Anda di halaman 1dari 11

SUPPLY CHAIN MANAGEMENT

MODUL 9

FENOMENA RANTAI PASOK

PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS WIDYATAMA
2016
TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM

Setelah menyelesaikan mata kuliah ini mahasiswa mampu menjelaskan Fenomena Rantai
Pasok (C2)

TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS

Menjelaskan (C2) mengenai Ketidakpastian, Bullwhip Effect, Faktor-faktorPenyebab,


Dampak, dan Antisipasi

POKOK BAHASAN

Fenomena Rantai Pasok

SUB POKOK BAHASAN

1. Ketidakpastian

2. Bullwhip Effect

3. Faktor-faktorPenyebab

4. Dampak

5. Antisipasi

i
FENOMENA RANTAI PASOK

1. Ketidakpastian
Dalam lingkungan bisnis apapun terdapat ketidakpastian (uncertainty) yang disebabkan
oleh berbagai faktor, baik dari sisi pasokan (supply) maupun permintaan (demand).
Ketidakpastian dari isi pasokan, misalnya, karena faktor cuaca yang akan mempengaruhi
kegiatan produksi maupun distribusi.

Darisisi permintaan, ketidakpastian dalam rantai pasok terjadi karena perubahan daya beli
atau selera konsumen.

 SCM bertujuan untuk memenuhi permintaan pelanggan tersebut dengan melibatkan


para pelaku dan pihak-pihak terkait dalam rantai pasok itu

 Pada suatu rantai pasok terdapat ketidakpastian (uncertainty). Ketidakpastian ini


disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk dari aspek permintaan (demand) maupun
aspek pasokan (supply).

Ketidakpastian Permintaan

1. Variasi produk

 Variasi produk yang dibutuhkan atau diminta oleh pelanggan sangat beragam. Variasi
ini antara lain dalam merk, ukuran, dan lain-lain.

2. Variasi kuantitas produk

 Para pelanggan membutuhkan produk dalam kuantitas yang beragam. Untuk suatu
produk tertentu, misalnya, seorang pelanggan membutuhkan produk dalam jumlah
sedikit (dalam satuan unit), sedangkan pelanggan yang lain membutuhkannya dalam
jumlah banyak (dalam satuan karton atau pallet).

 Perbedaan kuantitas permintaan pelanggan yang tinggi akan meningkatkan


ketidakpastian dalam rantai pasok.

3. Perbedaan ukuran lot

1
 Ukuran lot suatu produk yang dibutuhkan pelanggan berbeda-beda. Sebagai contoh,
untuk suatu produk tertentu, pelanggan membutuhkan produk dalam kemasan yang
berisi 12 unit, sedangkan pada waktu yang lain atau pelanggan lain membutuhkan
produk tersebut dalam kemasan yang berisi 24 unit.

 Perbedaan ukuran lot ini akan mempengaruhi ketidakpastian dalam rantai pasok.
Perbedaan ukuran lot yang semakin banyak akan meningkatkan ketidakpastian dalam
rantai pasok.

4. Waktu tanggap

 Waktu tanggap permintaan bisa sangat bervariasi. Untuk produk farmasi, misalnya,
waktu tanggap permintaan dari apotek atau rumah sakit bisa sangat longgar. Namun,
waktu tanggap permintaan produk farmasi untuk kondisi darurat (misalnya untuk
keperluan operasi) bisa sangat sempit.

 Apabila waktu tanggap yang dibutuhkan sempit maka akan mengakibatkan


ketidakpastian yang tinggi dalam rantai pasok.

5. Tingkat pelayanan

 Tingkat pelayanan bervariasi tergantung karakteristik pelanggan dan tingkat


kebutuhannya saat itu. Pengiriman suatu suku cadang (sparepart) untuk kondisi darurat
di area pengeboran minyak, misalnya, harus dilakukan sesegera mungkin. Namun,
pengiriman suku cadang yang sama untuk keperluan cadangan perawatan
(maintenance), dapat dilakukan dalam jangka waktu yang lebih lama.

 Permintaan tingkat pelayanan yang tinggi akan meningkatkan ketidakpastian dalam


rantai pasok.

6. Kepekaan terhadap harga produk

 Harga produk yang bisa diterima oleh pelanggan bisa berbeda-beda. Untuk suatu
kondisi tertentu, harga produk tidak sensitif bagi pelanggan. Namun, pada kondisi yang
lain, harga produk akan menjadi sensitif.

2
 Bagi sebagian besar pelanggan, harga-harga produk di supermarket, misalnya, cukup
sensitif. Sebagian besar pelanggan membeli produk-produk di supermarket dalam
jumlah cukup besar sebagai belanja bulanan untuk keperluan sehar-hari. Namun, harga-
harga produk yang sama di convenience stores bukan menjadi hal yang sensitif. Para
pelanggan hanya sewaktu-waktu saja membeli produk di sana terutama karena
lokasinya dan dalam jumlah sedikit.

