PENDAHULUAN
Indonesia mengalami darurat kejahatan seksual pedofilia terhadap anak.
Komisi perlindungan anak Indonesia atau KPAI mencatat bahwa kekerasan
seksual tahun 2016 terjadi peningkatan yang signifikan menjadi 73 %
dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 58 % (Okezone.com, 2016). Selain itu,
FBI suatu biro investigasi asal Amerika Serikat mencatat bahwa Indonesia
merupakan negara tertinggi kasus pedofilia se-Indonesia (Prokal.co, 2014).
Namun, data tersebut bisa saja lebih tinggi dari yang diperkirakan karena banyak
kasus-kasus yang belum terungkap.
Tingginya kasus pedofilia sangat mengejutkan dan mengkhawatirkan
masyarakat. Karena pada dasarnya pelaku pedofilia tidak dapat diprediksikan,
bahkan banyak kasus yang terungkap pelaku adalah justru orang terdekat dan
yang sering berinteraksi dengan anak. Pedofilia didefinisikan sebagai berikut:
Pertama, selama periode minimal enam bulan, individu mengalami berulang,
intens, membangkitkan fantasi seksual, dorongan seksual, atau perilaku yang
melibatkan aktivitas seksual dengan anak praremaja atau anak-anak (umumnya
usia 13 tahun atau lebih muda). Kedua, individu yang telah bertindak atas
dorongan seksual, atau dorongan seksual atau fantasi menyebabkan penderitaan
atau yang ditandai kesulitan interpersonal. Ketiga, individu yang bersangkutan
setidaknya berusia 16 tahun dan setidaknya lima tahun lebih tua dari anak atau
anak-anak yang menjadi korbannya. APA (dalam Kinnear, 2007).
Akhir-akhir ini banyak program yang dilakukan untuk menurunkan angka
kejahatan seksual pedofilia, pertama pemerintah merevisi perpu nomor 2 tahun
2002 menjadi nomor 1 tahun 2016 mengenai perlindungan anak. Pelaku tindak
kejahatan seksual terhadap anak, dapat diancam dengan hukuman pidana, pidana
mati, seumur hidup, atau pidana penjara paling singkat 10 tahun dan paling lama
20 tahun pada pelaku kekerasan seksual (Rappler.com, 2016). Kedua, program
yang menggunakan pendidikan seksual pada anak usia dini sebagai media
pengetahuan anak terhadap perilaku seksual dengan metode pembelajaran yang
menyenangkan dan sederhana. Ketiga, program yang melibatkan interaksi pada
anak dengan model diskusi kelompok (kelompok kecil dengan jenis kelamin yang
sama dan usia sebaya) melalui media komik (cerita bergambar). Keempat program
yang menggunakan konselor disekolah sebagai fasilitator yang dapat
mengarahkan anak agar terhindar dari tindak kejahatan seksual.
Intinya ada banyak program yang dilakukan untuk melakukan upaya
prevensi pedofilia dalam menurunkan angka kejahatan seksual. Setiap program
tidak jauh berbeda yaitu memanfaatkan suatu media dalam melaksanakan
programnya. Media tersebut berupa pendidikan seksual dini, diskusi kelompok
berdasar jenis kelamin melalui komik (cerita bergambar), dan memanfaatkan
keberadaan konselor disekolah.
b. Bagi anak Indonesia, program aplikasi game ini dapat membantu anak
agar terhindar dan tidak menjadi pelaku atau korban kekerasan seksual
khususnya pedofilia dikemudian hari.
c. Bagi pemerintah, program aplikasi game ini dapat membantu pemerintah
dalam menurunkan dan menaggulangi masalah kekerasan seksual anak di
Indonesia.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pedofilia
Beberapa peneliti sepakat bahwa pedofilia adalah manusia dewasa yang
memiliki perilaku seksual menyimpang pada anak-anak serta sebagai gangguan
jiwa pada sesorang untuk bertindak dengan menjadikan anak-anak sebagai sasaran
tindakan berupa pelampiasan nafsu seksual. Kejahatan seksual pedofilia menjadi
bencana besar bagi anak, kejahatan seksual dianggap sebagai kejahatan yang luar
biasa. Dalam beberapa dekade ini beberapa pihak telah berupaya dalam
menangani tindak kejahatan pedofilia diantaranya, pertama program underware
rules yang dilakukan oleh orangtua dengan memberikan pendidikan seksual pada
anak tentang dampak buruk kejahatan seksual, kedua program prevensi dini yang
dilakukan dengan penyampaian secara lisan (ceramah) tentang kejahatan seksual
pedofilia pada anak, ketiga program psikoedukasi yang dilakukan dengan
mengajak anak untuk terbuka tentang kejadian-kejadian yang dialaminya,
sehingga orangtua dapat mengetahui apakah anak benar-benar terkena kejahatan
seksual pedofilia atau tidak. Akan tetapi, pada kenyataannya jumlah kejahatan
seksual pedofilia terus meningkat. Padahal berbagai program telah dirancang
untuk menanggulangi kejahatan seksual pedofilia di Indonesia.
Tingginya kasus kejahatan seksual pedofilia membuktikan bahwa masih
belum efektifnya program-program yang telah dirancang sebelumnya. Perlu
adanya inovasi program dalam mengatasi msalah tersebut yaitu melalui aplikasi
game.
2.2 Aplikasi Game
Aplikasi game ini sebagai terobosan dalam mengatasi masalah kejahatan
seksual pedofilia pada anak. Game berbasis digital ini memberikan daya tarik
kepada anak karena bersifat fleksibel dalam artian dapat diakses selama 24 jam,
dapat memberikan edukasi kepada anak-anak tentang kejahatan seksual pedofilia
secara sederhana, serta konten yang dirancang sedemikian rupa membuat anak
anak tidak bosan dalam memainkannya. Game ini diberi nama.
Ketika bermain game ini, anak juga sekaligus belajar untuk lebih aware
pada lingkungan sekitar karena edukasi tentang kejahatan seksual yang
disampaikan dalam permainan game tersebut.