperti kita perlu berbagi informasi,menyelaraskan saluran dan oprasional.

Anda mungkin juga menyukai