 Harga produk yang peka (sensitif) mengakibatkan ketidakpastian rantai pasok menjadi
tinggi.

Ketidakpastian Pasokan

Gambar 1 Ketidakpastian Pasokan

1. Kualitas produk

 Kualitas produk yang dihasilkan bisa berbeda atau berubah tergantung beberapa faktor.
Berkaitan dengan siklus hidup produk (product life cycle), misalnya, kualitas produk
pada masa pengenalan (introduction) biasanya lebih rendah dibandingkan masa-masa

3
berikutnya. Kualitas produk ini juga bisa berubah karena kualitas bahan baku, kondisi
mesin produksi, kecakapan operator, dan lain-lain.

 Apabila kualitas produk rendah maka ketidakpastian rantai pasok menjadi tinggi.

2. Tingkat inovasi produk

 Tingkat inovasi produk ditunjukkan dari frekuensi perubahan pada produk tersebut.
Tingkat inovasi produk yang tinggi dapat dilihat pada produk telepon genggam (HP).
Sebaliknya, tingkat inovasi produk yang rendah dapat dilihat pada bahan-bahan
kebutuhan pokok, seperti beras, gula, minyak goreng, dan sebagainya.

 Apabila tingkat inovasi produk tinggi maka ketidakpastian rantai pasok akan
meningkat.

3. Keterbatasan kapasitas produksi

 Kapasitas produksi menunjukkan jumlah produk yang bisa dihasilkan dalam suatu
periode waktu tertentu. Kapasitas produksi mempunyai batasan-batasan tertentu,
misalnya terkait dengan kapasitas mesin-mesin produksi yang digunakan, ketersediaan
operator, dan sebagainya.

 Keterbatasan kapasitas produksi mengakibatkan ketidakpastian yang tinggi dalam


rantai pasok.

4. Fleksibilitas kapasitas produksi

 Perusahaan bisa melakukan perubahan tingkat produksi, yaitu jumlah produk yang
dihasilkan dalam suatu proses produksi. Namun demikian, perubahan ini tidak selalu
bisa dilakukan dengan mudah karena terdapat keterbatasan fleksibilitas kapasitas
produksi itu.

 Fleksibilitas kapasitas produksi yang rendah akan meningkatkan ketidakpastian rantai


pasok.

5. Gangguan pada fasilitas produksi

4
 Fasilitas produksi bisa mengalami gangguan yang mengakibatkan proses produksi
terhenti sekian waktu. Gangguan tersebut misalnya aliran listrik terputus, kerusakan
mesin, dan lain-lain.

 Frekuensi gangguan yang tinggi akan meningkatkan ketidakpastian dalam rantai pasok.

2. Bullwhip Effect

Ketidakpastian dalam rantai pasok memunculkan suatu fenomena khusus yang disebut
ullwhip effect. Fenomena khusus ini terjadi karena rantai pasok merupakan rangkaian
sejumlah pelaku dan pihak terkait, yaitu dari pemasok awal, pemasok, pabrik, distributor,
pengecer, hingga konsumen dan konsumen akhir.

Bullwhip effect dimulai dari perubahan pada pelanggan atau konsumen yang terjadi baik
berupa peningkatan atau penurunan jumlah permintaan/pemesanan.

Peningkatan jumlah permintaan dari pelanggan ke pengecer, misalnya, akan ditindaklanjuti


dengan peningkatan pemesanan dari pengecer ke distributor dengan jumlah yang lebih
besar. Demikian pula yang terjadi pada penurunan pemesanan, yaitu penurunan jumlah
permintaan dari pelanggan kepengecer ditindaklanjuti dengan penurunan pemesanan dari
pengecer ke distributor dengan jumlah yang lebih besar.

Selanjutnya, distributor akan meneruskan perubahan pemesanan itu ke pabrik dengan


jumlah yang lebih besar dari pada jumlah pemesanan yang diterima dari pengecer, baik
untuk peningkatan maupun penurunan jumlah pemesanan. Demikian selanjutnya sehingga
terjadi luktuasip ermintaan/pemesanan sepanjang rantai pasok seperti diilustrasikan pada
gamba rberikut ini.

IlustrasiBullwhip Effect

5
Fluktuasi permintaan atau pemesanan yang semakin meningkat kearah hulu rantai pasok
berdampak pula terhadap fluktuasi jumlah persediaan (inventory) sepanjang rantai pasok
kearah hulu tersebut.

Ketika terjadi peningkatan permintaan atau pemesanan, jumlah persediaan di distributor


lebih tinggi dari pada di pengecer. Selanjutnya, jumlah persediaan di pabrik akan lebih
tinggi dari pada di distributor, dan seterusnya.

Hal serupa muncul ketika terjadi penurunan permintaan atau pemesanan.

3. Faktor-faktor Penyebab

Secara lebih luas, faktor-faktor penyebab bullwhip effect sebagai berikut:

 Penjualan promosi (promotional sales) berpotensi mempengaruhi aspek psikologis


ataupun perilaku bisnis pelanggan. Pelanggan akan cenderung meningkatkan volume
pembeliannya.

 Peramalan permintaan (demand forecast). Dalam peramalan permintaan selalu terdapat


kesalahan (error) yang berdampak terhadap kekurangan atau kelebihan dari nilai yang
sebenarnya.

 Waktu siklus yang panjang (long cycle times)

 Diskon volume (volume discount)

 Diskontransportasi (transportation discount).

 Inflated orders.

4. Dampak

Fenomena bullwhip effect berdampak sebagai berikut:

 Peningkatan safety stock. Untuk mengantisipasi peningkatan permintaan, perusahaan-


perusahaan dalam rantai pasok cenderung untuk mengambil jalan aman, yaitu
meningkatkan safety stock.

6
Perusahaan-perusahaan itu lebih memilih menghindari risiko kekurangan persediaan
(out-of-stock) yang akan berdampak terhadap kehilangan penjualan (lost sales), bahkan
bisa mengakibatkan kehilangan pelanggan (lost customer).

 Penurunan service level.

Inefisiensi alokasi sumber daya. Untuk meningkatkan safety stock, perusahaan


harusm engalokasikan sumber daya, misalnya untuk biaya pengadaan atau pembelian.
Selain itu, perusahaan juga harus menyediakan gudang untuk penyimpanan persediaan.

 Peningkatan biaya transportasi. Antisipasi berupa persediaan yang tinggi


mengharuskan perusahaan meningkatkan operasional transportasi, baik frekuensi
maupun kapasitas pengiriman. Hal ini tentu berdampak terhadap peningkatan biaya
transportasi.

5. Antisipasi

Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi atau mengurangi bullwhip effect
adalah dengan memanfaatkan teknologi informasi. Hal ini terutama karena teknologi
informasi dapat digunakan untuk mengurangi waktu tunda (delay) dan meningkatkan
akurasi data/informasi.

Seperti diilustrasikan di bawah ini, pada rantai pasok konvensional, informasi


(permintaan/pemesanan) mengalir dari hilir kearah hulu dari satu pelaku kepelaku
berikutnya. Pelanggan mengirimkan informasi permintaan kepengecer, pengecer
mengirimkan informasi pemesanan ke distributor, dan seterusnya.

Aliran informasi ini seringkali tertunda dari satu pelaku kepelaku berikutnya. Penundaan
ini terjadi, baik karena faktor teknis maupun administratif. Proses pemesanan dari pengecer
ke distributor, misalnya, tidak dilakukan setiap waktu walaupun terjadi pengurangan
jumlah persediaan karena terjadi pembelian barang/produk oleh pelanggan.

Pemesanan dilakukan setelah pengecermelakukanprosedur teknis maupun administratif,


seperti pengecekan atau konsolidasi jumlah persediaan pada semua outlet penjualan, dan
sebagainya.

7
Penundaan aliran informasi juga terjadi karena kebutuhan waktu untuk proses input data.
Waktu yang dibutuhkan ini semakin lama, misalnya ketikamasing-masing pelaku
mempunyai format data yang berbeda-beda atau tidak standar.

Perubahan Aliran dan Sistem Informasi Rantai Pasok

untuk Mengatasi Bullwhip Effect

Pemanfaatan teknologi informasi dapat dilakukan dengan membangun suatu sistem


informasi terintegrasi di antara para pelaku dalam rantai pasok. Sistem informasi itua kan
meningkatkan kecepatan dan akurasi aliran dan pertukaran data dan informasi di antara
para pelaku tersebut.

Referensi:

 Croxton, Keely L.;Sebastián J. García-Dastugue; Douglas M. Lambert; and Dale S.


Rogers (2001). The Supply Chain Management Processes. The International Journal
of Logistics Management, Vol. 12, No. 2.

 Lambert, Douglas M; Martha C. Cooper; and Janus D. Pagh (1998). Supply Chain
Management: Implementation Issues and Research Opportunities. The International
Journal of Logistics Management, Vol. 9, No. 2, p. 2.

8
 APICS (2008). APICS Dictionary Twelfth Edition.

Sumber: Setijadi, KOLOM “LOGISTIK &RANTAI PASOK” (LOGISTICS & SUPPLY CHAIN) 31 Maret
2015

Anda mungkin juga menyukai